Anda di halaman 1dari 20

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 DEFINISI

Infeksi TORCH adalah akronim dari beberapa penyakit yaitu


toksoplasmosis, rubella, sytomegalovirus, dan herpes simpleks yang
sering menimbulkan infeksi kongenital dalam bentuk hampir sama
yaitu mikrosefali, ketulian dan kebutaan, kehamilan dapat terjadi
abortus, persalinan prematur, dan pertumbuhan janin
terlambat(Yadav, 2014).
a. Toksoplasma adalah sejenis infeksi yang disebabkan oleh sejenis
parasit toksoplasma gondi yang biasanya ditemukan pada
kucing. Infeksi ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin
menjadi terhambat, kelainan mata, cacat otak, abortus atau malah
mati saat dilahirkan (Nirwana, 2011)
b. Rubella adalah infeksi virus yang dapat menyebabkan infeksi
kronik intrauterin, mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
janin. Rubella disebabkan oleh virus plemorfis yang
mengandung RNA. Virus ini ditularkan melalui droplet dari ibu
hamil kepada janin (Fadlun, 2014).
c. Cytomegalovirus atau lebih sering disebut CMV adalah infeksi
oportiunistik yang berhubungan dengan HIV. Virus ini dibawah
oleh sekitar 50% populasi dan 90% penderita dengan HIV.
Cytomegalovirus juga merupakan anggota keluarga virus herpes
yang disebut herpes viridae. CMV sering disebut sebagai “virus
paradoks” karena bila menginfeksi seseorang dapat berakibat
fatal, atau dapat juga hanya diam didalam tubuh penderita
seumur hidupnya (Rukiyah, 2010).
d. Herpes simplex atau herpes genitalia adalah infeksi virus herpes
simpleks pada atau disekitar vagina, vulva (bibir vagina) dan

1
anus (wanita)(Robson, 2011). Herpes dapat menyebabkan luka
pada daerah mulut, dan hidung, pada daerah kemaluan (laki-laki
dan wanita) dan daerah anus, atau pada mata, jari dan tangan
(Nugraheny, 2010).
1.2 ETIOLOGI

a. Toxoplasma
Penyebab utama toxoplasma adalah :
1. Masuknya protozoa Toksoplasma Gondi yang terdapat pada
kotoran hewan berbulu (kucing) kedalam tubuh.
2. Menyentuh mulut dengan tangan setalah kontak dengan
hewan yang terinfeksi.
3. Makanan dan sayuran serta buah-buahan yang tercemar
kotoran hewan.
4. Makan daging setengah matang dari hewan yang terinfeksi
5. Melalui transfusi atau transplantasi organ dari donor yang
terinfeksi
6. Secara kongenital (bawaan) ibu kebayinya apabila ibu hamil
terinfeksi pada bulan-bulan pertama kehamilan.
b. Rubella
virus ini pertama kali ditemukan di amerika pada tahun
1966, Rubella pernah menjadi endemic di banyak negara di
dunia, virus ini menyebar melalui droplet. Periode inkubasinya
adalah 14-21 hari.
c. Cytomegalovirus
Penularan CMVakan terjadi jika ada kontak langsung dengan
ciran tubuh penderita seperti air seni, air ludah, air mata, sperma
dan air susu ibu. Bisa juga terjadi karena transplatasi organ.
Kebanyakan penularan terjadi karena cairan tubuh penderita
menyentuh tangan individu yang rentan. Kemudian diabsorpsi
melalui hidung dan tangan. Teknik mencuci tangan dengan

2
sederhana manggunakan sabun cukup efektif untuk membuang
virus dari tangan. Golongan sosial ekonomi rendah lebih rentan
terkena infeksi.Rumah sakit juga marupakan tempat penularan
virus ini, terutama unit dialisis, perawatan neonatal dan ruang
anak.Penularan melalui hubungan seksual juga dapat terjadi
melalui cariran semen ataupun lendir endoserviks. Virus juga
dapat ditularkan pada bayi melalui sekresi vagina pada saat lahir
atau pada ia menyusu. Namun infeksi ini biasanya tidak
menimbulkan tanda dan gejala klinis.Resiko infeksi kongenital
CMV paling besar terdapat pada wanita yang sebelumnya tidak
pernah terinfeksi dan mereka yang terinfeksi pertama kali ketika
hamil.Meskipun jarang, sitomegalovirus kongenital tetap dapat
terulang pada ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan
sitomegalovirus kongenital pada kehamilan terdahulu.Penularan
dapat terjadi pada setiap saat dalam kehamilan tetapi semakin
muda umur kehamilan semakin berat gejala pada
janinnya.Infeksi CMV lebih sering terjadi di negara berkembang
dan di masyarakat denga status sosial ekonomi lebih rendah dan
merupakan penyeirus paling signifikan cacat lahir di negara-
negara industri. CMV tampaknya memiliki dampak besar pada
parameter pada kekebalan tubuh di kemudian hari dan dapat
menyebabkan peningkatan morbiditas dan kematian.
d. Herpes
Virus herpes simpleks tipe I dan II merupakan virus horminis
DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik
pertumbuhan pada media kultur, antigenic, dan lokasi klinis
(tempat predileksi).

3
1.3 PATOFISIOLOGI

a. Toksoplasma
Mempunyai tiga fase dalam hidupnya. Dua fase yang pertama
menyebabkan infeksi dalam tubuh pejamunya-hewan dan
manusia. Fase ketiga adalah fase seksual (memperbanyak diri).
Keadaan parasitemia yang ditimbulkan oleh infeksi maternal
parasit dapat mencapai plasenta. Selama invasi dan menetap
pada plasenta parasit berkembang biak serta sebagian yang lain
berhasil memperoleh akses ke sirkulasi janin. Pada wanita hamil
yang terinfeksi bayi yang dilahirkan bisa tertular yang disebut
sebagai toksoplasma kongenital. Tapi apabila ibu hamil
terinfeksi pada trimester pertama maka resiko tertular berkurang,
namun ketika terinfeksi pada trimester tiga resiko tertulang
semakin besar. Kebanyakan janin yang tertular infeksi
toksoplasma akan lahir mati atau ibu mengalami keguguran.
Apabila bayi yang dilahirkan tetap bertahan hidup maka akan
mengalami permasalahan klinis. Seperti kejang-kejang,
pembesaran hati dan limpa, jaundice atau penyakit kuning.
b. Rubela
Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan
menyebabkan peradangan pada mukosa saluran pernafasan untuk
kemudian menyebar keseluruh tubuh. dari saluran pernafasan
inilah virus akan menyebrang ke sekelilingnya. Pada infeksi
rubella yang diperoleh post natal virus rubella akan dieksresikan
dari faring selama. pada rubella yang kongenal saluran
pernafasan dan urin akan tetap mengeksresikan virus sampai usia
2 tahun. hal ini perlu diperhatikan dalam perawatan bayi dirumah
sakit dan dirumah untuk mencegah terjadinya penularan.
Sesudah sembuh tubuh akan membentuk kekebalan baik berupa
antibody maupun kekebalan seluler yang akan mencegah
terjadinya infeksi ulangan.

4
c. Cytomegalovirus
Masa inkubasi CMV :
 Setelah lahir 3-12 minggu
 Setelah transfusi 3-12 minggu
 Setelah transplatasi 4 minggu – 4 bulan
Urine sering mengandung CMV setelah beberapa
bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi. Virus
tersebut dapat tidak aktif dalam tubuh seseorang tetapi
masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini belum ada
imunisasi untuk mencegah penyakit ini.
d. Herpes
 HSV-1 menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan
yang terasa nyeri pada mukosa mulut, wajah, dan sekitar
mata.
 HSV-2 atau herpes genital ditularkan melalui hubungan
seksual dan menyebabkan vagina terlihat seperti bercak
dengan luka mungkin muncul iritasi, penurunan
kesadaran yang disertai pusing, dan kekuningan pada
kulit kemudian kesulitan untuk bernafas dan kejang.
Biasanya hilang pada 2 minggu infeksi pertama HSV
dimulai setelah masa inkubasi 4-6 hari. Setelah infeksi
pertama, infeksi ini memiliki cara yang unik untuk
berimigrasi sampai pada saraf sensorik tepi menuju spinal
ganglia dan sampai diaktifkan kembali. Pengaktifkan
virus dapat terjadi melalui penurunan daya tahan tubuh,
stress, depresi, alergi makanan, demam, trauma pada
mukosa genital, menstruasi, kurang tidur, sinar ultra
violet (Sudarti, 2014).

5
1.4 Pathway

Toksoplasma gondi

Invasi diusus

Masuk sel

berkembang biak pada sel

Sel hospes pecah

Parasit dalam makrofag


Parasit dalam limfosit

Secara hematogen
Secara limfogen

Proses inflamasi

Peningkatan metabolisme

HIPERTERMI

6
keseluruh tubuh

Pada limfa denopati


Pada ibu hamil Pada mata Pada otot
dileher

Masuk plasenta Infeksi retina Nyeri otot,


Pembesaran
kelemahan
kel limfe Menginfeksi janin
Kabur,

fotopobia,
Nyeri tenggorokan NYERI Toksoplasmasis
nyeri pada
kongenital
mata
Sulit menelan
trimester Saat lahir

Resti cidera Gangguan


Inadekuat Sistem imun
persepsi
makanan belum terbentuk
Inadekuat sensori

cairan Menyerang SSP

Nutrisi kurang dari Abortus pendarahan

kebutuhan

Defisit volume

cairan

7
1.5 TANDA dan GEJALA

a. Toksoplasma
Gejala klinik yang muncul pada ibu hamil sebagian

asimtomatik, limpadenopati disertai malaise,nyeri kepala, nyeri

tenggorokan, nyeri otot, dan kelelahan disertai demam.

Sedangkan pada bayi baru lahir tampak hidrosefalus, retardasi

mental, chorioretinitis, hepatitis, pneumonia, miositis, dan

limpadenopati (fadlun, 2014). Nyeri pada kelenjar limphe yang

membesar, dapat disertai pneumonia, polimiositis, dan

miokarditis, serta limphafingitis (Nugraheny, 2010).

Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat

yang dapat terjadi pada janinnya adalah abortus spontan atau

keguguran, lahir mati, atau bayi menderita Toxoplasmosis

bawaan. Pada awal kehamilan infeksi toksoplasma dapat

menyebabkan aborsi dan biasanya terjadi secara berulang.

Namun jika kandungan dapat dipertahankan, maka dapat

mengakibatkan kondisi yang lebih buruk ketika lahir.

Diantaranya adalah :

1. Lahir mati (still birth)


2. Icterus, dengan pembesaran hati dan limpa
3. Anemia
4. Perdarahan
5. Radang paru
6. Penglihatan dan pendengaran kurang

8
7. Dan juga gejala yang dapat muncul kemudian, seperti
kelainan mata dan telinga, retardasi mental, kejang-kejang
dan ensefalitis selain itu juga dapat merusak otak janin.
8. Resiko terbentuk dari terjangkitnya infeksi ini pada janin
adalah saat infeksi maternal akut terjadi di trimester ketiga
b. Rubella
Gejala klinis infeksi virus rubella berupa pembengkakan

pada kelenjar getah benih, demam diatas 38 C, mata terasa nyeri,

muncul bintik-bintik diseluruh tubuh, kulit kering, sakit pada

persendian, sakit kepala, dan hilang nafsu makan (Rukiyah,

2010).

c. Cytomegalovirus
Pada umumnya infeksi CMV tidak menimbulkan gejala,

bila menimbulkan gejala, gejalanya tidak spesifik seperti flu dan

sakit tenggorokan (Esty, 2010).

d. Herpes
Gejalanya berupa luka yang terasa nyeri atau benjolan

berisi cairan disekitar bulu kemaluan,vagina,vulva atau anus.

Bisa juga terasa nyeri saat pipis. Serta gejala virus umumnya

seperti demam, rasa tidak enak badan serta sangat lelah. Luka

herpes genital bisa muncul di sekitar vagina, vulva, liang vagina

atau anus, begitu terinfeksi virus ini, virus akan menetap ditubuh

dan bisa aktif berkali-kali. Gejala awalnya bisa berupa rasa

geli/gatal pada daerah yang terkena (Nugraheny, 2010).

9
1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Toxoplasma
 Tes ini mempergunakan antigen Toxoplasma yang diletakkan
pada penyangga padat, mula-mula di inkubasi dengan serum
penderita kemudian dengan antibodi berlabel enzim. Kadar
antibodi dalam serum penderita sebanding dengan intertitas
warna yang timbul setelah ikatan antigen antibodi dicampur
dengan substrat. Uji aviditas pada ELISA bermanfaat untuk
determinasi prediktif kapan seseorang atau individu tersebut
diperkirakan terinfeksi Aviditas ELISA juga dapat digunakan
untuk menentukan status infeksi serta kekuatan ikatan
intrinsik antara antibodi dengan antigen.
2. Rubella
 Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi
pemeriksaan Anti-Rubella IgG dan IgM. Pemeriksaan Anti-
rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum
memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat
berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18
minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.
3. Cytomegalovirus
 Pemeriksaan laboratorium anti CMV IgG dan IgM, serta
Aviditas Anti-CMV. Pemeriksaan laboratorium sangat
bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski
berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih
tinggi.
4. Herpes
 Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm
sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap
kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencaegah

10
bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat
kehamilan.
1.7 PENATALAKSAAN
a. Toxoplasma
Pemberian antibiotik untuk mengurangi resiko kelainan
pada janin yang dikandung. Selain itu semua bisa dilakukan
pencegahan.
b. Rubela
Beberrapa penanganan yang dilakukan jika terinfeksi:
1. Farmakologi: dengan memberikan acetaminophen atau
ibuprofen yang dapat mengurangi demam dan nyeri.
2. Pengobatann untuk wanita hamil: diberikan suntikan
immuneglobulin.
c. Cytomegalovirus
Menganjurkan untuk menjaga kebersihan.
d. Herpes
Hingga saat ini belum ada terapi yang memberikan
penyembuhan radikal, artinya tidak ada pengobatan yang
mencegah fase rekurens secara tuntas. Pada lesi ini dapat
menggunakan obat topikal berupa salep atau krim yang
mengandung preparat idoksuridin.

11
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN IBU HAMIL
INFEKSI TOKSOPLASMA
2.1 Pengkajian
1) Identitas pasien
2) Riwayat penyakit
3) Riwayat penyakit sekarang
Gejala-gejala dari infeksi toksoplasma akut pada wanita hamil
dapat bersifat sementara dan tidak spesifik. Ketika gejala timbul
biasanya ibu hamil tampak kelelahan dan juga terdapat keluhan
berupa demam, malaise, tenggorokan gatal, nyeri kepala, dan
limfositosis atipikal.
4) Riwayat penyakit dahulu
5) Riwayat penyakit keluarga
6) Pola kebiasaan
a) Pola Nutrisi / Metabolisme
a. Intake nutrisi : frekuensi 10 sendok makan/
hari, Jenis nasi,sayur dan lauk
b. Intake cairan : frekuensi 3-4 gelas/ hari, jenis
air putih
c. Nafsu makan : menurun
d. Alergi makanan : tidak ada
b) Pola Eliminasi
1. Eliminasi Alvi
 Pola BAB : frekuensi 1-2x/hari, karakteristik
lunak, berwarna kuning
 Masalah BAB : tidak ada
 Alat bantu : tidak ada
2. Eliminasi Uri
 Pola BAK : 1300 ml/hari, karakteristik warna
kuning jernih, bau khas

12
 Masalah BAK : tidak ada
 Alat bantu : tidak ada
3. Pola Aktivitas / Latihan
c) Mobilitas / aktivitas
Jenis 0 1 2 3 4
kemampuan

Makan/minum √

Berpakaian √

Mandi √

Toileting √

Mobilitas di √
tempat tidur

Berjalan √

0 : mandiri
1 : dengan bantuan orang lain
2 : menggunakan alat bantu
3 : bantuan peralatan dan orang lain
4 : tidak mampu
d) Pola Istirahat Tidur
 Kebiasaan tidur : malam hari, jumlah 7 jam
 Yang dirasakan setelah bangun tidur : pusing
 Masalah dengan tidur : tidak ada
 Alat bantu tidur : tidak ada
e) Perspsi diri
Pengetahuan klien tentang penyakit tidak akan
sembuh, hanya dengan bantuan tim kesehatan.

13
f) Pola hubungan dan peran
Karena adanya hospitalisasi dapat muncul perubahan
hubungan dan peran.
g) Pola seksualitas
Adanya perubahan pola fungsi dapat menggangu
proses seksualitas
h) Mekanisme koping
Stress akan meningkat ketika pasien mempunyai
koping yang kurang bagus.
i) Pola kepercayaan
Pasien yang nilai keagamaanya kurang tertanam kuat
akan cenderung menyalahkan Tuhannya.
7) Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran GCS : Composmentis, GCS 4,5,6
1) Kepala
Kebersihan : Bersih
Warna rambut : Hitam
Rambut rontok : tidak ada
Jejas : Tidak ada
Hematom : tidak ada
2) Mata
Simetris : Iya
Konjungtiva : Merah muda
Pupil : Isokhor
Palpebra : Tidak edema
TIO : Normal
3) Hidung
Simetris
4) Telinga
Simetris : Iya

14
Kebersihan : Kotor
Gangguan pendengaran : Tidak
5) Mulut
Mukosa bibir : Kering
Lidah : Bersih

6) Leher
Terdapat pembesaran kelenjar limfe, nyeri tekan
7) Paru
a. Inspeksi
Bentuk thorak : Simetris
Bentuk punggung : Simetris
Penggunaan otot bantu nafas : Tidak ada
Pola nafas : Reguler
b. Palpasi : Tidak teraba adanya massa
c. Perkusi : Sonor
d. Auskultasi : Tidak terdengar ronchi, wheezing
maupun krekels, terdengar suara nafas terdengar
vesikuler.
8) Jantung
a. Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
b. Palpasi : Ictus cordis teraba kuat di SIC ke-5
midline klavikula
c. Perkusi :
Batas kanan atas : parasternal SIC ke 2
Batas kanan bawah : parasternal SIC ke 4
Batas kiri atas : SIC ke 2 midline klavikula
Batas kiri bawah : SIC ke 6 ± 2 cm dari kiri
midline klavikula
d. Auskultasi : Bunyi jantung normal

15
9) Abdomen
a. Inspeksi : Tampak simetris
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi : terdengar tympani di semua lapang
abdomen
d. Auskultasi : bising usus 20x/menit
10) Ekstremitas
Terdapat nyeri otot, tonus otot bernilai 5
11) Syaraf
Inspeksi : Tingkat kesadaran composmentis
12) Integumen
a. Akral : Hangat
b. Turgor : Jelek
c. CRT : +2 detik

2.2 Diagonasa Keperawatan


1. Nyeri b/d proses infeksi/inflamasi
2. Hipertemia b/d peningkatan tingkat metabolisme penyakit
3. Kekurangan volume cairan b/d tidak adekuatnya masukan makanan
dan cairan

2.3 Intervensi Keperawatan

NO TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL


DX KRITERIA HASIL

1 Setelah dilakukan 1.Observasi adanya 1. Memudahkan


tindakan keperawatan nyeri dan tingkat tindakan
selama …x24 jam nyeri. keperawatan
diharapkan nyeri dapat
2. Ajarkan dan 2. Meningkatkan
berkurang dengan
catat tipe nyeri persepsi klien
kriteria hasil :
serta tindakah terhadap nyeri
untuk mengatasi

16
 Px dapat nyeri yang dialaminya.
melaporkan nyeri
3. Ajarkan teknik 3. Meningkatkan
berkurang dan
relaksasi kenyamanan
dapat terkontrol
klien
4.Berikan
 Px tampak rileks
penjelasan kepada 4. Membantu
 Px dapat tidur
px dan keluarga mengurangi nyeri
dan istirahat
untuk dan
tanpa harus
menggunakan meningkatkan
terganggu oleh
kompres hangat kenyamanan
rasa nyerinya
dalam mengurangi klien
nyeri
5. Mengurangi
5.Kolaborasi nyeri
pemberian
analgesik

2 Setelah dilakukan 1.Observasi dan 1. Menentukan


tindakan keperawatan intervensi
catat hasil
selama 3 x 24 jam selanjutnya
pemeriksaan suhu
diharapkan suhu tubuh
2. Kompres dapat
pasien dapat normal tubuh px
menurun suhu
kembali dengan criteria
tubuh yang non
2.Berikan kompres
hasil :
farmakologis
hangat
 Suhu normal :
3. Hidrasi yang
36,5-37,5oC
3.Berikan adekuat dapat
 Kulit pasien tidak
menurunkan
penjelasan kepada
tampah
suhu tubuh dan
kemerahan dan px dan keluarga
mencegah
tidak panas ketika
untuk banyak kekurangan
disentuh
cairan dan
minum minimal

17
 Tubuh px tidak 1,5 liter/hari elektrolit.
menggigil
4. Kulit yang
4.Berikan
kotor dapat
penjelasan kepada
menghalangi
px dan keluarga penguapan tubuh
terhadap panas.
untuk

mempertahankan 5. Dapat

kebersihan kulit menurunkan

panas
5.Kolaborasi

pemberian

antipiretik

3Setelah dilakukan 1. Observasi tanda- 1. Perubahan


tindakan keperawatan tanda vital tanda vital yang
selama … x 24 jam signifikan
2. Observasi tanda-
diharapkan volume menandakan
tanda dehidrasi
cairan pasien dapat adanya
terpenuhi dengan criteria 3. Pantau mambran kegawatan
hasil : mukosa kering,
2. Menentukan
torgor kulit yang
 Px dapat intervensi
kurang baik, dan
mempertahankan selanjutnya
rasa haus
volume sirkulasi
3. Hipovolemia
adekuat 4. Ukur dan catat
akan
urine setiap kali
 Tanda – tanda
memperkuat
berkemih
vital dalam batas
tanda-tanda
normal : 5. Berikan dehidrasi
S = 36,5- penjelasan kepada
4. Untuk

18
37,50C pasien untuk mengetahui
banyak minum adanya
RR = 16-
minimal 1,5 perubahan warna
24 x/menit
liter/hari dan untuk
TD = mengetahui
6. Berikan cairan
120/80 mmHg input/output
IV
N = 60-
100 x/menit
5.Mempertahank
 Nadi perifer px an intake cairan
teraba peroral
 Haluaran urine
6.Mempertahank
adekuat
an volume
 Membrane
sirkulasi,
mukosa px
meningkatkan
lembab
fungsi ginjal
 Turgor kulit
elastis

2.4 IMPLEMENTASI

Pelaksanaan disesuaikan dengan intervensi yang ditentukan

2.5 EVALUASI

Evaluasi disesuaikan dengan kriteria hasil yang ditentukan

19
DAFTAR PUSTAKA

Nirwana, Ade B. Kapita Selekta Kehamilan. Yogyakarta: Nuha

Medika, 2011

Fadlun & Achmad Feryanto. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta:

Salemba Medika, 2014

Yadav, RK dkk. 2014. A Review On Torch: Groups Of Congenital

Infection During

Pregnancydiaksesdarihttp://www.jsirjournal.com/Vol3_Issue2_23.

Rukiyah, A.Y, Yulianti, L. Asuhan Kebidanan Patologi IV. Jakarta:

Trans Info Media, 2010

Nugraheny, Esti. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Pustaka

Rihama, 2010

Sukarni, icesmi, Sudarti, PATOLOGI Kehamilan, Persalinan, Nifas,

dan Neonatus Resiko Tinggi. Yogyakarta: Nuha Medika, 2014

Saudah,Noer.dkk. 2018. BUKU AJAR ASUHAN KEPERAWATAN

MATERNITAS PADA IBU DENGAN KEHAMILAN PATOLOGIS.

Mojokerto:KARYA BINA SEHAT

20

Anda mungkin juga menyukai