PENDAHULUAN
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan adalah dengan adanya sistem pendokumentasian yang baik. Sistem
pendokumentasian yang dilaksanakan dapat memberikan manfaat antara lain
sebagai sarana komunikasi antara tenaga kesehatan, sarana untuk dapat mengikuti
perkembangan dan evaluasi pasien, dapat dijadikan data penelitian dan
pendidikan, mempunyai nilai hukum dan merupakan dokumen yang sah. Dalam
kebidanan banyak hal penting yang harus didokumentasikan yaitu segala asuhan
atau tindakan yang diberikan oleh bidan baik pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi,
dan keluarga berencana
1
berkaitan dengan pengelolaan klien guna mempertahankan sejumlah fakta dari
suatu kejadian dalam suatu waktu.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
(1) Mahasisiwa mampu melakukan pengkajian pada ibu bersalin kala II fisiologis
(2) Mahasiswa mampu dalam merumuskan diagnosa pada ibu bersalin kala II
fisiologis
(3) Mahasiswa mampu mengidentifikasi adanya masalah potensial
(4) Mahasiwa mampu mengidentifikasi akan tindakan segera dan kolaborasi
(5) Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan yang menyeluruh
(6) Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi sesuai rencana asuhan
(7) Mahasiswa mampu mengevaluasi pengkajian dan mendokumentasikan
asuhan.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
(1) His terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali.
(2) Kepala janin telah turun masuk panggul sehingga terjadi tekanan pada otot
dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin mengejan.
(3) Tekanan pada rectum, dan anus menmbuka.
(4) Vulva membuka dan perineum menegang.
3
pada saat kontraksi. Adapun kontraksi yang bersifat berkala dan yang harus
diperhatikan adalah lamanya kontraksi berlangsung 60-90 detik, kekuatan
kontraksi, kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan mencoba apakah
jari kita dapat menekan dinding rahim kedalam, interval antara kedua kontraksi,
pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.
(2) Perubahan-perubahan uterus
Keadaan segmen atas rahim (SAR) dan segmen bawah rahim (SBR), dalam
persalinan perbedaan SAR dan SBR akan tanpak lebih jelas, dimana SAR
dibentuk oleh karpus uteri dan bersifat memegang peranan aktif (berkontraksi)
dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan, dengan kata lain
SAR mengadakan suatu kontraksi menjadi tebal dan mendorong anak keluar.
Sedangkan SBR dibentuk oleh isthimus uteus yang sifatnya memegang peranan
pasif dan makin tupis dengan majunya persalinan (disebabkan karena regangan),
dengan kata lain SBR dan serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi.
(3) Perubahan pada serviks
Perubahan pada serviks pada kala II ditandai dengan pembukaan lengkap,
pada pemeriksaan dalam tidak terabab lagi bibir portio, segmen bawah rahim
(SBR) dan serviks.
(4) Perubahan pada vagina dan dasar panggul
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah terjadi perubahan,
terutama pada dasar panggul yang diregangkan oleh bagian depan janin sehingga
menjadi saluran yang dinding-dindingnya tipis karena suatu regangan dan kepala
sampai di vulva, lubang vulva menghadap kedepan atas dan anus, menjadi
terbuka, perineum menonjol dan tidak lama kemudian kepala janin tampak pada
vulva.
(5) Perubahan sistem reproduksi
Kontraksi uterus pada persalinan bersifat unik mengingat kontraksi ini
merupakan kontraksi otot fisiologis yang menimbulkan nyeri pada tubuh. Selama
kehamilan terjadi keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam
darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar estrogen dan progesteron menurun kira-
kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai sehingga menimbulkan kontraksi uterus.
Kontraksi uterus mula-mula jarang dan tidak teratur dengan intensitasnya ringan,
4
kemudian menjadi sering, lebih lama dan intensitasnya semakin kuat seiring
kemajuan persalinan.
(6) Perubahan tekanan darah
Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik
rata-rata 10-20 mmHg dan diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Pada waktu-waktu
diantarakontraksi tekanan darah kembali ketingkat sebelum persalinan. Dengan
mengubah posisi tubuh terlentang ke posisi miring, perubahan tekanan darah
selama kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa takut dan kekhawatiran dapat
semakin meningkatkan tekanan darah.
(7) Perubahan metabolisme
Selama persalinan, metabolisme karbohidrat meningkat dengan kecepatan
tetap. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh aktivitas otot. Peningkatan
aktivitas metabolik terlihat dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan,
denyut jantung dan cairan yang hilang.
(8) Perubahan suhu
Perubahan suhu sedikit menigkat selama persalinan dan tertinggi selama dan
segera setelah melahirkan. Perubahan suhu hingga suhu normal bila peningkatan
suhu yang tidak lebih dari 0,5-1˚C yang mencerminkan peningkatan metabolisme
selama persalinan.
(9) Perubahan denyut nadi
Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama fase
peningkatan, penurunan selama titk puncak sampai frekuensi yang lebih rendah
daripada frekuensi diantara kontraksi dan peningkatan selama fase penurunan
hingga mencapai frekuensi lazim di antara kontraksi. Penurunan yang mencolok
selama puncak selama kontraksi uterus tidak terjadi jika wanita berada pada posisi
miring bukan terlentang. Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih
meningkat dibanding selama periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan
peningkatan meabolisme yang terjadi selama persalinan.
(10) Perubahan pernafasan
Peningkatan frekuensi pernafasan normal selama persalinan dan
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi. Hiperventilasi yang
5
memanjang adalah temuan abnormal dan dapat menyebabkan alkalosis (rasa
kesemutan pada ekstremitas dan perasaan pusing).
(11) Perubahan pada ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat di akibatkan
peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan
peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal. Poliria menjadi
kurang jelas pada posisi terlentang karena posisi ini membuat aliran urine
berkurang selama persalinan.
(12) Perubahan pada saluran cerna
Absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh lebih berkurang. Apabila
kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung selama
persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan lambart sehingga waktu
pengosongan lambung menjadi lebih lama. Cairan tidak dipengaruhi dan waktu
yang dibutuhkan untuk pencernaan di lambung tetap seperti biasa. Lambung yang
penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan penderitaan umum selama masa
transisi. Oleh karena itu, wanita harus dianjurkan untuk tidak makan dalam porsi
besar atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum ketika keinginan timbul
guna mempertahankan energi dan hidrasi. Mual dan muntah umum terjadi selama
fase transisi yang menandai akhir fase pertama persalinan.
(13) Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan kembali
ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pascapartum jika tidak ada
kehilangan darah yang abnormal. Waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat
peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut selama persalinan (Varney, 2008).
6
Dukungan yang diterima atau tidak diterima oleh seorang wanita
dilingkungan tempatnya melahirkan, termasuk dari mereka yang
mendampinginya, sangat mempengaruhi aspek psikologisnya pada saat
kondisinya sangat rentan setiap kali kontraksi timbul juga pada saat nyerinya
timbul secara berkelanjutan (Varney, 1997).
(1) Ruangan
(a) Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi uadara serta terlindung
dari tiupan angin.
(b) Sumber air bersih yang mengalir untuk cuci tanan dan mandi ibu sebelum dan
sesudah melahirkan.
(c) Air (DTT) untuk membersihkan vulva dan perineum sebelum periksa dan
selama persalinan dan membersihkan perineumibu setelah bayi lahir.
(d) Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong
persalinan.
(e) Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan selama menjelang persalinan,
setelah melahirkan bayi dan memberikan asuhan kepada ibu dan bayinya.
(f) Penerangan yang cukup baik siang ataupun malam
(g) Tempat tidur yang bersih untuk ibu
(h) Tempat yang bersih untuk memberikan asuhan bayi baru lahir.
(i) Meja yang bersih atau tempattertentu untuk meletakkan peralatan persalinan.
(2) Perlengkapan, bahan dan obat yang dibutuhkan
7
(3) Memberikan Asuhan Sayang Ibu
Anjurkan ibu untuk mencoba posisi yang nyaman selama persalinan dan
kelahiran. Ibu boleh berjalan, duduk, berdiri, jongkok, berbaring, miring atau
merangkak. Hindari mengatur posisi ibu terlentag karena berat uterus beserta
isinya dapat menekan vena cava inferior yang berakibat hipoksia janin, posisi
terlentang juga menghambat kemajuan persalinan.
8
(b) Menyebabkan ketidaknyamanan ibu.
(c) Meningkatnya resiko perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh
atonia uteri.
(d) Mengganggu penatalaksanaan distodia bahu.
(e) Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih.
9
Pada awal persalinan bayi fleksi ringan seiring kepala yang maju biasanya
fleksi juga bertambah, sampai didasar panggul kepala bayi fleksi maksimal.
(3) Rotasi dalam
Adalah putaran ubun-ubun kecil (UUK) dari bagian depan yang
menyebabkan bagian terendah dari bagian depan janin memutar kearah depan
kebawah simfisis, rotasi ini merupakan usaha untuk menyesuaikan posisi kepala
dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul.
(4) Ekstensi
Setelah kepala janin sampai pada dasar panggul, UUK berada dibawah
simfisis, terjadi ekstensi kepala janin karena pintu bawah panggul mengarah
kedepan keatas. Sehingga lahir berturut-turut pada pinggir atas perineum yaitu
ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi.
(5) Rotasi luar
Kepala bayi selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar
kembali kearah punggungnya untuk menghilangkan torsi pada leher yang
diakibatkan karena putaran paksi dalam., bahu melintasi pintu dalam keadaan
miring dan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya (bahu
mengalami putaran dalam di dasar panggul).
(6) Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan dibawah simfisis dan menjadi
hipoklion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir selanjutnya
seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir.
Selama selaput ketuban masih utuh, bayi akan terhindar dari infeksi dan
asfiksia. Acairan amniotic berfungsi sebagai perisai melindungi janin dari tekanan
penuh akibat kontraksi. Oleh karena itu amniotomi dini pada kala 1 perlu
dihindari karena biasanya selaput keuban akan pecah spontan.
10
(d) Mempercepat proses persalinan karena mempercepat proses pembukaan
serviks
11
v. Pastikan kepala sudah masuk PAP pastikan dengan leopold IV,
amniotomi yang dilakukan saat kepala belum masuk PAP dapat
menyebabkan infeksi
vi. Pakai sarung tangan DTT
vii. Masukka ½ kocherkedala vagina , masukkan kocherdiantara jari telunjuk
dan jari tengah, torehkan gigi kocher saat selaput menegang sampai
selaput robek, dan perhatikan cairan yang keluar.
viii. Keluarkan ½ kocherdari vagina , keluarkan perlahan lahan lalu segera
masukkan kocher kedalam larutan klorin 0,5%
ix. Pertahankan tangan tetap didalam, pastikan kepala turun dan tidak ada
bagian janin yang kecil ikut turun, perhatikan cairan ketuban yang keluar,
pastikancairan keluar semua, lalu keluarkan tangan perlahan-lahan.
x. Monitor DJJ (awasi jangan sampai terjadi gawat janin)
xi. Rapikan semua peralatan
2.8 Episiotomi
(a) Gawat janin, untuk menolong keselamatan janin maka persalinan harus
segera diakhiri.
(b) Persalinan pervaginam dengan penyulit, missal presentasi okong, distosia
bahu,, akan dilakukan dengan ekstraksi forceps dan vakum.
(c) Jaringan parut pada perineum atau vagina.
(d) Adanya rupture yang membakat pada perineum.
(e) Perineum kaku dan pendek.
(f) Premature untuk mengurangi tekanan pada kepala janin.
12
Spuit 10 ml dengan jarum minimal ukuran 22 dan panjang 4 cm
Lidokain 1% (bila tersedia lidokain 2% buat 1% dengan cara
melarutkan satu bagian lidokain ditambah dengancairan garam
fisiologis atau destilasi steril) tanpa epinefrin.
(b) Langkah kerja
i. Beri anestesi local
Jelaskan prosedur tindakan kepada pasien
Cuci tangan
Gunakan sarung tangan steril
Hisap 10 ml lidokain tanpa epinefrin 1%
Letakkan 2 jari tangan kiri kedalam vagina diantara kepala janin dan
perineum
Masukkan jarum ditengah fourchette dan masukkan jarum di
sepanjang tempat yang akan dilakukan episiotomy
Lakukan aspirasi, pastikan jarum tidak memasuki pembuluh darah, hal
ini ditujukan untuk menghindari kejang pada ibu.
Tarik jarum perlahan sambil mendorong lidokain, suntikan maksimum
10 ml, cabut jarum, kulit perineum teraba menggelembung
disepanjang garis episiotomy
(c) Lakukan episiotomy
Lakukan pada saat perineum menipis dan pucat kepala janin sudah
tampak 3-4 cm saat kontraksi (crownig). Hal tersebut bertujuan untuk
menghindari terjadinya perdarahan
Masukka 2 jari (telunjuk dan jari tengah) kedalam vagina diantara
kepala janin dan perineum, kedua jari diregangkan
(agarmempermudah episiotomy, dan melindungi kepala janin)
Dengan gunting episiotomy steril tempatkan di tengah fouchette
posterior dan posisi gunting mengarah kesudut yang iinginkan
(mediolateral/lateral)
Gunting kearah vagina sekitar 2-3 cm
Bila janin belum lahir lakukan penakanan dengan kassa steril pada
luka perineum untuk mencegah terjadinya perdarahan.
13
2.9 Urutan Pertolongan Persalinan Normal
(1) Melihat tanda dan gejala kala II
(a) Amati tanda dan gejala kala II
(4) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan persalinan
(a) Beritahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dengan
cara.
i. Bantu ibu berada dalam posisi nyaman sesuai keinginannya.
ii. Tunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran lanjutkan
pemantauan kesehata dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan
pedoman persalinan aktif dan dokumentasikan temuan.
iii. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
iv. Lakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran diantaranya.
Bimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk
meneran.
14
Dukung dan mmberi semangat atas usaha ibu saat meneran.
Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman (tidak dengan terlentang).
Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi.
Anjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada
ibu.
Beri ibu minum.
Nilai DJJ tiap 5 menit.
Jika bayi belum lahir tidak segera dalam 2 jam untuk primipara, dan 1
jam untuk multipara, rujuk segera
v. Jika ibu tidak memiliki keinginan untuk meneran
Anjurkan ibu untuk berjalan, jongkok, atau posisi yang dianggapnya
nyaman, jika ada kontraksi anjurkan ibu untuk meneran pada puncak
kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi.
Dan jika bayi tidak lahir juga dalam waktu yang ditentukan, rujuk
segera
vi. Persiapan pertolongan persalinan
Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6cm,
letakkan handuk bersih diatas perut ibu.
Letakkan kain bersih dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu,
membuka setpartus.
Pakai sarung tangan steril
Menolong kelahiran bayi
vii. Lindungi perineum dengan tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan
yang lain pada kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut tanpa
menghambat kepala bayi.
Jika terdapat meconium pada cairan ketuban , segera hisap mulut dan
hidung setelah kepala lahir dengan penghisap DTT
viii. Periksa adanya lilitan tali pusat
ix. Tunggu kelala sampai melakukan putaran paksi luar
Kelahiran bahu
15
Setelah kepala melakukan putaran paksi, tempatkan kedua tangan
penolong pada sisi muka bayi, anjurkan ibu meneran pada kontraksi
berikutnya, dengan lambuttarik bayi kabawah untuk mengeluarkan
bahu depan, kemudian tarik kebelakang untuk melahirkan bahu
belakang.
Kelahiran badan dan tungkai
Sangga tubuh bayi (ingat maneuver tangan). Setelah kedua bahu di
lahirkan telusurkan tangan kebagian kepala bawah bayi hingga
kearah perineum tangan, biarkan bahu dan lengan posterior lahir,
kendalikan kelahiran siku dan tangan bayi , gunakan lengan atas
untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Setelah tubuh dan lengan lahir telusurkan tangan yang ada diatas
atau anterior dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangga saat
punggung dan kaki lahir. Pegang kedua mata kaki bayi dengan
hati-hati untuk membantu kelahiran bayi.
x. Penanganan bayi baru lahir
Nilai bayi dengan cepat kemudian letakkan diatas perut ibu dengan
posisis kepala lebih rendah dari tubuhnya.
Segera keringkan bayi, bungkus kepala dan badan kecuali tali pusat.
Jepit tali pusat ± 3 cm dari tubuh bayi. Lakukan urutan tali pusat
kearah ibu, kemudian klem pada jarak ± 2cm dari klem pertama.
Pegang tali pusat dengan satu tangan, lindungi bayi dari gunting, dan
potong tali pusat diantara klem tersebut.
Ganti handuk yang telah basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau
selimut yang bersih dan kering, tutupi bagian kepala , biarkan tali
pusat tetap terbuka.
Jika bayi mengalami kesulitan bernafas lakukan tindakan yang sesuai
Berikan bayi kepada ibunya, anjurkan ibu untuk memeluk & lakukan
IMD
16
2.10 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Intra Natal Care
Asuhan kebidanan adalah bantuan yang di berikan oleh bidan kepada individu
pasien atau klien yang pelaksanaanya dilakukan dengan cara.
(b) Langkah-langkah
17
Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional
berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
Pada langkah pertama ini berisi semua informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Yang terdiri dari data
subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah yang menggambarkan
pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa. Data subjektif
pasien ibu bersalin atau data yang di peroleh dari anamnesis, antara lain.
18
Auskultasi
Perkusi
(2) Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Diagnosis lain: USG, Radiologi.
Catatan terbaru dan sebelumnya.
Data yang terkumpul ini sebagai data dasar untuk interprestasi kondisi klien
untuk menentukan langkah berikutnya.
19
membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan
waspada dan bersiap-siap menghadapinya bila diagnosis atau masalah potensial
ini benar-benar terjadi.langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang
aman.
Contoh : seorang wanita masuk kamar bersalin dengan pemuaian uterus yang
berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian
uterus yang berlebihan ini, misalnya mungkin hidramnion, makrosomi, kehamilan
ganda, ibu diabetes, dan lain-lain.
Pada kasus ibu bersalin dengan pemuaian uterus berlebihan, bidan harus
mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan penanganan segera untuk
mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadi perdarahan post
partum karena atonia uterikarena oemuaian uterus yang berlebihan, dan
mencegahnya dengan infus pitosin atau uterotonika atau adanya bayi premature
atau BBLR.
20
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah di identifikasi atau
diantisipasi. Pada langkah ini informasi/ data yang kurang lengkap dapat
dilengkapi.
21
(1) Frekuensi untuk memeriksakan tanda-tanda vital
(2) Frekuensi dari memeriksakan denyut jantung janin
(3) Kapan ibu dipimpin untuk meneran
(4) Kapan melakukan persiapan persalinan
(5) Posisi ibu waktu bersalinan
(6) Kapan perlu ibu dikateter
(7) Kapan menyokong perineum
(8) Apakah perlu dilakukan episiotomi
(9) Kapan melahirkan kepala bayi, saat kontraksi atau di antara kontraksi
(10) Kapan mengklem dan memotong tali pusat
(11) Apakah perlu dikonsultasikan dengan dokter ahli
Melanjutkan screening tanda dan gejala komplikasi obstetric dan fetal distres.
22
Langkah VII: Evaluasi
Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan, apakah
memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam diagnosis atau
masalah. Pelaksanaan rencana asuhan tersebut dapat dianggap efektif apabila ada
perubahan dan perkembangan pasien yang lebih baik. Ada kemungkinan ada
sebagaian rencana tersebut telaksana dengan efektif dan mungkin sebagaian
belum efektif. Karena proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan
yang berkesinambungan maka perlu evaluasi, kenapa asuhan yang diberikan
belum efektif.
Dalam hal ini mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang belum efektif,
melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses tersebut tidak
efektif serta melakukan penyesuaian dan midifikasi apabila memang diperlukan.
Langkah-Langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang
memperjelas proses berfikir yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada
proses klinis, karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi
klinik.
Manajemen kebidanan yang terdiri atas tujuh langkah ini merupakan proses
berfikir dalam mengambil keputusan klinis dalam memberikan asuhan kebidanan
yang dapat diaplikasikan/diterapkan dalam setiap situasi.
23
BAB III
TINJAUAN KASUS
24
B. Alasan datang
Ibu mengatakan bahwa ia merasa akan melahirkan
C. Keluhan utama
Ibu mengatakan perutnya kenceg-kenceng sejak tadi malam kira-kira
pukul 22.00 WIB, nyeri dari belakang tembus ke depan dan
mengeluarkan lendir bercampur darah.
D. Riwayat menarche
Menarche :12 tahun
Siklus :28 hari/teratur
Lama :5-7 hari
Banyaknya :2-3x ganti pembalut
HPHT :30-12-15
TP :7-10-16
E. Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu mengatakan tidak pernah, tidak sedang, dan tidak mempunyai
riwayat penyakit tekanan darah tinggi, jantung berdebar-debar saat
melakukan aktifitas (penyakit jantung), mudah lapar, mudah
mengantuk dan apaila terkena luka sukar sembuh (TBC), maupun
merasakan panas, gatal, diserti pengeluaran cairan berbau tidak
sedap berwarna kuning kehijauan dari daerah genetalia (PMS/IMS).
F. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga ibu maupun suami tidak ada, tidak
sedang yang menderita maupun mempunyai riwayat penyakit
jantung, kencing manis, sesak nafas, penyakit kuning, batuk
menahun (TBC), penyakit menular seks dan tekanan darah tinggi.
G. Riwayat kehamilan sekarang
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan pertamanya, dan tidak pernah
mengalami keguguran sebelumnya. Ibu juga mengatakan selama
kehamilan tidak pernah menderita tekanan darah tinggi, bengkak
kaki tangan, dan keluar flek darah selama kehamilan.
H. Riwayat kesehatan sekarang
25
Ibu mengatakan baik ibu/keluarga tidak pernah/tidak sedang
menderita penyakit tekanan darah tinggi, kencing manis, jantung,
asma, batuk menahun (TBC).
I. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB.
J. Pola kebiasaan
K. Pendamping persalinan
26
Ibu mengatakan ia ingin didampingi oleh suaminya saat persalinan.
1.2 Data obyektif
(1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : ibu terlihat kesakitan
Kesadaran : composmentis
(2) Pemeriksaan TTV
Tekanan darah : 120/80
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37,5ºc
(3) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Muka : tidak pucat, tidak odema
Mata : konjungtivita merah muda, sclera putih
Leher : tidak tampak pembesaran tiroid
Abdomen : tidak ada bekas operasi
Ekstremitas : tidak ada odema. Tidak terdapat varises
b. Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
bendungan vena jugularis
Payudara : tidak ada benjolan abdnormal, keluar kolostrum
Abdomen :
leopold I : TFU 2 jari di bawah px, bagian
fundus teraba lunak, kurang bulat, kurang
melenting kesan bokong
leopold II : pada bagian kanan perut ibu
teraba bagian kecil-kecil (ekstremitas), pada
bagian kiri perut ibu teraba datar, keras
memanjang seperti papan kesan punggung
leopold III : pada bagian bawah teraba bulat,
keras, kesan kepala bagian bawah tidak bisa
digoyangkan (masuk PAP).
27
Leopold IV : divergen (sebagian besar
kepala sudah masuk PAP)
c. Auskultasi
DJJ : 140 x/menit
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL
Dx : G1 P0000 AB000 UK 38-40 minggu, T/H/I letkep, kala II
persalinan keadaan ibu dan janin baik
Ds : 1. Ibu merasa akan melahirkan
2. Ibu mengatakan mengalami nyeri tembus belakang sejak tadi
malam pukul 22.00 WIB.
3. Ibu mengatakan keluar lendir bercampur darah
Pemeriksaan TTV
28
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37,5ºc
DJJ :140x/menit
29
R: untuk membangkitkan semangat dan rasa percaya
diri pada ibu bersalin
6. Menganjurkan keluarga untuk melakukan massase
R: untuk mengurangi rasa nyeri
7. Menolong kelahiran bayi
R: untuk membantu proses persalinan agar persalinan
berjalan lancar
8. Beritahu ibu keadaan bayi
R: untuk mengurangi cemas pada ibu tentang keadaan
bayinya
9. Penanganan tali pusat dan bayi baru lahir
R: untuk menghindari hipotermi, dan asfiksi pada bayi
baru lahir serta menghindari infeksi tali pusat dan
memulai IMD pada bayi baru lahir
10. Melakukan pendokumentasian kala II persalinan
R: untuk membantu menilai keadaan ibu dan bayi serta
menentukan tindakan selanjutnya
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal 30 september 2016
Pukul 07.00 WIB
a. Pukul 07.10 Menyiapkan alat pertolongan persalinan.
Hasil: alat pertolongan persalinan lengkap dan siap digunakan
b. Pukul 07.15 Memastikan pembukaan lengkap dan janin baik
Hasil: pembukaan telah lengkap dan didapatkan DJJ janin dalam batas
normal
c. Pukul 07.20 Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses
pimpinan persalinan
Hasil: ibu telah siap untuk proses persalinan, dan keluarga juga setuju
untuk membantu mendukung pimpinan persalinan
d. Pukul 07.35 Sarankan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi dan
memberi minum
30
Hasil: ibu mengerti dan menyetujui saran dari bidan dengan beristirahat
diantara kontraksi dan meminum minuman untuk mencegah
dehidrasi
e. Pukul 07. 38 Memberi dukungan selama persalinan
Hasil: ibu menjadi lebih percaya diri dan semangat dalam menghadapi
persalinan
f. Pukul 07.40 Menganjurkan keluarga lakukan massase
Hasil : keluarga setuju untuk melakukannya dan ibu merasa nyerinya
sedikit berkurang
g. Pukul 08.45 Menolong kelahiran bayi
Hasil: bayi lahir spontan, menangis kuat dan dalam keadaan baik
h. Pukul 08.47 Beritahu ibu keadaan bayi
Hasil : ibu lega mengetahui keadaan bayinya dan merasa senang atas
kelahiran bayinya
i. Pukul 08.50 Penanganan tali pusat dan bayi baru lahir
Hasil : bayi dalam keadaan baik tidak mengalami hipotermi, asfiksi, dan
penanganan tali pusat juga dalam keadaan baik dan tidak terdapat
tanda infeksi, begitu juga dengan penanganan IMD yang juga
berjalan lancar.
j. Pukul 09.00 Melakukan pendokumentasian kala II persalinan
Hasil: pendokumentasian berjalan lancar
VII. EVALUASI
Pada tanggal 30 september 2016
S: Ibu mengatakan perutnya kenceg-kenceng sejak tadi malam kira-kira
pukul 22.00 WIB, nyeri dari belakang tembus ke depan dan
mengeluarkan lendir bercampur darah.
O : Pemeriksaan TTV
Tekanan darah : 120/80
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37,5ºc
31
DJJ : 140 x/menit
leopold I : TFU 2 jari di bawah px, bagian fundus teraba lunak,
kurang bulat, kurang melenting kesan bokong
Leopold II : pada bagian kanan perut ibu teraba bagian kecil-kecil
(ekstremitas), pada bagian kiri perut ibu teraba datar, keras
memanjang seperti papan kesan punggung
leopold III : pada bagian bawah teraba bulat, keras, kesan kepala
bagian bawah tidak bisa digoyangkan (masuk PAP).
Leopold IV : divergen (sebagian besar kepala sudah masuk PAP)
Genetalia : terlihat lendir bercampur darah, ketika dilakukan VT Ǿ
10, ketuban pecah (+) jernih tidak tampak meconium
Hasil: ibu telah siap untuk proses persalinan, dan keluarga juga
setuju untuk membantu mendukung pimpinan persalinan
32
e. Pukul 07. 38 Memberi dukungan selama persalinan
Hasil: bayi lahir spontan, menangis kuat dan dalam keadaan baik
Hasil: ibu lega mengetahui keadaan bayinya dan merasa senang atas
kelahiran bayinya
CATATAN PERSALINAN
KALA II
Episiotomy :
Ya,
indikasi…………………………………………………………………………….
Tidak…………………………………………………………………………
………..
33
Suami Teman Tidak ada
Keluarga Dukun
Gawat janin :
a……………………………………………………………………………………
……….
b……………………………………………………………………………………
……….
c……………………………………………………………………………………
……….
Tidak
Distosia bahu :
a……………………………………………………………………………………
……….
b……………………………………………………………………………………
……….
c……………………………………………………………………………………
……….
Tidak
………………………………………………………………………………………
……..
34
Hasilnya……………………………………………………………………………
……….
BAB IV
PEMBAHASAN
Selama proses persalinan banyak yang dialami oleh ibu baik rasa gelisah atau
ketakutan yang membuat ibu tidak nyaman. Untuk itu peran keluarga dan petugas
kesehatan khususnya bidan sangat penting dalam memberikan asuhan pada ibu
sehingga ibu dapat menghadapi persalinan dengan baik dan lancar. Serta ibu dan
bayi sehatdan selamat.
Dalam kasus ini, tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik. Karena
dalam pelaksanaanya sesuai dengan teori yang ada.
35
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Persalinan merupakan suatu proses yang fisiologis yaitu keluarnya hasil konsepsi
berupa bayi, plasenta, air ketuban dan selaputnya.dalam proses persalinan tidak
selamanya berjalan sesuai yang di harapkan.
Oleh sebab itu sebagai bidan harus mampu mengantisipasi jangan sampai kondisi
tersebut terjadi. Untuk itu asuhan kebidanan yang tepat serta menyeluruh sangat di
butuhkan sehingga ibu dan bayi sehat dan selamat.
5.2 Saran
3. Bagi mahasiswa
36