Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan adalah dengan adanya sistem pendokumentasian yang baik. Sistem
pendokumentasian yang dilaksanakan dapat memberikan manfaat antara lain
sebagai sarana komunikasi antara tenaga kesehatan, sarana untuk dapat mengikuti
perkembangan dan evaluasi pasien, dapat dijadikan data penelitian dan
pendidikan, mempunyai nilai hukum dan merupakan dokumen yang sah. Dalam
kebidanan banyak hal penting yang harus didokumentasikan yaitu segala asuhan
atau tindakan yang diberikan oleh bidan baik pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi,
dan keluarga berencana

Dokumentasi kebidanan adalah suatu sistem pencatatan dan pelaporan


informasi tentang kondisi dan perkembangan kesehatan pasien dan semua
kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan.

Dokumentasi kebidanan sangat penting bagi bidan dalam memberikan asuhan


kebidanan. Hal ini karena asuhan kebidanan yang di berikan kepada klien
membutuhkan pencatatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai acuan
untuk menuntut tanggung jawab dari berbagai permasalahan yang mungkin
dialami oleh klien berkaitan dengan pelayanan yang diberikan.

Dokumentasi kebidanan juga digunakan sebagai informasi tentang status


kesehatan klien pada semua kegiatan asuhan kebidanan yang dilakukan oleh
bidan. Manfaat dokumentasi kebidanan dapat dilihat dari berbagai aspek-aspek,
seperti aspek administrasi, aspek hukum, aspek pendidikan, aspek penelitian,
aspek ekonomi, dan aspek manajemen.

Berdasarkan penjelasan di atas dokumentasi kebidanan merupakan kegiatan


pencatatan, pemeliharaan, dan proses komunikasi terhadap informasi yang

1
berkaitan dengan pengelolaan klien guna mempertahankan sejumlah fakta dari
suatu kejadian dalam suatu waktu.

1.2 Tujuan

Melaksanakan asuhan kebianan pada persalinan fisiologis sesuai dengan


managemen 7 langkah varney.

1.3 Manfaat
(1) Mahasisiwa mampu melakukan pengkajian pada ibu bersalin kala II fisiologis
(2) Mahasiswa mampu dalam merumuskan diagnosa pada ibu bersalin kala II
fisiologis
(3) Mahasiswa mampu mengidentifikasi adanya masalah potensial
(4) Mahasiwa mampu mengidentifikasi akan tindakan segera dan kolaborasi
(5) Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan yang menyeluruh
(6) Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi sesuai rencana asuhan
(7) Mahasiswa mampu mengevaluasi pengkajian dan mendokumentasikan
asuhan.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Persalinan Kala II

Kala II persalinan adalah proses pengeluaran buah kehamilan sebagai hasil


pengenalan proses dan penatalaksanaan kala pembukaan, batasan kala II dimulai
ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan kelahiran
bayi, kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi (Depkes RI, 2007).

Kala II persalinan adalah kala pengeluaran, di mulai saat serviks telah


membuka lengkap dan berlanjut hingga bayi lahir. Mean durasi kala II pada
persalinan spontan tanpa komplikasi adalah sekitar 40 menit pada primigravida
dan 15 menit pada wanita multipara. Bayi yang gagal lahir dalam batas waktu ini
tidak harus mengindikasikan persalinan operatif, tetapi tetapi tentunya
memerlukan penilaian ulang situasi dalam hal posisi atau ukuran bayi dalam
hubungannya dengan panggul. Pada wanita dengan blok epidural yang efektif,
kepala bayi seringkali tampak terletak rendah di dalam panggul, pada perineum,
tetapi tidak dapat maju lebih lanjut karena keinginan ibu untuk mendorong telah
melemah (atlas kebidanan).

2.2 Tanda Kala II

(1) His terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali.
(2) Kepala janin telah turun masuk panggul sehingga terjadi tekanan pada otot
dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin mengejan.
(3) Tekanan pada rectum, dan anus menmbuka.
(4) Vulva membuka dan perineum menegang.

2.3 Perubahan Fisiologis Pada Kala II Persalinan

(1) Kontraksi uterus


Dimana kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoxia dari sel-sel
otot tekanan pada ganglia dalam serviks dan segmen bawah rahim (SBR),
regangan dari serviks, regangan dan tarikan pada peritoneum, itu semua terjadi

3
pada saat kontraksi. Adapun kontraksi yang bersifat berkala dan yang harus
diperhatikan adalah lamanya kontraksi berlangsung 60-90 detik, kekuatan
kontraksi, kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan mencoba apakah
jari kita dapat menekan dinding rahim kedalam, interval antara kedua kontraksi,
pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.
(2) Perubahan-perubahan uterus
Keadaan segmen atas rahim (SAR) dan segmen bawah rahim (SBR), dalam
persalinan perbedaan SAR dan SBR akan tanpak lebih jelas, dimana SAR
dibentuk oleh karpus uteri dan bersifat memegang peranan aktif (berkontraksi)
dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan, dengan kata lain
SAR mengadakan suatu kontraksi menjadi tebal dan mendorong anak keluar.
Sedangkan SBR dibentuk oleh isthimus uteus yang sifatnya memegang peranan
pasif dan makin tupis dengan majunya persalinan (disebabkan karena regangan),
dengan kata lain SBR dan serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi.
(3) Perubahan pada serviks
Perubahan pada serviks pada kala II ditandai dengan pembukaan lengkap,
pada pemeriksaan dalam tidak terabab lagi bibir portio, segmen bawah rahim
(SBR) dan serviks.
(4) Perubahan pada vagina dan dasar panggul
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah terjadi perubahan,
terutama pada dasar panggul yang diregangkan oleh bagian depan janin sehingga
menjadi saluran yang dinding-dindingnya tipis karena suatu regangan dan kepala
sampai di vulva, lubang vulva menghadap kedepan atas dan anus, menjadi
terbuka, perineum menonjol dan tidak lama kemudian kepala janin tampak pada
vulva.
(5) Perubahan sistem reproduksi
Kontraksi uterus pada persalinan bersifat unik mengingat kontraksi ini
merupakan kontraksi otot fisiologis yang menimbulkan nyeri pada tubuh. Selama
kehamilan terjadi keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam
darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar estrogen dan progesteron menurun kira-
kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai sehingga menimbulkan kontraksi uterus.
Kontraksi uterus mula-mula jarang dan tidak teratur dengan intensitasnya ringan,

4
kemudian menjadi sering, lebih lama dan intensitasnya semakin kuat seiring
kemajuan persalinan.
(6) Perubahan tekanan darah
Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik
rata-rata 10-20 mmHg dan diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Pada waktu-waktu
diantarakontraksi tekanan darah kembali ketingkat sebelum persalinan. Dengan
mengubah posisi tubuh terlentang ke posisi miring, perubahan tekanan darah
selama kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa takut dan kekhawatiran dapat
semakin meningkatkan tekanan darah.
(7) Perubahan metabolisme
Selama persalinan, metabolisme karbohidrat meningkat dengan kecepatan
tetap. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh aktivitas otot. Peningkatan
aktivitas metabolik terlihat dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan,
denyut jantung dan cairan yang hilang.
(8) Perubahan suhu
Perubahan suhu sedikit menigkat selama persalinan dan tertinggi selama dan
segera setelah melahirkan. Perubahan suhu hingga suhu normal bila peningkatan
suhu yang tidak lebih dari 0,5-1˚C yang mencerminkan peningkatan metabolisme
selama persalinan.
(9) Perubahan denyut nadi
Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama fase
peningkatan, penurunan selama titk puncak sampai frekuensi yang lebih rendah
daripada frekuensi diantara kontraksi dan peningkatan selama fase penurunan
hingga mencapai frekuensi lazim di antara kontraksi. Penurunan yang mencolok
selama puncak selama kontraksi uterus tidak terjadi jika wanita berada pada posisi
miring bukan terlentang. Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih
meningkat dibanding selama periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan
peningkatan meabolisme yang terjadi selama persalinan.
(10) Perubahan pernafasan
Peningkatan frekuensi pernafasan normal selama persalinan dan
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi. Hiperventilasi yang

5
memanjang adalah temuan abnormal dan dapat menyebabkan alkalosis (rasa
kesemutan pada ekstremitas dan perasaan pusing).
(11) Perubahan pada ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat di akibatkan
peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan
peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal. Poliria menjadi
kurang jelas pada posisi terlentang karena posisi ini membuat aliran urine
berkurang selama persalinan.
(12) Perubahan pada saluran cerna
Absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh lebih berkurang. Apabila
kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung selama
persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan lambart sehingga waktu
pengosongan lambung menjadi lebih lama. Cairan tidak dipengaruhi dan waktu
yang dibutuhkan untuk pencernaan di lambung tetap seperti biasa. Lambung yang
penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan penderitaan umum selama masa
transisi. Oleh karena itu, wanita harus dianjurkan untuk tidak makan dalam porsi
besar atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum ketika keinginan timbul
guna mempertahankan energi dan hidrasi. Mual dan muntah umum terjadi selama
fase transisi yang menandai akhir fase pertama persalinan.
(13) Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan kembali
ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pascapartum jika tidak ada
kehilangan darah yang abnormal. Waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat
peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut selama persalinan (Varney, 2008).

2.4 Perubahan Psikologis Pada Kala II Persalinan

Perubahan psikologis keseluruhan seorang wanita yang sedang mengalami


persalinan sangat bervariasi, tergantung pada persiapan dan bimbingan antisipasi
yang ia terima selama persiapan menghadapi persalinan, dukungan yang diterima
wanita dari pasangannya, orang terdekat lainnya, keluarga dan pemebri
perawatan, lingkungan tempat wanita tersebut berada dan apakah bayi yang
dikandungnya merupakan bayi yang diinginkan atau tidak.

6
Dukungan yang diterima atau tidak diterima oleh seorang wanita
dilingkungan tempatnya melahirkan, termasuk dari mereka yang
mendampinginya, sangat mempengaruhi aspek psikologisnya pada saat
kondisinya sangat rentan setiap kali kontraksi timbul juga pada saat nyerinya
timbul secara berkelanjutan (Varney, 1997).

2.5 Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin

(1) Ruangan

Persalinan dan kelahiran bayi dapat terjadi di rumah, di tempat bidan,


puskesmas dan dirumah sakit, oleh karena itu pastikan ketersediaan bahan dan
sarana yang memadai, oleh karena itu diperlukan hal-hal pokok sebagai berikut.

(a) Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi uadara serta terlindung
dari tiupan angin.
(b) Sumber air bersih yang mengalir untuk cuci tanan dan mandi ibu sebelum dan
sesudah melahirkan.
(c) Air (DTT) untuk membersihkan vulva dan perineum sebelum periksa dan
selama persalinan dan membersihkan perineumibu setelah bayi lahir.
(d) Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong
persalinan.
(e) Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan selama menjelang persalinan,
setelah melahirkan bayi dan memberikan asuhan kepada ibu dan bayinya.
(f) Penerangan yang cukup baik siang ataupun malam
(g) Tempat tidur yang bersih untuk ibu
(h) Tempat yang bersih untuk memberikan asuhan bayi baru lahir.
(i) Meja yang bersih atau tempattertentu untuk meletakkan peralatan persalinan.
(2) Perlengkapan, bahan dan obat yang dibutuhkan

Pastikan perlengkapan jenis dan jumlah bahan yang diperlukan dalam


keadaan siap pakai untuk setiap persalinan. Kegagalan dalam menyediakan
prlengkapan, bahan, obat esensial pada saat asuhan diberikan dapat meningkatkan
resiko penyulit pada ibu dan bayi baru lahir yang dapat membahayakan
keselamatan jiwa mereka.

7
(3) Memberikan Asuhan Sayang Ibu

Meliputi pemberian dukungan emosional, pengaturan posisi, pemberian


cairan dan nutrisi, pengosongan kandung kemih, pencegahan infeksi dan
persiapan rujukan.

(4) Pemberian Dukungan Emosional

Bidan berperan dalam memberikan dukungan secara emosional termasuk


melatih keterampilan dan menanamkan rasa percaya diri. Penelitian menunjukkan
bahwa dukungan langsung dan terus-menerus terhadap ibu selama persalinan
membuat rasa aman dan puas (Hodnett & Osborn, 1989), dukung dan anjurkan
suami serta keluarganya medampingi dan mendukung ibu selama persalinan.

(5) Pengaturan posisi

Anjurkan ibu untuk mencoba posisi yang nyaman selama persalinan dan
kelahiran. Ibu boleh berjalan, duduk, berdiri, jongkok, berbaring, miring atau
merangkak. Hindari mengatur posisi ibu terlentag karena berat uterus beserta
isinya dapat menekan vena cava inferior yang berakibat hipoksia janin, posisi
terlentang juga menghambat kemajuan persalinan.

(6) Pemberian Cairan dan Nutrisi

Ibu memerlukan energi dan asupan karbohidrat selama persalinan. Anjurkan


ibu memakan makanan ringan dan meminum air selama proses prsalinan, karena
hal tersebut dapat menghasilkan lebih banyak energy dan mencegah dehidrasi.
Dehidrasi dapat memperlambat kontraksi dan atau menyebabkan kontraksi teratur.

(7) Pengosongan Kandung Kemih

Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih selama persalinan , ibu


harus berkemih paling sedikit 2 jam atau lebih sering jika terasa ingin berkemih,
jika kandung kemih penuh maka dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut.

(a) Memperlambat penurunan bagian terbawah janin dan mungkin menyebabkan


partus macet.

8
(b) Menyebabkan ketidaknyamanan ibu.
(c) Meningkatnya resiko perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh
atonia uteri.
(d) Mengganggu penatalaksanaan distodia bahu.
(e) Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih.

(8) Pencegahan Infeksi

Pencegahan ini sangat penting dalam menurunkan angka kesakitan dan


kematian ibu dan bayi baru lahir, dan mencegah resiko infeksi pada penolong
persalinan.

(9) Persiapan Rujukan

Apabila terjadi penyulit segera rujuk dengan menyertakan dokumentasi


tertulis semua asuhan dan perawatan serta penilaian termasuk partograf yang telah
dilengkapi untuk dibawa kefasilitas rujukan bila diperlukan.

2.6 Gerakan Utama dari Mekanisme Persalinan

Gerakan utama janin selama persalian meliputi penurunan kepala, fleksi,


rotasi dalam, ekstensi, ekspulsi, serta rotasi luar.

(1) Penurunan kepala


Pada primigravida penurunan kepala terjadi pada bulan terakhir kehamilan,
namun pada multigravida baru terjadi saat permulaan persalinan. Masuknya
kepala kedalam PAP disertai sutura sagitalis yang melintang dan fleksi ringan.
Masuknya kepala dapat terjadi dalam keadaan asinklitismus keadaan tersebut
ditandai dengan posisi sutura sagitalis tepat diantara simfisis dan promontorium,
sementara pada sinklitismus terjadi apabila agak kedepan mendekati simfisis
(asinkiltismus posterior) atau agak kebelakang mendekati promontorium
(asinklitismus anterior), derajad sedang asinklitismus dapat terjadi pada persalinan
normal tapi bila derajad berat akan menyebabkan CPD.
(2) Fleksi

9
Pada awal persalinan bayi fleksi ringan seiring kepala yang maju biasanya
fleksi juga bertambah, sampai didasar panggul kepala bayi fleksi maksimal.
(3) Rotasi dalam
Adalah putaran ubun-ubun kecil (UUK) dari bagian depan yang
menyebabkan bagian terendah dari bagian depan janin memutar kearah depan
kebawah simfisis, rotasi ini merupakan usaha untuk menyesuaikan posisi kepala
dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul.
(4) Ekstensi
Setelah kepala janin sampai pada dasar panggul, UUK berada dibawah
simfisis, terjadi ekstensi kepala janin karena pintu bawah panggul mengarah
kedepan keatas. Sehingga lahir berturut-turut pada pinggir atas perineum yaitu
ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi.
(5) Rotasi luar
Kepala bayi selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar
kembali kearah punggungnya untuk menghilangkan torsi pada leher yang
diakibatkan karena putaran paksi dalam., bahu melintasi pintu dalam keadaan
miring dan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya (bahu
mengalami putaran dalam di dasar panggul).
(6) Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan dibawah simfisis dan menjadi
hipoklion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir selanjutnya
seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir.

2.7 Tindakan Amniotomi

Selama selaput ketuban masih utuh, bayi akan terhindar dari infeksi dan
asfiksia. Acairan amniotic berfungsi sebagai perisai melindungi janin dari tekanan
penuh akibat kontraksi. Oleh karena itu amniotomi dini pada kala 1 perlu
dihindari karena biasanya selaput keuban akan pecah spontan.

(1) Keuntungan tindakan amniotomi.


(a) Mengamati ada tidaknya meconium
(b) Menentukan lebih jelas punctum maksiimum DJJ
(c) Mempermudah perekaman saat pemantauan janin

10
(d) Mempercepat proses persalinan karena mempercepat proses pembukaan
serviks

(2) Kerugian tindakan amniotomi


(a) Menimbulkan trauma pada kepala janin yang menimbulkan kecacatan pada
tulang kepala akibat tekanan diferensial yang meningkat.
(b) Menambah kompresi tali pusat akibat jumlah cairan amniotic bierkurang.

(3) Indikasi amniotomi


(a) Pembukaan lengkap
(b) Solusio plasenta

(4) Penatalaksanaan amniotomi


(a) Alat dan bahan
i. Set partus yang berisi
 ½ kocher : 1 buah
 Klem kocher : 2 buah
 Gunting tali pusat : 1 buah
 Sarung tangan steril/ DTT : 1 pasang
ii. Penghitung waktu/ jam
iii. Fetoskop
iv. Bengkok
v. Larutan klorin 0,5 %
vi. Meja ginekologi, lampu sorot, ruangan yang memenuhi standar.
(b) Langkah kerja
i. Beritahu ibu tindakan yang akan dilakukan
ii. Siapkan peralatan yang diperlukan
iii. Atur posisi ibu (litotomi/dorsal recumbent), dan pastikan kandung kemih
kosong
iv. Cuci tangan dengan air mengalir

11
v. Pastikan kepala sudah masuk PAP pastikan dengan leopold IV,
amniotomi yang dilakukan saat kepala belum masuk PAP dapat
menyebabkan infeksi
vi. Pakai sarung tangan DTT
vii. Masukka ½ kocherkedala vagina , masukkan kocherdiantara jari telunjuk
dan jari tengah, torehkan gigi kocher saat selaput menegang sampai
selaput robek, dan perhatikan cairan yang keluar.
viii. Keluarkan ½ kocherdari vagina , keluarkan perlahan lahan lalu segera
masukkan kocher kedalam larutan klorin 0,5%
ix. Pertahankan tangan tetap didalam, pastikan kepala turun dan tidak ada
bagian janin yang kecil ikut turun, perhatikan cairan ketuban yang keluar,
pastikancairan keluar semua, lalu keluarkan tangan perlahan-lahan.
x. Monitor DJJ (awasi jangan sampai terjadi gawat janin)
xi. Rapikan semua peralatan

2.8 Episiotomi

(1) Indikasi Episiotomi

(a) Gawat janin, untuk menolong keselamatan janin maka persalinan harus
segera diakhiri.
(b) Persalinan pervaginam dengan penyulit, missal presentasi okong, distosia
bahu,, akan dilakukan dengan ekstraksi forceps dan vakum.
(c) Jaringan parut pada perineum atau vagina.
(d) Adanya rupture yang membakat pada perineum.
(e) Perineum kaku dan pendek.
(f) Premature untuk mengurangi tekanan pada kepala janin.

(2) Penatalaksanaan episiotomy

(a) Alat dan Bahan


i. Bak instrument steril berisi
 Kasa
 Gunting episiotomy
 Betadine

12
 Spuit 10 ml dengan jarum minimal ukuran 22 dan panjang 4 cm
 Lidokain 1% (bila tersedia lidokain 2% buat 1% dengan cara
melarutkan satu bagian lidokain ditambah dengancairan garam
fisiologis atau destilasi steril) tanpa epinefrin.
(b) Langkah kerja
i. Beri anestesi local
 Jelaskan prosedur tindakan kepada pasien
 Cuci tangan
 Gunakan sarung tangan steril
 Hisap 10 ml lidokain tanpa epinefrin 1%
 Letakkan 2 jari tangan kiri kedalam vagina diantara kepala janin dan
perineum
 Masukkan jarum ditengah fourchette dan masukkan jarum di
sepanjang tempat yang akan dilakukan episiotomy
 Lakukan aspirasi, pastikan jarum tidak memasuki pembuluh darah, hal
ini ditujukan untuk menghindari kejang pada ibu.
 Tarik jarum perlahan sambil mendorong lidokain, suntikan maksimum
10 ml, cabut jarum, kulit perineum teraba menggelembung
disepanjang garis episiotomy
(c) Lakukan episiotomy
 Lakukan pada saat perineum menipis dan pucat kepala janin sudah
tampak 3-4 cm saat kontraksi (crownig). Hal tersebut bertujuan untuk
menghindari terjadinya perdarahan
 Masukka 2 jari (telunjuk dan jari tengah) kedalam vagina diantara
kepala janin dan perineum, kedua jari diregangkan
(agarmempermudah episiotomy, dan melindungi kepala janin)
 Dengan gunting episiotomy steril tempatkan di tengah fouchette
posterior dan posisi gunting mengarah kesudut yang iinginkan
(mediolateral/lateral)
 Gunting kearah vagina sekitar 2-3 cm
 Bila janin belum lahir lakukan penakanan dengan kassa steril pada
luka perineum untuk mencegah terjadinya perdarahan.

13
2.9 Urutan Pertolongan Persalinan Normal
(1) Melihat tanda dan gejala kala II
(a) Amati tanda dan gejala kala II

(2) Menyiapkan pertolongan persalinan


(a) Pastikan alat dan obat telah siap,, patahkan ampul oksitosin dan tempatkan
tabung suntik sekali pakai di dalam bak steril
(b) Kenakan baju penutup/ celemek plastic yang bersih
(c) Cuci tangan dibawah air mengalir kemudian keringkan
(d) Pakai sarung tangan DTT
(e) Isap oksitosin 10IU ke tabung suntik kemudian letakkan di bak steril

(3) Memastikan pembukaan lengkap dan janin baik


(a) Bersihkan vulva dan perineum
(b) Lakukan periksa dalam, untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila selaput
ketuban belum pecah tapi sudah pembukaan lengkap lakukan amniotomi
(c) Dekontaminasi sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%
(d) Periksa DJJ dokumentasikan dalam partograf

(4) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan persalinan
(a) Beritahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dengan
cara.
i. Bantu ibu berada dalam posisi nyaman sesuai keinginannya.
ii. Tunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran lanjutkan
pemantauan kesehata dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan
pedoman persalinan aktif dan dokumentasikan temuan.
iii. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
iv. Lakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran diantaranya.
 Bimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk
meneran.

14
 Dukung dan mmberi semangat atas usaha ibu saat meneran.
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman (tidak dengan terlentang).
 Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi.
 Anjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada
ibu.
 Beri ibu minum.
 Nilai DJJ tiap 5 menit.
 Jika bayi belum lahir tidak segera dalam 2 jam untuk primipara, dan 1
jam untuk multipara, rujuk segera
v. Jika ibu tidak memiliki keinginan untuk meneran
 Anjurkan ibu untuk berjalan, jongkok, atau posisi yang dianggapnya
nyaman, jika ada kontraksi anjurkan ibu untuk meneran pada puncak
kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi.
 Dan jika bayi tidak lahir juga dalam waktu yang ditentukan, rujuk
segera
vi. Persiapan pertolongan persalinan
 Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6cm,
letakkan handuk bersih diatas perut ibu.
 Letakkan kain bersih dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu,
membuka setpartus.
 Pakai sarung tangan steril
 Menolong kelahiran bayi
vii. Lindungi perineum dengan tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan
yang lain pada kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut tanpa
menghambat kepala bayi.
 Jika terdapat meconium pada cairan ketuban , segera hisap mulut dan
hidung setelah kepala lahir dengan penghisap DTT
viii. Periksa adanya lilitan tali pusat
ix. Tunggu kelala sampai melakukan putaran paksi luar
 Kelahiran bahu

15
 Setelah kepala melakukan putaran paksi, tempatkan kedua tangan
penolong pada sisi muka bayi, anjurkan ibu meneran pada kontraksi
berikutnya, dengan lambuttarik bayi kabawah untuk mengeluarkan
bahu depan, kemudian tarik kebelakang untuk melahirkan bahu
belakang.
 Kelahiran badan dan tungkai
 Sangga tubuh bayi (ingat maneuver tangan). Setelah kedua bahu di
lahirkan telusurkan tangan kebagian kepala bawah bayi hingga
kearah perineum tangan, biarkan bahu dan lengan posterior lahir,
kendalikan kelahiran siku dan tangan bayi , gunakan lengan atas
untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
 Setelah tubuh dan lengan lahir telusurkan tangan yang ada diatas
atau anterior dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangga saat
punggung dan kaki lahir. Pegang kedua mata kaki bayi dengan
hati-hati untuk membantu kelahiran bayi.
x. Penanganan bayi baru lahir
 Nilai bayi dengan cepat kemudian letakkan diatas perut ibu dengan
posisis kepala lebih rendah dari tubuhnya.
 Segera keringkan bayi, bungkus kepala dan badan kecuali tali pusat.
 Jepit tali pusat ± 3 cm dari tubuh bayi. Lakukan urutan tali pusat
kearah ibu, kemudian klem pada jarak ± 2cm dari klem pertama.
 Pegang tali pusat dengan satu tangan, lindungi bayi dari gunting, dan
potong tali pusat diantara klem tersebut.
 Ganti handuk yang telah basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau
selimut yang bersih dan kering, tutupi bagian kepala , biarkan tali
pusat tetap terbuka.
 Jika bayi mengalami kesulitan bernafas lakukan tindakan yang sesuai
 Berikan bayi kepada ibunya, anjurkan ibu untuk memeluk & lakukan
IMD

16
2.10 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Intra Natal Care

(1) Konsep Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah bantuan yang di berikan oleh bidan kepada individu
pasien atau klien yang pelaksanaanya dilakukan dengan cara.

(a) Bertahap dan sistematis


(b) Melalui suatu proses yang di sebut manajemen kebidanan

(2) Manajemen kebidanan


(a) Pengertian

 Proses pemecahan masalah


 Digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah
 Penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang
logis
 Untuk pengambilan suatu keputusan
 Yang berfokus pada klien

(b) Langkah-langkah

Dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu bersalin (intranatal)merupakan


bentuk catatan dari asuhan kebidanan yang dilaksanakan pada ibu dalam masa
intranatal dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada
langkah sebelumnya.

 Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk memulai keadaan klien


secara keseluruhan.
 Menginterprestasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah
 Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi
penangananya.

17
 Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
 Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional
berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
 Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.

 Mengevaluasi ke efektifan asuhan yang di lakukan, mengulang kembali


manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.

(Yanti damai, dian sundawati. 2011).

Langkah I : Pengkajiana data

Pada langkah pertama ini berisi semua informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Yang terdiri dari data
subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah yang menggambarkan
pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa. Data subjektif
pasien ibu bersalin atau data yang di peroleh dari anamnesis, antara lain.

(1) Biodata, data demografi


(2) Riwayat kesehatan, termasuk faktor heriditer dan kecelakaan.
(3) Riwayat menstruasi.
(4) Riwayat obstetri dan ginekolog, termasuk nifas dan laktasi
(5) Biopsikospiritual
(6) Pengetahuan klien

Data objektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil


pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang
dirumuskan dalam data fokus antara lain.

(1) Pemeriksaan fisik, sesuai kebutuhan dan tanda-tanda vital.


 Pemeriksaan khusus
 Inspeksi
 Palpasi

18
 Auskultasi
 Perkusi
(2) Pemeriksaan penunjang
 Laboratorium
 Diagnosis lain: USG, Radiologi.
 Catatan terbaru dan sebelumnya.

Data yang terkumpul ini sebagai data dasar untuk interprestasi kondisi klien
untuk menentukan langkah berikutnya.

Langkah II : interprestasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah atau diagnosis


berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakan bidan dalam lingkup
praktek kebidanan melalui “standar nomenklatur” (tata nama) Diagnosis
kebidanan dan dirumuskan secara spesifik. Masalah psikologi berkaitan dengan
hal-hal yang sedang dialami wanita tersebut. Contoh.

(1) Diagnosis : G1 P0AO, hamil 40 minggu. Janin tunggal, hidup.


(2) masalah : wanita tersebut tidak menginginkan kehamilan ini dan takut
menghadapi proses persalinan.
(3) Kebutuhan : konseling, atau rujukan konseling.

Perasaan takut dan tidak menginginkan kehamilan ttidak termasuk dalam


“nomenklatur” standart diagnosis kebidanan, tetapi perlu pengkajian lebih lanjut
dan memerlukan penanganan khusus dan perencanaan yang terarah sehingga
wanita ini dapat ditolong dan mendapatkan pelayanan yang memang ia butuhkan.
Sehingga masalh tidak berlarut-larut.

Langkah III : mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial.

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial


berdasarkan diagnosis masalah yang sudah teridentifikasi. Langkah ini

19
membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan
waspada dan bersiap-siap menghadapinya bila diagnosis atau masalah potensial
ini benar-benar terjadi.langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang
aman.

Contoh : seorang wanita masuk kamar bersalin dengan pemuaian uterus yang
berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian
uterus yang berlebihan ini, misalnya mungkin hidramnion, makrosomi, kehamilan
ganda, ibu diabetes, dan lain-lain.

Langkah IV : mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang


memerlukan penanganan segera.

Pada kasus ibu bersalin dengan pemuaian uterus berlebihan, bidan harus
mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan penanganan segera untuk
mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadi perdarahan post
partum karena atonia uterikarena oemuaian uterus yang berlebihan, dan
mencegahnya dengan infus pitosin atau uterotonika atau adanya bayi premature
atau BBLR.

Pada bayi besar makrosomia perlu mengantisipasi adanya perslinan macet,


bayi aspiksia dan perlunya persiapan resusitasi dan kemungkinan adanya
perlukaan jalan lahir dan perdarahan karena atonia uteri. Pada langkah ketiga ini,
bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidah hanya
merumuskan masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan
tindakan antisipasif agar masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi. Andaikan
tidak terhindarkan, sudah terantisipasi tindakan penangana yang tepat sehingga
pasien dapat ditolong secara tepat dan cepat. Sehingga langkah ini benar-benar
merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis

Langkah V : merencanakan asuhan yang menyeluruh

Langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh


hasil kajian pada langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

20
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah di identifikasi atau
diantisipasi. Pada langkah ini informasi/ data yang kurang lengkap dapat
dilengkapi.

Rencana asuhan menyeluruh tidak hanya meliputi yang sudah teridentifikasi


atau setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dapat dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang akan terjadi berikutnya,
apakah dia membutuhkan penyuluhan, konseling atau rujukan bila ada masalah
yang berkaitan dengan aspek sosio-kultural,ekonomi atau psikologi. Setiap
rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak sehingga asuhan yang
diberikan dapat efektif, karena sebagian dari asuhan akan dilaksanakan pasien.

Rencana asuhan pada persalinan kala II

Data dasar untruk menentukan kesejahtetaan ibu dan janinselama kala II


persalinan adalah kelanjutan dari data dasar yang dikumpulkan dan evaluasi dari
kala I, yaitu melanjutkan evaluasi setiap tanda yang ditemukan dari riwayat,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan panggul dan pemeriksaan laboratorium yang
telah dilakukan terhadap ibu dan bayi selama proses persalinan

Selanjutnya melanjutkan evaluasi kemajuan persalinan. Rata-rata lama


persalinan kala II (Menurut Friedman) 1 jam pada primi para dan 15 menit pada
multi para. Pada umumnya persalinan kala II tidak lebih dari 2 jam pada primi
para dan 1 jam pada multi para. Kontraksi selama persalinan kala II biasanya lebih
sering, kuat dan lebih lama, kira-kira setiap 2 menit lamanya 60-90 derajat.

Manajemen pada persalinan kala II termasuk bertanggung jawab terhadap.

(1) Persiapan untuk persalinan


(2) Manajemen persalinan
(3) Membuat manajemen keputusan untuk persalinan kala II

Menentukan manajemen asuhan keputusan untuk persalinan kala II termasuk hal-


hal berikut.

21
(1) Frekuensi untuk memeriksakan tanda-tanda vital
(2) Frekuensi dari memeriksakan denyut jantung janin
(3) Kapan ibu dipimpin untuk meneran
(4) Kapan melakukan persiapan persalinan
(5) Posisi ibu waktu bersalinan
(6) Kapan perlu ibu dikateter
(7) Kapan menyokong perineum
(8) Apakah perlu dilakukan episiotomi
(9) Kapan melahirkan kepala bayi, saat kontraksi atau di antara kontraksi
(10) Kapan mengklem dan memotong tali pusat
(11) Apakah perlu dikonsultasikan dengan dokter ahli

Keputusan yang diambil bermacam-macam tergantung pada ibu ,harapannya,


kondisinya dan situasi.

Melanjutkan evaluasi janin

(1) Evaluasi presentasi , dan gerakan bayi.


(2) Adaptasi bayi terhadap panggul (sinklitismus atau asinklitismus, moulase dan
adanya kaput susedaneum)
(3) DJJ dan polanya

Melanjutkan evaluasi ibu

Melanjutkan screening tanda dan gejala komplikasi obstetric dan fetal distres.

Langkah VI : Melaksanakan perencanaan

Melaksanakan asuhan ng menyeluruh yang telah direncanakan secara efektif


dan aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagaian dilakukan oleh bidan, sebagaian oleh
klien sendiri atau oleh petugas kesehatan lainnya. Walau bidan tidak
melaksanakan seluruh asuhan sendiri, tatapi dia tetap memiliki tanggung jawab
untuk mengarahkan pelaksaannya (misalnya memantau rencananya benar-benar
terlaksana).

22
Langkah VII: Evaluasi

Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan, apakah
memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam diagnosis atau
masalah. Pelaksanaan rencana asuhan tersebut dapat dianggap efektif apabila ada
perubahan dan perkembangan pasien yang lebih baik. Ada kemungkinan ada
sebagaian rencana tersebut telaksana dengan efektif dan mungkin sebagaian
belum efektif. Karena proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan
yang berkesinambungan maka perlu evaluasi, kenapa asuhan yang diberikan
belum efektif.

Dalam hal ini mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang belum efektif,
melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses tersebut tidak
efektif serta melakukan penyesuaian dan midifikasi apabila memang diperlukan.
Langkah-Langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang
memperjelas proses berfikir yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada
proses klinis, karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi
klinik.

Manajemen kebidanan yang terdiri atas tujuh langkah ini merupakan proses
berfikir dalam mengambil keputusan klinis dalam memberikan asuhan kebidanan
yang dapat diaplikasikan/diterapkan dalam setiap situasi.

23
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN

Ny “A” G1 P0000 AB000 UK 38-40 Minggu

T/H/I Letkep di BPM SAPTARINI

PETUNGSEWU RT.9 RW.4 WAGIR-MALANG

Tanggal pengkajian : 30 September 2016

Pukul : 07.00 WIB

Oleh : Mega yulia citra

Tempat : BPM SAPTARINI

No. reg :32/1/2016

I. IDENTIFIKASI DATA DASAR


1.1 Data Subyektif
A. Identitas klien
Nama : Ny.”A” Nama suami : Tn “A”
Usia : 25 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia Suku/bangsa : Jawa / I
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Dagan RT 03 RW 01 Alamat : dagan RT 03 RW
01

24
B. Alasan datang
Ibu mengatakan bahwa ia merasa akan melahirkan
C. Keluhan utama
Ibu mengatakan perutnya kenceg-kenceng sejak tadi malam kira-kira
pukul 22.00 WIB, nyeri dari belakang tembus ke depan dan
mengeluarkan lendir bercampur darah.
D. Riwayat menarche
Menarche :12 tahun
Siklus :28 hari/teratur
Lama :5-7 hari
Banyaknya :2-3x ganti pembalut
HPHT :30-12-15
TP :7-10-16
E. Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu mengatakan tidak pernah, tidak sedang, dan tidak mempunyai
riwayat penyakit tekanan darah tinggi, jantung berdebar-debar saat
melakukan aktifitas (penyakit jantung), mudah lapar, mudah
mengantuk dan apaila terkena luka sukar sembuh (TBC), maupun
merasakan panas, gatal, diserti pengeluaran cairan berbau tidak
sedap berwarna kuning kehijauan dari daerah genetalia (PMS/IMS).
F. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga ibu maupun suami tidak ada, tidak
sedang yang menderita maupun mempunyai riwayat penyakit
jantung, kencing manis, sesak nafas, penyakit kuning, batuk
menahun (TBC), penyakit menular seks dan tekanan darah tinggi.
G. Riwayat kehamilan sekarang
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan pertamanya, dan tidak pernah
mengalami keguguran sebelumnya. Ibu juga mengatakan selama
kehamilan tidak pernah menderita tekanan darah tinggi, bengkak
kaki tangan, dan keluar flek darah selama kehamilan.
H. Riwayat kesehatan sekarang

25
Ibu mengatakan baik ibu/keluarga tidak pernah/tidak sedang
menderita penyakit tekanan darah tinggi, kencing manis, jantung,
asma, batuk menahun (TBC).
I. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB.
J. Pola kebiasaan

No Pola kebiasaan Keterangan


1. Pola nutrisi  Hamil : Ibu mengatakan dia
makan 3-4x sehari berupa
nasi, sayur, lauk dengan porsi
sedang ditambah camilan dan
susu.
 Datang : Ibu mengatakan
sudah makan roti dan minum
susu sebelum berangkat ke
BPM
2. Pola eliminasi  Hamil : ibu mengatakan BAK
4-5x sehari, BAB 1x sehari
 Datang : Ibu mengatakan
belum ke BAK ke kamar
mandi sejak 1 jam yang lalu
3. Pola istirahat  Hamil : Ibu mengatakan
beristirahat disiang hari
dengan tidur selama 1 jam dan
dimalam hari tidur selama 8
jam
 Datang : Ibu mengatakan tidak
bisa tidur semalam karena
perutnya kenceng-kenceng.

K. Pendamping persalinan

26
Ibu mengatakan ia ingin didampingi oleh suaminya saat persalinan.
1.2 Data obyektif
(1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : ibu terlihat kesakitan
Kesadaran : composmentis
(2) Pemeriksaan TTV
Tekanan darah : 120/80
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37,5ºc
(3) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Muka : tidak pucat, tidak odema
Mata : konjungtivita merah muda, sclera putih
Leher : tidak tampak pembesaran tiroid
Abdomen : tidak ada bekas operasi
Ekstremitas : tidak ada odema. Tidak terdapat varises
b. Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
bendungan vena jugularis
Payudara : tidak ada benjolan abdnormal, keluar kolostrum
Abdomen :
 leopold I : TFU 2 jari di bawah px, bagian
fundus teraba lunak, kurang bulat, kurang
melenting kesan bokong
 leopold II : pada bagian kanan perut ibu
teraba bagian kecil-kecil (ekstremitas), pada
bagian kiri perut ibu teraba datar, keras
memanjang seperti papan kesan punggung
 leopold III : pada bagian bawah teraba bulat,
keras, kesan kepala bagian bawah tidak bisa
digoyangkan (masuk PAP).

27
 Leopold IV : divergen (sebagian besar
kepala sudah masuk PAP)

Genetalia : dilakukan VT pembukaan 10, ketuban pecah (+)


jernih tidak tampak meconium

c. Auskultasi
DJJ : 140 x/menit
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL
Dx : G1 P0000 AB000 UK 38-40 minggu, T/H/I letkep, kala II
persalinan keadaan ibu dan janin baik
Ds : 1. Ibu merasa akan melahirkan
2. Ibu mengatakan mengalami nyeri tembus belakang sejak tadi
malam pukul 22.00 WIB.
3. Ibu mengatakan keluar lendir bercampur darah

Do : leopold I : TFU 2 jari di bawah px, bagian fundus teraba


lunak, kurang bulat, kurang melenting kesan bokong

leopold II : pada bagian kanan perut ibu teraba bagian kecil-


kecil (ekstremitas), pada bagian kiri perut ibu teraba
datar, keras memanjang seperti papan kesan
punggung

leopold III : pada bagian bawah teraba bulat, keras, kesan


kepala bagian bawah tidak bisa digoyangkan (masuk
PAP).

Leopold IV : divergen (sebagian besar kepala sudah masuk


PAP)

HIS : (+) 3menit sekali, durasi 50 detik

Pemeriksaan TTV

Tekanan darah : 120/80


Nadi : 80 x/menit

28
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37,5ºc

DJJ :140x/menit

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POENSIAL


Tidak ada
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Tidak ada
V. RENCANA ASUHAN/TINDAKAN
Diagnosa : G1 P0000 AB000 UK 38-40 minggu, T/H/I letkep, kala II
persalinan keadaan ibu dan janin baik
Tujuan : setelah dilakukan asuhan persalinan, di harapkan ibu
bersalin spontan
Keteria hasil : pada jam 09.00 wib terjadi persalinan spontan
Intervensi :
1. Menyiapkan alat pertolongan persalinan
R: untuk memastikan semua alat lengkap dan siap
digunakan pada saat persalinan.
2. Memastikan pembukaan lengkap dan janin baik
R: untuk mencegah kehilangan banyak tenaga ketika
ibu meneran saat pembukaan belum lengkap, dan
memonitor keadaan janin agar tidak terjadi gawat janin.
3. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses
pimpinan persalinan

R: untuk memberikan dukungan mental pada ibu


bersalin.

4. Sarankan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi dan


memberi minum
R: untuk merelaksasikan otot setelah kontraksi, dan
untuk menghindari dehidrasi
5. Memberi dukungan selama persalinan

29
R: untuk membangkitkan semangat dan rasa percaya
diri pada ibu bersalin
6. Menganjurkan keluarga untuk melakukan massase
R: untuk mengurangi rasa nyeri
7. Menolong kelahiran bayi
R: untuk membantu proses persalinan agar persalinan
berjalan lancar
8. Beritahu ibu keadaan bayi
R: untuk mengurangi cemas pada ibu tentang keadaan
bayinya
9. Penanganan tali pusat dan bayi baru lahir
R: untuk menghindari hipotermi, dan asfiksi pada bayi
baru lahir serta menghindari infeksi tali pusat dan
memulai IMD pada bayi baru lahir
10. Melakukan pendokumentasian kala II persalinan
R: untuk membantu menilai keadaan ibu dan bayi serta
menentukan tindakan selanjutnya
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal 30 september 2016
Pukul 07.00 WIB
a. Pukul 07.10 Menyiapkan alat pertolongan persalinan.
Hasil: alat pertolongan persalinan lengkap dan siap digunakan
b. Pukul 07.15 Memastikan pembukaan lengkap dan janin baik
Hasil: pembukaan telah lengkap dan didapatkan DJJ janin dalam batas
normal
c. Pukul 07.20 Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses
pimpinan persalinan
Hasil: ibu telah siap untuk proses persalinan, dan keluarga juga setuju
untuk membantu mendukung pimpinan persalinan
d. Pukul 07.35 Sarankan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi dan
memberi minum

30
Hasil: ibu mengerti dan menyetujui saran dari bidan dengan beristirahat
diantara kontraksi dan meminum minuman untuk mencegah
dehidrasi
e. Pukul 07. 38 Memberi dukungan selama persalinan
Hasil: ibu menjadi lebih percaya diri dan semangat dalam menghadapi
persalinan
f. Pukul 07.40 Menganjurkan keluarga lakukan massase
Hasil : keluarga setuju untuk melakukannya dan ibu merasa nyerinya
sedikit berkurang
g. Pukul 08.45 Menolong kelahiran bayi
Hasil: bayi lahir spontan, menangis kuat dan dalam keadaan baik
h. Pukul 08.47 Beritahu ibu keadaan bayi
Hasil : ibu lega mengetahui keadaan bayinya dan merasa senang atas
kelahiran bayinya
i. Pukul 08.50 Penanganan tali pusat dan bayi baru lahir
Hasil : bayi dalam keadaan baik tidak mengalami hipotermi, asfiksi, dan
penanganan tali pusat juga dalam keadaan baik dan tidak terdapat
tanda infeksi, begitu juga dengan penanganan IMD yang juga
berjalan lancar.
j. Pukul 09.00 Melakukan pendokumentasian kala II persalinan
Hasil: pendokumentasian berjalan lancar
VII. EVALUASI
Pada tanggal 30 september 2016
S: Ibu mengatakan perutnya kenceg-kenceng sejak tadi malam kira-kira
pukul 22.00 WIB, nyeri dari belakang tembus ke depan dan
mengeluarkan lendir bercampur darah.

O : Pemeriksaan TTV
Tekanan darah : 120/80
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37,5ºc

31
DJJ : 140 x/menit
leopold I : TFU 2 jari di bawah px, bagian fundus teraba lunak,
kurang bulat, kurang melenting kesan bokong
Leopold II : pada bagian kanan perut ibu teraba bagian kecil-kecil
(ekstremitas), pada bagian kiri perut ibu teraba datar, keras
memanjang seperti papan kesan punggung
leopold III : pada bagian bawah teraba bulat, keras, kesan kepala
bagian bawah tidak bisa digoyangkan (masuk PAP).
Leopold IV : divergen (sebagian besar kepala sudah masuk PAP)
Genetalia : terlihat lendir bercampur darah, ketika dilakukan VT Ǿ
10, ketuban pecah (+) jernih tidak tampak meconium

A : G1 P0000 AB000 UK 38-40 minggu, T/H/I letkep, kala II persalinan


keadaan ibu dan janin baik

P : a. Pukul 07.10 Menyiapkan alat pertolongan persalinan.

Hasil : alat pertolongan persalinan lengkap dan siap digunakan

b. Pukul 07.15 Memastikan pembukaan lengkap dan janin baik

Hasil : pembukaan telah lengkap dan didapatkan DJJ janin dalam


batas normal

c. Pukul 07.20 Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses


pimpinan persalinan

Hasil: ibu telah siap untuk proses persalinan, dan keluarga juga
setuju untuk membantu mendukung pimpinan persalinan

d. Pukul 07.35 Sarankan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi dan


memberi minum

Hasil: ibu mengerti dan menyetujui saran dari bidan dengan


beristirahat diantara kontraksi dan meminum minuman untuk
mencegah dehidrasi

32
e. Pukul 07. 38 Memberi dukungan selama persalinan

Hasil: ibu menjadi lebih percaya diri dan semangat dalam


menghadapi persalinan

f. Pukul 07.40 Menganjurkan keluarga lakukan massase

Hasil: keluarga setuju untuk melakukannya dan ibu merasa nyerinya


sedikit berkurang

g. Pukul 08.45 Menolong kelahiran bayi

Hasil: bayi lahir spontan, menangis kuat dan dalam keadaan baik

h. Pukul 08.47 Beritahu ibu keadaan bayi

Hasil: ibu lega mengetahui keadaan bayinya dan merasa senang atas
kelahiran bayinya

i. Pukul 08.50 Penanganan tali pusat dan bayi baru lahir

Hasil: bayi dalam keadaan baik tidak mengalami hipotermi, asfiksi,


dan penanganan tali pusat juga dalam keadaan baik dan tidak
terdapat tanda infeksi, begitu juga dengan penanganan IMD
yang juga berjalan lancar.

j. Pukul 09.00 Melakukan pendokumentasian kala II persalinan

CATATAN PERSALINAN

KALA II

Episiotomy :

Ya,
indikasi…………………………………………………………………………….

Tidak…………………………………………………………………………
………..

Pendamping pada saat persalinan

33
Suami Teman Tidak ada

Keluarga Dukun

Gawat janin :

Ya, tindakan yang dilakukan

a……………………………………………………………………………………
……….

b……………………………………………………………………………………
……….

c……………………………………………………………………………………
……….

Tidak

Distosia bahu :

Ya, tindakan yang dilakukan

a……………………………………………………………………………………
……….

b……………………………………………………………………………………
……….

c……………………………………………………………………………………
……….

Tidak

Masalah lain, sebutkan :

Penatalaksanaan masalah tersebut :


………………………………………………………..

………………………………………………………………………………………
……..

34
Hasilnya……………………………………………………………………………
……….

BAB IV

PEMBAHASAN

Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin, plasenta,


ketuban dan selaputnya)yang sudah cukup bulan melalui jalan lahir dengan
bantuan maupun kekuatan sendiri.

Selama proses persalinan banyak yang dialami oleh ibu baik rasa gelisah atau
ketakutan yang membuat ibu tidak nyaman. Untuk itu peran keluarga dan petugas
kesehatan khususnya bidan sangat penting dalam memberikan asuhan pada ibu
sehingga ibu dapat menghadapi persalinan dengan baik dan lancar. Serta ibu dan
bayi sehatdan selamat.

Dalam kasus ini, tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik. Karena
dalam pelaksanaanya sesuai dengan teori yang ada.

35
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Persalinan merupakan suatu proses yang fisiologis yaitu keluarnya hasil konsepsi
berupa bayi, plasenta, air ketuban dan selaputnya.dalam proses persalinan tidak
selamanya berjalan sesuai yang di harapkan.

Oleh sebab itu sebagai bidan harus mampu mengantisipasi jangan sampai kondisi
tersebut terjadi. Untuk itu asuhan kebidanan yang tepat serta menyeluruh sangat di
butuhkan sehingga ibu dan bayi sehat dan selamat.

5.2 Saran

1. Bagi pelayanan kesehatan

Meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan terutama kemampuan dan


keteramilan yang dimiliki.

2. Bagi klien / pasien

Agar bekerjasama secara kooperatifsehingga masalah dapat tertangani dengan


baik.

3. Bagi mahasiswa

Senantiasa meningkatkan keilmuan, kemampuan,dan keteramilan agar nantinya


dapat menjadi bidan yang berkualitas dan kompeten.

36

Anda mungkin juga menyukai