Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu jenis penyakit ganas yang menakutkan dan
mematikan.Setiap tahun terdapat jutaan orang yang meninggal dunia karena kanker leher
rahim (serviks), kanker payudara, kanker hati, dan kanker-kanker lainnya.
Di Negara maju, nomor satu adalah kanker payudara, di Indonesia yang nomor satu
adalah kanker serviks, sebagai pembunuh wanita (dr. sumarjati Arjoso, SKM, Ketua III,
yayasan kanker Indonesia).
Di Indonesia kanker serviks (kanker leher rahim) paling banyak diderita.Di Jakarta saja
paling tidak setiap dua hari ada satu orang yang meninggal karena kanker leher rahim. (dr.
Lailaa Nuranna, devisi Onkologi FKUI)
Kanker leher rahim merupakan jenis kanker yang paling banyak pengidapnya di
Indonesia.Bahkan, Indonesia merupakan Negara ke dua di dunia-setelah Cina-yang memiliki
pengidapan kanker leher rahim terbanyak.Padahal kanker ini termasuk kanker yang mudah di
deteksi secara dini dan bisa dicegah atau diobati sebelum berkembang lebih lanjut.
Hampir semua (99%) kanker leher rahim disebabkan oleh infeksi human papilloma
virus (HPV).Infeksi human papilloma virus sangat mudah terjadi.Diperkirakan tiga per empat
dari jumlah orang yang pernah melakukan hubungan seks, laki-laki maupun perempuan
mengalaminya.

B. Tujuan Penulisan
TIU:
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Ca Serviks 1b
dengan benar dan efektif.
TIK:
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang:
1. Pengertian Ca Serviks, , etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, penatalaksanaandan
klasifikasinya
2. Pengkajian
3. Menentukan intervensi
4. Mengevaluasi asuhan yang diberikan

C. Metode Penulisan

1
Metode penulisan yang kami buat dengan menggunakan searching internet, diskusi
kelompok dan mengambil referensi dari beberapa buku.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terdiri dari Kata Pengantar, Daftar isi, Bab I Pendahuluan yang
terdiri dari: Latar belakang Masalah, Tujuan penulisan, Metode penulisan dan Sistematika
penulisan. Bab II Konsep Dasar yang terdiri dari :Pengertian, Etiologi, Patofisiologi,
Manifestasi Klinik, Penatalaksanaan dan klasifikasinya.Bab III yang terdiri dariPengkajian,
Diagnosa Keperawatan, Fokus Intervensi dan Rasional. Bab IV Penutup yang terdiri dari
:Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka

2
BAB II
KONSEP DASAR

A. Pengertian

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai
akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan
normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).

Kanker serviks adalah perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik histologi. Proses
perubahan pertama menjadi tumor ini mulai terjadi pada sel-sel squamocolummar
junction. Kanker serviks ini sering terjadi pada usia 30 sampai 45 tahun tetapi dapat
terjadi pada usia dini yaitu 18 tahun. (Mitiyani : Jakarta)

Ca seviks uterus merupakan tumor ganas yang menyerang leher rahim (Sarwono,
2005).

Kanker serviks (cervical cancer) adalah kanker yang terjadi pada area leher rahim atau
serviks.Serviks adalah bagian rahim yang menghubungkan rahim sebelah atas dengan
vagina.

B. Etiologi

Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan
predisposisi yang menonjol, antara lain :

1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual

Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual


semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih
terlalu muda.

2. Jumlah kehamilan dan partus

Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.Semakin sering
partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.

3
3. Jumlah perkawinan

Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan


mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.

4. Infeksi virus

Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma
akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks

5. Sosial Ekonomi

Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin
faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan
perseorangan.Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas
makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.

6. Hygiene dan sirkumsisi

Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi.Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis
tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.

7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)

Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR


akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang
kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat
sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.

C. Patofisiologi
Faktor resiko mayor untuk kanker servikal adalah infeksi dengan virus papilloma
manusia (HPV) yang ditularkan secara seksual.Penelitian diseluruh dunia menegaskan
bahwa infeksi HPV adalah faktor penting dalam perkembangan kanker servikal. Faktor
resiko lain untuk perkembangan kanker servikal adalah aktivitas seksual pada usia muda,
paritas tinggi, jumlah pasangan seksual meningkat, status sosioekonomi yang rendah, dan
merokok.

4
D. Manifestasi Klinik

1. Perdarahan vagina yang abnormal

a. Perdarahan yang terjadi diantara periode-periode teratur menstruasi

b. Perdarahan setelah hubungan seks, penyemprotan air, atau suatu pemeriksaan


pelvic

c. Periode-periode menstruasi yang berlangsung lebih lama dan lebih berat daripada
sebelumnya

d. Perdarahan setelah menopause

2. Terdapat keputihan berlebihan, berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh.

3. Adanya perdarahan tidak normal. Ini terjadi hanya bila setelah sel-sel leher rahim
menjadi bersifat kanker dan menyerang jaringan-jaringan di sekitarnya.

4. Pemberhentian darah lewat vagina.

5. Meningkatnya perdarahan darah selama menstruasi

6. Terjadinya siklus diluar menstruasi dan setelah hubungan seks.

7. Nyeri selama berhubungan seks.

8. Kesulitan atau nyeri dalam perkemihan.

9. Terasa nyeri didaerahsekitar panggul.

10. Perdarahan pada masa pra atau paska menopause.

11. Bila kanker sudah mencapai stadium tiga keatas, maka akan terjadi pembengkakan di
berbagai anggota tubuh, seperti betis, paha, tangan, dan sebagainya.

5
E. Penatalaksanaan

Seperti pada kejadian penyakit yang lain, jika perubahan awal


dapat di deteksi seawal mungkin,tindakan pengobatan dapat di berikan
sedini mungkin. Jika perubahan awal talah diketahui,pengobatan yang
umum diberikan adalah dengan:
1. Pemanasan,diathermy,atau dengan sinar laser.
2. Cone biopsy, yaitu dengan cara mengambil sedikit dari sel-sel leher
rahim,termasuk sel yang mengalami perubahan.Tindakan ini
memungkinkan pemerikasaan yang lebih teliti untuk memstikan
adanya sel-sel yang mengalami perubahan. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan oleh ahli kandungan.
Jika perjalanan penyakit telah sampai pada tahap prekanker, dan
kanker leher rahim telah dapat di identifikasi, maka untuk
penyembuhan, beberapa hal dapat dilakukan :
1. Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker,
biasanya uterus beserta leher rahimnya.
2. Radioterapi, yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi
yang dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.

F. Klasifikasi
Klasifikasi Kanker Serviks menurut IFGO 1978

Tingka Kriteria
t

0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh

I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri

Ia Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah
stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam pembuluh limfe atau
pembuluh darah.

Ib Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan
histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia

II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian atas vagina

6
dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul

II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat tumor

II b Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum sampai dinding


panggul

III a Penyebaran sampai bagian distal vagina, sedang parametrium tidak


dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.

III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah infiltrat
antara tumor dengan dinding panggul.

IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mokusa rektum
dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar panggul ketempat yang
jauh

IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau sudah keluar
dari pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi

IV b Telah terjadi metastasi jauh.

3.

7
BAB III

PEMBAHASAN

Kasus ;

Ny. I 42 tahun mengeluh keluar darah dari dalam vagina 3 kali dalam satu bulan, volume
kadang-kadang banyak. Pasien juga mengeluh sering terjadi keputihan, perdarahan pasca
koital dan diluar menstruasi mengeluh nyeri dan gatal pada daerah liang senggama,
disperenia. Dan hasil pemeriksaan lanjut, klien di diagnose Ca Serviks Ib dan dokter
menganjurkan untuk operasi. Ny. I mengatakan takut untuk melakukan operasi.Wajah terlihat
pucat.Dari hasil pemeriksaan klinis tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80x/menit, RR
22x/menit, suhu 38C.hasil pemeriksaan laboraturium Hb: 200 mg %, leukosit: 11.000/dl,
eritrosit 450.000. Ny. I menayakan apakah ia akan sembuh dengan operasi, Ny. I juga
mencemaskan adik perempuannya yang menurutnya juga sering mengeluh keputihan.

Tugas : Diskusikan asuhan Keperawatannya?

A. Pengkajian

1. Anamnesa

a. Identitas Klien :

Nama : Ny. I

Umur : 42 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

8
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Semarang

Penaggung Jawab :

Nama : Bapak. Ahyar

Umur : 45 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : PNS

Alamat : Semarang

b. Keluhan utama.
keluar darah dari dalam vagina 3 kali dalam satu bulan, volume kadang-kadang
banyak. Pasien juga mengeluh sering terjadi keputihan, perdarahan pasca koital
dan diluar menstruasi mengeluh nyeri dan gatal pada daerah liang senggama,
disperenia
c. Riwayat penyakit sekarang
Mengeluh keluar darah dari dalam vagina 3 kali dalam satu bulan, volume
kadang-kadang banyak.
d. Riwayat penyakit terdahulu.
-
e. Riwayat penyakit keluarga
Adik perempuannya yang menurutnya juga sering mengeluh keputihan.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Perdarahan
keputihan
b. Palpasi
nyeri abdomen
nyeri punggung bawah

9
3. Pemeriksaan Dignostik
a. Sitologi
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
b. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
c. Kolposkop
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah
untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang
kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.
d. Pap net (pemeriksaan terkumpoteresasi dengan hasil lebih sensitif)
e. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat
yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan
berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
f. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi.
4. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.
5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan
pemberian kemoterapi.
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi
genokologis dan prognosis yang tak menentu.
7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker
terhadap peran pasien dalam keluarga.
8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubbungan dengan
terbatasnya informasi.

C. Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia.

10
Tujuan:
Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya
komplikasi perdarahan.
Intervensi:
a. Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta jumlah trombosit.
b. Berikan cairan secara cepat.
c. Pantau dan atur kecepatan infus.
d. Kolaborasi dalam pemberian infus
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah.
Tujuan:
Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.
Intervensi:
a. Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet
yang ditentukan.
c. Pantau masukan makanan oleh klien.
d. Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan sesuai
dengan diet.
e. Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi.
Tujuan:
Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
a. Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
b. Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
c. Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan
d. Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan.
e. Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotika.
4. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan:
Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
Intervensi :
a. Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap
(Hb dan Trombosit)
b. Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan.
c. Observasi tanda-tanda perdarahan.
d. Observasi tanda-tanda vital.
e. Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC ( Trombosit Concentrated)
5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan
pemberian kemoterapi.
Tujuan:
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
Intervensi:

11
a. Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.
b. Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur sebanyak
mungkin dengan diimbangi aktifitas.
c. Bantu pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola istirahat atau keletihan
yang dialami.
d. Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
e. Observasi kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas.
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa
malignansigenokologis dan prognosis yang tak menentu.
Tujuan:
Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat
diatasi.
Intervensi:
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan cipakan suasana lingkungan yang
kondusif.
b. Evaluasi kempuan pasien dalam mengambil keputusan
c. Dorong harapan yang realistis.
d. Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.
e. Berikan dorongan spiritual.
7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker
terhadap peran pasien dalam keluarga.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya
dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
Intervensi :
a. Bantu pasien untuk mengedintifikasi peran yang bisa dilakukan didalam
keluarga dan komunitasnya.
b. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan fisik yang spesifik yang
dibutuhkan sehubungan dengan penyakitnya.
c. Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap perubahan peran
anggota yang sakit.
8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan dengan
terbatasnya informasi.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian
terapi.
Intervensi:
a. Baringkan pasien diatas tempat tidur.
b. Kaji kepatenan kateter abdomen.
c. Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama pengobatan
d. Jelaskan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi.

D. Evaluasi

12
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
1. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya
komplikasi perdarahan.
2. Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh.
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
5. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
6. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat
diatasi.
7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya
dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
8. Pasein dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian
terapi

13
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik
menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur
antara 20 sampai 30 tahun.Kanker serviks disebabkan oleh infeksi yang terus menerus
dari human papillomavirus (HPV) tipe onkogenik (yang berpotensi menyebabkan
kanker). Telah terbukti bahwa HPV merupakan sebab mutlak terjadinya kanker serviks -
angka prevalensi didunia mengenai karsinoma serviks adalah 99,7 %.

Kanker serviks merupakan kanker yang terbanyak diderita wanita-wanita di negara


yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di negara maju kanker ini menduduki
urutan ke-10 dan bila digabung maka ia menduduki urutan ke-5. Sebagaimana kanker
umumnya maka kanker serviks akan menimbulkan masalah-masalah berupa kesakitan
(morbiditas), penderitaan, kematian, finansial/ekonomi maupun lingkungan bahkan
pemerintah. Dengan demikian penanggulangan kanker umumnya dan kanker serviks
khususnya harus dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi.Akibat serius dari penyakit
ini adalah kematian.

Makin tinggi stadium penyakitnya makin sedikit penderita yang dapat bertahan
hidup/survive. Penyebab utama tingginya angka kejadian kanker serviks di negara
berkembang karena tidak adanya program skrining yang efektif bagi wanita dengan
sosial-ekonomi rendah.Setiap tahun diperkirakan terdapat 500.000 kasus kanker serviks
baru di seluruh dunia, 77 % di antaranya ada di negara-negara sedang berkembang. Di
Indonesia diperkirakan sekitar 90-100 kanker baru di antara 100.000 penduduk
pertahunnya, atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun, dengan kanker serviks menempati
urutan pertama di antara kanker pada wanita. Studi epidemiologik menunjukkan bahwa
faktor-faktor risiko terjadi-nya kanker serviks meliputi hubungan seksual pada usia dini
(<20 tahun), berganti-ganti pasangan seksual, merokok, trauma kronis pada serviks uteri
dan higiene genitalia. Lebih dari separuh penderita kanker serviks berada dalam stadium
lanjut yang memerlukan fasilitas khusus untuk pengobatan seperti peralatan radioterapi

14
yang hanya tersedia di beberapa kota besar saja. Di samping mahal, pengobatan terhadap
kanker stadium lanjut memberikan hasil yang tidak memuaskan dengan harapan hidup 5
tahun yang rendah. Mengingat beratnya akibat yang ditimbulkan oleh kanker serviks
dipandang dari segi harapan hidup, lamanya penderitaan, serta tingginya biaya
pengobatan, sudah sepatutnya apabila kita memberikan perhatian yang lebih besar
mengenai latar belakang dari penyakit yang sudah terlalu banyak meminta korban itu, dan
segala aspek yang berkaitan dengan penyakit tersebut serta upaya-upaya preventif yang
dapat dilakukan.Perkembangan penderita kanker mulut rahim (Karsinoma Serviks) pada
tahun ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, karena perilaku seksual yang
tidak sehat yang dilakukan pasangan suami-istri. Selain itu, karena ketidaktahuan
masyarakat terhadap gejala yang timbul juga menyebabkan penderita penyakit ini
jumlahnya mengalami peningkatan,

Penyakit kanker mulut rahim terjadi karena Human Papillomavirus (HPV) dan ini
terjadi saat proses hubungan seksual pasangan suami dan istri.Insidens kanker serviks
meningkat sejak usia 25-34 tahun dan menunjukkan puncaknya pada usia 35-44 tahun di
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Ciptomangunkusumo, dan 45-54 tahun di
Indonesia. Laporan FIGO pada tahun 1998 menunjukkan kelompok usia 30-39 tahun dan
60-69 tahun terbagi sama banyaknya. Secara keseluruhan, stadium IA lebih sering
ditemukan pada kelompok usia 30-39 tahun sedang untuk stadium IB dan II lebih sering
ditemukan pada kelompok usia 40-49 tahun. Kelompok usia 60-69 tahun merupakan
proporsi tertinggi pada stadium III dan IV.

B. Saran

Pada kesempatan ini, kepada semua pihak diharapkan dapat menjadi pelopor untuk
diri sendiri dalam berperilaku sehat dalam reproduksi, serta menjadi penggerak bagi
pencegahan yang menyeluruh terhadap bahaya kanker alat reproduksi perempuan.Dan
bagi yang sudah memiliki pengetahuan awal tentang kanker alat reproduksi perempuan
khususnya Perawat dapat menjadi komunikator yang baik untuk memberikan informasi,
pengalaman dan pemahaman yang seksama dalam mencegah lingkungan masyarakat
sekitar dan diri sendiri dari perilaku reproduksi yang tidak sehat khususnya dari bahaya
kanker Serviks.

15
DAFTAR PUSTAKA

MT, Dyayadi.2009. Pembunuh Ganas dan ditakuti itu Bernama Kanker. Rizma. Samarinda
(Kalimantan Timur).

Ghofar, Abdul. 2009. Cara Mudah Mengenal dan Mengobati Kanker.Edisi I. Jakarta.

http://askep-askeb-kita.blogspot.com/2010/01/kanker-serviks_04.html

http://piomm.blogspot.com/2009/12/kanker-servik.html

http://creasoft.wordpress.com/2008/04/19/kanker-serviks/

http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/08/askep-ca-serviks/

http://blog.asuhankeperawatan.com/414askep/ca-serviks/

16

Anda mungkin juga menyukai