Anda di halaman 1dari 14

Pengertian

Toxoplasma

Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi. Pada umumnya, infeksi
Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Kira-kira hanya 10-20% kasu infeksi. Toxoplasma
yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya
tidak menimbulkan masalah. Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada
orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang
mendapatkan obat penekan respon imun). Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang
dapat terjadi adalah abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita
Toxoplasmosis bawaan. Pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya
kelinan mata dan atelinga, retardasi mental, kejang-kejang dan ensefalitasi.

Rubella

Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar getah bening.
Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda. Infeksi Rubella
berbahaya bila terjadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya.jika
infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka resiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan
jika infeksi terjadi trimester pertama maka resikonya menjadi 25% (menurut America College of
Obstatrician and Gvnecologists,1981).

Cytomegalovirus

Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini termasuk golongan virus keluarga herpes.
Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV
merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang
hamil. Jika ibu terinfeksi, maka janin yang dikandung mempunyai resiko tertular sehingga mengalami
gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian retardasi mental, dan lain-lain.

Herpes
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh herpes simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat
berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem
syaraf otonom. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada
kuli, tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada bayi yang
baru lahir dapat berakibat fatal (lebih dari 50 kasus).

Etiologi

Toxoplasma

Infeksi toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi. Tokoplasma gondi adalah
protozoa yang dapat ditemukan pada pada hampir semua hewan dan unggas berdarah panas. Akan
tetapi kucing adalah inang primernya. Kotoran kucing pada makanan yang berasal dari hewan yang
kurang masak, yang mengandung oocysts dari toxoplasma gondi dapat menjadi jalan penyebarannya.
Contoh lainnya adalah pada saat berkebun atau saat membenahi tanaman dipekarangan, kemudian
tangan yang masih belum dibersihkan melakukan kontak dengan mulut.

Rubella

virus ini pertama kali ditemukan di amerika pada tahun 1966, Rubella pernah menjadi endemic di banyak
negara di dunia, virus ini menyebar melalui droplet. Periode inkubasinya adalah 14-21 hari.

Cytomegalovirus

Penularan CMVakan terjadi jika ada kontak langsung dengan ciran tubuh penderita seperti air seni, air
ludah, air mata, sperma dan air susu ibu. Bisa juga terjadi karena transplatasi organ.Kebanyakan
penularan terjadi karena cairan tubuh penderita menyentuh tangan individu yang rentan.Kemudian
diabsorpsi melalui hidung dan tangan.Teknik mencuci tangan dengan sederhana manggunakan sabun
cukup efektif untuk membuang virus dari tangan.Golongan sosial ekonomi rendah lebih rentan terkena
infeksi.Rumah sakit juga marupakan tempat penularan virus ini, terutama unit dialisis, perawatan
neonatal dan ruang anak.Penularan melalui hubungan seksual juga dapat terjadi melalui cariran semen
ataupun lendir endoserviks. Virus juga dapat ditularkan pada bayi melalui sekresi vagina pada saat lahir
atau pada ia menyusu. Namun infeksi ini biasanya tidak menimbulkan tanda dan gejala klinis.Resiko
infeksi kongenital CMV paling besar terdapat pada wanita yang sebelumnya tidak pernah terinfeksi dan
mereka yang terinfeksi pertama kali ketika hamil.Meskipun jarang, sitomegalovirus kongenital tetap
dapat terulang pada ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sitomegalovirus kongenital pada
kehamilan terdahulu.Penularan dapat terjadi pada setiap saat dalam kehamilan tetapi semakin muda
umur kehamilan semakin berat gejala pada janinnya.Infeksi CMV lebih sering terjadi di negara
berkembang dan di masyarakat denga status sosial ekonomi lebih rendah dan merupakan penyeirus
paling signifikan cacat lahir di negara-negara industri. CMV tampaknya memiliki dampak besar pada
parameter pada kekebalan tubuh di kemudian hari dan dapat menyebabkan peningkatan morbiditas
dan kematian.

Herpes

Virus herpes simpleks tipe I dan II merupakan virus horminis DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan
karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic, dan lokasi klinis (tempat predileksi)

Tanda dan Gejala

Toxoplasma

a. Pada ibu

Terkadang Toxoplasma dapat menimbulkan beberapa gejala seperti gejala influenza, timbul rasa lelah,
malaise, dan demam.Akan tetapi umumnya tidak menimbulkan masalah yang berarti.Pada umumnya,
infeksi Toxoplasma tarjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Walaupun demikian, ada beberapa gejala
yang mengkin ditemukan pada orang yang terinfeksi toksoplasma, gejala-gejala tersebut adalah :

Pyrexia of unknow origin (PUO)

Terlihat lemas dan kelelahan, sakit kepala, rash,myalgia perasaan umum ( tidak nyaman atau gelisah)

Pembesaran kelenjar limfe pada serviks posterior

Infeksi menyebar ke saraf, otak, korteks dan juga dapat menyerang sel retina mata.

Infeksi Toxoplasma berbahaya bils terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan system
kekebalan tubuh tergantung (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapat obat
penekan respon imun).

b. Pada janin

Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi pada janinnya adalah abortus
spontan atau keguguran, lahir mati, atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan.Pada awal kehamilan
infeksi toksoplasma dapat menyebabkan aborsi dan biasanya terjadi secara berulang.Namun jika
kandungan dapat dipertahankan, maka dapat mengakibatkan kondisi yang lebih buruk ketika lahir.
Diantaranya adalah :

Lahir mati (still birth)

Icterus, dengan pembesaran hati dan limpa

Anemia

Perdarahan

Radang paru

Penglihatan dan pendengaran kurang

Dan juga gejala yang dapat muncul kemudian, seperti kelainan mata dan telinga, retardasi mental,
kejang-kejang dan ensefalitis selain itu juga dapat merusak otak janin.

Resiko terbentuk dari terjangkitnya infeksi ini pada janin adalah saat infeksi maternal akut terjadi di
trimester ketiga

Rubella

Rubella menyebabkan sakit yang ringan dan tidak spesifik pada orang dewasa, ditandai dengan cacar-
seperti ruam,demam dan infeksi saluran pernafasan atas. Sebagian besar Negara saat ini memiliki
program vaksin rubella untuk bayi dan wanita usia subur dan hal ini merupakan bagian dari screening
prakonsepsi. Ibu hamil secara rutin diperiksa untuk antibody rubella dan jika tidak memiliki kekebalan
akan segera diberikan vaksin rubella pada periode postnatal. Fakta-fakta terkini menganjurkan bahwa
kahamilan yang disertai dengan pemberian vaksin rubella tidak seberbahaya yang dipikirkan.Infeksi
terberat terjadi pada trimester pertama dengan lebih dari 85% bayi ikut terinfeksi.Bayi mengalami
vireamia, yang menghambat pembelahan sel dan menyebabkan kerusakan perkembangan organ.Janin
terinfeksi dalam 8 minggu pertama kehamilan.Oleh karena itu memiliki resiko yang sangat tinggi untuk
mengalami multiple defek yang mempengaruhi mata, system kardiovaskuler, telinga, dan system
saraf.Arbosi spontan mungkin saja terjadi. Ketulian neurosensory seringkali dsebabkan oleh infeksi
setelah gestasi 14 minggu dan beresiko kerusakan janin sampai usia 24 minggu. Pada saat lahir, restriksi
pertumbuhan intrauterine biasanya disertai hepatitis, trombositopenia, dan penyakit nerologis seperti
mikrosefali atau hidrosefali.

Cytomegalovirus

Gejala CMV yang muncul pada wanita hamil minimal dan biasanya mereka tidak akan sadar bahwa
mereka telah terinfeksi. Namun jika ini merupakan infeksi primer, maka janin biasanya juga beresiko
terinfeksi.Infeksi tersebut baru dapat di kenali setelah bayi lahir.Diantara bayi tersebut baru dapat
dikenali setelah bayi lahir. Diantara bayi tersebut hanya ada 30% diketahui terinfeksi di dalam Rahim dan
kurang dari 15% akan menampakan gejala pada saat lahir. Hanya pada individu dengan penurunan daya
tahan dan pada masa pertumbuhan janin sitomegalovirus menampakan virulensinya pada manusia.
Pada wanita normal sebagian besar adalah asimptomatik atau subkliik, tetapi bila menimbulkan gejala
akan tampak gejala antara lain :

Mononucleosis-like syndrome yaitu demam selama 3 minggu. Secara klinis timbul gejala lethargi,
malaise dan kelainan hematologi yang sulit dibedakan dengan infeksi mononucleosis (tanpa tonsillitis
atau faringitis dan limfadenopati servikal). Kadang-kadang tampak gambaran seperti hepatitis dan
limfositosis atipik. Secara klinis infeksi sitomegalovirus juga mirip dengan infeksi virus Epstein – bar dan
dibedakan dari hasil tes heterrofil yang negative. Gejala ini biasanya self limitting tetapi komplikasi serius
dapat pula terjadi seperti hepatitis, peneumonitis, ensefalitis, miokarditis, dan lain-lain. Penting juga
dibedakan dengan tokso plasmosis dan hepatitis B yang juga mempunyai gejala serupa.

Sendroma post transfusi. Viremia terjadi 3-8 minggu setelah transfusi. Tanpak gambaran panas
kriptogenik, splenomegali, kelainan biokimia dan hematologi. Sindroma ini juga dapat terjadi pada
tranplantasi ginjal.

Penyakit sistemik luas antara lain neomonits yang mengancam jiwa yang dapat pasien dengan infeksi
kronis dengan thymoma atau pasien dengan kelainan sekunder dari proses imonologi ( seperti HIV tipe 1
atau 2)

Herpes

Tidak seperti virus rubella, sitomegalovirus dapat menginfeksi hasil konsepsi setiap saat dalam
kehamilan. Bila infeksi terjadi pada masa organogenesis (trimester I) atau selama periode pertumbuhan
dan perkembangan aktif (trimester II) dapat terjadi kelainan yang serius. Juga didapatkan bukti adanya
korelasi antara lamanya infeksi intrauterine dengan embriopati. Pada trimester I infeksi kongenital
sitomegalovirus dapat menyebabkan premature, mikrosefali, IUGR, klasifikasi intracranial pada ventrikel
lateral dan traktus olfaktoris, sebagian besar terdapat korioretinitis, juga terdapat retardasi mental,
hepatosplenomegali, ikterus, purpora trombositopeni, DIC. Infeksi pada trimester III berhubungan
dengan kelainan yang bukan disebabkan karena kegagalan pertumbuhan somatic atau pembentukan
psikomotor.

Patofisiologi

Toxoplasma
Toxoplasma gondii mempunyai 3 fase dalam hidupnya. Tiga fase ini terbagi lagi menjadi 5 tingkat siklus :
fase proliferatif, stadium kista, fase schizogoni, gematogoni, dan fase ookista. Siklus aseksual terdiri dari
fase proliferasi dan stadium kista.Fase ini dapat terjadi dalam bermacam-macam inang, sedangkan siklus
seksual secara spesifik hanya terdapat pada kucing. Kucing menjadi terinfeksi setelah ia memakan
mamalia, seperti tikus yang terinfeksi. Kista dalam tubuh kucing dapat terbentuk setelah infeksi kronis
yang berhubungan dengan imunutas tubuh.Kiista terbentuk intraseldan kemudian terdapat secara bebas
di dalam jaringan sebagai stadium tidak aktif dan dapat menetap dalam jaringan tanpa menimbulkan
reaksi inflamasi.Kista pada binatang yang terinfeksi menjadi infeksius, jika termakan oleh kornivora dan
toksoplasma tersebut masuk melalui usus.Infeksi pada manusia dapat terjadi saat makan daging yang
kurang matang, sayur-sayuran yang tidak di masak, makanan yang terkontaminasi kotoran kucing melalui
lalat atau serangga.Juga ada kemungkinan terinfeksi saat menghirup udara yang terdapat ookista yang
beterbangan. Cara penularang lain yang sangat penting adalah pada jalur maternofetal. Ibu yang
mendapat infeksi akut saat kehamilannya dapat menularkannya pada janin melalui plasenta.Imunitas
maternal tampaknya memberikan perlindungan terhadap penularan transplasental parasite
tersebut.Dengan demikian, toxoplasmosis kongenital dapat terjadi jika ibu mendapatkan infeksi tersebut
selama kehamilannya.

Rubella

Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan menyebabkan peradangan pada mukosa saluran
pernafasan untuk kemudian menyebar keseluruh tubuh. dari saluran pernafasan inilah virus akan
menyerang ke sekelilingnya. Pada infeksi rubella yang diperoleh post natal virus rubella akan dieksresikan
dari faring. pada rubella yang kongenal saluran pernafasan dan urin akan tetap mengeksresikan virus
sampai usia 2 tahun. hal ini perlu diperhatikan dalam perawatan bayi di rumah sakit dan di rumah untuk
mencegah terjadinya penularan. Sesudah sembuh tubuh akan membentuk kekebalan baik berupa
antibodi maupun kekebalan seluler yang akan mencegah terjadinya infeksi ulangan.

Cytomegalovirus

Masa inkubasi CMV

Setelah lahir 3-12 minggu

Setelah tranfusi 3-12 minggu

Setelah transplatasi 4 minggu – 4 bulan


Urin sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi.Virus tersebut
dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang tetapi masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini beluum
ada imunisasi untuk mencegah penyakit ini

Herpes

HSV-1 menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa mulut, wajah,
dan sekitar mata.HSV-2 atau herpes genital ditularkan melalui hubungan seksual dan menyebabkan
vegina terlihat seperti bercak dengan luka mungkin muncul iritasi, penurunan kesadaran yang disertai
pusing, dan kekuningan pada kulit (jaundice) dan kesulitan bernafas atau kejang.Biasanya hilang dalam 2
minggu infeksi, infeksi pertama HSV adalah yang paling berat dan dimulai setelah masa inkubasi 4-6
hari.Gejala yang timbul meliputi nyeri, inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritema), dan diikuti dengan
pembentukan gelembung-gelembung yang berisi cairan bening yang selanjutnya dapat berkembang
menjadi nanah diikuti dengan pembentukan keropeng atau kerang (scab).Setelah infeksi pertama, HSV
memiliki kemampuan unik untuk bermigrasi sampai pada syaraf sensorik tepi menuju spinal ganglia dan
berdormansi sampai diaktifasi kembali. Pengaktifan virus yang berdormansi tersebut dapat disebabkan
penurunan daya tahan tubuh, stress, depresi, alergi pada makanan, demam, trauma pada mukosa
genital, menstruasi, kurang tidur, dan sinar ultraviolet.

Pemeriksa diagnostic

Urinalisis,kulkur, dan sensitivitas : Bakteriuria asimtomatik mungkin muncul ; ISK dapat disebabkan oleh
GBS, gonore, atau IMS lain.

Toksoplasmosis : serum untuk titer antibody dengan riwayat pemajaan; identifikasi mikroskopik
protozoa.

Rubella : serum untuk titer antibody.

CMV : serologi: titer virus positif; adanya CMV didalam urin

HSV : pengkajian riwayat secara seksama tentang gejala atau lesi dimasalalu; pemeriksaan fisik utuk
limfadenopati dan lesi; diagnose ditegakkan oleh kultur virus dari lesi aktif.

Hepatitis A : serologi untuk mendekteksi antibodi imonogloblin M (IgM) dilakukan guna memastikan
infeksi yang dicurigai.
Hepatitis B : serologi: semua ibu harus diskrining pada kunjungan prenatal pertama,yang diulang
kemudia pada kehamilan jika mereka mempunyai perilaku resiko-tinggi atau berasal dari kelompok
resiko-tinggi (misal, Orang Asia, Amerika Tengah, Penduduk Asli Kepulauan Karibia).

HIV : skrining serologi untuk semua ibu yang memiliki perilaku resiko-tinggi (rujuk kerencana asuhan
HIV/AIDS)

GBS : semua ibu yang memiliki usia gestasi 36-37 minggu harus dikultur area anorektal dan vaginanya.

Klamidia : jika memungkinkan, kultur serviks, dan faringeal pada kunjungan prenatal pertama ; ulangi
pada trimester ketiga untuk klien resiko-tinggi.

Sifilis : skrining ketika kunjungan prenatal pertama dan ulangi pada akhir trimester ketiga ; VDRL atau
RPR digunakn sebagai uji skrining, namun dapat memberikan hasil positif-palsu; untuk memastikan hal
yang positif: mikroskopi medan gelap positif untuk Treponema pallidum dari eksudat syanker atau lesi
sekunder; absorbs antibody treponemal fluoresen (fluorescent treponemal antibody absorbed, FTA-ABS)
positif ; dan uji mikrohemaglutinasi untuk antiodi T. pallidum (MHA-TP).

Human papilloma virus (HPV): inpeksi fisik vulva, perineum, anus, vagina dan serviks bila lesi HPV
dicurigai atau tampak pada suatu tempat; ibu dengan HPV pada vulva atau pasangan dengan HPV harus
menjalani Pap smear.

Pelaksanaan medis dan prinsip perawatan

Pengobatan TORCH

Adanya infeksi-infeksi ini dapat dideteksi dari pemeriksaan darah. Biasanya ada 2 petanda yang diperiksa
untuk tiap infeksi yaitu Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin M (IgM). Normalnya keduanya negatif.

Jika IgG positif dan IgMnya negatif,artinya infeksi terjadi dimasa lampau dan tubuh sudah membentuk
antibodi. Pada keadaan ini tidak perlu diobati. Namun, jika IgG negatif dan Ig M positif, artinya infeksi
baru terjadi dan harus diobati. Selama pengobatan tidak dianjurkan untuk hamil karena ada
kemungkinan infeksi ditularkan ke janin. Kehamilan ditunda sampai 1 bulan setelah pengobatan selesai
(umumnya pengobatan memerlukan waktu 1 bulan). Jika IgG positif dan IgM juga positif,maka perlu
pemeriksaan lanjutan yaitu IgG Aviditas. Jika hasilnya tinggi,maka tidak perlu pengobatan, namun jika
hasilnya rendah maka perlu pengobatan seperti di atas dan tunda kehamilan. Pada infeksi
Toksoplasma,jika dalam pengobatan terjadi kehamilan, teruskan kehamilan dan lanjutkan terapi sampai
melahirkan.Untuk Rubella dan CMV, jika terjadi kehamilan saat terapi, pertimbangkan untuk
menghentikan kehamilan dengan konsultasi kondisi kehamilan bersama dokter kandungan anda.

Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan menggunakan obat-obatan seperti isoprinocin,
repomicine, valtrex, spiromicine, spiradan, acyclovir, azithromisin, klindamisin, alancicovir, dan lainnya.
Namun tentu pengobatannya membutuhkan biaya yang sangat mahal dan waktu yang cukup lama.
Selain itu, terdapat pula cara pengobatan alternatif yang mampu menyembuhkan penyakit TORCH ini,
dengan tingkat kesembuhan mencapai 90 %.

Pengobatan TORCH secara medis pada wanita hamil dengan obat spiramisin (spiromicine), azithromisin
dan klindamisin misalnya bertujuan untuk menurunkan dampak (resiko) infeksi yang timbul pada janin.
Namun sayangnya obat-obatan tersebut seringkali menimbulkan efek mual, muntah dan nyeri perut.
Sehingga perlu disiasati dengan meminum obat-obatan tersebut sesudah atau pada waktu makan.

Berkaitan dengan pengobatan TORCH ini (terutama pengobatan TORCH untuk menunjang kehamilan),
menurut medis apabila IgG nya saja yang positif sementara IgM negative, maka tidak perlu diobati.
Sebaliknya apabila IgM nya positif (IgG bisa positif atau negative), maka pasien baru perlu mendapatkan
pengobatan.

KONSEP KEPERAWATAH

Pengkajian atau Data Fokus

Identitas klien

Riwayat kesehatan sekarang

Sistem saraf pusat

Fontanel yang menonjol

Letargi

Temperature yang tidak stabil

Hipotonia

Tremor yang kuat


System pencernaan

Hilangnya keinginan untuk menyusui

Penurunan intake melalui oral

Muntah

Diare

Distensi abdomen

System integument

Kucing

Adanya lesi

Ruam

System pernapasan

Apnea

Sianosis

Takipnea

Penurunan saturasi oksigen

Nasal memerah, mendengkur, dan retraksi dinding dada

System kardiovarkular

Takikardi

Menurunnya denyut perifer

Pucat

Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada anggota yang menderita sifilis

Data psikologi

Keluhan dan reaksi bayi terhadap penyakitnya

Tingkat adaptasi bayi terhadap penyakitnya


Diagnosa Keperawatan

Nyeri akut b.d agen cidera biologis

Hipertermi b.d proses perjalanan penyakit

Ketidakefektifan pola nafas b.d meningkatnya sekret saluran napas

Kurangnya pengetahuan tentang penyakit b.d terbatasnya informasi

Perencanaan

No Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24
jam diharapkan thermoregulation dalm batas normal dengan kriteria hasil :

1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

3. Mampu mengenali nyeri ( skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, dan factor presipitasi

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien


4. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

5. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan

6. Pilih dan lakuakan penanganan nyeri ( farmakologi, non farmakologi dan inter personal)

7. Beri analgetik untuk mengurangi nyeri

8. Tingkatkan istirahat

9. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluahan dan tindakan nyeri tidak berhasil

2. Hipertermi b.d proses perjalanan penyakit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
…x24 jam diharapkan thermoregulation dalm batas normal dengan kriteria hasil :

1. Suhu tubuh dalam rentang normal

2. Nadi dan RR dalam rentang normal

3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing


1. Monitor tekanan darah, nadi, dan RR

2. Monitor suhu sesering mungkin

3. Monitor warna dan suhu kulit

4. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam

5. Selimuti pasien

6. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila

7. Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil.

3. Ketikdakefektifan pola nafas b.d meningkatnya sekret saluran napas

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam diharapkan thermoregulation dalm batas
normal dengan kriteria hasil :

1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum,mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan
dalam rentang normal,tidak ada suara nafas abnormal

3. Tanda tanda vital dalam rentang normal ( tekanan darah, nadi, pernafasan)

Anda mungkin juga menyukai