Anda di halaman 1dari 25

PELAYANAN LANSIA YANG BERKAITAN

DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI DI


KOMUNITAS
Dosen Pembimbing : Nofa Anggraini, SST, M.Kes

Kelompok 6
Analia Eka Lestari
Dwi Pratiwi
Indah Nursyahfitri
Priscilya Devi Yamani
Ria Madona Safitri
Tria Agustina

Program Studi Diploma III Kebidanan


STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA
TAHUN AJARAN 2017/2018
1. PENGERTIA USIA LANJUT
1) Pengertian Usia Lanjut
a. Smith dan Smith (1999), menggolongkan usia lanjut sebagai berikut : Young old (65-
74 tahun); middle old (75-84 tahun) dan old old (lebih dari 85 tahun).

Gambar : 33 Profil Lansia yang berumur 75-84 tahun

Sumber : Indonesia.ucanews

b. Setyonegoro (1984), menggolongkan bahwa yang disebut usia lanjut ( geriatric age )
adalah orang yang berusia lebih dari 65 tahun. Selanjutnya terbagi kedalam usia 70-75
tahun ( young old ); 75-80 tahun ( old ); dan lebih dari 80 tahun ( very old ).
c. Menurut Bab 1 Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Usia Lanjut, memberikan pengertian lansia adalah seseorang yang sudah
mencapai usia 60 tahun keatas.
d. Depkes RI, 2003. Memberikan pengertian Lansia adalah seseorang yamg telah
mencapai usia 60 tahun yang telah mengalami perubahan fisik, kejiwaan dan sosial.
e. Klasifikasi lansia menurut Depkes adalah : pra senile/pra lanjut usia (45-49), lanjut usia
(60-69), lanjut usia resiko tinggi (70 tahun keatas).
f. Klasifikasi lansia menurut WHO adalah usia pertengahan (middle age : 45-59), lanjut
usia (elderly : 60-74), lanjut usia tua (old age : 75-90), usia sangat tua (very old : lebih
dari 90 tahun).
Pada usia lanjut akan terjadi penurunan :
a) Kondisi fisik atau biologis,
b) Kondisi psikologis,
c) Kondisi sosial dan ekonimi.

Gambar : 34 Profil Lanjut Usia di Indonesia

Sumber : abanggeutanyo.wordpress.com
Pada usia lanjut seseorang menganggap tugas-tugasnya sudah selesai, mereka
berhenti bekerja dan semakin mengundurkan diri dari pergaulan bermasyarakat
biasanya usia lanjut merenungkan hakikat hidupnya dan lebih intesif mendekatkan
dirinya kepada Tuhan.

2. PENGERTIAN KESEHATAN REPRODUKSI


Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan dan tujuan
untuk mempertahankan jenisnya. Untuk dapat melakukan proses reproduksi, manusia
memerlukan alat-alat reproduksi dan kelenjar reproduksi yang sehat.
Kesehatan reproduksi pada usia lanjut adalah upaya untuk memahami tindakan
pencegahan, penanggulangan serta perawatan anatomi dan organ reproduksi bagi
seseorang yang telah memasuki tahap usia lanjut.
a. Organ Reproduksi Pria
Organ reproduksi pria mempunya dua fungsi yaitu sebagai produksi sel kelamin dan
pelepasan sel-sel ke organ reproduksi wanita.
Adapun Organ reproduksi pria terbagi menjadi lima bagian utama, yaitu:
a) Sepasang testis, berfungsi menghasilkan sel sperma
b) Skrotum (Kantung/Pembungkus Skrotum), berfungsi untuk mengatur suhu yang
tepat bagi testis dan sel sperma.
c) Saluran Sperma terdiri dari Epididimis yang berfungsi sebagai tempat pematangan
dan penyimpanan sementara sel-sel sperma. Vas deferens berfungsi menyalurkan
sperma dari testis menuju kantung sperma (vesikula seminalis).
d) Penis adalah alat kopulasi (Menyalurkan sel sperma atau semen ke Organ
Reproduksi Wanita).
e) Urethra adalah Organ Reproduksi Pria yang berfungsi menyalurkan sperma dan
saluran urin.

Gambar : 35 Organ Reproduksi Pria

Sumber gambar : tips-sehat-keluarga-bunda.blogspot.com


b. Organ Reproduksi Wanita

Gambar : 36 Organ Reproduksi Wanita

Sumber gambar : tips-sehat-keluarga-bunda.blogspot.com

Organ Reproduksi Wanita terbagi menjadi 5 (lima) bagian adalah :


a) Sepasang ovarium atau indung telur, berfungsi menghasilkan sel telur
b) Sepasang Fimbria, berfungsi untuk menangkap sel telur dari ovarium,
c) Sepasang Oviduct atau saluran telur atau Tuba Fallopi, berfungsi menyalurkan sel
telur dari ovarum ke Rahim serta terjadinya fertilisasi atau perubahan,
d) Uterus (Rahim), berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya embrio,
e) Vagina, berfungsi sebagai alat kopulasi (tempat disalurkannya sel sperma) dan
sebagai jalur keluarnya bayi.

c. Kelenjar Reproduksi
Pada organ reproduksi terdapat beberapa Kelenjar yang mendukung proses reproduksi.
Sebagai Berikut :
a) Vesika Seminalis, adalah kelenjar pada pria yang menghasilkan cairan pekat
berwarna kuning, mengandung makanan sebagai sumber energy untuk pergerakan
sperma.
b) Kelenjar Prostat, adalah kelenjar pada pria yang berfungsi sebagai penghasil
semen terbesar yang bersifat encer, berwarna putih dana berisi makanan untuk
sperma
c) Kelenjar bulbourethralis, adalah kelenjar yang terdapat pada uretra wanita yang
berfungsi mensekresikan cairan lendir bening untuk pada menetralkan cairan urine
yang bersifat asam pada uretra
d) Kelenjar Bartholini, adalah Kelenjar yang terdapat pada vagina wanita berfungsi
menghasilkan lendir yang alkalis saat berhubungan badan.

3. PERUBAHAN DAN REAKSI YANG TERJADI PADA USIA LANJUT


Masa menjelang seseorang berusia lanjut akan terjadi perubahan atas dirinya sebagai
berikut :
a. Perubahan pada fisiknya dan kekuatan yang berpengaruh terhadap penampilan
seseorang
b. Perubahan tingkah laku dan penampilan seseorang
c. Perubahan meningkatnya perasaan sensitifitas dan emosional
d. Perubahan keseimbangan hormonal yang menyembabkan berkurangnya dorongan seks
e. Perubahan organ-organ reproduksi menyebabkan berkurangnya kemampuan
seksualitasnya seperti :
a) Pada pria proses penurunan kadar hormone testosterone.
b) Pada wanita terjadi menopause (berhenti haid) yang disebabkan faal dari kandung
telur lambat laun mulai kurang berfungsi, sampai kemudian berhenti sama sekali.

Gambar : 37 Disfungsi Ereksi (DE) Pada Usia Lanjut

Sumber : jayruhalku.wordpress.com

Pelayanan kesehatan terhadap kesehatan terhadap perubahan-perubahan pada usia


lanjut tersebut dapat dilakukan dirumah sakit, panti jompo, klinik-klinik,
Puskesmas dan lain-lain.

4. PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT


Secara umum pelayanan kesehatan pada lansia dapat dibagi menjadi atas :
a. Pelayanan kesehatan lansia berbasis rumah sakit (Hospital Based Geriatric Service)
b. Pelayanan kesehatan lansia di masyarakat (community Based Geriatric Service)
Peran puskesmas sebagai institusi yang berada disekitar tempat tinggal lansia dapat
membentuk kelompok-kelompok lansia sehingga pelayanan kesehatan terorganisir
sehingga lebih mudah dilaksanakan baik promotif, preventif, kuratif, atau rehabilitatif.
Jenis-jenis pelayanan kesehatan yang serimg dilaksanakan di kelompok lansia meliputi :
a) Pemeriksaan fisik dengan bimbingan makan sehat.
b) Pemantapan kondisi mental sehingga perasaan mereka dapat terkendali.
c) Bimbingan bagaimana menurunkan emosional.

5. PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI PRIA PADA LANSIA


Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pria adalah :
a. Produksi testosteron menurun secara bertahap.
Penurunan ini mungkin juga akan menurunkan hasrat dan kesejahteraan. Testis
menjadi lebih kecil dan kurang produktif. Tubular testis akan menebal dan
berdegenerasi. Perubahan ini akan menurunkan proses spermatogenesis, dengan
penurunan jumlah sperma tetapi tidak mempengaruhi kemampuan untuk membuahi
ovum.
b. Kelenjar prostat biasanya membesar.
Hipertrofi prostate jinak terjadi pada 50% pria diatas usia 40 tahun dan 90% pria diatas
usia 80 tahun. Hipertrofi prostat jinak ini memerlukan terapi lebih lanjut.
c. Respon seksual terutama fase penggairahan (desire), menjadi lambat dan ereksi yang
sempurna mungkin juga tertunda.
Elevasi testis dan vasokongesti kantung skrotum berkurang, mengurangi intensitas dan
durasi tekanan pada otot sadar dan tak sadar serta ereksi mungking kurang kaku dan
bergantung pada sudut dibandingkan pada usia yang lebih muda. Dan juga dibutuhkan
stimulasi alat kelamin secara langsung untuk menimbulkan respon. Pendaftaran fase
penggairahan akan berlanjut untuk periode yang lebih lama sebelum mencapai
organisme dan biasanya pengeluaran pre-ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi.
d. Fase organisme, singkat dengan ejakulassi yang tanpa disadari.
Intensitas sensasi orgasme menjadi berkurang dan tekanan ejakulasi serta jumlah cairan
sperma berkurang. Kebocoran cairan ejakulasi yang kadang-kadang dirasakan pada
lansia pria disebut sebagai ejakulasi dini atau premature dan merupakan akibat dari
kurangnya pengontrolan yang berhubungan dengan miotonia dan vasokongesti, serta
masa refrakter memanjang pada lansia pria. Ereksi fisik frekuensinya berkurang
termasuk selama tidur.
e. Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksterna yang tidak
biasa. Frekuensi kontraksi sfingter ani selama orgasme menurun.
f. Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada umumnya 12
sampai 48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda yang hanya
membutuhkan beberapa menit saja.
g. Ereksi pagi hari (mirning erection) semakin jarang terjadi.
Hal ini tampaknya berhubungan dengan semakin menurunnya potensi seksual. Jarang
atau seringnya ereksi pada pagi hari dapat menjadi ukuran yang dapat dipercaya tentang
potensi seksual pada seorang pria. Penelitian Kinsey, dkk menemukan bahwa frekuensi
ereksi pagi rata-rata 2,05 perminggu pada usia 31-35 tahun dan hal ini menurun pada
usia 70 tahun menjadi 0,50 perminggu
6. PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI PADA WANITA
Dengan berhentinya produksinya hormone estrogen, genetalia interna dan eksterna
berangsur-angsur mengalami atrofi.

a. Vagina
Vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita belum pernah
melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan berhenti berfungsi. Mukosa genitalia menipis
begitu pula jaringan sub mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitasnya akibat
fibrosis.
Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keberlangsungan koitus, artinya
makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pandangkaln atau pengecilan
genitalia eksterna.
b. Uterus
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan dindingnya
menipis, myometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks
menyusut tidak menonjol bahkan lama-lama akan merata dengan dinding jaringan.
c. Ovarium
Setalah menopause,ukuran sel telur mengecil dan permukaan menjadi
“keriput”,sebagai akibat atrofi dari medula,bukan akibat dari ovulasi yang berlurang
sebelumnya,permukaan ovarium menjadi rata lagi seperti anak oleh Karena tidak
terdapat folikel.secara umum,perubahanfisik genetalia interna dan eksterna
dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila ovarium berhenti berfungsi,pada umumnya
terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh hormone estrogen
dan progesteron.
d. Payudara (Glandula Mame)
Payudara akan menyusut menjadi datar,kecuali pada wanita yang gemuk,dimana
payudaran tetap besar dan menggantung. Keadaan ini disebebkan oleh Karen
atrofihanya mempengaruhi kelenjar payudara saja.
Kelenjar Patuari Anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu pula
kelenjar tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan mengakibatkan bentuk tubuh serupa
akromegali ringan. Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang. Kadang timbul
pertumbuhan rambut pada wajah. Rambut ketiak, pubis mengurang,oleh karena
pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan klenjar ovarium. Rambut
kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.

1. Premenopause
Premenopause adalah rentang waktu diman tubuh mulai bertransisi memasuki
Premenopause sebagai berikut:
a) Perubahan fisik dan gejala hormonal,termasuk menstruasi yang tidak teratur.
b) Tidak produksi hormonal, estrogen dan progesteron berfluktuasi,naik turun tak
beraturan.
c) Masa Premenopause terjadi diusia 40-an,tapi banyak juga yang mengalami
perubahan saat usianya masih di pertengahan 30-an.
d) Lama bisa 2 sampai 8 tahun tmbah satu tahun di akhir priode menuju
Premenopause
e) Penurunan fungsi indung telur selama masa Premenopause berkaitan dengan
penurunan hormon estradiol dan produksi hormone androgen.
f) Seorang wanita masih mengalami periode menstruasi pada masa
perimenopause,meskipun tidak teratur, dia dapet tetep hamil.

Gejala dan Tanda-tanda

a) Menstruasi tidak teratur.


Intervalnya dapat memanjang atau memendak,sedikit dan berlimpah,bahkan
mungkin kan melewatkan bebrapa periode menstruasi. Ovulasi menjadi tidak
teratur, rendahnya kadar progesteron dapat mengalami periode menstruasi yang
lebih panjang
b) Ganguan tidur dan hot flashes
Sekita 75-85 persen wanita mengalami hot flashes selama Premenopause. Hot
flashes adalah gelombang panas tubuh yang tiba-tiba,akibat perubahan kadar
estrogen yang menyerang tubuh bagian atas dan muka. Serangan ditandai dan
menculnya kulit yang memerah disekitar muka, leher dan dada bagian atas, detak
jantung yang kencang, badan bagian atas berkeringat,termasuk ganguan tidur.
c) Perubahan Psikologi.
Gejala-gejala psikologi dan kognitif seperti :
o Depresi
Banyak wanita menggambarkan gangguan ini sebagai “Premenopause berat”.
Kejadian depresi kira-kira 2 kali lebih sering pada wanita dibandingkan
pria.risiko depresi mayor adalah 7-12% untuk pria dan 20-25% untuk wanita.
Usia rata-rata terjadi depresi adalah 40 tahunan. Data laboratorium
menyatakan bahwa hormone ovarium sangan berkhasiat,dimana sinyal
kimiawi perifer secara umum memperngaruhi aktivitas neuronal.
o Perubahan mood,kurangnya konsentrasi dan
o Pelupa
Perubahan level estrogen dan progesterone menunjukan sejumlah pengaruh
neurotransmitter seperti dopamin, neropinefrin, asetilkolin, dan serotonin
yang kesemuanya diketahui sebagai modulator untuk mood,tidur,tingkah laku
dan kesadaran. Selama perimenopause,fluktuasi hormonterutama fruktuasi
estrogen dapat mengubah level neurotransmiter yang dapat mempengaruhi
waktu tidur,daya ingat dan mood.penting sekali untuk membedakan
perubahan mood karena pengaruh hormon dengan kelainan depresi
mayor.pada pasien tenpa riwayat depresi terapi sulih hormone harusn
dipertimbangkan.
d) Organ intim mongering
Vagina mulai mengalami kekurangan ciran dan elasitisitas sehingga pada waktu
bersenggama dapet menyakitkan.
e) Kesuburan berkurang
Ovulasi atau pelepasan sel telur menjadi tidak teratur, sehingga kemungkinan
bertemu dengan sel telur sperma menjadi lebih rendah walau masih
kemungkinan untuk hamil.
f) Perubahan fungsi seksual.
selama Premenopause,keinginan untuk berhubungan intim dapat berubah,tetapi
pada banyak wanita akan mengalami masa-masa menyenangkan sbelum masa
Premenopause tiba dan biasanya berlanjut sampai melewati masa Premenopause.
g) Osteoporosis
Pengeroposan tulang terjadi sebagai akibat berkurangnya hormone estrogen.
h) Perubahan kadar kolesterol
Berkurangnya eksrtrogen akan merubah kada kolesterol dalam darah dan
meningkatkan kadar kolesterol jahat ( LDL ) yang mengakibatkan resiko terkena
penyakit jantung. Sedangkan HDL atau kolesterol baik,menurun sesuai
pertambahan usia.
i) Keringat malam
Masalah keringat mala mini umumnya dialami oleh kebnyakan wanita yang
sedang dalam keadaan pra menopause atau disebut juga perimenopause ( keadaan
sebelum mencapai masa menopause .
Pada umumnya hal ini ditunjukan dengan rasa panas pada malam hari dengan
disertai memerah pada wajah. Wanitan yang sedalam dalam masa kehamilan juga
mengalami berkeringat dimalam hari,yang disebabkan karena perubahan
hormone dalam tubuh.
j) Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih ( ISK ) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan
adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK dimasyarakat
makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia.pada usia 40-60 tahun
mempunyai angka prevelensi 3,2% sedangkan pada usia sama atau diatas 65
tahunkira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi saluran
kemih dapat mengenal baik laki” maupun wanita lanjut usia.
Prevalensi ISK yang tinggi pada usia lanjut antra lain disebabkn karena:
o Sisa urin dalam kandungan kemih meningkat akibat pengosongan kandung
kemih kurang efektif
o Mobilitas menurun
o Pada usia lanjut nutrisi sering kurang baik
o System imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
o Adanya hambatan pada aliran urin
o Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Etologi

ISK pada usia lanjut dipandangan dari segi penatalaksanaan sering dibedakan
diatas:

a. ISK uncomplicated (simple)


ISK yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik anatomi maupun
fungsionil normal. ISK sederhana pada usia lanjut terutama mengenai
penderita wanita dsn infeksi hanya mengenai mukosa superfisial kandung
kemih. Penyebab kuman tersering (90%) adalah E coli.
b. ISK complicated
Sering menimbulakan banyak masalah karena sering kuman penyebab sulit
diberantas,kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam
antibiotik, sering terjadi bakteriemia, sepsis dan syok. Penyebab kuman pada
ISK complicated adalah pseudomonas, proteus,dan klebsiela.
ISK complicated terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebai berikut:
o Kelainan abnormal saluran kemih,missalnya batu ( pada usia lanjut
kemungkinan terjadinya batu lebih besar dari pada usia muda). Refleks
vesiko urethral obstruksi, paraplegi, atoni kandung kemih,kateter kandung
kemih menetap, serta ptostatitis menahun.
o Kelainan faal ginjal baik gagal ginjal akut (GGA) maupun gagal ginjal
kronis (GGK)

Gejala Klinis

Gejala yang sering ditemukan ialah disuria,polakisuria dan terdesak kencing


yang biasanya terjadi bersamaan.polakisuria terjadi akibat kandung kemih
tidak dapat menanpung urin lebih dari 500 ml karena mukosa yang meradang
sehingga sering kencing.stranguria tenesmus, nokturia, sering juga ditemukan
enuresis nocturnal sekunder,prostatismus,nyeri uretra, kolik uretra dan ginjal.
Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi sebagai
berikut:

o Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit atau
rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta
rasa tidak enak didaerah suprapubik
o Pada ISK bagian atas dapat ditemukan gejala sakit
kepala,malaise,mual,muntah,demam,menggigil rasa tidak enak atau nyeri
dipinggang.
Pemeriksaan laboratorium

1. Urinalisis
a. Leukosuria
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap
dugaan adalah ISK. Dinyatakan positif bila terdapat > 5 leukosit/lapang
pandang besar (LPB) sedimen air kemih. Adanya leukosit silinder pada
sediment urin menunjukan adanya leukosuria tidak selalu menyatakan
adannya ISK karena dapat pula dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi.
b. Hematuria
Dipakai oleh beberapa penelitian sebai petunjuk adanya ISK,yaitu bila
dijumpai 5-10 eritrosit/ LPB sedimen urin. Dapat juga disebabkan oleh
berbagai keadaan patologis baik berupa keruskan glomerulus ataupun
oleh sebab lain misalnya urolitiasis,tumor ginjal, atau nekrosis papilaris.

2. Bakteriologis
a. Mikroskopis
Dapat digunakan urin segera tanpa diputar atau tanpa pewarnaan
gram. Dinyatakan positif bila dijumlahkan 1 bakteri/ lapangan
pandang minyak emersi.
b. Biakan bakteri
Dimaksud untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bilas ditemukan
bakteri dalam jumlah bermakna sesuai dengan criteria cattell 1996:
o Wanita simtomatik
>102 organisme koliform/ml urin plus piuria,atau
>105 0rganisme pathogen apapun/ml urin, atau
Adanya pertumbuhan organisme pathogen apapun pada urin
yang diambil dengan cara aspirasi suprapubik
o Laki-laki simtomatik
>103 organisme pathogen/ml urin
o Paien asimtomatik
>105 organisme pathogen/ml urin pada 2 contoh urin
berurutan.
3. Test kimiawi
Yang paling sering dipakai ialah tes redukdi griess nitrate. Dasarnya
adalah bagian mikroba kecuali enterokoki, mereuksi nitrat bila dijumpai
lebih dari 100.000-1.000.000 bakteri. Konversi ini dapat dijumpai dengan
perubahan warna pada uji Tarik. Sensitivitas 90,7% dengan spesifisitas
99,1% untuk mendeteksi Gram-negatif. Hasil palsu terjadi bila pasien
sebelumnya diet rendah nitrat, diuresis banyak, infeksi oleh enterokoki
dan asinetobakter.
4. Tes Plat-Celup (Dip-slide)
Lempeng plastic bertangkai dimana kedua sisi permukaannya dilapisi
perbenihan padat khusus dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan
digenangi urin. Setelah itu lempeng dimasukkan kembali ke dalam tabung
plastik tempat pemyimpanan semula, lalau dilakukan pengeraman
semalaman pada suhu 37˚C. pententuan jumlah kuman/ml dilakukan
dengan membandingkan pola pertumbuhan pada lempeng pembenihan
dengan serangkain gambar yang memperlihatkan keadaan kepadatan
koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antar 1000 dan 10.000.000
dalam tiap ml urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan
cukup akurat. Tetapi jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat diketehui.
5. Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan lainnya
Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau
kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Dapat berupa
pielografi intravena (IVP), ultrasonografi dan CT-scanning.
Diagnosis banding
Infeksi atau iritasi pada periuretra atau vagina.
Komplikasi
Pielonefritis akut, septicemia dan kerusakan ginjal.
Penatalaksanaan
Pasien dianjurkan untuk minum agar diuresis meningkat, diberikan obat
yang menyebabkan suasana urin alkali jika terdapat dysuria berat
diberikan antibiotik yang sesuai. Biasanya ditujukan untuk bakteri Gram-
negatif harus diberi obat yang tinggi konsentrasinya dalam urun. Wanita
dengan bakteriuria asimtomik atau gejala ISK bagian bawah cukup diobati
dengan dosis tunggal selama 5 hari. Kemudian dilakukan pemeriksaan
urin prorsi tengah seminggu kemudian, jika masih positif harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut.
Pada pria, kemungkinan terdapat kelainan saluram kemih lebih besar,
sebaiknya diberikan terapi antibotik selama 5 hari, bukan dosis tunggal
dan diadakan pemeriksaan lebih lanjut.

(K) Inkontinensia urin ( tidak mampu menahan keluarnya air seni )

Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan menahan air kencing. Inkontinensia


diperkirakan prevalensi inkontinensia urin pada usia lanjut di masyarakat berkisar
antara 15-30% dan kemungkinan inkontinensia urinnya bertambah berat pada saat
berumur 65-74 tahun.

Gambar : 38 inkontinensia Urine

Sumber : www.hellodoctor.co.id

Angka kejadian inkontinensia urin dua kali lebih tinggi pada wanita dibandingkan
pri. Gangguan lebih sering terjadi pada wanita yang pernah melahirkan daripada
yang belum pernah mekahrikan (nulipara ). Hal ini disebabkan oleh perubahan otot
dan fasia di dasar panggul. Kebanyakan penderita inkontinensia telah menderita
desensus dnding depan vagina disertai sisto-uretrokel. Tetapi kadang-kadang
dijumpai pada penderita dengan prolapses total uterus dan vagina dengan
kontinensia urine yang baik.

Perubahan-perubahan akibat proses menua mempengaruhi saluran kemih bagia


bawah. Perubahan merupakan predisposisi bagi lansia untuk mengalami
inkontinensia, tetapi tidak inkontinensia bukan bagian normal proses menua.

Klasifikasi Inkontinensia Urin

1. Inkontinensia Urin Akut Reversibel


Pasien delirium berkemih tidak pada tempatnya karena mungkin tidak sadar
saat mengompol atau tak dapat pergi ke toilet. Kondisi yang menghambat gerak
pasien dapat memicu timbulnya inkontinensia urin fungsional atau
memburuknya inkontinensia persisten, seperti fraktur tulang pinggul, stroke,
arthritis dan sebagainya. Untuk mempermudah mengingat penyebab
inkontinensia urin akut resersibel dapat dilihat akronim dibawah ini :
D = Delirium
R = Restriksi mobilitas, retensi urin
I = Infeksi, inflamasi, impaksi
P = Poliuria, pharmasi
2. In kontinensia irin persisten
Diklasifikasikan dalam beberapa cara, meliputi :
a). anatomi
b). patofisiologis dan
c). klinis
d). untuk kepentingan praktek klinis, klasifikasi klinis lebih bermanfaat karena
dapat membantu evaluasi dan intervensi klinis.

Kategori klinis meliputi :

(a) Inkontinensia urin stress (stress inkontinensia)


Pengendalian berkemih tidak dapat dilakukan akibat meningkatnya tekanan
abdominal, seperti pada saat batuk, bersin, atau berolah raga. Umumnya
disebabkan oleh melemahnya otot dasar panggul, merupakan penyebab
tersering inkontinensia urin pada lansia di bawah 75 tahun. Lebih sering
terjadi pada wanitab tapi mumgkin terjadi pada laki-laki akibat kerusakan
pada sfingter uretha setelah pembedahan transurethral dan radiasi.

(b) Inkontinensia urin urgensi (urgency incontinence)


Pengeluaran urin tidak terkdendali karena sensasi keinginan berkemih yang
dikaitkan dengan kontraksi detrusor tak terkendali (detrusor overactivity).
Masalah-masalah neurologis sering dikaitkan adalah :
a). stroke
b). penyakit Parkinson
c). demensia dan
d). cedera medulla spinalis
sebenarnya waktu ingin berkemih tak cukup sampai di toilet sehingga
timbul peristiwa inkontinensia urin. Inkontinensia tipe urgensi merupakan
penyebab tersering inkontinensia pada lansia diatas 75 tahun.

(c) Inkontinensia urin luapan / overflow (overflow incontinence)


Pengeluaran urin tidak terkendali karena distensi kandung kemih yang
berlebihan.
Penyebab karena obstruksi anatomis, seperti :
1) Pembesaran prostat
2) Faktor neurogenic pada diabetes melitus atau
3) Sclerosis multiple, yang memnyebabkan berkurang atau tidak
berkontraksinya kandung kemih, dan
4) Faktor-faktor obat-obatan
Pasien umumnya mengeluh keluarnya sedikit urin tanpa adanya sensasi
bahwa kandung kemih sudah penuh.

(d) Inkontinensia urin fungsional


Pengendalaian pengeluaran urin akibat faktor-faktor di luar saluran kemih.
Penyebab tersering adalah :
a) Demensia berat
b) Masalah muksuloskelatal berat
c) Faktor lingkungan yang menyebabkan kesulitan untuk pergi ke kamar
mandi, dan
d) Faktor psikologis
Pada lansia inkontinensia urin seringkali muncul dengan berbagai gejala
dan gambaran urodinamik lebih dari satu tipe inkontinensia urin.
Penatalaksanaan yang tepat memerlukan indentifikasi semua komponen

Evaluasi Riwayat Inkontinensia Urin

Lakukan evaluasi riwayat penyakit secara rinci untuk mengeal gejala yamg muncul agar
dapat menentukan tipe inkontinensia, patofisiologi dan faktor-faktor pemicu sebagai
berikut :

1. Lama dan karakteristik inkontinesnia urin


- waktu dam jumlah urin pada saat mengalami inkontinensia urin dan saat kering
(kontinen)
- asupan jenis cairan,(kopi, cola, teh) dan jumlahnya
- gejala lain seperti nokturia, disuria, frekwensi, hematuria dan nyeri
- kejadian yang menyertai seperti batuk, operasi, diabetes, obat-obatan
- perubahan fungsi usus besar atau kandung kemih.
- Penggunaa Pad atau arau modalitasi lainnya.
2. Pengobatan inkontinensia urin sebelumnya dan hasilnya riwayat medis harus
memperhatikan masalah-masalah seperti diabetes, gagal jantung, insufisiensi
vena, kanker masalah neurologis, stroke, dab penyakit Parkinson. Termasuk di
dalam riwayat system urogenital seperti pembedahan abdominal dan pelvis,
melahirkan atau infeksi saluran kemih. Evaliasi obat-obatan baik yang dibeli
dengan resep maupun dibeli bebas juga penting dilakukan.

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mnegenali pemicu inkontinensia urin dan
membantu menetapkan patofisiologisnya. Selain pemeriksaan fisik umum yang
selalu harus dilakukan, pemeriksaan terhadap abdomen, genitalia, rectum,
fungsi neurologis, dan pelvis (pada wanita) sangat diperlukan.
3. Pemriksaan abdomen untuk mengetahui adanya kandung kemih yang penuh,
rasa nyeri, massa, atau riwayat pembedahan
4. Kondisi kulit dan abnormalitas anatomis harus diindentifikasi ketika memeriksa
genitalia
5. Pemeriksaaan rectum terutama dilakukan untuk mendapatkan adanya obstipasi
atau skibala, dan evaluasi tonus sfinger, sensasi perineal, dan refleks
bulbokavernosus. Nodul prostat dapat dikenali pada saat pemeriksaan rectum
6. Pemeriksaan pelvis mengevaluasi adanya atrofi mukosa,vaginitis atrofi, massa,
tonus otat, prolaps pelvis, dan adanya sisrokel atau rektokel
7. Evaluasi neurologis sebagian diperoleh saat pemeriksaan rectum ketika
pemeriksaan perineum, tonus otot, dan refles bulbokavernosus. Pemeriksaan
neurologis juga perlu mengevaluasi penyakit-penyakit yang dapat diobati
seperti kompresi medulla spinaslis dan penyakit Parkinson.

Pemeriksaan Pada inkontinensia urin

1. Diagnostik pada inkontinensia urin


Menurut ouslander, tes diagnostik pada inkontinensia perlu dilakukan untuk
mengindentifikasi faktor yang potensial mengakibatkan inkontinensia,
mengidentifikasi kebutuhan klien dan menentukan tipe inkontinensia
 Mengukur sisa urin setelah berkemih, dilakukan dengan cara :
setelah buang air kecil, pasang kateter, urin yang keluuar melalui kateter diukur
atau menggunakan pemeriksaaan ultrasonik pelvis, bila sisa urin > 100 cc berarti
pengosongan kandung kemih tidak adekuat
 Urinalisis
Test dilakukan terhadap spesimen urin yang bersih untuk mendeteksi adanya faktor
yang berperan terjadinya inkontinensia urin seperti hematuri, piouri, bakteriuri,
glukosuria dan proteinuria. test diagnostik lanjutan dapat dilanjutkan bila test
awwal didiagnosis belum jelas sebagai berikut :
 Test laboratorim tambahan seperti kultur urin, blood urea nitrogen, creatinin,
kalsium glukosa sitologi.
 test urodinamik untuk mengetahiu anatomi dan fungsi saluran kemih bagian
bawah
 test tekanan uretra dengan mengukur tekanan di dalam urethra saat istirahat
dan saat dinamis
 imging dengan melakukan test terhadap saluran perkemihan bagian atas dan
bawah
2. Pemeriksaan penunjang
Uji urodinamik sederhana dapat dilakukan tanpa menggunakan alat-alat mahal. sisa-
sisa urin pasca berkemih perlu diperkirakan pada pemeriksaan fisis. pengukuran yang
spesifik dapat dilakukan dengan ultrasond atau kateterisasi urin. Evaluasi dikerjakan
ketika kandung kemih penuh dan ada desakan keinginan untuk berkemih.
3. Laboratorium
Elektrolit, ureum, creatinin, glukosa, dan kalsium serum dikaji untuk menentukan
fungsi ginjal dan kondisi yang menyeybakan poliuria.
4. Catatan berkemih
Lakukan pencatatan berkemih untk mengetahui pola berkemih. Catat waktu dan jumlah
urin saat mengalami inkontinensia urin dan tidak inkontinensia urin, dan gejala
berkaitan dengan inkontinensia urin. Lakukan pencatatan pola berkemih selama 1- 3
hari. Catatan digunakan untuk memantau respon terapi dan sebagai intervensi
terapeutik sebagai bahan untuk memberitakukan pasien faktor-faktor yang dapat
memicu terjadinya inkontinensia uri pada dirinya.
Penatalaksaan
Penatalaksanaan inkontinensia urin adalah mengurangi faktor resiko, mempertahankan
homeostatis, mengontoro inkontinensia urin, modifikasi lingkungan, medikasi, latihan
otot pelvis dan pembedahan.
a. Pemanfaatan kartu catatan berkemih
Yang dicatat pada kartu tersebut misalnya waktu berkemih dan jumlah urin yang
keluar, baik yang keluar secara normal, mauoun yang keluar karena tak tertahan,
selain itu dicatat pula waktu, jumlah dan jenis minuman yang diminum.
b. Terapi non farmakologi
Dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari timbulnya inkontinensia
urin, seperti hiperplasia prostat, infeksi saluran kemih, diuretik, gula darah tinggi
dan lain-lain.
Adapun terapi yang dapat dilakukan adalah :
 Melakukan latihan menahan kemih (memperpanjang interval waktu
berkemih) dengan teknik relaksasi dan distraksi sehingga frekuensi
berkemih 6-7 x/ hari. Lansia diharapkan dapat menahan keinginan untuk
berkemih bila belum waktunya. Lansia dianjurkan untuk berkemih pada
interval waktu tertentu, mula-mula setiap jam, selanjutnya diperpanjang
secara bertahap sampai lansia ingin berkemih setiap 2-3 jam
 Membesiakan berkemih pada waktu-waktu yang telah ditentukan sesuai
dengan kebiasaan lansia
 Promted voiding dilakukan dengan mengajari lansia menganal kondisi
berkemih mereka serta dapat memberitakukan petugas atau pengasuhnya
bila igin berkemih Teknik ini dilakukan pada lansia dengan gangguan
fungsi kognitif (berpikir)
 Melakukan latihan otot dasar panggul dengan mengkontraksikan otot dasar
panggul secara berulang-ulang. Adapun cara-cara mengkontraksikan otot
dasar panggul tersebut adalah denan cara :
o berdiri di lantai dengan kedua kaki diletakkan dalam keadaan
terbuka, kemudian pinggul digoyangkan ke kanan dan ke kiri 10x,
ke depan ke belakang 10x, dan berputar searah dan berlawanan
dengan jarum jam 10x
o gerakan seolah-olah memotong feses pada saat kita buang air besar
dilakukan 10x
Hal ini dilakukan agar otot dasar panggul menjadi lebih kuat dan urethra
dapat tertutup dengan baik.
c. Terapi Farmakologi
 Obat-obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah
antikolinergik
 Pada Inkontinensia stress diberikan alfa adrenergic agonis
 Pada sfingter relax diberikan kolinergik agonis
d. Terapi pembedahan
Terapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress dan urgensi, bila
terapi non farmakologis dan farmakologis tidak berhasil. Inkontinensia tiper
overflow umumnya memerlukan tindakan pembedahan untuk menghilangkan
retensi urin.Terapi ini dilakukan terhadap tumor, baru, divertikulum, hiperplasi
prostat, dan prolaps pelvic (pada wanita)
e. Modalitas lain
Dapat digunakan beberapa alat bantu bagi lansia yang mengalami inkontinensia
urin seperti :
(a) Pampers
Dapat digunakan pada kondisi akaut maupun pada kondisi dimana
pengobatan sudah tidak berhasil mengatasi inkontinensia urin. namun
pemasangan pampers juga dapat menimbulkan masalah seperti luka lecet
bila jumlah air seni melebihi daya tampung pampers sehinggan air seni
keluar dan akibatnya kulit menjadi lembab, selain itu dapat menyebabkan
kemerahan pada kulit, gatal dan alergi
(b) Kateter
Kateter menetap tidak dianjurkan untuk digunakan secara rutin karena dapat
menyebabkan infeksi saluran kemih, dan juga terjadi pembentukan batu.
selain kateter menetap, terdapat kateter sementara yang merupakan alat
yang secara rutin digunakan untuk mngosongkan kandung kemih,]. Namun
teknik ini juga beresiko menimbulkan infeksi pada saluran kemih
(c) Alat bantu toilet
Bagi orang usia lanjut yang tidak mampu bergerak dan menjalani tirah
baring dapat menggunakan alat bantu seperti urinal, komod, dan bedpan
untuk menolong lansia terhindar dari jatuh serta membantu memberikan
kemandirian pada lansia dalam menggunakan toilet.
1. Peningkatan lemak tubuh di sekitar pinggang
Lemak berlebih yang tak kunjung hilang dibagian perut dan pinggang
kerap membuat wanita kesal dan tidak percaya diri. banyak cara yang
mereka lakukan untuk memangkasnya tapi tak juga menunjukkan hasil
yang optimal
Penumpukkan utama lemak memang di bagian itu, dalam rangka
memberikan perlindungan. secara anatomi dan fisiologis memang
bagian-bagian yang rentan dan lebih peka untuk menyimpan (lemak)
Ketika ada kelebihan lemak, tubuh pun terpaksa menamoungnya
dibagian tersebut sehingga mengakibatkan kulit terlihat menggelambir.
kelebihan lemak sendiri terjadi ketika seseorang terlalu banyak
mengkonsumsi energi dari yang seharusnya dia butuhkan. Energi ini bisa
berasal dari lemak, karbohidrat dan protein
Pria dan wanita berusia 20-40 tahun, dengan kebutuhan energi 2.000
kalori per hari, rata-rata membutuhkan asupan lemak sekitar 45 gram.
bisa lebih atau kurang , tergantung berat badan nya. jika diambil contoh,
45 gram lemak bisa setara dengan burger danging dengan keju atau 6,2
ons daging sapi tenderloin
Lemak berlebih, biasanya didefinisikan kalau lebih dari 20% dari yang
seharusnya,
Pada wanita, penumpukkan lemak umumnya lebih banyak terjadi di area
perut, pinggang, pangkal paha dalam, atau dekat tulang panggul
2. Menopause
Pada waktu berhubungsn intim wanita yang telah memasuki masa
menopause akan mengalami kesakitan karena lendir pelumas vagina
telah mulai mengering

Gambar : 39 Menopause bukan alasan untuk berhenti bercinta


Menurut Manuaba (2005)menopause dibagi dalam beberapa tahapan yaitu sebagai
berikut :

a) Premenopause (klimakterium)
Pada fase ini seseorang wanita akan mengalami kekacauan pola mentruasi,
terjadi perubahan psikologis/ kejiwaan, terjadi perubahan fisik. berlangsung
selama antara 4-5 tahun pada usia 48-55 tahun
b) Fase menopause
Terhentinya menstruasi. Perubahan dan keluhan psikologis dan fisik makin
menonjol, berlangsung sekitar 3-4 tahun pada usia antara 56-60 tahun
c) Fase pasca menopause (senium)
Terjadi pada usia diatas 60-65 tahun. wanita beradaptasi terhadap perubahan
psikologis dan fisik, ekluhan makin berkurang
Beberapa masalah yang dialami wanita menopause ketika berhubungan seksual, yakni:
a) Kekeringan vagina dan nyeri saat berhubungan seksual. masalah yang paling
sering terjadi :
(a) Vagina yang kering, meskipun sebenarnya hanya 20% wanita yang
merasakannya
(b) Dinding vagina menjadi tipis dan kurang lentur
(c) Rasa pedih, panas dan kadang nyeri atau ebrdarah saat melakukan senggama
Cara Mengatasi masalah adalah :
(a) Lubrikasi yang berbahan dasar air
(b) Krim pelembab
(c) Bila pelembab kurang menolong dapat diberikan krim estrogen vagina
b) Stimulasi dan orgasme
(a) Wanita mengalami orgasme yang lebih jarang dan kurang kuat saat menopause
(b) Diperlukan waktu yang lama untuk meningkatkan gairah seksual
(c) Hubungan seksual yang teratur atau masturbasi dapat membantu meningkatkan
respon dan kenikmatan seksual
(d) Hubungan seksual yang teratur dapat memperhankan fungsi atau peranan
rahim, vagina serta kandung kemih serta meningkatkan lubrikasi vagina
(e) Kagel exercise, latihan utnuk meningkatkan kontraksi otot panggul sekitar
vagina yang membantu penguatan otot-otot vagina
c) Hasrat seksual
Hilangnya gairah seksual secara temporer atau jangka panjang terjadi pada
sejumlah wanita selama dan sesudah menopause
Penyebab hilangnya gairah seksual secara temporer karena :
(a) Lelah
Akibat dari imsonia meimbulkan perasaan capek atau lelah yang
berkempanjangan. pekerjaan sebagai ibu yang mengurus anak dan suami
membuat ibu mempunyai beban ganda, sehingga membuat dirinya mencapai
titik kelelahan yang berat
(b) Stress
Depresi menstrual yang dahulu pernah muncul pada masa adolens yang
kemudian mengilang dengan sendirinya selama periode reproduktif bisa timbul
kembali pada usia klimakterium pada saat ini sekalipun wanita tersebut sudah
tidak haid lagi, namum rasa-rasa depresif itu selalu saja timbul dengan interval
waktu yang tetap. Perasaan perasaan depresif itu tiba bersamaan dengan datang
nya siklus menstruasi setiap bulan nya. Tampak depresi tadi bentuk
kekecewaan hati dari ibu , bahwa wanita yang bersangkutan menjadi “kurang
lengkap dan kurang sempurna” disebabkan oleh berhentinya fungsi reproduksi
haid.
(c) Penyakit
Pola makan pada menopause tidak seperti saat usia 30-40 btahun, akan terjadi
kelebihan lemak yang tersimpan pada bokong , payudara dan perut. Disamping
itu klebihan makan didalam keadaan tubuh kekurangan hormone dan
kemampuan metabolism dapat menimbulkan penyakit kencingmanis,
hipertensi, kolestrol tinggi , penyakit jantung koroner yang diikuti gagal
jantung.
(d) masalah hubungan pribadi
Keharmonisan hubungan suami istri dapat meningkatkan perubahan yang
dialami pasangan. Komunikasi yang terbuka akan minim dengan pasangan
sngat dianjurkan agar terjadi keharmonisan dalm keluarga. Seseorang wanita
perlu mendiskusikan perubahan yang sedang dialami dengan pasangan. Dengan
komunikasi diharapkan mendapatkan solusi yang teapat bdari pasangan
sehungga pasngan dapat bmenyesuaikan diri selama berhubunhgan intim.
(e) masalah psikologis
Menurunnya kememampuan berfikir dan ingatan sehinggga menimbulkan
penyakit pikun atau al zhaimer . ganguan emosiberupa rasa takut menjadiu tua
dan tidak menarik, sukar tidur atau cepat bangun, mudah tersinggung atau
mudah marah sangta emosional sponta , ,erasa tertekan dan sedih tanpa
diketahuai penyebabnya. Ras atkut kehilangan suami, anak akan ditinngalkan
sendiri.
(f) efek samping terapi medika mentosa
Masa kelimakterium merupakan masa yang rawan bagi wankita. Karena sering
timbul berbagai penyakit sehingga mengkonsumsi obat obatan yang dapat
mempengaruhi system meta bolisme tubuh.
(g) perubahan hormone
Secara menyeluruh system hormonal sudah menurun fungsi nya sehingga
mempengaruhi metabolism tubuh yang juga cenderung menurun. Oleh karena
itu diperlukan pertahian terhadap pola makan yang sebaiknya menjurus kea rah
vegetarian.
d) Rasa tidak enak akibat perubahan fisik yang terjadi selama meniopause.
Ganguan hubungan suami istri sering sekali menjadi kambuh akibat adanyd
perubahan perubahan selama menoipause. Ganguan hubungan ini memerlukan
penanganan dari ahli seksologi. Bila masalah nya terletak paada faktor hormonal
maka pemberian estrogen akan dapat dengan mudah menyelesaikan masalah yang
terjadi. Tidak ada kaitan lngsg antara kadar estrogen dengan gairah seksual.
Masalah yang utama akibat keringnya vagina dan rasanyeri saat hubungan seksual.
Kadar hormon, derajat kesehatan umum dan perubahan sosial hubungan dengan
usia serta efek mental dan emosional bekerja dalam perubhan seksual selama
menopause. Menurunya kadar testoseron diduga berperan dlam menjurun nya
gairah seksual. Hal ini masih belium trbukti secarailmiah. Hormone estrogen
terdapat dalam bentuk pil atau injeksi serta krim. Namun penggunanya perlu
diingat adanya efek samping.
e) peningkatan keintimasn
Peru bahan yang terjadi pada usia pertengahan memungkinkan untukmelakukan
eksplorasi pengalaman seksual yang baru dan berbeda. Permainan pendahuluan
yang lebih lama akan meningkatkan kesiapan seksual pada wanit . memusat
perhatian pada sensualitas, keintiman dan komunikasi dapat memperbaiki
hubungan seksual, terdpat berbagai cara memperlihatkan perasaan cinta selain
hanya sekedar senggama, banyak cara untuk menunjukan cinta sebelum
melaakukan hubungan intim :
(a) pelukan, belaian, ciuman
(b) sentuhan, mengusap, memijat “sensual baths”
(c) rangsangan seksual
(d) oral sex

Hubungan seksual pasca menopause dapat benar benar memuaskan bila andan
mampu untuk melakukan adaptasi perubahan yang terjadi.

Bentuk bentuk umum kesulitan seksual

Wanita lebih sering melihat kesulitan mereka dalam aspek aspek “kualitas
pengalaman seksual” dan relevansi nya dengan hubungan. Mereka cenderung lebih
nyaman penjelaskan psikologis serta bentuk pertolongan psikologis.

Bentuk kesulitan seksual tersebut antar lain:

a) Hilangnya kenikmatan
Hal inimungkin merupakan kehulan seksual tersering terjadi pada
wanita. Seseorang mungkin melakukan hubungan intim , tetapi gagal
merasakan kenikmatan dan kesenangan yg biasaanya dia rasakan.
Apabila tidak terjadi rangfsangan maka pelumasan vagina dan
pembekakan vulva tidak terjadi dan hubungan intim dapat menimbulkan
rasa tidak nyaman.
b) Hilangnya minat seksual
Banyak wanita menyadari bahwa mereka mengalami meningkatan
minat terhadap seks dan lebih mudah terangsang terhadap pada tahap
tahap siklus menstruasi tertentu, walaupun waktunya berbeda setiap
wanita. 24 tetapi mereka merasa munrung sebelum menstruasi biasanya
kehilangan minat seksual pasa saat tersebut, dan mendapati fase pasa
menstruasi secara seksual merupakan saat yang terbaik bagi mereka.
c) Keengganan seksual
Pada beberapa kasus, sekedar pikiran tentang aktifitas seksual sudha
menyebabkan ketakutan atau ansietas yang besar sehingga berbentuk
suatu pola menghindari kontak seksual. Pada kasus kasus seperti ini,
penyebab sering dapat diindentifikasi dari pengalaman traumatic
sebelum nya, tetapi kadang kadang pangkal masalahnya tetapi tidak
jelas.
d) Disfungsi organisme
Sebagian wanita secara spesifik mengalami kesulotan mencapai
organism, baik dengan kehadiran pasangan atau semua pada
situasi.walaupun obat tertentu dapat menghambat organisme pada
wanita , namun sebagai besar kasus faktor psikolgis tampaknya
penyebab.
e) Vaginismus
Vaginismus biasanya adalah kesulitan primer yang dialami wanita saat
mereka memulai kehidupan seksual yang tidak sempurna. Kelainan ini
jarang timbul kemudian setelah wanita menjalani fase hubungan seksual
normal, terutama apabila ia sudah pernah melahirkan normal, apabila
memang demikian mencari penyebab nyeri atau rasa tidak nyaman lokal
yang dapat menyebabkan spasme otot.
7 PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA LANJUT
a. Kebijakan kesehatan reproduksi usia lanjut
(a) Meningkatkan dan memperkuat peran keluarga dan masyarakat
dalam penyelenggaran upaya kesehatan reproduksi usia lanjut dan
menjalin kemitraan dengan , dunia usaha secara berkesinambungan.
(b) Meningkatkan koordinasi dan integritas pusat mauoun daerah yang
mendukung kesehatan reproduksi usia lanjut.
(c) Membangun serta mengembangkan system jaminan dan bantuan
sosial agar usia lanjut dapat mengakses pelayanan kesehatan
reproduksi.
(d) Meningkatkan dan menetapkan peran kelembagaan dalam
kesehatan reproduksi yang mendukung peningkatan kualitas hidup
usia lanjut
b. Strategi kesehatan reproduksi usia lanjut
(a) Melakukan advokasi , sosialisai untuk membangun kemitraan dalam
upaya kesehatan reproduksi usia lanjut
(b) Mendorong dan menumbuhkan kembangkan partisipasi dan peran
serta keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan
reproduksi usia lanjut
(c) Peningkatan profesinalisme dan kinerja tenaga serta penerapan
kendali mutu pelayanan
(d) Membangun system pelayanan kesehatan reproduksi usia lanjut
(e) Melakukan survey/oenelitian untuk mengatahui permaslahan
kesehatan reproduksi usia lanjut
(f) Melakukan tindak lanjutnya untuk memantapkan pelayanan
kesehatan reproduksi usia lanjutt
c. Strategi merawat organ reproduksi usia lanjut
Adapun beberapa langkah yg biasanya dilakukan untukmenjaga kesehtan reproduksoi
wanita usia lanjut adalah sebagai berikut :
(a) Bersihkan bagian luar alat kelamin wanita setelah buang air kecil
atau air besar, dengan menggunakan air bersih, dan tidak
menggunakan sabun atau shower gel. Hal ini menyebabkan
kekeringan dan iritasi kulit sekitar kelamin.
(b) Ganti pembalut sesering mungkin bila terjadi infeksi karna dapat
meruoakan media untuk perkembang biakan kuman penyakit.
(c) Hindari memasuki jari kedalam alat kelamin wanita dengan tujuan
membersihkan bagian dalam. Hal inidapat menghilangkan bakteri
locotobacili yang berguna bagi alat kelamin wanita.
d. Sebelum dan sesudah berhubungan suami istri, bersihkan alat kelamin
dengan air bersih untuk menghindari infeksi kandung kemih dan
menjaga kesehatan pasien lakukan buang air kecil setelah 30 menit.
e. Apabila pasien mengalami keputihan, seringlah untuk berganti celana
dalam atau menggunakan pantyliner agar lenih nyaman. Keputihan
normal biasanya terjadi gairah seksual meningkat , dan klimakterik (
masa setelah menopause) . apabila keputihan terus terjadi terus menerus
segara lakukan pemeriksaan ke dokter, untuk mendapatkan pananganan
medis.
f. Hindari terlalu sering mencukur bulu kemaluan, karena dapat memicu
infeksi.
g. Wanita tidak membutuhkan produk atau obat perawatan alat kelamin,
kecuali untuk mengobati infeksi dan keputihan abnormal. Jadi apabila
tidak mengalami keluhan keputihan atau gejala infeksi , sebaiknya
jangan gunakan produk pembersih yang banyak beredar di pasaran.
Perawataan alat kelamin cukup dengan air bersih atau sedikit hangat.

Anda mungkin juga menyukai