HISPRUNG
Di Ruang 15 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat:
1) Mengetahui dan memahami definisi hisprung
2) Mengetahui dan memahami etiologi hisprung
3) Mengetahui dan memahami klasifikasi hisprung
4) Mengetahui dan memahami manifestasi klinis hisprung
5) Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik hisprung
6) Mengetahui dan memahami penatalaksanaan hisprung
5. Pemeriksaan diagnostik
hisprung
6. Penatalaksanaan hisprung
Penutup 10 1. Penegasan materi 1. Menjawab Tanya
menit 2. Meminta peserta untuk pertanyaan Jawab
menjelaskan kembali materi yang diberikan
yang telah disampaikan dengan oleh penyuluh
singkat menggunakan bahasa 2. Membalas
peserta sendiri salam
3. Memberikan pertanyaan
kepada peserta tentang materi
yang telah disampaikan
4. Menutup acara dan
mengucapkan salam
13. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
o Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan penyuluhan minimal 5 orang.
o Penyuluhan menggunakan power point
o Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Ruang 15 RSSA Malang.
o Pengorganisasian dan persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan pada hari
sebelumnya.
b. Evaluasi proses
o Penyaji mampu menguasai materi penyuluhan yang diberikan.
o Penyaji mampu menyampaikan materi dengan baik.
o Peserta mendengarkan ceramah dengan baik dan sangat berkonsentrasi
terhadap materi yang disampaikan oleh pemberi penyuluhan.
o Peserta antusias untuk bertanya dalam kegiatan penyuluhan dan menerima
penjelasan dari penyaji.
o Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan penyuluhan selesai
dilaksanakan.
o Tidak ada pasien/keluarga pasien yang mondar-mandir selama kegiatan
penyuluhan berlangsung.
c. Evaluasi hasil
o Pre penyuluhan
25% peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyaji sebelum
penyaji menyampaikan materi penyuluhan.
o Post penyuluhan
Peserta mampu menjawab pertanyaan dari penyaji yang meliputi:
1) Definisi hisprung
2) Etiologi hisprung
3) Klasifikasi hisprung
4) Manifestasi klinis hisprung
5) Pemeriksaan diagnostik hisprung
6) Penatalaksanaan hisprung
14. Media
Power Point
15. Materi
(terlampir)
MATERI PENYULUHAN
1. Definisi
Penyakit Hisprung (Hirschprung) adalah kelainan bawaan penyebab gangguan
pasase usus (Ariff Mansjoer, dkk. 2000). Dikenalkan pertama kali oleh Hirschprung
tahun 1886. Zuelser dan Wilson , 1948 mengemukakan bahwa pada dinding usus
yang menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis.
Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini
merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan
(aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas)
yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar
dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon).
Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu.
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion
dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Ketidak adaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan
( Betz, Cecily & Sowden : 2000 )
2. Penyebab
Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding
usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di daerah
rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh
usus sampai pilorus.
a) Keturunan
b) Gangguan perkembangan embrionik usia 1-3 bulan saat kehamilan
c) Kekurangan konsumsi asam folat/nutrisi yang tidak mencukupi selama kehamilan
d) Virus TORCH
4. Klasifikasi
Pada pemeriksaan patologi anatomi dari penyakit ini, pada sel ganglion Auerbach dan
Meissner tidak ditemukan serabut saraf menebal dan serabut otot hipertrofik.
Aganglionosis ini mulai dari anus ke arah oral. Berdasarkan panjang segmen yang
terkena, penyakit Hirschprung dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori:
5. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan dengan barium enema (colon in loop), dengan pemeriksaan ini akan
bisa ditemukan:
a. Daerah transisi
b. Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit
c. Entrokolitis padasegmen yang melebar
d. Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam ( Darmawan K, 2004 : 17 )
2) Biopsi isap
Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencari sel
ganglion pada daerah sub mukosa ( Darmawan K, 2004 :17 )
3) Biopsi otot rectum
Yaitu pengambilan lapisan otot rectum.
4) Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase
Dari hasil biobsi isap pada penyakit ini khas terdapat peningkatan, aktifitas
enzimasetil kolin esterase ( Darmawan K, 2004 : 17 )
5) Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus ( Betz, cecily & Sowden,
2002 : 197 )
6) Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang
menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang
menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi
pembusukan.
6. Penatalaksanaan
Medis
Ada beberapa tindakan yang dilakukan pada penderita Hisprung
1) Konservatif
Pada neonates/bayi/anak dilakukan pemasangan sonde lambung serta pipa
rektal untuk mengeluarkan mekonium dan udara. Bisa juga dilakukan spooling 2x
sehari.
2) Tindakan bedah sementara
Kolostomi pada neonates/bayi/anak, terlambat diagnosis, eneterokolitis berat dan
keadaan umum buruk. Kolostomi dibuat di kolon berganglion normal yang paling
distal.
3) Tindakan bedah defenitif
Mereseksi bagian usus yang aganglionosis dan membuat anastomosis.
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus
besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar
sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a. Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk
melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar
untuk mengembalikan ukuran normalnya.
b. Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak
mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama
( Betz Cecily & Sowden 2002 : 98 )
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson, Duhamel,
Boley & Soave. Pembedahan pada penyakit hirscprung dilakukan dalam dua tahap.
Mula-mula dilakukan kolostomi loop atau double–barrel sehingga tonus dan ukuran
usus yang dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan waktu kira-kira 3
sampai 4 bulan). Bila umur bayi itu antara 6-12 bulan (atau bila beratnya antara 9 dan
10 Kg), satu dari tiga prosedur berikut dilakukan dengan cara memotong usus
aganglionik dan menganastomosiskan usus yang berganglion ke rectum dengan
jarak 1 cm dari anus.
Prosedur Duhamel
Umumnya dilakukan terhadap bayi yang berusia kurang dari 1 tahun. Prosedur ini
terdiri atas penarikan kolon nromal ke arah bawah dan menganastomosiskannya
di belakang anus aganglionik, menciptakan dinding ganda yang terdiri dari
selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang ditarik tersebut.
Komplikasi
a) Gangguan keseimbangan cairan elektrolit/dehidrasi
b) Distensi abdomen
c) Muntah
d) Hipertermi
e) NEC (Enterokolitis)
f) Kelemahan bila tidak segera ditangani
g) Sepsis
Daftar Pustaka
Kuzemko, Jan, 1995, Pemeriksaan Klinis Anak, alih bahasa Petrus Andrianto, cetakan III,
EGC, Jakarta.
Mansjoer, dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, ed.3, Media Aesculapius, Jakarta.
Saifudin, AB, dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. YBPSP, Jakarta.
Surasmi, A., Handayani, S. & Kusuma, H.N. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi.
Cetakan I. Jakarta : EGC.