Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERDARAHAN POST PARTUM (ATONIA UTERI)

PEMBIMBING DURROTUN MUNAFIAH,M.KEB

Disusun oleh :

Kelompok II Kelas B / Tegal

DEWI ARLINDA RAKHMAWATI 2004299

DWI YULIARTI 2004302

FARIDA ISLAMI 2004306

FIFI HANDAYANI 2004307

MARWANAH 2004314

MUIDAH HESTIANA AJI 2004317

NUR HIKMAH 2004321

RU’YATI 2004328

SRI MULYANINGSIH 2004338

YULI CITRA DEWI 2004346

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini


(50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi peripartum.
Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah
melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini.

Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-


serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah
implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tersebut
tidak berkontraksi. Batasan atonia uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi setelah
janin dan plasenta lahir.

1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan atonia uteri?

1.2.2 Apa penyebab dari atonia uteri?

1.2.3 Sebutkan tanda dan gejala dari atonia uteri?

1.2.4 Pencegahan apa yang dapat dilakukan pada atonia uteri?

1.2.5 Bagaimana cara menangani atonia uteri?

1.2.6 Bagaimana peran bidan dalam menangani kasus atoni uteri?

1.3 Tujuan penulisan

Untuk mengetahui tentang atonia uteri baik itu pengertian,

 penyebab, tanda dan gejala, penatalaksaannya, maupun peran bidannya.

1.4 Batasan masalah

Atonia Uteri merupakan suatu kondisi kegagalan uterus dalam

 berkontraksi dengan baik setelah persalinan.


1.5 Metode Makalah

Pembuatan M a k a l a h yang berjudul “ Atonia Uteri ” itu


menggunakan metode pustaka.

1.6 Sistematika Penulisan

Kata Pengantar Daftar


isi
BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1.2

Rumusan Masalah 1.3

Tujuan Penulisan

1.4 Pembatasan Masalah 1.5

Metode Penulisan

1.6 Sistematika Penulisan

BAB II Tinjauan Teori


2.1 Pengertian Atonia Uteri

2.2 Penyebab Atonia Uteri

2.3 Tanda dan Gejala Atonia Uteri

2.4 Pencegahan Pada Atonia Uteri

2.5 Penatalaksanaan Atonia Uteri

2.6 Peran Bidan

BAB III Tinjauan Kasus

BAB IV Penutup

4.1 Simpulan 4.2

Saran

Daftar Pustaka
BAB II

TINJAUAN TEORI

Perdarahan Post Partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam
setelaanakdan plasenta lahir. Pada kasus perdarahan terutama
perdarahan post partum, Atonia Uteri menjadi penyebab lebih dari 90%

perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran bayi (Ripley, 1999).

Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat

berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta
menjadi tidak terkendali. (Apri, 2009).

Atonia Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III

persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta,
sedang sebenarnya belum terlepas dari uterus.

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan
alasan paling sering untuk melakukan histerektomi
 peripartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol

 perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini.

Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium


yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri
terjadi apabila serabut- serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi.
2.1 Pengertian Atonia Uteri

Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15
detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR, Asuhan
Persalinan Normal, Depkes Jakarta ; 2002)

Atonia Uteri didefinisikan sebagai suatu kondisi kegagalan uterus dalam


berkontraksi dengan baik setelah persalinan, sedangkan atonia uteri

 juga didefinisikan sebagai tidak adanya kontraksi uterus segera setelah

 plasenta lahir.

Sebagian besar perdarahan pada masa nifas (75-80%) adalah akibat adanya
atonia uteri. Sebagaimana kita ketahui bahwa aliran darah uteroplasenta selama masa
kehamilan adalah 500-800 ml/menit, sehingga
 bisa kita bayangkan ketika uterus itu tidak berkontraksi selama beberapa menit saja,
maka akan menyebabkan kehilangan darah yang sangat banyak. Sedangkan volume
darah manusia hanya berkisar 5-6 liter saja.

2.2 Penyebab Atonia Uteri

Dalam kasus atonia uteri penyebabnya belum diketahui dengan

 pasti. Namun demikian ada beberapa faktor predisposisi yang biasa dikenal. Antara lain:
2.2.1 Distensi rahim yang berlebihan

Penyebab distensi uterus yang berlebihan antara lain:

2.2.1.1 kehamilan ganda

2.2.1.2 poli hidramnion

2.2.1.3 makrosomia janin (janin besar)

Peregangan uterus yang berlebihan karena sebab-sebab tersebut akan mengakibatkan


uterus tidak mampu berkontraksi segera setelah
plasenta lahir.
2.2.2 Pemanjangan masa persalinan (partus lama) dan sulit

Pada partus lama uterus dalam kondisi yang sangat lelah, sehingga otot-otot
rahim tidak mampu melakukan kontraksi segera setelah plasenta lahir.
2.2.3 Grandemulitpara (paritas 5 atau lebih)

Kehamilan seorang ibu yang berulang kali, maka uterus juga akan

 berulang kali teregang. Hal ini akan menurunkan kemampuan

 berkontraksi dari uterus segera setelah plasenta lahir.

2.2.4 Kehamilan dengan mioma uterus

Mioma yang paling sering menjadi penyebab perdarahan post

 partum adalah mioma intra mular, dimana mioma berada di dalam miometrium
sehingga akan menghalangi uterus berkontraksi.
2.2.5 Persalinan buatan (SC, Forcep dan vakum ekstraksi)

Persalinan buatan mengakibatkan otot uterus dipaksa untuk segera


mengeluarkan buah kehamilan dengan segera sehingga pada pasca salin menjadi
lelah dan lemah untuk berkontraksi.
2.2.6 Persalinan lewat waktu

Peregangan yang berlebihan ada otot uterus karena besarnya kehamilan,


ataupun juga terlalu lama menahan beban janin di dalamnya menjadikan otot uterus
lelah dan lemah untuk berkontraksi.
2.2.7 Infeksi intrapartum

Korioamnionitis adalah infeksi dari korion saat intrapartum yang

 potensial akan menjalar pada otot uterus sehingga menjadi infeksi dan menyebabkan
gangguan untuk melakukan kontraksi.

2.2.8 Persalinan yang cepat

Persalainan cepat mengakibatkan otot uterus dipaksa untuk segera


mengeluarkan buah kehamilan dengan segera sehingga pada pasca salin menjadi
lelah dan lemah untuk berkontraksi.
2.2.9 Kelainan plasenta

Plasenta akreta, plasenta previa dan plasenta lepas prematur mengakibatkan


gangguan uterus untuk berkontraksi. Adanya benda asing menghalangi kontraksi
yang baik untuk mencegah terjadinya perdarahan.
2.2.10 Anastesi atau analgesik yang kuat

Obat anastesi atau analgesi dapat menyebabkan otot uterus menjadi dalam
kondisi relaksasi yang berlebih, sehingga saat dibutuhkan untuk
 berkontraksi menjadi tertunda atau terganggu. Demikian juga dengan magnesium
sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada

 preeklamsi/eklamsi yang berfungsi sebagai sedativa atau penenang.

2.2.11 Induksi atau augmentasi persalinan

Obat-obatan uterotonika yang digunakan untuk memaksa uterus

 berkontraksi saat proses persalinan mengakibatkan otot uterus menjadi lelah.


2.2.12 Penyakit sekunder maternal

Anemia, endometritis, kematian janin dan koagulasi intravaskulere


diseminata merupakan penyebab gangguan pembekuan darah yang mengakibatkan
tonus uterus terhambat untuk berkontraksi.

Beberapa faktor Predisposisi yang lainnya yang terkait dengan

 perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri, diantaranya adalah :
1. Yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan,
diantaranya :
a. Jumlah air ketuban yang berlebihan (Polihidramnion)

 b. Kehamilan gemelli

c. Janin besar (makrosomia)

2. Kala satu atau kala 2 memanjang

3. Persalinan cepat (partus presipitatus)

4. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin

5. Infeksi intrapartum

6. Multiparitas tinggi

7. Magnesium sulfat digunakan untuk mengendalikan kejang pada pre eklamsi /


eklamsia.
Atonia Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III

 persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan
plasenta, sedang sebenarnya belum terlepas dari uterus.
PENGELOLAAN ATONIA UTERI

1. Masase fundus uteri segera setelah plasenta lahir ( maksimal 15 detik )

2. Evaluasi / bersihkan bekuan darah / selaput ketuban

3. Lakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit. Kompresi uterus ini akan
memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka di dinding dalam uterus dan
merangsang myometrium untuk berkontraksi;
4. Anjurkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal. Keluarga dapat
meneruskan proses kompresi bimanual secara eksternal selama anda melakukan
langkah-langkah selanjutnya.
5. Keluarkan tangan perlahan-lahan.

6. Berikan ergometrin 0,2 mg IM (jangan diberikan jika hipertensi). Ergometrin akan


bekerja selama 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi uterus.
7. Pasang infuse menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 cc ringer
laktat + 20 unit oksitosin.
8. Ulangi kompresi bimanual internal. KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin
dan oksitosin akan membantu uterus berkontraksi.
9. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI. Kompresi uterus ini
memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka dinding uterus dan
merangsang myometrium untuk berkontraksi.
10. Lanjutkan infuse ringer laktat + 20 unit oksitosin dalam 500 ml larutan dengan laju
500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan. Ringer laktat akan membantu memulihkan
volume cairan yang hilang selama peredarahan. (APN 2007).

Penggunaan Kondom Kateter


Bila dengan masase dan kompresi bimanual kontraksi uterus masih lembek dan perdarahan masih
berlangsung maka kita bisa melakukan pemasangan kondom kateter. Fungsi utama metode ini adalah
mengembangkan uterus dari dalam dengan mengembangkan kondom yang diisi air, sehingga kondom
menekan pembuluh darah yang terbuka.
Indikasi utama adalah perdarahan karena atonia uteri, yang gagal dikelola dengan cara
medikamentosa, sementara uterus masih harus dipertahankan. Sebagai persiapan harus dipastikan bahwa
tidak terdapat robekan jalan lahir maupun ruptur uterus, dan tidak terdapat sisa jaringan plasenta.
Alat dan bahan yang harus disiapkan adalah kondom, selang infus (atau lebih baik selang
transfusi), larutan NaCL, tiang infus, dan jegul (kain kasa yang digulung menjadi bulat dengan diameter
kurang lebih 6 cm).
Pemasangan kondom kateter bisa bersifat permanen, yakni bila benar-benar perdarahan behenti.
Dengan demikian tujuan untuk mengkonservasi uterus dapat tercapai. Pemasangan bisa bersifat
sementara, sebagai persiapan sebelum dirujuk, selama dalam rujukan atau menunggu persiapan operasi.
Dalam situasi darurat di mana uterotonika tidak tersedia, maka penggunaan kondom kateter sangat
dianjurkan, meskipun evidence nya rendah dan kualitas kekuatan rekomendasinya juga lemah.

Langkah-langkah pemasangan tampon kondom adalah sebagai berikut


a. Pasien dalam posisi litotomi.
b. Buka kondom, masukkan dalam ujung kateter, ikat dengan benang sutera atau benang
talipusat steril.
c. Sambungkan ujung kateter dengan selang infus
d. Lakukan vulva hygiene
e. Masukkan ujung kateter dengan klem ovarium sampai ke dalam kavum uteri.
f. Alirkan segera larutan NaCl bila perlu dengan diperas.
g. Alirkan antara 500 sampai 1000 ml cairan atau sampai aliran berhenti
h. Sumbat dengan jegul supaya kondom tidak lepas.
i. Pasang kateter tinggal untuk monitor urin.

Segera rujuk setelah selesai pemasangan kondom kateter


Dengan Sistem BAKSOKUDA.
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS


PADA NY.S ,POST PARTUM KALA 4 DENGAN ATONIA UTERI
DI PUSKESMAS PAGIYANTEN
TAHUN 2021

Tanggal : 15 April 2021


Waktu : .06.00 wib
Tempat : Puskesmas Pagiyanten

I. PENGUMPULAN DATA
A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Nama ( inisial ibu ) : S Nama (inisial suami) : M.
Umur : 35 tahun Umur : 35 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa SukuBangsa : Jawa
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Dagang Pekerjaan : Buruh
Alamat : Gumalar Rt 19/02 Adiwerna Tegal.
Tgl masuk : 15 -4- 2021
No. RM :
Alasan Datang : Ingin bersalin
2. Keluhan Utama: Perdarahan post partum.
3. Riwayat obstetri dan ginekologi

a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Jenis Keadaananak
Umur Persalinan Pertolong Hidup Meninggal
Ke Kehamilan Spontan Tinda Oper an Nifas Umur BBL J Umur JK Sebab
kan asi Persalinan K
1 aterm v - - nakes sehat 14 3800 p
2 Blm cukup abortus - nakes sehat -
bulan
3 Aterm v - - nakes sehat 9 4000 p
4 2015 aterm - - nakes sehat 4 3600 p
5 Hamil ini

b. Riwayat kehamilan sekarang


• G: 5 P: 3 A: 1
• ANC : T.M I : 6. Kali
T.M II : 2 Kali
T.M III : 4. Kali
 Immunisasi TT :………………….......Tanggal ……………………...........
:…………………....... Tanggal ……………………..........
 Keluhan T.M I : Mual
Terapi yg diberikan : Roborantia
Nasehat yg diberikan : sering ngemil dan istirahat cukup
 Keluhan T.M II : tidak ada
Terapi yg diberikan : Vitamin
Nasehat yg diberikan : Sering jalan pagi makan makanan yg bergisi
 Keluhan T.M III : Tidak ada
Terapi yg diberikan : Vitamin
Nasehat yg diberikan : persiapan persalinan..
c.Riwayat persalinan sekarang
 Waktu persalinan : pukul 14.51 wib
 Jenis persalinan : spontan
 Penyulit waktu persalinan : tidak ada..
 Ketuban pecah jam : 05.30.
 Warna : …jernih
 Bau : khas.
 Bayi lahir jam : 14.50 wib
 BB Lahir : 3500 gr..
 Jenis Kelamin : perempuan

4.Riwayat kesehatan
a. Penyakit yang pernah diderita :
 Penyakit infeksi : Tidak ada
 Penyakit keturunan : Tidak ada
 Kecelakaan/trauma : Tidak ada
 Penyakit yang dioperasi : tidak ada..
b. Kesehatanibusekarang :.
 Penyakit infeksi : Tidak ada.
 Penyakit keturan : tidak ada
c. Riwayat kesehatan keluarga :
 Penyakit infeksi : Tidak ada
 Penyakit keturunan : Tidak ada
 Riwayat gemmely : tidak ada

5.Kebiasaan
a. Pantang makan : Tidak..
b. Minum jamu : Tudak
c. Obat-obatan : Tidak
d. Miras/rokok : Tidak
e. Memelihara binatang : …Tidak.

6.Riwayat Haid
a. Menarche : 13 tahun Flour Albus : (-)
b. Siklus/teratur : 30 hari/teratur Warna : (-)
c. Lama/jumlah : 7 hari Bau : (-)
d. Dysmenorea : tidak Gatal : (-)

7. Riwayat penggunaan kontrasepsi


a. Jenis kontrasepsi : Suntik..
b. Lama : 3 thun..
c. Keluhan : Ment tdkteratur..
d. Alasan lepas : pingin punya anak lagi..
e. Rencana yang akan datang : Suntik
f. Alasan : Merasa nyaman

8. Kebutuhan sehari-hari
Selama hamil Sekarang
a. Pola nutrisi
 Makan : 3 x sehari : 3x sehari
• Porsi : satu piring : satu piring
• Jenis : makanan pokok… : makanan pokok
• Macam : Nasi, lauk msayur ::nasi,;auk,sayuran
• Gangguan : tidak ada… : tidak ada…
 Minum: :…
• Jenis : Air putih : air putih…
• Gangguan : Tidak ada :Tidak ada
b. Pola eliminasi
 BAB
• Warna

: Kuning…

: Kuning
• Konsistensi : Lembek : Lembek
• Gangguan : Tidak : Tidak
 BAK
• Warna : Kuning jernih : Kuning jernih
• Gangguan : tidak ada: Tidak ada
c. Pola istirahat
• Siang
: 3 jam
: 3 jam
• Malam : 8 jam : 8 jam
• Gangguan : tidak. : tidak
d. Pola aktifitas : tidak ada masalah :tidak ada masalah
e. Pola personal hygiene
• Mandi
: 2x sehari
: 2x sehari
• Keramas : 2 hari sekali. : 2 hari sekali
• Gosok gigi : 2x sehari. : 2x sehari
• Gantibaju : 2x sehari. : 2x sehari
f. Pola seksual
• Frekuensi
: seminggu sekali…
: Tidak tentu…
• Gangguan : Tidak ada…… : Tidak ada…

9. Data psikologis
a. Status anak yang dikandung : Anak yang diinginkan
b. Tanggapan ibu atas kehamilannya :Menerima.
c. Tanggapan suami dan keluarga : Menerima.
d. Kesiapan mental ibu : Menerima

10. Data social ekonomi


a. Penghasilan : Cukup
b. Tanggung jawab perekonomian : Suami.
c. Pengambilankeputusan : Suami

11. Data perkawinan


a. Status perkawinan : Syah
b. Perkawinan ke- : 1 ( pertama)
c. Lama perkawinan : 16 tahun.

12. Data spiritual : Rajin beribadah

13. Data social budaya : Tidak ada pantangan dalam makanan

14. Data pengetahuan ibu


Ibu hanya menegetahui tentang kesehatan dari tenaga kesehatan , kader dan keluarga

B. DATA OBYEKTIF
1. PemeriksaanFisik
a. Kesadaran : Compos mentis..
b. Keadaan umum : sedang.
• Tanda vital : Tensi : 110/70 Nadi : 85x/mnt
• Suhu : 36 ,5 Respirasi : 22 x/ mnt
• Tinggi Badan : 151 cm.
• Berat Badan : Sebelum hamil : 50 kg Selama hamil : 57 kg
• Sekarang : 61 kg
c. Kepala-muka
• Kepala : Tidak ada benjolan
• Rambut : hitam,bersih
• Muka : Pucat
• Mata : Normal
• Hidung : Tidak ada polip
• Mulut/bibir : Tidak ada sariawan atau caries.
d. Leher : Tidak ada pemebesaran kelenjar gondok.
e. Aksila : Tidak ada pembesaran kelenjar...
f. Dada : Mamae normal.
g. Abdomen : Teraba lembek.
h. Genetalia : Tidak ada lacerasi
i. Anus : Tidak ada haemorhoid.
j. Ekstremitas : Normal

2. PemeriksaanObstetri
a. Muka : Cloasma (+).
b. Mamae : Normal
Putting susu : Menonjol
Kolustrum/ASI : Sudah keluar
Kebersihan : Baik.
c. Abdomen : Normal
Luka bekas operasi : Tidak ada. TFU :
Kontraksi : Lembek ,tidak teraba uterus
d. Genetalia : Normal
Vulva/vagina : Tidak ada pemebesaran bartholini.
Luka perineum/episiotomy : tidak ada
PPV : 200 cc
Kateterisasi : Urine tidak keluar
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium: Hb 14 ( 12 Feb 2021 )
b. Pemeriksaan rontgen :-
c. USG
:-
II. INTERPRETASI DATA
1. Diagnose (nomenklatur)
NY S Umur 35. P 4 A 1. Post partum 10 mwnit . Dengan Atonia Uteri

Data dasar :
Data S : Ibu mengatakan keluaar darah banyak dan lemes
Data O:
Kesadaran compos mentis, Ku sedang T L 110/70 N 85 x/ mbt, R 22x/ mnt S 36,5 C
Berat badan bayi yang dilahirkan 3500 gr
Kontraksi Uterus lembek tidak teraba,keluar darah mengalir dari jalan lahir

2. Masalah : Perdarahan past partum..


3. Kebutuhan : Menghentikan pedarahan

III. DIAGNOSA POTENSIAL


Syok hipovelemik

IV. ANTISIPASI PENANGANAN SEGERA


Hentikan perdarahan dan rehidrasi.

V. INTERVENSI

Lapor dokter jaga


Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi dan tindakan yang dilakukan/
Pk 15. 00 WIB massage uterus, Pasang infus RL+ Oxi 10 Ui grojog
Pk. 15.10 Lakukan KBI
Pk 15 15 Berikan injeksi Ergometrin IV
Pengawasan selama 2 jam

VI. IMPLEMENTASI

Melapor dokter jaga


Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi dan tindakan yang dilakukan.
Pk 15. 00 WIB Massage uterus
Memasang infus RL+ Oxi 10 Ui grojog
Pk. 15.10 melakukan KBI
Pk 15 15 Memberikan injeksi Ergometrin IV
Pengawasan selama 2 jam

VII. EVALUASI
Ibu dan keluarga mengerti tenetang kondisi ibu dan memahami tindakan yang telah di lakukan
Pkl 15.30 Perdarahan teratasi , infus masih terpasang
Pk 15. 45 Ku baik, tidak ada perdarahan, kontraksi uterus baik .Td 110/70 mmhg N: 74 x/mnt, R: 22x/mnt,
S : 36,5 C
Pk 17.00 wib Ibu sudah bisa miring kanan kiri,sudah makan minum dan menyusui bayinya.
.

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

(......................................) (.......................................)

BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan

Atonia Uteri didefinisikan sebagai suatu kondisi kegagalan uterus dalam berkontraksi
dengan baik setelah persalinan, sedangkan atonia uteri

  juga didefinisikan sebagai tidak adanya kontraksi uterus segera setelah

 plasenta lahir.

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan
merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi peripartum. Kontraksi uterus
merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri
terjadi karena kegagalan mekanisme ini.

Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut


miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi
plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi.

4.2 Saran

Ibu bersalin sebaiknya harus memperhatikan kesehatannya dan

 bidan juga harus terus memantau perkembangan ibu bersalin, dan sebaiknya ibu diberikan
oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko
 perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut
sebagai terapi.

DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan. PT. Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sulistyawati, A & Nugraheny, E. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika.

Ilmiah, W. S., 2015. Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta : Nuha Medika.

JNPK-KPR. 2014. Asuhan Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. Jakarta: Pengurus Pusat IBI.

Survei Demografis dan Kesehatan Indonesia (SDKI 2015).

Velny A, Iriantop, Irmayani. (2013). Faktor-Faktor yang mempengaruhi kejadian Atonia Uteri Di RSUP NTB.
Jurnal Volume 7, No. 5

Awatiful A, (2011). Pendekatan Evidence Based Paractice: “Metode Asyeba” pada Penanganan Post Partum
Hemorrhage dengan Indikasi Atonia Uteri. Jurnal Vol, 1, No 2

Peretas, Neville, JG Moore, dan Joseph Gambone. Essentials of Obstetrics and Gynaecology. 4th ed. Vol. 1.
Philadelphia: Elsevier Inc., 2004. 151

Anda mungkin juga menyukai