Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH DETEKSI KOMPLIKASI DAN PENYULIT

PERSALINAN KALA IV

UNTUK MEMENUHI TUGAS KULIAH ASUHAN KEBIDANAN

PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

Dosen Pengampu

IBU AKMA LISTIANA, S.ST.,M.KM

Disusun Oleh :

WAHYUNI AMINATUL FITRIA

(2018030)

PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANCA BHAKTI

BANDAR LAMPUNG

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, penulis panjatkan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
pada mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir tentang Deteksi
Dini Komplikasi dan Penyulit pada Persalinan Kala IV.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan
kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah dikemudian hari.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Bandar Lampung, 9 November 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah
konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus
genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya.
Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya
paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian
besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Inggris
(2000), separuh kematian ibu hamil akibat perdarahan disebabkan oleh perdarahan
post partum.
Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga
sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat
sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah
memburuk, akibatnya mortalitas tinggi. Menurut Depkes RI, kematian ibu di
Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka
tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum.
Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus dicari
etiologi yang spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta akreta dan
variannya), sisa plasenta, dan laserasi traktus genitalia merupakan penyebab sebagian
besar perdarahan post partum. Dalam 20 tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan
atonia uteri sebagai penyebab tersering perdarahan post partum yang keparahannya
mengharuskan dilakukan tindakan histerektomi. Laserasi traktus genitalia yang dapat
terjadi sebagai penyebab perdarahan post partum antara lain laserasi perineum,
laserasi vagina, cedera levator ani da cedera pada serviks uteri.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan pendarahan post partum
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien pendarahan post
partum.
b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien
pendarahan post partum.
c. Dapat membuat perencanaan pada klien pendarahan post partum.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi
tindakan yang telah dilakukan pada klien pendarahan post partum.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit


Menurut waktu terjadinya dibagi atas 2 bagian, yaitu:
a. Perdarahan post partum primer (carly post partum hemorrhage) yang terjadi 24
jam setelah anak lahir.
b. Perdarahan post partum sekunder (late post partum hemorrhage) biasanya terjadi
antara hari ke 5-15 post partum
Menurut Wiknjisastro H. (1960) post partum merupakan salah satu dari sebab
utama kematian ibu dalam persalinan, maka harus diperhatikan dalam menolong
persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum yaitu:
a. Penghetian perdarahan
b. Jaga jangan sampai timbul syok
c. Penggantian darah yang hilang
Post partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik fisik
maupun psikososial terhadap proses melahirkan. Dimulai segera setelah bersalin
sampai tubuh menyesuaikan secara sempurna dan kembali mendekati keadaan
sebelum hamil ( 6 minggu ). Masa post partum dibagi dalam tiga tahap : Immediate
post partum dalam 24 jam pertama, Early post partum period (minggu pertama) dan
Late post partum period ( minggu kedua sampai minggu ke enam). Potensial bahaya
yang sering terjadi adalah pada immediate dan early post partum period sedangkan
perubahan secara bertahap kebanyakan terjadi pada late post partum period. Bahaya
yang paling sering terjadi itu adalah perdarahan paska persalinan atau HPP
(Haemorrhage Post Partum).
Menurut Willams & Wilkins (1988) perdarahan paska persalinan adalah
perdarahan yang terjadi pada masa post partum yang lebih dari 500 cc segera setelah
bayi lahir. Tetapi menentukan jumlah perdarahan pada saat persalinan sulit karena
bercampurnya darah dengan air ketuban serta rembesan dikain pada alas tidur. POGI,
tahun 2000 mendefinisikan perdarahan paska persalinan adalah perdarahan yang
terjadi pada masa post partum yang menyebabkan perubahan tanda vital seperti klien
mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, dalam pemeriksaan fisik hiperpnea,
sistolik < 90 mmHg, nadi > 100 x/menit dan kadar HB < 8 gr %.
B. Etiologi
a. Atonia uteri
b. Sisa plasenta
c. Jalan lahir: robekan perineum, vagina serviks dan rahim
d. Penyakit darah: kelainan pembekuan darah

C. Patofisiologi
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus
masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum
spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan
menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga
perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan
menghambat penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak.
Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska
persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan servix,
vagina dan perinium.

D. Gejala klinik
Untuk memperkirakan kemungkinan penyebab perdarahan paska persalinan
sehingga pengelolaannya tepat, perlu dibenahi gejala dan tanda sebagai berikut:
a. Uterus tidak berkontraksi dan lembek
b. Perdarahan segera setelah bayi lahir
c. Syok
d. Bekuan darah pada serviks atau pada posisi terlentang akan menghambat aliran
darah keluar
e. Atonia uteri
f. Darah segar mengalir segera setelah anak lahir
g. Uterus berkontraksi dan keras
h. Plasenta lengkap
i. Pucat
j. Lemah
k. Mengigil
l. Robekan jalan lahir
m. Plasenta belum lahir setelah 30 menit
n. Perdarahan segera, uterus berkontraksi dan keras
o. Tali pusat putus
p. Inversio uteri
q. Perdarahan lanjutan
r. Retensio plasenta
s. Plasenta atau sebagian selaput tidak lengkap
t. Perdarahan segera
u. Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus uteri tidak berkurang
v. Tertinggalnya sebagian plasenta
w. Uterus tidak teraba
x. Lumen vagina terisi massa
y. Neurogenik syok, pucat dan limbung
z. Inversio uteri

E. Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri
dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor
kemajuan kesehatan klien.

F. Evaluasi
Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil :
a. Tanda vital dalam batas normal :
1) Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg
2) Denyut nadi : 70-80 x/menit
3) Pernafasan : 20 – 24 x/menit
4) Suhu : 36 – 37 oc
b. Kadar Hb : Lebih atau sama dengan 10 g/dl
c. Gas darah dalam batas normal
d. Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang komplikasi
dan pengobatan yang dilakukan
e. Klien dan keluarganya menunjukkan kemampuannya dalam mengungkapkan
perasaan psikologis dan emosinya
f. Klien dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari
g. Klien tidak merasa nyeri
h. Klien dapat mengungkapkan secara verbal perasaan cemasnya
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Post partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik fisik
maupun psikososial terhadap proses melahirkan. Dimulai segera setelah bersalin
sampai tubuh menyesuaikan secara sempurna dan kembali mendekati keadaan
sebelum hamil ( 6 minggu ). Masa post partum dibagi dalam tiga tahap : Immediate
post partum dalam 24 jam pertama, Early post partum period (minggu pertama) dan
Late post partum period ( minggu kedua sampai minggu ke enam).
Potensial bahaya yang sering terjadi adalah pada immediate dan early post
partum period sedangkan perubahan secara bertahap kebanyakan terjadi pada late post
partum period. Bahaya yang paling sering terjadi itu adalah perdarahan paska
persalinan atau HPP (Haemorrhage Post Partum).

B. Saran
Diharapkan askep ini dapat menambah pengetahuan dalam memberikan
pelayanan kebidanan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan
untuk para tim medis agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam
bidang keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health
education dalam perawatan perdarahan postpartum.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart,s (1996), Textbook of Medical Surgical Nursing –2, JB. Lippincot
Company, Pholadelpia.
Klein. S (1997), A Book Midwives; The Hesperien Foundation, Berkeley, CA.
Lowdermilk. Perry. Bobak (1995), Maternity Nuring , Fifth Edition, Mosby Year
Book, Philadelpia.
Prawirohardjo Sarwono ; EdiWiknjosastro H (1997), Ilmu Kandungan, Gramedia,
Jakarta.
RSUD Dr. Soetomo (2001), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK.
UNAIR, Surabaya
Subowo (1993), Imunologi Klinik, Angkasa, Bandung.
Tabrani Rab 9 1998), Agenda Gawat Darurat, Alumni, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai