Anda di halaman 1dari 28

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN ONKOLOGI

“KANKER SERVIKS”

OLEH
K E LO M P O K 1 A J 2 / B 2 0

1. Ade Putrina 131711123032


2. Maria Florentina M. 131711123073
3. Yani Arnoldus T. 131711123058
4. Dinda Berlian P. 131711123017
5. Nova Annika 131711123019
6. Mas Sonia Nabeela S. 131711123033
7. Lazuardi Asrurullah AL. 131711123071
1. Pengertian kanker serviks
◦ Kanker serviks adalah proses keganasan yang terjadi pada leher
rahim dimana pada keadaan ini terdapat kelompok kelompok sel
abnormal yang timbul diantara epitel yang melapisis ektoleher
rahim maupun endoleher rahim kanalis servikalis yang sebagai
scuamosa columner junction yang terbentuk oleh sel-sel jaringan
yang tumbuh tak terkendali (Sri Kustiyati, 2011; 683).
◦ Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher
rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim
yang menempel pada puncak vagina (Diananda,Rama, 2008).
◦ Kanker serviks merupakan jenis kanker karsinoma ganas yang
berasal dari dalam daerah serviks yang menyerang leher rahim dan
bersifat skuamosa. (Medina-alarcón et al., 2017)
2. Etiologi
Penyebab kanker servik yang paling utama yaitu infeksi dari Human Papiloma
Virus (HPV). Lebih dari 90% kanker leher rahim adalah jenis skuamosa yang
mengandung DNA virus Human Papilloma Virus (HPV) dan 50% kanker servik
berhubungan dengan Human Papilloma Virus tipe 16. Penyebaran virus ini
terjadi melalui hubungan seksual terutama pada seksual aktif. Virus HPV
menyerang selaput didalam mulut dan kerongkongan servik serta anus. Apabila
tidak segera terdeteksi, infeksi virus HPV menyebabkan terbentuknya sel-sel
prakanker servik dalam jangka panjang (Imam Rasjidi, 2009:5).
Sedangkan menurut dr Maringan DL Tobing, bahwa selain infeksi dari HPV, virus
lain yang dapat menyebabkan kanker servik adalah Herpes Simplex Virus tipe 2.
Demikian juga sperma yang mengandung komplemen histone yang dapat
bereaksi dengan DNA sel leher rahim. Sperma yang bersifat alkalis menimbulkan
hyperplasia dan neoplasia sel leher rahim (Rama Diandana, 2008;45)
Beberapa faktor resiko tertentu yang lebih besar kemungkinannya untuk menderita kanker
serviks menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) sebagai berikut :
1. Usia: Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia 35-50
tahun
2. Sering berganti pasangan: Semakin banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi
HPV juga semakin tinggi
3. Merokok: Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi
dibandingkan didalam serum
4. Hygiene dan Sirkumsisi: Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada
wanita yang pasangannya belum disirkumsisi
5. Status sosial ekonomi: Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi
rendah
6. Terpapar virus: Human immunodeficiency virus (HIV) atau penyebab AIDS merusak sistem
kekebalan tubuh pada perempuan
7. Faktor genetik
WOC
(terlampir)
3. Tanda dan gejala

Menurut Ariani (2015) dan Padila (2015) pada tahap awal, kanker serviks stadium dini biasanya

tanpa gejala-gejala. Gejala fisik serangan penyakit ini pada umumnya dirasakan oleh penderita

kanker stadium lanjut. Gejala-gejala umum yang terjadi pada penderita kanker ini adalah:

a. Ada bercak atau pendarahan setelah berhubungan seksual,


b. Ada bercak atau pendarahan di luar masa haid,
c. Ada bercak atau pendarahan pada masa menopause,
d. Mengalami masa haid yang lebih berat dan lebih panjang dari biasanya, atau
e. Keluarnya bau menyengat yang tidak bisa dihilangkan walaupun sudah diobati.
Jika kanker servik sudah tingkat stadium lanjut maka gejalanya adalah :
1. Munculnya rasa sakit dan pendarahan saat berhubungan intim (contact
bleeding)
2. Keputihan yang berlebihan dan tidak normal
3. Pendarahan diluar siklus menstruasi
4. Penurunan berat badan yang drastis
5. Apabila kanker sudah menyebar kepanggul, maka pasien akan menderita
keluhan nyeri punggung
6. Hambatan dalam berkemih
Stadium kanker secara klinis menurut (Stead Latha G, 2009) dalam Schwartz and Chuang, (2018)
Stadium Deskripsi Stadium Deskripsi Karsinoma
Karsinoma

0 Sel kanker masih terbatas di selaput lendir serviks (karsinoma insitu)


1 Kanker masih terbatas di dalam jaringan serviks dan belum menyebar ke badan
rahim
1A 1 Kedalaman kanker <3,0 mm dan <7,0 mm pada penyebaran
1A 2 > 3,0 mm dan <5,0 mm secara mendalam dan <7,0 mm pada penyebaran kanker
1B 1 Lesi yang terlihat secara klinis <4,0 cm dalam dimensi terbesar
1B 2 Lesi yang terlihat secara klinis >4,0 cm dalam dimensi terbesar
11 Kanker menyerang di luar serviks tetapi tidak ke dinding samping pelvis atau lebih
rendah 1/3 vagina
11 A1 kanker tanpa keterlibatan parametrium. Lesi yang terlihat secara klinis <4,0 cm
dalam dimensi terbesar
11 A2 Tumor tanpa keterlibatan parametrium. Lesi yang terlihat secara klinis> 4,0 cm
dalam dimensi terbesar
11 B Tumor dengan keterlibatan parametrium
111 A Tumor memanjang ke 1/3 vagina, tidak ada ekstensi ke dinding samping pelvis
111 B Tumor meluas ke dinding samping pelvis dan menyebabkan hidronefrosis atau
ginjal tidak berfungsi
1V A Tumor menyerang mukosa kandung kemih atau rektum
1V B Tumor menyebar membentang di luar panggul
4. Deteksi dini kanker serviks
Skrining adalah sebuah proses untuk mengidentifikasi suatu penyakit atau kelainan yang
tidak dikenal, melalui tes yang dilakukan secara cepat pada lingkup yang luas. Melalui skrining,
orang orang yang sehat dan sakit dapat dibedakan dengan jelas. Kegiatan skrining bukan dibatasi
pada diagnosis saja melainkan diikuti dengan tindak lanjut dan perawatan (Imam Rasjidi,
2010;114
Tujuan utama dari skrining serviks adalah pengurangan kejadian kanker serviks melalui
pengurangan dalam prevalensi penyakit preinvasive yang akan berkembang menjadi kanker
serviks. (Cox and Sneyd, 2018);
Imam Rasjidi (2010) menyebutkan program pemeriksaan atau skrining yang dianjurkan WHO
untuk kanker servik yaitu sebagai berikut:
• Skrining pada setiap wanita minimal satu kali pada usia 35 tahun -40 tahun.
• Kalau fasilitas tersedia lakukan setiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun.
• Kalau fasilitas tersedia lebih, lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun.
• Ideal atau optimal lakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun.
Jenis skrining yang dapat dilakukan oleh wanita untuk melakukan deteksi dini kanker serviks
adalah
1. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara
melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan
larutan asam asetat 3-5% (Wijaya Delia, 2010).
2. Test Pap (Papsmear): Pemeriksaan dalam ini menggunakan spekulum yang berfungsi untuk
membuka liang vagina, sesudah terbuka pemeriksaan dilakukan dan cairan leher rahim
diambil menggunakan spatula dan suatu sikat kecil yang halus
3. Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, yaitu suatu alat seperti
mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya di dalamnya
4. Cara inspeksi vagina dengan asam cuka. Cara ini dianggap lebih mudah, murah dengan
harapan dapat menjangkau seluruh masyarakat, terutama kelompok miskin (M.N Bustan,
2007;178).
5. Test DNA.
5. Penatalaksanaan medis pada kanker serviks
Perawatan pada kanker servik terdiri dari operasi, radioterapi, kemoterapi, atau kombinasi
terapi. (Schwartz and Chuang, 2018)
A. Operasi atau pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker serviks stadium I dan II.
Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy) : Mengambil leher rahim, bagian dari vagina,
dan kelenjar getah bening di panggul. Pilihan ini dilakukan untuk perempuan dengan tumor
kecil yang ingin mencoba untuk hamil di kemudian hari.
Histerektomi total: Mengangakat leher rahim dan rahim. Stadium IA1 kanker serviks biasanya
diobati dengan histerektomi sederhana (Schwartz and Chuang, 2018)
Histerektomi radikal: Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar leher rahim,
rahim, dan bagian dari vagina.
Saluran telur dan ovarium: Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium. Pembedahan ini
disebut salpingo-ooforektomi.
Kelenjar getah bening: Mengambil kelenjar getah bening. Jika sel kanker telah histerektomy
total dan radikal mencapai kelenjar getah bening, itu berarti penyakit ini mungkin telah
menyebar ke bagian lain dari tubuh.
B. Radioterapi adalah salah satu pilihan bagi perempuan yang menderita kanker serviks dengan
stadium berapa pun
C. Kemoterapi diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker yang akan di
operasi atau sesudah operasi untuk membersihkan sisa-sisa sel kanker, kadang
dikombinasikan dengan terapi radiasi
6. Peran keluarga berdasarkan evidance based nursing
Terapi atau pengobatan pada kanker dibagi menjadi 3, yaitu pembedahan, kemoterapi,
dan radioterapi. Terapi tersebut dapat menimbulkan mual, muntah, diare, penurunan nafsu
makan, gangguan menelan, dan gangguan absorpsi. Efek samping yang ditimbulkan membuat
penderita merasa cemas hingga frustasi bahkan putus asa dengan serangkaian pengobatan yang
memakan waktu lama. Dalam kondisi seperti itu, dukungan keluarga sangat diperlukan untuk
memotivasi, mendampingi, dan menguatkan penderita kanker.
Dukungan keluarga terdiri dari dukungan informasional, finansial, emosional, dan
instrumental. Dukungan informasional terkait dengan pemberian informasi, nasehat, saran,
serta petunjuk yang diberikan kepada anggota keluarga, Dukungan finansial berhubungan
dengan biaya yang dikeluarkan keluarga untuk pengobatan atau perawatan dalam menunjang
kesehatan, Dukungan emosional terkait dengan psikologis serta spiritual penderita kanker, dan
Dukungan instrumental berupa pemenuhan kebutuhan intake makanan, nutrisi, dan pakaian
penderita (Anggraeni, 2010).
Konsep Asuhan Keperawatan Kanker Serviks
1. Pengkajian keperawatan
A. Anamnesis
Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan
fisik dan melalui pemeriksaan penunjang (hasil laboratorium).
Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan,
pekerjaan, asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, no medical record (MR), nama orang
tua, dan pekerjaan orang tua.
Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pekerjaan dan hubungan dengan pasien.
Riwayat kesehatan
• Keluhan utama
Biasaya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti pendarahan intra servikal dan disertai
keputihan yang menyerupai air dan berbau (Padila, 2015).
• Riwayat kesehatan sekarang
Stadium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4
timbul keluhan seperti keputihan yang berbau busuk dan perdarahan
• Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit
keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015).
• Riwayat kesehatan keluarga
faktor yang paling mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika
Riwayat Obstetri
• Keluhan haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir
• Riwayat kehamilan dan persalinan
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks terbanyak pada wanita yang sering partus,
Riwayat psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya
Pemeriksaan fisik
1. Pernafasan B1 (breath)
Pada kasus kanker serviks stadium lanjut atau ketika sel abnormal sudah mulai menyebar ke
organ-organ lain (tahap stadium 4), dapat menimbulkan sesak nafas.
2. Kardiovaskular B2 (blood)
Adanya nyeri dada (pada stadium lanjut), bradikardi, dan tekanan darah rendah dikarenakan
pendarahan pada daerah intra-servikal
3. Persyarafan B3 (brain):
• Penglihatan: Penurunan penglihatan, penglihatan menurun dikarenakan hemoglobin yang
menurun, karna anemia, konjungtiva anemis.
• Penciuman: Mengeluh bau pada keputihan yang banyak
4. Perkemihan B4 (bladder)
Biasanya pasien mengeluh nyeri saat buang air kecil, adanya pendarahan.
5. Pencernaan B5 (bowel)
Biasanya nafsu makan menurun, porsi makan kurang, berat badan menurun,
adanya konstipasi sehingga terjadi perubahan pola defekasi pada pasien.
6. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Biasanya ada nyeri pada bagian panggul sehingga sulit dalam bergerak dan
beraktivitas.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
(penekanan sel syaraf)
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan aktif akibat
perdarahan.
NOC
◦ Manajemen cairan
◦ Monitor cairan
Kriteria hasil:
◦ Tekanan darah normal (120/80 mmHg)
◦ Nadi normal (60-100 x/menit)
◦ Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam
◦ Berat badan stabil
◦ Turgor kulit lembab
◦ Kelembaban membran mukosa
◦ Hematokrit normal
NIC
Manajemen cairan
• Jaga intake dan output pasien
• Monitor status hidrasi (misalnya: membran mukosa lembab, denyut nadi adekuat dan
tekanan darah ortostatistik)
• Monitor tanda-tanda vital
• Berikan cairan IV
• Atur ketersedian produk darah untuk transfusi, jika perlu.
Monitor Cairan
• Tentukan jumlah dan jenis intake/asupan cairan serta kebiasaan eliminasi
• Monitor berat badan
• Monitor asupan dan pengeluaran
• Monitor nilai kadar serum dan elektrolit urine
• Monitor kadar serum albumin dan protein total
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penekanan sel syaraf)
NOC
• Pain Level,
• Pain control
• Comfort level
Kriteria Hasil:
• Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
• Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
• Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
• Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC
Pain Management
• Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
• Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
• Tingkatkan istirahat
• Ajarkan tentang teknik non farmakologi
• Berikan anaIgetik untuk mengurangi nyeri

Analgesic Administration
• Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
• Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
• Cek riwayat alergi
• Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
• Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
• Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
dan muntah.
NOC
• Nutritional Status : food and Fluid Intake
• Nutritional Status: nutrient Intake
• Weight control
Kriteria Hasil :
• Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
• Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
• Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
• Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
• Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan
• Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC
Nutrition Management
• Kaji adanya alergi makanan
• Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
• Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
• Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
• Berikan substansi gula
• Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Nutrition Monitoring
• BB pasien dalam batas normal
• Monitor adanya penurunan berat badan
• Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
• Monitor turgor kulit
• Monitor mual dan muntah
• Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
DAFTAR PUSTAKA

1. Cox, B. and Sneyd, M. J. (2018) ‘HPV screening , invasive cervical cancer and screening policy in
Australia’, Journal of the American Society of Cytopathy. Elsevier Inc. doi:
10.1016/j.jasc.2018.07.003.
2. Matsuo, K. et al. (2017) ‘Risk of metachronous ovarian cancer after ovarian conservation in young
women with stage I cervical cancer’, The American Journal of Obstetrics & Gynecology. Elsevier
Inc., 217(5), p. 580.e1-580.e10. doi: 10.1016/j.ajog.2017.06.019.
3. Medina-alarcón, K. P. et al. (2017) ‘Highlights in nanocarriers for the treatment against cervical
cancer’, 80, pp. 748–759. doi: 10.1016/j.msec.2017.07.021.
4. Nakisige, C., Schwartz, M. and Okoth, A. (2017) ‘Gynecologic Oncology Reports Cervical cancer
screening and treatment in Uganda’, Gynecologic Oncology Reports. The Authors, 20, pp. 37–40.
doi: 10.1016/j.gore.2017.01.009.
5. Philp, L. et al. (2018) ‘Gynecologic Oncology Pap tests in the diagnosis of cervical cancer : Help or
hinder ?’, Gynecologic Oncology. Elsevier Inc., 150(1), pp. 61–66. doi:
10.1016/j.ygyno.2018.05.019.
6. Rizzo, A. E. and Feldman, S. (2018) ‘Update on primary HPV screening for cervical cancer
prevention’, Current Problems in Cancer. Elsevier Inc., 0, pp. 1–14. doi:
10.1016/j.currproblcancer.2018.06.013.
7. Schwartz, M. and Chuang, L. (2018) Cervical Cancer. Second Edition, Encyclopedia of
Reproduction. Second Edition. Elsevier. doi: 10.1016/B978-0-12-801238-3.64740-2.
8. Vu, M. et al. (2018) ‘Cervical cancer worldwide’, Current Problems in Cancer. Elsevier Inc., 0, pp.
1–9. doi: 10.1016/j.currproblcancer.2018.06.003.
9. Caesandri S, Adiningsih, S. 2015. Peranan Dukungan Pendamping dan Kebiasaan Makan Pasien
Kanker Selama Menjalani Terapi. Media Gizi Indonesia, Vol. 10, No. 2 Juli–Desember 2015: hlm.
157–165)
10. Rasjidi, Imam. 2010. Epidemiologi Kanker Pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto
11. Diananda, Rama. 2008. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta: Katahati
12. Diananda, Rama. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta: EGC
13. Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jalarta: Rineka Cipta
14. Wiyono, Sapto. 2008. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) untuk Deteksi Dini Lesi Prakanker Servik.
Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang
15. Tim Cancer Help. 2010. Stop Kanker. Jakarta: Agro Media
16. Sri Kustiyati, Winarni. 2011. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dengan Metode IVA di Wilayah
Kerja Puskesmas Ngoresan Surakarta. Jurnal GASTER Vol 8 No. 1. Hal 681-694
17. Andrijono. 2009. Kanker Serviks, Edisi Kedua. Jakarta: Devisi Onkologi Departemen Obstetri
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
18. Wall, K. M. 2010. Modifiable barriers to cervical cancer screening adherence among working
women in mexico. Journal of Women’s Health. Vol. 9. Number 7. Mary Ann Liebert. Inc.
19. Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
20. Ariani, 2015. Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
21. Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta: Nuha Medika
22. Reeder, dkk, 2013. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media Ausculapius
23. Friedman. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan Praktik, Edisi 5. Jakarta: EGC
24. Sari, M. 2012. Hubungan dukungan keluarga terhadap motivasi pasien kanker payudara dalam
menjalani Kemoterapi di Ruang Cendrawasih I RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal Ners
Indonesia, 2(2), 158-164.
25. Asri Dwi Pristiwati , Umi Aniroh , Abdul Wakhid. 2018. Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Respon Psikologis Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di Poliklinik Onkologi RSUD
Kabupaten Temanggung. Indonesian Journal of Nursing Research Vol. 1 No. 1 Mei 2018
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai