Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN LUKA

EPISIOTOMI BERDASARKAN KONSEP EVIDENCE BASED

1.1 Episiotomi
Salah satu hal yang paling banyak ditakuti oleh para ibu hamil pada saat proses
melahirkan adalah episiotomi. Saat ini banyak pandangan di masyarakat bahwa proses
persalinan harus dilakukan melalui episiotomi. Bayangan akan rasa sakit yang tak terkira
pada saat proses episiotomi selalu menghantui para ibu hamil. Kadang ketakutan yang
berlebih ini, justru membuat proses persalinan itu sendiri menjadi tidak berjalan lancar.
Untuk menghindarkan hal tersebut, ada baiknya para ibu hamil mengenal lebih jauh apa
itu episiotomi.
Episiotomi adalah pengguntingan kulit dan otot antara alat kelamin dan anus.
Tujuan nya untuk melebarkan jalan lahir. Biasanya dokter akan memberikan anestesi
lokal untuk menghilangkan nyeri. Namun, dalam keadaan darurat episotomi dilakukan
tanpa anestesi lokal. Episiotomi dilakukan untuk melebarkan jalan lahir, jika dokter
memperkirakan memang diperlukan, misalnya jika bahu bayi tersangkut dan dokter atau
bidan memperkirakan bahu tetap tersangkut jika tidak dibantu dengan episiotomi, janin
dalam keadaan stres dan dokter menginginkan persalinan berlangsung lebih cepat.
Episiotomi merupakan bagian dari persalinan yang dibantu dengan forsep atau
vakum. Daerah otot-otot perineum sangat kaku, sehingga akan dilakukan luka yang
lebih luas diperineum atau labia (lipatan disisi kanan dan kiri alatkelamin) jika tidak
dilakukan episiotomi.
Meskipun tindakan episiotomi adalah intervensi yang umum, tapi sebenarnya
tindakan ini harusnya bukan menjadi tindakan /intervensi rutin disetiap pertolongan
persalinan pervagina, sekitar lebih dari 70% dari semua persalinan per vagina tidak
perlu episiotomi. Memotong memperbesar lubang vagina dan membantu dalam
melahirkan bayi . Jika memerlukan forsep atau pengiriman vakum, maka panjang
sayatan akan lebih panjang dari yang seharusnya jika bayi lahir tanpa dibantu
instrumen. Setelah bayi dan plasenta lahir, maka jalan lahir akan diperiksa untuk setiap
robekan yang perlu perbaikan.
Menurut Arief Mansjoer,Kapita selekta kedokteran2001 Episiotomi adalah insisi
pada perineum yang menyebabkan terpotongnyaselaput lender vagina,cincin
hymen,jaringan septum rektovaginal, otot-otot danfasia perineum,serta kulit sebelah
depan perineum untuk melebarkan jalan lahirsehingga mempermudah kelahiran.
Episiotomi adalah suatu tindakan operatif berupa sayatan pada perineum meliputi
selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot
dan fascia perineum dan kulit depan perineum.Episiotomi biasanya dikerjakan pada
hampir semua primipara atau pada perempuan dengan perineum kaku.

1.2 Tujuan dan manfaat episiotomi


Episiotomi bertujuan mencegah rupture perineum dan mempermudah pemulihan
perineum kaku.Episitomi dlakukan saat perineum telah menipis dankepala janin tidak
masuk kembali ke dalam vagina.(Arief Mansjoer,Kapita selektaKedokteran 2001)
a. Mempercepat kelahiran pada waktu janin mengalami kegawatan.
b. Mempercepat proses kelahiran.
c. Memfasilitasi kelahiran pada kasus-kasus tertentu.
d. Melindungi kepala bayi premature

1.3 Indikasi dan Kontra Indikasi Dilakukannya Episiotomi

A. Indikasi

Menurut Arief Mansjoer dalam buku Kapita selekta Kedokteran 2001


Indikasidilakukannya episiotomi dan macam-macam dari episiotomi adalah sebagai
berikut :

a. Pada keadaan yang mungkin terjadi rupture uteri.


b. Janin premature atau adanya gawat janin.
c. Janin letak sungsang,persalinan dengan ekstrasi cunam, vakum dan janin besar.

B. Kontra indikasi
a. Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam
b. Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti penyakit
kelainan darah maupun terdapatnya varises yang luas pada vulva dan vagina.

1.4 Jenis – Jenis Episiotomi


Ada 4 jenis episiotomi berdasarkan arah insisinya yaitu: Episiotomi medialis,
Episiotomi mediolateralis, Episiotomi lateralis, dan Insisi Schuchardt.
a. Episitomi mediana, merupakan insisi yang paling mudah diperbaiki, lebih
sedikit pendarahan, penyembuhan lebih baik dan jarang dispareuni.
Episitomi ini dapatmenyebabkan ruptur totalis.
Manfaat :
a) Secara dramotis lebih alamiah
b) Menghindari pembuluh darah dan saraf
c) Lebih mudah di jahit
Bahaya nya : jika meluas bisa memanjang melalui sfingter ani
b. Episitomi mediolateral merupakan jenis insisi yang banyak dilakukan
karenalebih aman.
Manfaat : perluasan akan lebih kecil kemungkinan terjadi melalui sfingter
ani.
Bahaya :
a) Penyembuhan terasi lebih sakit
b) Lebih sulit dijahit
c) Mungkin kehilangan darah banyak . (APN,Revisi 2007)
c. Episiotomi lateral, tidak dianjurkan lagi karena hanya dapat menimbulkan
sedikitrelaksasi introitus, pendarahan lebih banyak dan sukar direparasi.

Menurut Benson dan Pernoll (2009), sekarang ini hanya ada dua
jenisepisiotomi yang di gunakan yaitu Episiotomi pada garis tengah
(midlineepuisiotomy) dan Episiotomi mediolateral.
a. Episiotomi pada garis tengah (midline epuisiotomy) atau median
Sayatan yang di buat di garis tengah, dimana Insisi atau sayatan
dimulaidari ujung terbawah introitus vagina atau pada garis tengah
komissura posterior sampai batas atas otot- otot sfingter ani (tidak
sampai mengenai serabutsfingter ani).
Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah:
1. Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit
oleh karenadaerah yang relatif sedikit mengandung
pembuluh darah.
2. Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan
kembali lebihmudah dan penyembuhan lebih memuaskan.
3. Tidak akan mempengaruhi keseimbangan otot dikanan kiri
dasar pelvis.
4. Insisi akan lebih mudah sembuh, karena bekas insisi
tersebut mudahdirapatkan.
5. Tidak begitu sakit pada masa nifas yaitu masa setelah
melahirkan.
6. Dispareuni jarang terjadi.
Kerugiannya adalah terjadi perluasan laserasi ke
sfingter ani (laserasimedian sfingter ani) sehingga terjadi
laserasi perinei tingkat III inkompletatau laserasi
menjangkau hingga rektum (laserasi dinding rektum),
sehinggaterjadi ruptur perineii komplit yang mengakibatkan
kehilangan darah lebih banyak dan lebih sulit dijahit.
b. Episiotomi Modiolateral
Sayatan yang di buat dari garis tengah kesamping menjauhi anus
yangsengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah
ruptura perineitingkat III, dimana insisi dimulai dari ujung terbawah
introitus vagina menuju ke belakang dan samping kiri atau kanan
ditengah antara spina ischiadica dan anus. Dilakukan pada ibu yang
memiliki perineum pendek, pernah ruptur grade3, dengan Panjang
sayatan kira-kira 4 cm dan insisi dibuat pada sudut 45 derajat terhadap
forset posterior pada satu sisi kanan atau kiri tergantung
padakebiasaan orang yang melakukannya.
Keuntungan dari epistomi mediolateral adalah perluasan laserasi
akanlebih kecil kemungkinannya mencapai otot sfingter ani dan rektum
sehingga dapatmencegah terjadinya laserasi perinei tingkat III ataupun
laserasi perineum yanglebih parah yang sampai pada rectum.
Kerugian episiotomi mediolateral :
1. Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan
daerah yang banyak pembuluh darahnya. Daerah insisi
kaya akan fleksus venosus.
2. Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih
sukar dan penyembuhan terasa lebih sakit dan lama.
3. Insisi lateral akan menyebabkan distorsi (penyimpangan)
keseimbangandasar pelvis.
4. Otot – otot nya agak lebih sulit untuk disatukan secara
benar (aposisinya sulit), sehingga terbentuk jaringan parut
yang kurang baik.
5. Rasa nyeri pada sepertiga kasus selama beberapa hari dan
kadang – kadang diikuti dispareuni (nyeri saat
berhubungan).
6. Hasil akhir anatomi tidak selalu bagus ( pada 10% kasus)
dan pelebaran introitus vagina.

1.5 Prosedur Tindakan Episiotomi


Persiapan
1. Pertimbangkan indikasi untuk melakukan episiotomi dan pastikan bahwa
episitomitersebut penting untuk keselamatan dan kenyaman ibu dan bayi
2. Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan
sudahtersedia dan dalam keadaan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
3. Gunakan teknik aseptic atau antiseptic setiap saat, cuci tangan dan pakai
sarungtangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
4. Jelaskan pada ibu menapa ia memerlukan episiotomi dan diskusikan
prosedurdenagn ibu. Berikan alasan rasional pada ibu.(APN, Revisi 2007)

Memberikan anestesi local secara dini agar obat tersebut memiliki


cukup waktu untukmemberikan efek sebelum episiotomi dilakukan.
Episiotomi adalah tindakan yangmenimbulkan rasa sakit dan
menggunakan anestesi local adalah bagian dariasuhan sayang ibu.
1. Jelaskan pada ibu apa yang akan dilakukan dan bantu klien untuk
merasa rileks
2. Hisap 10ml larutan lidokain 1% tanpa epinefrin ke dalam tabung
suntik sterilukuran 10ml (tabung suntik lebih besar boleh digunakan
jika diperlukan). Jikalidokain 1% tidak tersedia, larutkan 1 bagian
lidokain 2% dengan 1 bagian cairangaram fisologis atau air distilasi
steril, sebagai contoh larutan 5ml lidokain dalam5ml cairan garam
fisiologis atau air steril
3. Pastikan bahwa tabung suntik memiliki jarum ukuran 22 dan
panjang 4cm (jarumyang lebih panjang boleh digunakan jika
diperlukan)
4. Letakkan dua jari kedalam vagina diantara kepala bayi dan
perineum
5. Masukkan jarum ditengah fourchette dan arahkan jarum sepanjang
tempat yangakan diepisiotomi
6. Aspirasi (tarik batang penghisap) untuk memastikan bahwa jarum
tidak berada didalam pembuluh darah.jika darah masuk kedalam
tabung suntik jangan suntikkanlidokain, tarik jarum tersebut keluar.
Ubah posisi jarum dan tusukkan kembali.Alasan:ibu bisa
mengalami kejang dan bisa terjadi kematian, jika lidokaindisuntikan
kedalam pembuluh darah
7. Tarik jarum perlahan sambil menyuntikan maksimal 10ml lidokain
8. Tarik jarum bila sudah kembali ketitik asal jarum suntik ditusukkan
kulitmelembung karena anestesi bisa terlihat dan dipalpasi pada
perineum disepanjanggaris yang akan dilakukan episiotomi.(APN,
Revisi 2007)
Prosedur dalam episiotomi menurut buku panduan APN
Revisi 2007 sebagai berikut:
1. Tunda tindakan episiotomi sampai perineum menipis dan
pucat dan 3-4 cm kepala bayi sudah terlihat pada saat
kontraksi.alasannya: melakukan episiotomi akan menyeba
bkan perdarahan , jangan melakukannya terlalu dini
2. Masukkan dua jari kedalam vagina diantara kepala bayi
dan perineum, kedua jariagak diregangkan dan diberikan
sedikit tekanan lembut kearah luar pada
perineum.Alasannya: hal ini akan melindungi kepala bayi
dari gunting danmeratakan perineum sehingga
membuatnya lebih mudah diepisiotomi
3. Gunakan gunting tajam disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
Tempatkan gunting ditengah-tengah fourchette posterior
dan gunting mengarah kesudut yang diinginkanuntuk
melakukan episiotomi mediolateral (jika bukan kidal,
episiotomimediolateral yang dilakukan disisi kiri lebih
mudah dijahit). Pastikan untukmelakukan palpasi atau
mengidentifikasi sfinter ani eksterna dan
mengarahkangunting cukup jauh kearah samping untuk
menghindari sfingter
4. Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral
menggunakan satuatau dua guntingan yang mantap.
Hindari mengunting jaringan sedikit-sedikitkarena akan
menimbulkan tepi yang tidak rata sehingga menyulitkan
penjahitandan waktu penyembuhan lebih lama.
5. Gunakan gunting untuk memotong sekitar 2-3 cm kedalam
vagina
6. Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada
luka episiotomi dengandilapisi kain atau kasa steril diantara
kontraksi untuk membantu mengurangi pendarahan
7. Kendalikan kepala, bahu dan bahan bayi untuk mencegah
perluasan episiotomi
8. Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati
apakah episiotomi, perineum dan vagina mengalami
perluasan atau laserasi, lakukan penjahitan jikaterjadi
perluasan episiotomi atau laserasi tambahan.
1.6 Klasifikasi Laserasi Episiotomi
Laserasi diklasifikasikan berdasar luasnya robekan :
a. Derajat I : Mukosa vagina, komisura posterior dan kulit perinium
b. Derajat II : Mukosa vagina, mukosa posterior , kulit perinium dan otot
perinium
c. Derajat III : Mukosa vagina, komisura posterior , kulit perinium , otot
perinium , dan otot sfingter ani
d. Derajat IV : Mukosa vgina, komisura posterio, kulit perinium, otot
perinium, otot sfingterani, dan dinding depan rectume (APN, Revisi
2007).

1.7 Anjuran Episiotomi


Menurut Buku panduan APN Revisi 2007, di masa lalu dianjurkan
untukmelakukan episiotomi secara rutin yang tujuannya untuk mencegah robekan
berlebihan pada perineum,membuat tepi luka rata sehingga mudah dilakukan penjahitan
(reparasi), mencegah penyulit ata tahanan pada kepala dan insfeksitetapi hal tersebut
ternyata tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang cukup. Namun, hal ini bukanlah
berarti episiotomi tidak diperbolehkan karena indikasitertentu untuk melakukan
episiotomi (misalnya persalinan dengan ekstrasi cunam,distosia bahu, rigitas perineum
dan sebagainya).
 Episiotomi rutin tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan :
a. Meningkatkan jumlah darah yang hilang dan resiko hematoma
b. Kejadian laserasi derajat tiga atau empat lebih banyak pada episiotomi
rutindibandingkan dengan tanpa episiotomi
c. Meningkatkan risiko infeksi (terutama jika prosedur PI diabaikan)

 Episiotomi tidak boleh dilakukan karena :


a. Persalinan dan kelahiran merupakan proses normal
b. Akan meningkatkan perdarahan
c. Bisa menambahkan dalamnya laserasi perineal
d. Menambahkan resiko kerusakan spinoterani
e. Menambah rasa sakit selama hari-hari pertama PP
f. Belum ada bukti-bukti ilmiah yang menunjukkan mamfaat episiotomi

Adakah cara lain yang bisa dilakukan oleh ibu hamil, agar pada
saat prosesmelahirkan nanti terhindar dari episiotomi? jawabannya
adalah ada yaitu denganmelakukan pijatan perineum pada 2 bulan
terakhir menjelang persalinan ataulatihan Kegel (terutama pada fase
relaksasi) dapat menghindari episiotomi.Kadang digunakan kompres
hangat untuk membantu perineum relaks. Ketika bayiakan keluar,
dokter atau bidan akan menahan perineum dengan jari
mereka.Kemungkinan paling efektif menghindari tindakan episiotomi
adalah denganmelakukan proses persalinan yang benar, misal
perlahan mengeluarkan kepala bayi sesuai dengan tingkatan
pembukaan alat kelamin. Tunggulah refleksmenekan secara alamiah
yang akan Anda alami. Hindarilah tekanan yang terlaludipaksakan.

1.8 Penyembuhan Luka


Menurut Walsh (2008) proses penyembuhan terjadi dalam tiga fase, yaitu:
Fase 1 :
Segera setelah cedera, respons peradangan menyebabkan peningkatan
aliran darahke area luka, meningkatkan cairan dalam jaringan,serta akumulasi
leukosit danfibrosit. Leukosit akan memproduksi enzim proteolitik yang memakan
jaringanyang mengalami cedera.
Fase 2 :
Setelah beberapa hari kemudian, fibroblast akan membentuk benang-
benang kolagen pada tempat cedera.
Fase 3 :
Pada akhirnya jumlah kolagen yang cukup akan melapisi jaringan yang
rusak kemudian menutup luka.
Proses penyembuhan sangat dihubungani oleh usia, berat badan,
statusnutrisi, dehidrasi, aliran darah yang adekuat ke area luka, dan
statusimunologinya. Penyembuhan luka sayatan episiotomi yang sempurna
tergantungkepada beberapa hal. Tidak adanya infeksi pada vagina sangat
mempermudah penyembuhan. Keterampilan menjahit juga sangat diperlukan
agar otot-otot yangtersayat diatur kembali sesuai dengan fungsinya atau jalurnya
dan juga dihindari sedikit mungkin pembuluh darah agar tidak tersayat. Jika sel
saraf terpotong, pembuluh darah tidak akan terbentuk lagi.

 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka


1. Status nutrisi yang tidak tercukupi memperlambat penyembuhan
luka
2. Kebiasaan merokok dapat memperlambat penyembuhan luka
3. Penambahan usia memperlambat penyembuhan luka
4. Peningkatan kortikosteroid akibat stress dapat memperlambat
penyembuhan luka.
5. Gangguan oksigenisasi dapat menganggu sintesis kolagen dan
menghambat epitelisasi sehingga memperlambat penyembuhan
luka.
6. Infeksi dapat memperlambat penyembuhan luka.

1.9 Komplikasi Episiotomi


Komplikasi episiotomi :
1. Nyeri post partum dan dyspareunia
2. Rasa nyeri setelah melahirkan lebih sering dirasakan pada pasien bekas
episiotomi, garis jahitan (sutura) episiotomi lebih menyebabkan rasa sakit.
Jaringan parut yang terjadi pada bekas luka episiotomi dapat
menyebabkan dyspareunia apabila jahitannya terlalu erat.
3. Nyeri pada saat menstruasi pada bekas episiotomi dan terabanya massa
4. Trauma perineum posterior berat.
5. Trauma perineum anterior
6. Cedera dasar panggul dan inkontinensia urin dan feses
7. Infeksi bekas episiotomi, Infeksi lokal sekitar kulit dan fasia superfisial
akanmudah timbul pada bekas insisi episiotomi
8. Gangguan dalam hubungan seksual, Jika jahitan yang tidak cukup
erat,menyebabkan akan menjadi kendur dan mengurangi rasa nikmat
untukkedua pasangan saat melakukan hubungan seksual.
2.1 Macam – macam komplikasi dalam persalinan dan kegawat daruratan
A. Kompikasi persalinan
1. Persalinan tidak maju (failure to progres)
Melahirkan merupakan sebuah proses alami di mana setiap ibu bisa
melakukannya. Sebuah proses kelahiran yang lancar mungkin akan memakan
waktu selama beberapa jam saja. Failure to progress atau yang dimaksud
sebagai persalinan tidak maju adalah komplikasi melahirkan ketika total waktu
yang dihabiskan mulai dari awal pembukaan leher rahim, sampai bayi keluar
terbilang cukup lama dari waktu normalnya.
Menurut American Pregnancy Association, persalinan dikatakan tidak
maju jika berlangsung lebih dari 20 jam untuk pengalaman melahirkan yang
pertama. Sementara jika sebelumnya Anda sudah pernah melahirkan, komplikasi
persalinan tidak maju yakni ketika memakan waktu lebih dari 14 jam. Fase
melahirkan yang dialami setiap wanita memang berbeda-beda. Jika persalinan
tidak majuberlangsung selama fase awal atau laten, biasanya tidak langsung
mengarah pada komplikasi. Namun, bila terjadi pada fase melahirkan aktif,
kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi sehingga memerlukan penanganan
medis segera.
A. Berikut berbagai penyebab proses persalinan ibu tidak mengalami kemajuan:
1) Pelebaran leher rahim (serviks) lambat
2) Penipisan leher rahim (serviks) lambat
3) Ukuran tubuh bayi besar
4) Ukuran jalan lahir seperti vagina dan panggul kecil
5) Melahirkan kembar atau lebih dari satu bayi
6) Kondisi emosional yang dialami ibu, seperti stress, cemas, khawatir,
dan lainnya.
7) Konsumsi obat pereda nyeri, yang bisa membuat kontraksi rahim
menjadi lambat dan lemah.
Proses melahirkan yang terlalu lama ini tentu tidak baik jika
dibiarkan terus. Pasalnya, risiko ibu mengalami infeksi (jika air ketuban
sudah pecah) akan semakin besar. Maka itu itu, solusi pertama yang
bisa Anda lakukan untuk mempercepat persalinan yakni dengan
berjalan-jalan santai, mandi air hangat, atau beristirahat. Selanjutnya,
dokter dan tim medis dapat memberikan obat untuk memicu induksi
persalinan, maupun menyarankan operasi caesar.
2. Bayi sungsang
Saat usia kehamilan Anda sudah mendekati waktu kelahiran, biasanya
Anda perlu memeriksakan diri Anda ke dokter untuk melihat posisi bayi.
Tujuannya untuk mengecek posisi bayi sudah berada di jalur yang sesuai untuk
melahirkan, atau malah sungsang alias kurang tepat. Posisi bayi yang baik saat
dilahirkan adalah kepala bayi berada di bawah dengan wajah yang juga
menghadap ke bawah. Sayangnya, tidak semua bayi berada di posisi yang tepat
untuk bisa langsung keluar dengan mudah saat melahirkan.
 Posisi bayi sungsang merupakan salah satu komplikasi saat
melahirkan, contohnya ketika:
1) Posisi tubuh bayi menghadap ke atas
2) Posisi bokong (frank breech) atau kaki (complete breech) yang
akan keluar pertama kali.
3) Berbaring dengan posisi miring secara horizontal atau
memanjang pada rahim, dan bukan secara vertikal.
Jika posisi bayi sungsang, dokter biasanya menyarankan
Anda untuk melakukan berbagai cara guna mengembalikan
bayi ke posisi yang seharusnya. Namun, jika hal ini tidak
berhasil dan posisi bayi masih sungsang saat akan dilahirkan,
kondisi ini akan membuat proses melahirkan lebih rumit.
Melahirkan dengan operasi caesar mungkin direkomendasikan
pada saat ini.
3. Prolaps tali pusar
Selama dalam kandungan, tapi pusar merupakan tumpuan hidup bayi. Tali
pusar bertugas untuk mengalirkan nutrisi dan oksigen dari ibu ke tubuh bayi,
sehingga bayi dapat tumbuh dan berkembang di dalam rahim ibu. Terkadang,
selama proses melahirkan, tali pusar dapat masuk ke dalam leher rahim atau
serviks (prolaps tali pusar) terlebih dulu sebelum setelah air ketuban pecah. Tapi
pusar bahkan bisa keluar lebih dulu melalui vagina dibandingkan bayi, sehingga
menyebabkan komplikasi saat melahirkan. Kondisi ini tentu sangat berbahaya
bagi bayi, karena aliran darah pada tali pusar bisa terhambat atau bahkan
terhenti. Pastikan Anda segera mendapatkan penanganan medis sedini mungkin
saat kondisi ini terjadi.
4. Tali pusar melilit tubuh bayi
Posisi bayi di dalam kandungan tidak selalu diam dan tenang. Kadang
kala, bayi bisa bergerak dan berganti posisi, sehingga membuat tubuhnya terlilit
tali pusarnya sendiri. Tali pusar bisa melilit bayi dan terlepas dengan sendirinya
berkali-kali selama kehamilan. Namun, tali pusar yang melilit bayi selama proses
melahirkan dapat menimbulkan komplikasi. Ini karena aliran darah untuk bayi
bisa terganggu, sehingga membuat denyut jantung bayi menurun secara tiba-tiba
(variable decelerations). Jika detak jantung bayi terus memburuk selama
persalinan dan bayi menunjukkan tanda-tanda bahaya lainnya, melahirkan
dengan operasi caesar bisa jadi jalan keluar terbaik.
5. Plasenta previa
adalah satu dari beberapa komplikasi melahirkan ketika posisi plasenta
menutupi sebagian atau seluruh leher rahim (serviks). Padahal seharusnya,
posisi plasenta di sebelah atas maupun samping rahim, sehingga tidak akan
menutupi jalan lahir bayi. Komplikasi dari plasenta previa berisiko mempersulit
proses persalinan, bahkan bisa menimbulkan perdarahan hebat sebelum atau
selama proses melahirkan.
 Berikut beberapa hal yang memperbesar peluang untuk mengalami
plasenta previa:

1) Pernah melahirkan sebelumnya, terutama jika ini kali keempat atau


lebih Anda melahirkan.
2) Pernah mengalami plasenta previa, operasi caesar, maupun
operasi rahim sebelumnya.
3) Hamil bayi kembar.
4) Berusia lebih dari 35 tahun saat sedang hamil.
5) Memiliki fibroid.
6) Merokok.

Salah satu gejala utama pada plasenta previa yakni


munculnya perdarahan tanpa adanya rasa sakit selama trimester
ketiga kehamilan. Dokter biasanya mengatasi kasus plasenta
previa dengan cara:

1) Perbanyak istirahat, atau jika perlu dirawat di rumah sakit


untuk memperbaiki kondisi.
2) Pemberian transfusi darah.
3) Menyarankan untuk segera melahirkan, khususnya jika
perdarahan tidak kunjung berhenti atau denyut jantung
janin tidak diketahui

Apabila tidak segera ditangani, plasenta previa dapat


meningkatkan risiko plasenta akreta. Plasenta akreta juga
merupakan komplikasi persalinan yang berpotensi mengancam
jiwa. Hal ini dikarenakan plasenta, pada plasenta akreta, tidak
dapat dipisahkan dari dinding rahim.
6. Asfiksia perinatal
Asfiksia perinatal adalah kondisi ketika bayi tidak mendapatkan cukup
oksigen di dalam kandungan selama proses melahirkan berlangsung. Asfiksia
perinatal juga bisa terjadi saat oksigen yang diperoleh bayi tidak memadai
setelah kelahirannya.
Asfiksia perinatal merupakan salah satu komplikasi melahirkan yang
menjadi penyebab kematian pada bayi baru lahir. Selain karena kadar oksigen
yang rendah, bayi juga bisa mengalami asfiksia perinatal karena peningkatan
kadar karbon dioksia.
Terlalu banyak jumlah asam di dalam darah (asidosis) dan adanya
masalah organ tubuh juga bisa mengakibatkan munculnya asfiksia pada bayi.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh proses persalinan yang terhambat,
sehingga membuat bayi tidak kunjung keluar. Atau dalam kasus lainnya, bayi
mungkin sudah hampir keluar tapi terhambat di tengah jalan ketika persalinan.
Dokter biasanya melakukan penanganan segera untuk kasus asfiksia perinatal
dengan memberikan oksigen kepada ibu, dan operasi caesar. Setelah
melahirkan, pengobatan juga akan tetap dilakukan. Misalnya dengan
memberikan pernapasan mekanis maupun perawatan lainnya pada bayi.
7. Distosia bahu
Distosia bahu adalah komplikasi melahirkan ketika kepala bayi sudah keluar dari
vagina, tapi salah satu bahu masih berada di dalam vagina. Komplikasi
persalinan yang satu ini memang tidak terlalu umum atau jarang terjadi. Namun,
kebanyakan kasus distosia bahu dialami oleh wanita yang belum pernah
melahirkan sebelumnya dengan pintu panggul yang sempit atau berat bayi yang
terlalu besar. Sebagai penanganannya, dokter dan tim medis biasanya
melakukan beberapa tindakan ini untuk mempermudah kelahiran bayi:
1) Mengubah posisi tubuh ibu saat proses persalinan.
2) Memutar bahu bayi secara manual.
3) Memperbesar vagina melalui pembedahan dengan cara mengguntingnya
(episiotomi), guna memberikan ruang bagi bahu bayi untuk keluar.
Jika berbagai cara di atas tidak berhasil, mungkin dokter akan
merekomendasikan operasi caesar. Adanya komplikasi pada proses melahirkan
akibat distosia bahu umumnya dapat segera ditangani. Akan tetapi, jika denyut
jantung bayi tampak tidak terdengar, bisa mengindikasikan adanya masalah
medis lainnya.
8. Rahim robek (rupture uteri)
Rahim robek saat melahirkan kemungkinan bisa terjadi jika Anda
sebelumnya pernah melakukan operasi caesar, kemudian bekas luka tersebut
terbuka di persalinan normal berikutnya. Di samping mengakibatkan perdarahan
hebat pada ibu, bayi di dalam kandungan juga berisiko mengalami kekurangan
oksigen.
Bukan hanya karena pernah menjalani operasi caesar. Berikut beberapa
faktor risiko lain yang bisa menyebabkan rahim robek:
1) Mendapatkan induksi persalinan.
2) Ukuran tubuh bayi terlalu bersar.
3) Usia ibu di atas 35 tahun saat hamil dan melahirkan.
4) Alat yang digunakan saat proses persalinan normal.
Dalam kondisi ini, dokter biasanya akan menganjurkan
untuk segera melakukan operasi melahirkan caesar. Itu sebabnya,
ibu yang berencana untuk melahirkan normal setelah caesar
sebaiknya selalu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Dokter dapat melakukan serangkaian pemeriksaan, dan
kemudian menentukan keputusan terbaik setelah melihat kondisi
ibu dan bayi. Ada berbagai tanda-tanda rahim robek yang
merupakan salah satu komplikasi melahirkan, seperti:
a. Detak jantung bayi tidak normal.
b. Ibu mengalami nyeri atau sakit perut.
c. Proses persalinan tidak kunjung mengalami kemajuan.
d. Perdarahan pada vagina.
e. Detak jantung cepat dan tekanan darah rendah pada ibu.
Dengan rutin melakukan pemeriksaan dan perawatan yang
tepat, setidaknya dapat menurunkan risiko terjadinya komplikasi
persalinan yang serius karena rahim robek.
9. Berat badan lahir rendah (BBLR)
Berat badan lahir rendah termasuk satu dari sekian macam komplikasi
melahirkan, khususnya pada bayi prematur. Bayi dikatakan prematur ketika lahir
sebelum usia kehamilan 37 minggu.
Selain itu, bayi dengan berat badan lahir rendah juga bisa dialami oleh
kelahiran kembar dua, tiga, atau lebih. Normalnya, berat badan bayi yang lahir
tergolong rendah jika kurang dari 2,5 kilogram atau 2.500 gram.
Selain kelahiran prematur, berat badan lahir rendah pada bayi juga bisa
disebabkan oleh:
1) Adanya masalah pada plasenta.
2) Komplikasi saat proses melahirkan atau persalinan.
3) Cacat lahir pada bayi.
4) Asupan zat gizi yang buruk pada ibu.
5) Ibu merokok, minum alkohol, maupun konsumsi obat-obatan
selama kehamilan.

Kondisi BBLR yang dialami bayi baru lahir berisiko


menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Meliputi
perkembangan yang terhambat, munculnya komplikasi pada
kesehatan, serta kematian dini.

Berikut berbagai risiko yang mungkin terjadi:

1) Infeksi saluran pernapasan, pencernaan, serta saraf.


2) Kesulitan mendengar dan melihat (buta).
3) Infeksi jantung.
4) Sindrom kematian mendadak atau sudden infant death
syndrome (SIDS).

Intinya, bayi yang lahir dengan berat rendah biasanya memiliki


sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah ketimbang bayi dengan
berat normal. Itulah mengapa bayi BBLR cenderung lebih rentan
terkena penyakit.

Penanganan yang diberikan untuk bayi dengan berat lahir rendah


biasanya disesuaikan dengan kondisi yang dialaminya. Umumnya,
bayi biasanya diharuskan untuk mendapatkan perawatan sementara
waktu di rumah sakit sampai berat badannya kembali normal.

10. Perdarahan hebat

Setelah bayi berhasil dilahirkan, perdarahan bisa terjadi pada ibu.


Perdarahan ringan normal terjadi, tapi perdarahan berat dapat menjadi hal yang
serius. Perdarahan yang merupakan komplikasi melahirkan bisa terjadi setelah
plasenta dikeluarkan.

Kontraksi uterus atau rahim yang lemah tersebut tidak mampu


memberikan tekanan yang cukup pada pembuluh darah. Khususnya tempat di
mana plasenta menempel pada rahim. Perdarahan yang berlebihan juga bisa
disebabkan oleh adanya bagian plasenta yang masih tersisa dalam rahim dan
infeksi pada dinding rahim. Kesemua hal ini dapat mengakibatkan pembuluh
darah terbuka, sehingga dinding rahim terus mengeluarkan darah.
Perdarahan berlebih setelah melahirkan ini disebut dengan perdarahan
postpartum, yang terbagi menjadi dua. Pertama, primer atau langsung
(perdarahan yang terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan). Kedua,
sekunder atau tertunda (perdarahan setelah 24 jam pertama sampai 6 minggu
setelah melahirkan).

Perawatan yang dilakukan dokter dan tim medis untuk mengatasi


komplikasi persalinan karena perdarahan ini, yakni:

1) Pemberian obat-obatan.
2) Pengangkatan plasenta yan tertinggal.
3) Perawatan pada rahim.
4) Melakukan tindakan pada pembuluh darah agar dapat
menghentikan perdarahan.
Perdarahan saat melahirkan yang terlalu banyak berisiko
mengancam nyawa ibu. Namun, penanganan segera dari dokter
dan tim medis dapat membantu memperbaiki kondisi kesehatan
ibu, sekaligus mencegahnya bertambahnya parah.
B. Kegawat daruratan
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi
secara tiba-tiba, seringkali merupakan kejadian yang berrbahaya (Dorlan,
2011).
Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang
mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah
persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan
dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya
(Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999).
1. Idntifikasi kasus kegawat daruratan maternal masa persalinan kala I dan
kala II
Yang dapat menyebabkan keadaan gawat darurat dalam hal ini adalah
penyulit persalinan yaitu hal – hal yang berhubungan langsung dengan
persalinan yang menyebabkan hambatan bagi persalinan yang lancar.

Kategori dalam penyulit persalinan kala I dan kala II adalah sebagai berikut :
a) Emboli air ketuban
Merupakan sindrom dimana cairan ketuban memasuki sirkulasi darah
maternal, tiba – tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut dan
shock.
Tanda gejala :
 Sesak nafas
 Wajah kebiruan
 Terjadi gangguan sirkulasi jantung
 Tekanan darah mendadak turun
 Nadi kecil/cepat
Faktor resiko
 Multifara
 Solusio plasenta
 IUFD
 Partus presipitatus
 Suction curettahge
 Terminasi kehamilan
 Trauma abdomen
 Versi luar
 Amnios sentesis
b) Distosia bahu
Adalah tersangkut nya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah
kepala janin dilahirkan.
Tanda dan gejala
 Sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat
diramalkan atau dicegah.
 Adanya kehamilan yang melebihi 5000 gram atau dugaan
berat badan janin yang di kandung oleh penderita diabetes
lebih dari 4500 gram.
Etiologi
 Maternal
 Kelainan bentuk panggul
 Diabetes gestasional
 Kehamilan post mature
 Riwayat persalinan dengan distosia bahu
 Ibu yang pendek
 Fetal
 Dugaan macrosomia

c) Persalinan dengan kelainan letak (letak sungsang)


Adalah persalinan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang)
dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada
pada fundus uteri, sedangkan bokong merupakan bagian terbawah di
daerah pintu atas panggul atau simfisis (manuaba, 1988).
Macam – mcam letak sungsang
1. Letak bokong sempurna
2. 2.Letak bokong tidak sempurna
3. 3.Letak kaki

Etiologi
1) Faktor ibu
a. Keadaan rahim
- Rahim arkuatus
- Septum pada rahim
- Uterus dupleks
- Mioma bersama kehmilan
b. Keadaan plasenta
- Plasenta letak rendah
- Plasenta previa
c. Keadaan jalan lahir
- Kesempitan panggul
- Deformitas tulang panggul
- Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan
perputaran ke posisi kepala.
2) Faktor janin
Pada janin terdapat berbagai keadaan yang
menyebabkan letak sungsang.
- Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
- Hidrosefalus atau anensefalus
- Kehamilan kembar
- Hidramnion atau oligohidramnion
- Prematuritas
Tanda dan gejala
 Pemeriksaan abdomen
 Aukultasi djj dapat terdengar diatas ambilikus jika bokong janin
belum masuk pintu atas panggul, djj biasanya terdengar di lokasi
yang lebih rendah ( debbi holmes dan philip N BAKER .2011:116)
 Pemeriksaan dalam

d) Partus lama
Adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primigravida, dan lebih dari 18 jam pada multigravida
Etiologi
Menurut saifudin AB , (2007, h 185) pada prinsif nya persalinan
lama dapat disebabkan oleh :
1. His tidak efisien (in adekuat)
2. Faktor janin ( malpresentasi , malposisi, janin besar)
3. Faktor jalan lahir (panggul sempit , kelainan serviks,
vagina, tumor)

e) Preeklamsi
Preeklamsia adalah sebuah komplikasi pada kehamilan yang ditandai
dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) dan tanda-tanda kerusakan
organ, misalnya kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh tingginya
kadar protein pada urine (proteinuria).
Etiologi
 Primigravida
 Grande multigravida
 Janin besar
 Distensia rahim berlebihan ( hidromnion, hamil kembar ,
mola hidatidosa)
Tanda dan gejala
Gejala preeklamsia biasanya muncul saat usia kehamilan
memasuki minggu ke-20 atau lebih (paling umum usia
kehamilan 24-26 minggu), sampai tak lama setelah bayi lahir.
Preeklamsia yang tidak disadari oleh sang ibu hamil bisa
berkembang menjadi eklamsia, kondisi medis serius yang
mengancam keselamatan ibu hamil dan janinnya.
Tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan darah
yang terus meningkat. Oleh karena itu, memonitor tekanan
darah secara rutin menjadi hal penting untuk dilakukan selama
masa kehamilan. Jika tekanan darah wanita hamil mencapai
140/90 mm Hg atau lebih, segeralah berkonsultasi dengan
dokter kandungan, terutama bila ditemukan nilai tekanan darah
yang tinggi dalam 2 kali pemeriksaan rutin yang terpisah.
Selain hipertensi, tanda klinis dan gejala lainnya dari
preeklamsia adalah:

1. Sesak napas akibat cairan di paru-paru.


2. Sakit kepala parah.
3. Berkurangnya volume urine.
4. Gangguan penglihatan, misalnya pandangan hilang
secara sementara, menjadi kabur, atau sensitif terhadap
cahaya.
5. Mual dan muntah.
6. Rasa nyeri pada perut bagian atas (biasanya di bawah
tulang rusuk sebelah kanan).
7. Meningkatnya kandungan protein pada urine
(proteinuria).
8. Gangguan fungsi hati.
9. Pembengkakan pada telapak kaki, pergelangan kaki,
wajah, dan tangan.
10. Menurunnya jumlah trombosit dalam darah
(trombositopenia).

Penyebab preeklamsia
1. Kehamilan pertama.
2. Pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan
sebelumnya.
3. Kekurangan nutrisi.
4. Sedang menderita beberapa penyakit tertentu, seperti
sindrom antifosfolipid, diabetes, lupus, hipertensi, atau
penyakit ginjal.
5. Mengandung lebih dari satu janin.
6. Bayi pada kehamilan saat ini memiliki ayah yang
berbeda dengan kehamilan sebelumnya.
7. Hamil setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan
sebelumnya.
8. Hamil di bawah usia 20 tahun atau di atas usia 40 tahun.
9. Obesitas saat hamil dengan indeks massa tubuh 25
atau lebih.
10. Memiliki keluarga dengan riwayat preeklamsia.
Diagnosis preeklamsi
1. Adanya kandungan protein dalam urine atau gejala
gangguan ginjal lainnya.
2. Gangguan penglihatan.
3. Adanya cairan dalam paru-paru.
4. Sakit kepala.
5. Rendahnya jumlah trombosit.
6. Gangguan fungsi hati.

Jika dokter mencurigai adanya preeklamsia dari hasil


pemeriksaan tekanan darah, maka pasien biasanya
akan diminta untuk menjalani beberapa pemeriksaan,
seperti:
1. Ultrasonografi (USG). Dalam tes ini, dokter
akan memeriksa berat janin dan jumlah air
ketuban. Kurangnya air ketuban adalah salah
satu tanda rendahnya suplai darah ke janin.
2. Pemeriksaan darah. Dari pemeriksaan ini
dapat diketahui kinerja organ hati dan ginjal,
serta jumlah trombosit dalam darah.
3. Analisis urine. Dari sampel urine kolektif
selama 24 jam dapat diperiksa kandungan
protein, sementara dari sampel urine tunggal
(sewaktu) dapat diperiksa perbandingan
kadar protein dan kreatinin.
4. Nonstress test atau NST. Pada pemeriksaan
ini diukur detak jantung bayi saat bergerak di
dalam kandungan.

2. Asuhan kebidanan pada persalinan kala III dan pemantauan kala IV


 Persalinan kala III
Waktu yang kritis untuk mencegah pendarahan postpartum adalah
ketika plasenta lahir dan segera setelah itu, plasenta
lepas/sepenuhnya terlepas tetap tidak keluar.
Penanganan menajemen aktif kala III yaitu:
a. Jepit tali pusat dan gunting tali pusat sedini mungkin
b. Memberikan oksitosin
c. Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)
PTT mempercepat kelahiran plasenta begitu sudah lepas
lahirkan plasenta secara Brandi-Andrew.
a) Satu tangan diletakkan pada corpus uteri tepat diatas
simpisis pubis selama kontraksi tangan mendorong
korpus uteri dengan gerakan dorso cranial kearah
belakang dan bawah kepala ibu
b) Tangan yamg satu memegang tali pusat dekat
permukaan vagina dan melakukan tarikan tali puast
yang terus-menerus.
PTT dilakukan hanya saat uterus berkontrkasi,
tangan pada uterus merasakan kontraksi begitu
plasenta terlepas, keluarkan dari jalan lahir dengan
gerakan kebawah dan keatas sesuai jalan lahir, kedua
tangan dapat memegang plasenta dan perlahan
memutar plasenta searah jarum jam untuk
mengeluarkan selaput janin.
 Pemantauan Kala IV
Masa postpartum merupakan masa yang paling kritis untuk
mencegah kematian ibu terutama kematian yang deisebabkan karena
perdarahan.
 Pemantauan kala IV meliputi:
1. Keadaan umum
2. Vital sign:TD, suhu, RR, nadi
3. Kontraksi uterus
4. TFU
5. Lochea:jumlah perdarahan abnormal bila lebih dari 500cc
atau beberapa jam sekali ganti pembalut khusus bersalin
 Tindakan yang lain dilakukan pada kala IV :
1. Melakukan pemeriksaan plasenta meliputi kelengkapan
jumlah kotiledon dan selaput plasenta
2. Melakukan pemeriksaan jalan lahir, adakah
laserasi/perlukaan jalan lahir.
Penutup
A. Kesimpulan
Episiotomi adalah tindakan pencegahan kerusakan yang hebat pada
jaringanlunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas atau elastisitas
jaringan.Episiotomi harus mengacu pada penilaian klinik yang tepat dan tehnik yang
sesuaidengan kondisi yang sedang dihadapi. Saat ini episiotomi tidak selalu
dilakukan,karena episiotomi secara bebas dan kurang tepat dapat meningkatkan jumlah
perdarahan yang terjadi pada persalinan. Upaya yang dilakukan untuk mencegah
robekan perinium antara lain :

1. Aplikasi handuk hangat pada perinium.


2. Fasilitasi fleksi kepala bayi agar tidak menyebabkan regangan mendadak.
3. Mengarahkan kepala agar perinium dilalui oleh diameter terkecil saatekspulsi.
4. Menahan perinium dengan regangan telunjuk dan ibu jari

B. Saran
I. Untuk tenaga medis
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai panduan untuk
melakukan tindakan serta meningkatkan kualitas dari pelayanan
tenaga medis.
II. Untuk pembaca
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan
referensi untukmenambah pengetahuan dari pembaca.
III. Untuk pendidikan
Di harapkan makalah ini dapat dijadikan pembelajaran tentang
episiotomi persalinan pda masa kuliah Asuhan komprehensif evidence
based dan bermanfaat bagi semua pihak khususnya bgi mahasiswa
yang menggali pendidikan di Universitas Aisyah Prengsewu .

Anda mungkin juga menyukai