Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Carsinoma servik adalah pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel- sel epithelial
yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan metastasis.
(Dorland,1998)
Kanker servik adalah karsinoma pada leher rahim dan menempati urutan pertama di
dunia. (Sjamjuhidayat, 2005) Kanker servik adalah keganasan nomor tiga paling sering dari
alat kandungan dan manempati urutan ke delapan dari keganasan pada perempuan di
Amerika (Yatim F,2005)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kanker servik adalah
kanker leher rahim yang paling ganas dari bebrapa kanker pada wanita yang lain.

B. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.2 organ interna wanita


1. Anatomi serviks
Serviks merupakan bagian terendah dari uterus yang menonjol ke vagina
bagian atas. Bagian atas vagina berakhir mengelilingi serviks sehingga serviks
terbagi menjadi bagian (supravaginal) dan bagian bawah (portio). Di anterior bagian
batas atas serviks yaitu ostium interna kurang lebih tingginya sesuai dengan batas
peritoneum pada kandung kemih. Kanalis servikalis berbentuk fusiformis dengan
lubang kecil pada kedua ujungnya, yaitu orifisium interna yang bermuara ke dalam
uterus dan orifisium eksterna yang bermuara ke dalam vagina (Harahap, 1984;
Moore, 2002; Eroschenko, 2003).
Serviks diinervasi oleh saraf sensorik dan susunan saraf otonom baik
susunan saraf simpatis maupun susunan saraf parasimpatis. Susunan saraf simpatis
berasal dari daerah T5-L2 yang mengirimkan serat-serat yang bersinaps pada satu
atau banyak pleksus yang terdapat pada dinding perut belakang atau di dalam
panggul sehingga yang sampai di serviks ialah saraf pascaganglion (Harahap, 1984).
Serat parasimpatis berasal dari daerah S2-S4 dan bersinaps dalam pleksus dekat
atau dinding rahim. Serat-serat saraf masuk ke uterus melalui serviks dalam dan
kebanyakan melaui ganglion Frankenhauser (ganglion serviks, pleksus
uterovaginal) yang merupakan pleksus utama pada panggul dan terletak dekat pada
ujung ligamen sakrouterina (Harahap, 1984).
2. Fisiologi Serviks
Selama fase proliferasi siklus menstruasi, sekresi kelenjar serviks uteri adalah
encer berair. Jenis sekret ini mempermudah sperma melalui kanalis serviks masuk
ke dalam uterus. Sebaliknya, selama fase luteal (sekresi), siklus menstruasi dan
kehamilan, sekret kelenjar serviks menjadi kental dan membentuk sumbatan mukus
di dalam kanalis serviks uteri. Hal ini menghambat jalan sperma atau
mikroorganisme dari vagina ke dalam uterus (Eroschenko, 2003)

C. Etiologi dan Faktor Predisposisi


1. Etiologi kanker servik idiopatik atau belum diketahui pasti
2. Ada beberapa faktor resiko dan faktor predisposisi yang menonjol yaitu:
a. Umur
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual. penelitian menunjukkan
bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual maka semakin
besar kemungkinan mendapat kanker servik. Kawin pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda
b. Jumlah Kehamilan dan Partus
Kanker servik dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering
partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat kanker servik
c. Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang sangat besar terhadap kanker
serviks
d. Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks ( HSV-2 ) dan virus papiloma atu virus
kondiloma akuinata diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks
e. Sosial ekonomi
Kanker servik banyak dijumpai pada golongan social ekonomi rendah.
Mungkin faktor social ekonomi erat kaitannnya dengan gizi,imunitas, dan
kebersihan perorangan. Pada golongan social ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang. Hal ini mempengaruhi imunitas
tubuh.
f. Hygine dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi hal ini karena pada pria non sirkumsisi
higine penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan- kumpulan smegma.
g. Merokok dan AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )
Merokok akan Merangsang terbentuknya sel kanker sedangkan pemakaian
AKDR akan terpengaruh terhadap servik yaitu bermula dari adanya erosi
servik yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus
menerus. Hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
( yatim,faisal, 2005 )
D. Patofisiologi
Kanker insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik terjadi
pada seluruh lapisan epitel disebut displasia .displasia merupakan neoplasia serviks
intraepithelial (CNI ).CNI terbagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I ringan, tingkat
II esdang, tingkat III berat.tidak ada gejala spesifik untuk kanker serviks perdarahan
merupakan satu-satunya gejala yang nyata.tetapi gejala ini hanya ditemukan pada
tahap lanjut. Sedang untuk tahap awal tidak.
Neoplastik hasil apusan abnormal dilanjutkan dengan biopsy untuk
memperoleh jaringan guna memperoleh jaringan guna pemeriksaan sitologik.
Sedang alat biopsy yang digunakan dalam biopsy kolposkop fungsinya
mengarahkan tindakan biopsy dengan mengambil sample, biopsy kerucut juga harus
dilakukan.
Stadium dini CNI dapat diangkat seluruhnya dengan biopsy kerucut atau
dibersihkan dengan laser kanker atau bedah beku. Atau biasa juga dengan
histerektomi bila klien merencanakan untuk tidak punya anak. Kanker invasive
dapat meluas sampai ke jaringan ikat, pembuluh limfe dan vena. Vagina
ligamentum kardinale. Endometrium penanganan yang dapat dilaksanakan yaitu
radioterapi atau histerektum radiakl dengan mengangkat uterus atu ovarium jika
terkena kelenjarlimfe aorta diperlukan kemoterapi. (Price, Sylvia A, 2006 )

E. Manifestasi Klinik
Pada tahap permulaan kanker, sudah menimbulkan perdarahn melalui vagina,
misalnya:
1) Setelah melakukan koitus atau perdarahan menstruasi lebih banyak atua
timbul perdarahan menstruasi lebih sering.
2) Timbul perdarahan diantara siklus menstruasi.
3) Apabila kanker sudah berada pada stadium lanjut bias terjadi perdarahan
spontan dan nyeri pada rongga panggul.
4) Keluhan dan gejala akibat bendungan kanker penderita mengalami halangan
air seni.
5) Sembab anggota tengah karena penekanan pembuluh darah balik.
6) Nyeri pada pinggang bagian bawah.
7) Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita
8) Perdarahan sesudah menopouse Klasifikasi dari Ca. Serviks (FIGO, 1978)
1. stadium 0 : Karsinoma intraepithelial. Stadium ini tidak dimasukkan
kedalam statistic terapetik untuk karsinoma invasive.
2. stadium I : karsinoma terbatas pada serviks
3. stadium Ia : karsinoma invasive hanya ditemukan secara mikroskopik
4. stadium Ib : lesi infasif > 5 mm
5. stadium Ib1 : lesi klinis berukuran < 4mm
6. stadium Ib2 : lesi klinis > 4mm
7. stadium II : karsinoma meluas melampaui serviks, tetapi belum
meluas pada dinding panggul, karsinoma melibatkan vagina tetapi tidak
sampai 1/3 bagian bawah
8. stadium IIa : mengenai vagina tetapi tidak jelas mengenai
parametrium
9. stadium IIb : jelas sampai ke parametrium, tetapi belum sampai
kedinding panggul
10. stadium III : karsinoma keluar sampai dinding panggul,
tumor mencapai 1/3 bawah vagina
11. stadium IIIa : tidak mencapai dinding panggul tapi 1/3 bawah
vagina terkena
12. stadium IIIb : perluasan ke dinding panggul atau hidronefrosis atau
ginjal tidak berfungsi.
13. stadium IV : proses keganasan telah keluar dari dinding panggul kecil
dan melibatkan mukosa rectum dan atau vesika urinaria atau telah
bermetastase keluar panggul atau ketempat yang jauh.
14. stadium IVa : penyebaran sampai organ didekatnya
15. stadium IVb : telah bermetastase jauh. (Yatim, Faisal 2005
halm:46 )

F. Penatalaksanaan
1. Pengobatan
a. Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan pap smear adalah salah satu pemeriksaan sel leher rahim
sampai mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini. Pemeriksaan sel
leher rahim dengan cara ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 40 an.berkat
teknik pemeriksaan ini angka kematian karena kanker rahim turun sampai 75%.
b. Operasi
Pada prinsipnya, operasi sebagai pengobatan kanker leher rahim
dilakukan apabila kanker belum menyebar. Bila tumor masih berada didalam
jaringan servik dan ukurannya masih kurang dari 3mm.maka dilakukan operasi
ekstra facial histerektomi. Biasanya operasi dengan cara ini pada penderita
tingkat klinik seperti ini. Resiko kambuh dan penyebaran ke kelenjar getah
bening adalah kurang dari 1%.kanker serviks tingkat 1A2,1B, atau dilakukan
operasi pengangkatan rahim secara total berikut kelenjar getah bening
sekitarnya ( radikal histerektomi ).
Secara umum pengobatan kanker leher rahim adalah:
1. penyinaran ( radioterapi )
2. pengobatan dengan zat kimia
3. cara operasi
ke tiga cara pengobatan tersebut bisa dilakukan slah satu atau kombinasi.
Tidak semua kanker rahim berhasil baik dengan cara pengobatan tersebut. Pada
kanker rahim stadium lanjut, 1/3 penderita kankernya tumbuh lagi setelah
pengobatan. Kekambuhan terjadi pada 1-2 tahun setelah pengobatan dihentikan.
Penyebaran kanker biasanya ke vagina bagian atas rahim dan organ lain
dirongga panggul. Kanker ini tumbuh lagi pada bagian atas vagina setelah
dilakukan operasi pengangkatan rahim ( histerektomi ).
2. Pencegahan
a. Penggunaan kondom bila berhubungan seks dapat mencegah penularan
penyakit infeksi menular seperti gonorrhe, clamidia, dan HIV/AIDS.
b. Menghindari merokok, meningkatkan derajat kesehatan secara umum dan
mencegah CIN (cervical intra epithelial neoplasia) atau pertumbuhan sel
epitel kearah ganas dan kanker leher rahim.(yatim, f: 2005)

G. Komplikasi
Komplikasi berkaitan dengan intervensi pembedahan sudah sangat menurun
yang berhubungan dengan peningkatan teknik-teknik pembedahan
tersebut.Komplikasi tersebut meliputi: fistula uretra, disfungsi kandung kemih,
emboli pulmonal, limfosit, infeksi pelvis, obstruksi usus besar dan fistula
rektovaginal.
Komplikasi yang dialami segera saat terapi radiasi adalah reaksi kulit, sistitis
radiasi dan enteritis. Komplikasi berkaitan pada kemoterapi tergantung pada
kombinasi obat yang digunakan. Masalah efek samping yang sering terjadi adalah
supresi sumsum tulang, mual dan muntah karena penggunaan kemoterapi yang
mengandung sisplatin. ( Gale Danielle, 2000 )

H. Pengkajian Fokus
a. Demografi
a. Umur
Terjadi pada usia 45-50 tahun tetapi dapat juga terjadi pada usia 18 tahun
b. Lingkungan
Sosial ekonomi rendah dan personal higine kurang
c. Kebiasaan
Seseorang yang sering ganti-ganti pasangan

b. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang sebelumnya mengalami kanker
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah klien mengeluh nyeri, perdarahan yang berlebihan dan apakah
mengeluarkan cairan putih dari vagina ( keputihan )
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Wanita dengan kehamilan dini, pemberian estrogen, atau steroid lainnya
dapat menimbulkan berkembangnya masalah fungsional genital pada
keturunannya
d. Pola kesehatan Fungsional
e. Pola Persepsi
f. Personal hygine yang kurang pada daerah genitalia
g. Pola Nutrisi dan Metabolik Anoreksia, BB menurun
h. Pola Eliminasi
BAB dan BAK tidak disadari
i. Pola Aktivitas dan Latihan Klien mengalami kelelahan
j. Pola Istirahat dan Tidur Ada gangguan tidur
k. fPersepsi diri dan Konsep diri Harga diri rendah
l. Pola reproduksi dan Seksual Nyeri dan perdarahan saat koitus

c. Pengkajian Fisik
1. Rambut
Rontok karena efek dari kemoterapi
2. Conjungtiva
Anemis
3. Wajah
Pucat
4. Abdomen
Distensi abdomen
5. Vagina
Keputihan berbau, warna merah, perdarahan merah tua, berbau dan kental
6. Serviks
Ada nodul

d. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Sitologi Pap Smear


Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah pap smear. Pap
smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim. Test ini
mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim yang abnormal, yaitu
suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada laher rahim dengan spatula
kemudian dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop.
Saat ini telah ada teknik thin prep (liquid base cytology) adalah metoda pap
smear yang dimodifikasi yaitu sel usapan serviks dikumpulkan dalam cairan
dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran, darah, lendir serta memperbanyak
sel serviks yang dikumpulkan sehingga akan meningkatkan sensitivitas.
Pengambilan sampel dilakukan dengan mengunakan semacam sikat (brush)
kemudian sikat dimasukkan ke dalam cairan dan disentrifuge, sel yang
terkumpul diperiksa dengan mikroskop.
b. Kolposkopi
Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan untuk
mengamati secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang
abnormal. Dengan kolposkopi akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaaan
serviks, kemudian dilakukan biopsi pada lesi-lesi tersebut.
c. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks. Tes sangat
mudah dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan non dokter
ginekologi, bidan praktek dan lain-lain. Prosedur pemeriksaannya sangat
sederhana, permukaan serviks/leher rahim diolesi dengan asam asetat, akan
tampak bercak-bercak putih pada permukaan serviks yang tidak normal.
d. Serviksografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa
ekstensi 50 mm. Fotografi diambil oleh tenaga kesehatan
dan slide (servikogram) dibaca oleh yang mahir dengan kolposkop. Disebut
negatif atau curiga jika tampak kelainan abnormal, tidak memuaskan jika SSK
tidak tampak seluruhnya dan disebut defek secara teknik jika servikogram tidak
dapat dibaca (faktor kamera atau flash).
Kerusakan (defect) secara teknik pada servikogram kurang dari 3%.
Servikografi dapat dikembangkan sebagai skrining kolposkopi. Kombinasi
servikografi dan kolposkopi dengan sitologi mempunyai sensitivitas masing-
masing 83% dan 98% sedang spesifisitas masing-masing 73% dan 99%.
Perbedaan ini tidak bermakna. Dengan demikian servikografi dapat di-gunakan
sebagai metoda yang baik untuk skrining massal, lebih-lebih di daerah di mana
tidak ada seorang spesialis sitologi, maka kombinasi servikogram dan
kolposkopi sangat membantu dalam deteksi kanker serviks.
e. Gineskopi
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan pembesaran
2,5 x dapat digunakan untuk meningkatkan skrining dengan sitologi. Biopsi atau
pemeriksaan kolposkopi dapat segera disarankan bila tampak daerah berwarna
putih dengan pulasan asam asetat.
f. Pemeriksaan Penanda Tumor (PT)
Penanda tumor adalah suatu suatu substansi yang dapat diukur secara
kuantitatif dalam kondisi prakanker maupun kanker. Salah satu PT yang dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya perkembangan kanker serviks adalah
CEA (Carcino Embryonic Antigen) dan HCG (Human Chorionic
Gonadotropin). Kadar CEA abnormal adalah > 5 µL/ml, sedangkan kadar HCG
abnormal adalah > 5ηg/ml. HCG dalam keadaan normal disekresikan oleh
jaringan plasenta dan mencapai kadar tertinggi pada usia kehamilan 60 hari.
Kedua PT ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah dan urine
I. Pathways Keperawatan

J. Diagnosa & Intervensi Keperawatan


1. Pre op & pre Radiasi
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infiltrasi ke saraf Tujuan
: melaporkan nyeri berkurang.
Kriteria hasil : Klien tidak gelisah & ekpresi wajah tidak tegang.
1. Intervensi : Kaji skala nyeri & intensitas nyeri.
Rasional : untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2. Intervensi :Awasi dan pantau tanda-tanda vital
Rasional : klien mengetahui sebab-sebab nyeri.
3. Intervensi :Ajarkan klien relaksasi dalam dan masase pada daerah sekitar
nyeri.
Rasional : mengurangi rasa nyeri.
4. Intervensi : Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang.
Rasional : Untuk meningkatkan kenyamanan klien dan mengurangi nyeri.
b. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah berhubungan dengan adanya
jaringan mati dan busuk, keputihan yang berbau busuk dari vagina.
Tujuan : Harga Diri klien meningkat
Kriteria hasil : klien mengatasi masalahnya dengan positif.
1. Intervensi: Dorong klien untuk mengungkapkan permasalahanya.
Rasional: Dengan mengungkapkan masalah diharapkan perawat dapat
membantu menyelesaikan.
2. Intervensi : kaji kemampuan klien yang bersifat positif
Rasional : meningkatkan Harga Diri klien.
3. Intervensi : libatkan keluarga untuk mem,otifasi klien.
Rasional : sebagai support system untuk klien.

2. Post operasi dan post Radiasi


a. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan jaringan terbuka akibat luka
pembedahan
Tujuan : Infeksi dapat di cegah.
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi pada daerah luka.
1. Intervensi : Monitor tanda-tanda infeksi pada daerah luka.
Rasional : Mengetahui ada atau tidak nya tanda-tanda infeksi.
2. Intervensi : Jaga kebersihan lokasi.
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi..
3. Intervensi : Rawat luka dengan tehnik aseptic dan anti septic.
Rasional : Mencegah transmisi mikro organisme.
4. Intervensi : Anjurkan klien klien untuk mobilisasi fisik secara
aktif.
Rasional : Untuk mempercepat penyembuhan luka.
5. Intervensi : kolaborasi dengan Medis untuk memberikan
antibiotic.
Rasional : mencegah infeksi.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia.

Anda mungkin juga menyukai