LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 DEFINISI
1
anus (wanita)(Robson, 2011). Herpes dapat menyebabkan luka
pada daerah mulut, dan hidung, pada daerah kemaluan (laki-laki
dan wanita) dan daerah anus, atau pada mata, jari dan tangan
(Nugraheny, 2010).
1.2 ETIOLOGI
a. Toxoplasma
Penyebab utama toxoplasma adalah :
1. Masuknya protozoa Toksoplasma Gondi yang terdapat pada
kotoran hewan berbulu (kucing) kedalam tubuh.
2. Menyentuh mulut dengan tangan setalah kontak dengan
hewan yang terinfeksi.
3. Makanan dan sayuran serta buah-buahan yang tercemar
kotoran hewan.
4. Makan daging setengah matang dari hewan yang terinfeksi
5. Melalui transfusi atau transplantasi organ dari donor yang
terinfeksi
6. Secara kongenital (bawaan) ibu kebayinya apabila ibu hamil
terinfeksi pada bulan-bulan pertama kehamilan.
b. Rubella
virus ini pertama kali ditemukan di amerika pada tahun
1966, Rubella pernah menjadi endemic di banyak negara di
dunia, virus ini menyebar melalui droplet. Periode inkubasinya
adalah 14-21 hari.
c. Cytomegalovirus
Penularan CMVakan terjadi jika ada kontak langsung dengan
ciran tubuh penderita seperti air seni, air ludah, air mata, sperma
dan air susu ibu. Bisa juga terjadi karena transplatasi organ.
Kebanyakan penularan terjadi karena cairan tubuh penderita
menyentuh tangan individu yang rentan. Kemudian diabsorpsi
melalui hidung dan tangan. Teknik mencuci tangan dengan
2
sederhana manggunakan sabun cukup efektif untuk membuang
virus dari tangan. Golongan sosial ekonomi rendah lebih rentan
terkena infeksi.Rumah sakit juga marupakan tempat penularan
virus ini, terutama unit dialisis, perawatan neonatal dan ruang
anak.Penularan melalui hubungan seksual juga dapat terjadi
melalui cariran semen ataupun lendir endoserviks. Virus juga
dapat ditularkan pada bayi melalui sekresi vagina pada saat lahir
atau pada ia menyusu. Namun infeksi ini biasanya tidak
menimbulkan tanda dan gejala klinis.Resiko infeksi kongenital
CMV paling besar terdapat pada wanita yang sebelumnya tidak
pernah terinfeksi dan mereka yang terinfeksi pertama kali ketika
hamil.Meskipun jarang, sitomegalovirus kongenital tetap dapat
terulang pada ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan
sitomegalovirus kongenital pada kehamilan terdahulu.Penularan
dapat terjadi pada setiap saat dalam kehamilan tetapi semakin
muda umur kehamilan semakin berat gejala pada
janinnya.Infeksi CMV lebih sering terjadi di negara berkembang
dan di masyarakat denga status sosial ekonomi lebih rendah dan
merupakan penyeirus paling signifikan cacat lahir di negara-
negara industri. CMV tampaknya memiliki dampak besar pada
parameter pada kekebalan tubuh di kemudian hari dan dapat
menyebabkan peningkatan morbiditas dan kematian.
d. Herpes
Virus herpes simpleks tipe I dan II merupakan virus horminis
DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik
pertumbuhan pada media kultur, antigenic, dan lokasi klinis
(tempat predileksi).
3
1.3 PATOFISIOLOGI
a. Toksoplasma
Mempunyai tiga fase dalam hidupnya. Dua fase yang pertama
menyebabkan infeksi dalam tubuh pejamunya-hewan dan
manusia. Fase ketiga adalah fase seksual (memperbanyak diri).
Keadaan parasitemia yang ditimbulkan oleh infeksi maternal
parasit dapat mencapai plasenta. Selama invasi dan menetap
pada plasenta parasit berkembang biak serta sebagian yang lain
berhasil memperoleh akses ke sirkulasi janin. Pada wanita hamil
yang terinfeksi bayi yang dilahirkan bisa tertular yang disebut
sebagai toksoplasma kongenital. Tapi apabila ibu hamil
terinfeksi pada trimester pertama maka resiko tertular berkurang,
namun ketika terinfeksi pada trimester tiga resiko tertulang
semakin besar. Kebanyakan janin yang tertular infeksi
toksoplasma akan lahir mati atau ibu mengalami keguguran.
Apabila bayi yang dilahirkan tetap bertahan hidup maka akan
mengalami permasalahan klinis. Seperti kejang-kejang,
pembesaran hati dan limpa, jaundice atau penyakit kuning.
b. Rubela
Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan
menyebabkan peradangan pada mukosa saluran pernafasan untuk
kemudian menyebar keseluruh tubuh. dari saluran pernafasan
inilah virus akan menyebrang ke sekelilingnya. Pada infeksi
rubella yang diperoleh post natal virus rubella akan dieksresikan
dari faring selama. pada rubella yang kongenal saluran
pernafasan dan urin akan tetap mengeksresikan virus sampai usia
2 tahun. hal ini perlu diperhatikan dalam perawatan bayi dirumah
sakit dan dirumah untuk mencegah terjadinya penularan.
Sesudah sembuh tubuh akan membentuk kekebalan baik berupa
antibody maupun kekebalan seluler yang akan mencegah
terjadinya infeksi ulangan.
4
c. Cytomegalovirus
Masa inkubasi CMV :
Setelah lahir 3-12 minggu
Setelah transfusi 3-12 minggu
Setelah transplatasi 4 minggu – 4 bulan
Urine sering mengandung CMV setelah beberapa
bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi. Virus
tersebut dapat tidak aktif dalam tubuh seseorang tetapi
masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini belum ada
imunisasi untuk mencegah penyakit ini.
d. Herpes
HSV-1 menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan
yang terasa nyeri pada mukosa mulut, wajah, dan sekitar
mata.
HSV-2 atau herpes genital ditularkan melalui hubungan
seksual dan menyebabkan vagina terlihat seperti bercak
dengan luka mungkin muncul iritasi, penurunan
kesadaran yang disertai pusing, dan kekuningan pada
kulit kemudian kesulitan untuk bernafas dan kejang.
Biasanya hilang pada 2 minggu infeksi pertama HSV
dimulai setelah masa inkubasi 4-6 hari. Setelah infeksi
pertama, infeksi ini memiliki cara yang unik untuk
berimigrasi sampai pada saraf sensorik tepi menuju spinal
ganglia dan sampai diaktifkan kembali. Pengaktifkan
virus dapat terjadi melalui penurunan daya tahan tubuh,
stress, depresi, alergi makanan, demam, trauma pada
mukosa genital, menstruasi, kurang tidur, sinar ultra
violet (Sudarti, 2014).
5
1.4 Pathway
Toksoplasma gondi
Invasi diusus
Masuk sel
Secara hematogen
Secara limfogen
Proses inflamasi
Peningkatan metabolisme
HIPERTERMI
6
keseluruh tubuh
fotopobia,
Nyeri tenggorokan NYERI Toksoplasmasis
nyeri pada
kongenital
mata
Sulit menelan
trimester Saat lahir
kebutuhan
Defisit volume
cairan
7
1.5 TANDA dan GEJALA
a. Toksoplasma
Gejala klinik yang muncul pada ibu hamil sebagian
Diantaranya adalah :
8
7. Dan juga gejala yang dapat muncul kemudian, seperti
kelainan mata dan telinga, retardasi mental, kejang-kejang
dan ensefalitis selain itu juga dapat merusak otak janin.
8. Resiko terbentuk dari terjangkitnya infeksi ini pada janin
adalah saat infeksi maternal akut terjadi di trimester ketiga
b. Rubella
Gejala klinis infeksi virus rubella berupa pembengkakan
2010).
c. Cytomegalovirus
Pada umumnya infeksi CMV tidak menimbulkan gejala,
d. Herpes
Gejalanya berupa luka yang terasa nyeri atau benjolan
Bisa juga terasa nyeri saat pipis. Serta gejala virus umumnya
seperti demam, rasa tidak enak badan serta sangat lelah. Luka
atau anus, begitu terinfeksi virus ini, virus akan menetap ditubuh
9
1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Toxoplasma
Tes ini mempergunakan antigen Toxoplasma yang diletakkan
pada penyangga padat, mula-mula di inkubasi dengan serum
penderita kemudian dengan antibodi berlabel enzim. Kadar
antibodi dalam serum penderita sebanding dengan intertitas
warna yang timbul setelah ikatan antigen antibodi dicampur
dengan substrat. Uji aviditas pada ELISA bermanfaat untuk
determinasi prediktif kapan seseorang atau individu tersebut
diperkirakan terinfeksi Aviditas ELISA juga dapat digunakan
untuk menentukan status infeksi serta kekuatan ikatan
intrinsik antara antibodi dengan antigen.
2. Rubella
Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi
pemeriksaan Anti-Rubella IgG dan IgM. Pemeriksaan Anti-
rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum
memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat
berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18
minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.
3. Cytomegalovirus
Pemeriksaan laboratorium anti CMV IgG dan IgM, serta
Aviditas Anti-CMV. Pemeriksaan laboratorium sangat
bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski
berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih
tinggi.
4. Herpes
Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm
sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap
kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencaegah
10
bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat
kehamilan.
1.7 PENATALAKSAAN
a. Toxoplasma
Pemberian antibiotik untuk mengurangi resiko kelainan
pada janin yang dikandung. Selain itu semua bisa dilakukan
pencegahan.
b. Rubela
Beberrapa penanganan yang dilakukan jika terinfeksi:
1. Farmakologi: dengan memberikan acetaminophen atau
ibuprofen yang dapat mengurangi demam dan nyeri.
2. Pengobatann untuk wanita hamil: diberikan suntikan
immuneglobulin.
c. Cytomegalovirus
Menganjurkan untuk menjaga kebersihan.
d. Herpes
Hingga saat ini belum ada terapi yang memberikan
penyembuhan radikal, artinya tidak ada pengobatan yang
mencegah fase rekurens secara tuntas. Pada lesi ini dapat
menggunakan obat topikal berupa salep atau krim yang
mengandung preparat idoksuridin.
11
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN IBU HAMIL
INFEKSI TOKSOPLASMA
2.1 Pengkajian
1) Identitas pasien
2) Riwayat penyakit
3) Riwayat penyakit sekarang
Gejala-gejala dari infeksi toksoplasma akut pada wanita hamil
dapat bersifat sementara dan tidak spesifik. Ketika gejala timbul
biasanya ibu hamil tampak kelelahan dan juga terdapat keluhan
berupa demam, malaise, tenggorokan gatal, nyeri kepala, dan
limfositosis atipikal.
4) Riwayat penyakit dahulu
5) Riwayat penyakit keluarga
6) Pola kebiasaan
a) Pola Nutrisi / Metabolisme
a. Intake nutrisi : frekuensi 10 sendok makan/
hari, Jenis nasi,sayur dan lauk
b. Intake cairan : frekuensi 3-4 gelas/ hari, jenis
air putih
c. Nafsu makan : menurun
d. Alergi makanan : tidak ada
b) Pola Eliminasi
1. Eliminasi Alvi
Pola BAB : frekuensi 1-2x/hari, karakteristik
lunak, berwarna kuning
Masalah BAB : tidak ada
Alat bantu : tidak ada
2. Eliminasi Uri
Pola BAK : 1300 ml/hari, karakteristik warna
kuning jernih, bau khas
12
Masalah BAK : tidak ada
Alat bantu : tidak ada
3. Pola Aktivitas / Latihan
c) Mobilitas / aktivitas
Jenis 0 1 2 3 4
kemampuan
Makan/minum √
Berpakaian √
Mandi √
Toileting √
Mobilitas di √
tempat tidur
Berjalan √
0 : mandiri
1 : dengan bantuan orang lain
2 : menggunakan alat bantu
3 : bantuan peralatan dan orang lain
4 : tidak mampu
d) Pola Istirahat Tidur
Kebiasaan tidur : malam hari, jumlah 7 jam
Yang dirasakan setelah bangun tidur : pusing
Masalah dengan tidur : tidak ada
Alat bantu tidur : tidak ada
e) Perspsi diri
Pengetahuan klien tentang penyakit tidak akan
sembuh, hanya dengan bantuan tim kesehatan.
13
f) Pola hubungan dan peran
Karena adanya hospitalisasi dapat muncul perubahan
hubungan dan peran.
g) Pola seksualitas
Adanya perubahan pola fungsi dapat menggangu
proses seksualitas
h) Mekanisme koping
Stress akan meningkat ketika pasien mempunyai
koping yang kurang bagus.
i) Pola kepercayaan
Pasien yang nilai keagamaanya kurang tertanam kuat
akan cenderung menyalahkan Tuhannya.
7) Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran GCS : Composmentis, GCS 4,5,6
1) Kepala
Kebersihan : Bersih
Warna rambut : Hitam
Rambut rontok : tidak ada
Jejas : Tidak ada
Hematom : tidak ada
2) Mata
Simetris : Iya
Konjungtiva : Merah muda
Pupil : Isokhor
Palpebra : Tidak edema
TIO : Normal
3) Hidung
Simetris
4) Telinga
Simetris : Iya
14
Kebersihan : Kotor
Gangguan pendengaran : Tidak
5) Mulut
Mukosa bibir : Kering
Lidah : Bersih
6) Leher
Terdapat pembesaran kelenjar limfe, nyeri tekan
7) Paru
a. Inspeksi
Bentuk thorak : Simetris
Bentuk punggung : Simetris
Penggunaan otot bantu nafas : Tidak ada
Pola nafas : Reguler
b. Palpasi : Tidak teraba adanya massa
c. Perkusi : Sonor
d. Auskultasi : Tidak terdengar ronchi, wheezing
maupun krekels, terdengar suara nafas terdengar
vesikuler.
8) Jantung
a. Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
b. Palpasi : Ictus cordis teraba kuat di SIC ke-5
midline klavikula
c. Perkusi :
Batas kanan atas : parasternal SIC ke 2
Batas kanan bawah : parasternal SIC ke 4
Batas kiri atas : SIC ke 2 midline klavikula
Batas kiri bawah : SIC ke 6 ± 2 cm dari kiri
midline klavikula
d. Auskultasi : Bunyi jantung normal
15
9) Abdomen
a. Inspeksi : Tampak simetris
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi : terdengar tympani di semua lapang
abdomen
d. Auskultasi : bising usus 20x/menit
10) Ekstremitas
Terdapat nyeri otot, tonus otot bernilai 5
11) Syaraf
Inspeksi : Tingkat kesadaran composmentis
12) Integumen
a. Akral : Hangat
b. Turgor : Jelek
c. CRT : +2 detik
16
Px dapat nyeri yang dialaminya.
melaporkan nyeri
3. Ajarkan teknik 3. Meningkatkan
berkurang dan
relaksasi kenyamanan
dapat terkontrol
klien
4.Berikan
Px tampak rileks
penjelasan kepada 4. Membantu
Px dapat tidur
px dan keluarga mengurangi nyeri
dan istirahat
untuk dan
tanpa harus
menggunakan meningkatkan
terganggu oleh
kompres hangat kenyamanan
rasa nyerinya
dalam mengurangi klien
nyeri
5. Mengurangi
5.Kolaborasi nyeri
pemberian
analgesik
17
Tubuh px tidak 1,5 liter/hari elektrolit.
menggigil
4. Kulit yang
4.Berikan
kotor dapat
penjelasan kepada
menghalangi
px dan keluarga penguapan tubuh
terhadap panas.
untuk
mempertahankan 5. Dapat
panas
5.Kolaborasi
pemberian
antipiretik
18
37,50C pasien untuk mengetahui
banyak minum adanya
RR = 16-
minimal 1,5 perubahan warna
24 x/menit
liter/hari dan untuk
TD = mengetahui
6. Berikan cairan
120/80 mmHg input/output
IV
N = 60-
100 x/menit
5.Mempertahank
Nadi perifer px an intake cairan
teraba peroral
Haluaran urine
6.Mempertahank
adekuat
an volume
Membrane
sirkulasi,
mukosa px
meningkatkan
lembab
fungsi ginjal
Turgor kulit
elastis
2.4 IMPLEMENTASI
2.5 EVALUASI
19
DAFTAR PUSTAKA
Medika, 2011
Infection During
Pregnancydiaksesdarihttp://www.jsirjournal.com/Vol3_Issue2_23.
Rihama, 2010
20