Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MEMECAHKAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN ETIKOLEGAL


PELAYANAN KEBIDANAN

DOSEN PENGAMPUH :
SURIYATI , S.ST., M. Keb.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8:

1. ATRISIAH (F0G020059)
2. RISKI ANITA RAHAYU ( F0G020060)
3. KITRI ANDRIYANI (F0G020072)
4. PIPI ULAN SARI (F0G020069)
5. LARA DWI RAMADINI (F0G020083)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan
mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa Shalawat serta salam
tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah Etika dan Hukum Kesehatan. Penulis berharap makalah ini dapat membantu
mahasiswa/i suatu saat nanti.
Penulis menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan
dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat
lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan
maupun konten, penulis memohon maaf.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Bengkulu, Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
1 Memecahkan Masalah yang Berkaitan dengan Etikolegal dalam Asuhan Kebidanan
pada Ibu Hamil
2 Memecahkan Masalah yang Berkaitan dengan Etikolegal dalam Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Bersalin
3 Memecahkan Masalah yang Berkaitan dengan Etikolegal dalam Asuhan Kebidanan
pada Ibu Nifas
BAB III PENUTUP
1 Kesimpulan
2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


369/Mengkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan, didalamnya terdapat Kode Etik
Bidan Indonesia. Deskripsi kode etik bidan Indonesia adalah merupakan suatu ciri profesi
yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan
pernyataan komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam
melaksanakan pengabdian profesi.
Kemajuan  ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala bidang berpengaruh
terhadap meningkatnya kritis masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan terutama
pelayanan kebidanan. Menjadi tantangan bagi profesi bidan untuk mengembangkan
kompetensi dan profesionalisme dalam menjalankan praktik kebidanan serta dalam
memberikan pelayanan berkualitas.
Sikap etis profesional bidan akan mewarnai dalam setiap langkahnya, termasuk dalam
mengambil keputusan dalam merespon situasi yang muncul dalam usaha. Pemahaman
tentang etika dan moral menjadi bagian yang fundamental dan sangat penting dalam
memberikan asuhan kebidanan. dengan senantiasa menghormati nilai-nilai pasien.
Etika merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku benar atau
salah, kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku. Etika berfokus pada
prinsip dan konsep yang membimbing manusia berfikir dan bertindak dalam kehidupannya
dilandasi nilai-nilai yang dianutnya.

2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana memecahkan masalah yang berkaitan dengan etikolegal dalam asuhan


kebidanan pada ibu hamil ?

2. Bagaimana memecahkan masalah yang berkaitan dengan etikolegal dalam asuhan


kebidanan pada ibu bersalin ?

3. Bagaimana memecahkan masalah yang berkaitan dengan etikolegal dalam asuhan


kebidanan pada ibu nifas ?
3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pemecahan masalah yang berkaitan dengan etikolegal dalam


asuhan kebidanan pada ibu hamil.
2. Untuk mengetahui pemecahan masalah yang berkaitan dengan etikolegal dalam
asuhan kebidanan pada ibu bersalin.
3. Untuk mengetahui pemecahan masalah yang berkaitan dengan etikolegal dalam
asuhan kebidanan pada ibu nifas.
BAB II

PEMBAHASAN

a. Memecahkan Masalah yang Berkaitan dengan Etikolegal dalam Asuhan


Kebidanan pada Ibu Hamil

1.Paradigma Tentang Kehamilan


Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang
memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi dan melakukan
hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat kemungkinan
akan mengalami kehamilan.
Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan banyak terjadi perubahan pada
ibu hamil baik perubahan fisik maupun perubahan psikis. Oleh karena itu ibu hamil harus
beradaptasi, Apabila seorang ibu hamil memandang bahwa kehamilannya adalah suatu
keadaan yang membebani kehidupannya maka ia akan sulit beradaptasi terhadap
perubahan fisik maupun psikisnya.
Untuk mengantisipasi supaya dampak-dampak negative seperti yang dipaprkan diatas
tidak terjadi terlalul berat pada ibu, dan untuk mengantisipasi supaya persalinan
berlangsung aman dan tidak terjadi trauma yang terlalu berat, baik terhadap ibu maupun
janin, ibu hamil diberi asuhan kehamilan. Dalam menjalankan proses asuhan terhadap
ibu hamil, seorang bidan sewajarnya memiliki standar kemampuan yang bermanfaat
sebagai tanggung jawab terhadap klien yang diberi asuhan.

2. Konseling Asuhan Kehamilan


Aspek Pengetahuan Konseling merupakan hubungan terapi dengan klien yang
bertujuan untuk perubahan pada diri klien. Menurut Williamson (1961) dalam Latipun
(2005) tujuan umum pelaksanaan konseling adalah membantu klien mencapai
perkembangan secara optimal dalam batas-batas potensi yang dimiliki. Secara lebih rinci
dinyatakan menjadi tiga tujuan oleh Krumboltz, yaitu :
1) Mengarahkan perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku yang sehat.
2) Membimbing klien belajar membuat keputusan.
3) Membimbing klien mencegah timbulnya masalah.
I. Hak – hak wanita hamil :
Wanita berhak mendapatkan pelayanan kesehatan komprehensif, yang
diberikan secara bermartabat dan dengan rasa hormat.
Asuhan harus dapat dicapai, diterima, terjangkau untuk / semua perempuan
dan keluarga. Wanita berhak memilih dan memutuskan tentang kesehatannya.

II. Langkah-langkah pelaksanaan konseling asuhan kehamilan :


a. Tahap Persiapan
- Menyiapakn ruangan yang nyaman, tenang dan kondusif.
- Menyiapkan alat-alat peraga sesuai dengan kebutuhan.
- -Menyiapkan alat tulis, catatan, kartu ibu sesuai dengan kebutuhan.
b. Tahap Pelaksanaan
 Greet : menyapa klien dan keluarga (bila didampingi). Dengan memberi salam,
mempersilahkan duduk setelah itu memulai percakapan untuk menciptakan
suasana yang akrab dan saling percaya.
 Ask : menanyakan secara rinci kepada ibu tentang masalah kehamilan yang
sedang dihadapi. Selama proses pembicaraan bidan hendaknya memelihara
supaya hubungan dengan ibu tetap berlangsung secara kondusif dengan cara
memperhatikan kontak mata, menjaga kerahasiaan ibu, tidak menyinggung
perasaan ibu dan menjadi pendengar yang baik.
 Tell : memberi informasi kepada ibu tentang cara /metode yang bisa digunakan
untuk memecahkan masalah kehamilan yang sedang dihadapi.
 Help : membantu ibu memilih cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan
yang sedang dihadapi.
 Explain : menjelaskan secara rinci tehknik pelaksanaan cara yang dipilih untuk
pemecahan masalah dan disepakati dengan ibu / suami.
 Return : membuat kesepakatan dengan ibu untuk pertemuan berikutnya /
kunjungan ulang untuk mengevaluasi keberhasilan cara pemecahan masalah
yang telah dilaksanakan.
 Refer : bila diperlukan tindakan kolaborasi / rujukan ke tenaga yang
berkompeten sesuai dengan kebutuhan / kondisi ibu.
III. Pendekatan Pada Pelaksanaan Konseling
 Pendekatan direktif
Tujuan konseling adalah membantu klien untuk mengganti tingkah lakunya
yang tidak sesuai.
 Pendekatan non-direktif
Tujuan konseling adalah memberi kesempatan kepada klien secara bebas
mengekspresikan dan merencanakan pemecahan masalah yang dihadapi.
 Pendekatan elektik
Tujuan konseling membantu klien memahami permasalahan yang dihadapi,
menyusun rencana tindakan pemecahan maslah yang dihadapi sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.

IV. Masalah yang Memerlukan Konseling Ibu Hamil


Beberapa masalah ibu hamil yang membutuhkan konseling :
 Penerimaan / tanggapan ibu yang tidak positif terhadap kehamilannya.
 Ketidakmampuan ibu beradaptasi terhadap perubahan fisik akibat kehamilannya.
 Kemampuan yang kurang memadai dalam mengantisipasi tanda bahaya penyakit
yang menyertai kehamilan karena masalah social ekonomi / pemgetahuan.
 Dukungan keluarga yang tidak optimal.
 Pemilihan tempat / penolong persalinan.
 Persalinan tindakan.

b. Memecahkan Masalah yang Berkaitan dengan Etikolegal dalam Asuhan


Kebidanan pada Ibu Bersalin

PENGERTIAN
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal dalam
kehidupan.Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa social bagi ibu dan keluarga.
Dalam hal ini peranan petugas kesehatan tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan
dukungan pada ibu agar seluruh rangkaian proses persalinan berlangsung dengan aman dan
baik bagi ibu maupun bagi bayi yang dilahirkan.
TUJUAN
Tujuannya adalah untuk memberikan asuhan yang memadai suatu persalinan dalam
upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek
saying ibu dan saying bayi.
KALA BERSALINAN
persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu:
1. kala I, yaitu dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm).
proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase
aktif ( jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm.
tindakan yang dilakukan:
a. menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami, keluara atau
teman dekat sebagai pendamping.
b. Mengatur aktifitas dan posisi ibu.
c. Membimbing ibu untuk rileks saat ada his.
d. Menjelaskan tentang kemajuan persalinan .
e. Menjaga kebersihan diri
f. Mengatasi rasa panas.
g. Masase
h. Pemberian cukup minum
i. Mempertahankan kandung kemih tetap kosong
j. Sentuhan
2. Kala II, yaitu dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Seorang bidan harus mendukug
ibu atas usahanya untuk melahirkan bayinya.
Berikut adalah tindakan atau penanganan yang dilakukan selama persalinan ( kala II :
a.Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu, menghadirkan seseorang untuk
menyemangati, memberi minum, mengipasi atau memijat ibu.
b. Menjaga kebersihan diri
Bersihkan cairan yang ada untuk menghindari infeksi pada ibu.
c. Mengipasi dan masase
Dengan tujuan untuk menambah kenyamanan bagi ibu.
d. Memberi dukungan mental
Dukungan mental dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kecemasan ibu yang dapat
dilakukan dengan cara:
 Menjaga privasi ibu
 Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan.
 Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan
e. Mengatur posisi ibu
f. Menjaga kandung kemuh tetap kosong
g. Memberikan cukup minum
h. Memimpin mengedan
i. Bernafas selama persalinan
j. Pemantauan denyut jantung janin
k. Membantu melahirkan bayi
 Menolong kelahiran kepala
 Periksa tali pusat
 Melahirkan bahu dan anggota seluruhnya
l. Bayi dikeringkan dan dihangatkan dari kepala sampai seluruh tubuh
m. Merangsang bayi

3. Kala III, yaitu dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit.Tindakan yang dilakukan adalah
a. Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin.
b. Memberikan oksitosin.
c. Melakukan penanganan tali pusat terkendali atau PTT (CTT/ Centroled Cord
Traction)
d. Masase fundus

4. Kala IV, yaitu dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Masa post
partum merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematian ibu terutama kematian yang
diakibatkan karena pendarahan.
Tindakan pemeriksaan:
a. Fundus : rasakan apakah fundus berkomtraksi kuat dan berada diatas atau dibawah
umbilicus.
 Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan.
 Setiap 30 menit pada jam ke 2 setelah persalinan.
 Massase fundus jika perlu untuk menimbulkan kontraksi.
b. Plasenta: periksa kelengkapannya untuk memastikan tidak ada bagian-bagian yang tersisa
dalam uterus.
c. Selaput ketuban: periksa kelengkapannya untuk memastikan tidak ada bagian-bagian
dalam uterus.
d. Perineum: periksa luka robekan pada perineum dan vagina yang membutuhkan jahitan.
e. Memperkirakan pengeluaran darah.
f. Lochia: periksa apakah ada darah keluar langsung.
g. Kandung kemih: pastikan kandung kemih tidak terisi penuh. Kandung kemih yang terisi
penuh akan membuat uterus naik keatas dan menyebabkan tidak terkontraksi kuat.
h. Kondisi ibu: apabila kondisi ibu tidak stabil, pantau terus kondisinya dan penuhi apa yang
ibu inginkan.
i. Kondisi bayi baru lahir: pastikan kondisi bayi sehat.

ASUHAN KEBIDANAN
Asuhan kebidanan yang dilakukan adalah:
1 Ikatan tali pusat.
2. Pemeriksaan fundus dan massase.
3. Nutrisi dan hidrasi.
4. Bersihkan ibu.
5. Istirahat.
6. Peningkatan hubungan ibu dan bayi biarkan bayi pada ibu untuk meningkatkan hubungan
ibu dengan bayi.
7. Memulai menyusui
Bayi sangat siap segera saat dilahirkan.Hal ini sangat tepat untuk memulai memberikan
ASI.Menyusui juga membantu uterus berkontraksi.
8. Menolong ibu ke kamar mandi Pastikan ibu telah buang air kecil dalam 3 jam selama
postpartum.
9. Mengajari ibu dan anggota keluarga Beri tahu pada ibu dan keluarga bagaimana
memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi dan tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
Kebijakan pelayanan asuhan ibu bersalin:
a. Semua persalinan harus dihindari atau dipantau oleh petugas kesehatan terlatih.
b. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal harus tersedia 24 jam.
c. Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh tugas
terlatih.
ETIKA DALAM PELAYANAN KEBIDANAN IBU BERSALIN
Etika dalam pelayanan kebidanan termasuk intranatal care merupakan penerapan dan
proses dan teori pilsafat moral pada situasi nyata. Istilah etik yang kita gunakan sehari-hari
pada hakikatnya berkaitan dengan palsafah moral yaitu mengenai apa yang dianggap baik
atau buruk dimasyarakat dalam kurun waktu tertentu, sesuai dengan perubahan/
perkembangan/ moral/ nilai.
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tmpat, dimana sering
terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika.Seorang
bidan tidak semata-mata memberikan pelayanan atau menjalankan fungsi dan perannya tanpa
diikat oleh kode etik yang menaunginya.Untuk itu, etika dalam pelayanan kebidanan
termasuk intranatal care perlu diaplikasikan.
Aplikasi etika dalam pelayanan intranatal
Aplikasi etika dalam pelayanan intranatal dapat dilukiskan melalui prinsip-prinsip etika,
antara lain:
1. Menghargai otonomi.
2. Melakukan tindakan yang benar ( Beneficience).
3. Mencegah tindakan yang dapat merugikan (nonmaleficience).
4. Memberlakukan manusia dengan adil (justice).
5. Menjelaskan dengan benar.
6. Menepati janji yang telah disepakati.
7. Menjaga kerahasiaan (nonmaleficience dan beneficience).
Prisip-prinsip tersebut merupakan prinsip utama untuk tindakan professional dan untuk
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan.

Otonomi
Otonomi berasal dari bahasa yunani yaitu autos (self atau diri sendiri) dan nomos
yang artinya aturan (rule).Dengan demikian otonomi mengandung arti mengatur diri sendiri
yaitu bebas dari control pihak lain dan dari perbatasan pribadi.
Bidan harus menghormati otonomi pasien oleh karna itu kita mengenal yang namanya
informed consent.Persetujuan penting dari sudut pandangan bidan, karna itu berkaitan degan
aspek hukum yang menberikan otoritas untuk semua prosedur yang dilakukan oleh
bidan.Sedangkan pilihan (choice) lebih penting dari sudut pandang wanita (pasien) sebagai
konsumen penerima jasa asuhan kebidanan etik.Tujuannya adalah untuk mendorong wanita
memilih asuhannya.Peran bidan tidak hanya membuat asuhan dalam manajemen asuhan
kebidanan tetapi juga menjamin bahwa hak wanita untuk memilih asuhan dan keinginannya
terpenuhi.
Hal ini sejalan dengan kode etik internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM 1993,
bahwa bidan harus menghormati hak wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong
wanita untuk menerima tanggung jawab untuk hasil dari pilihannya.Sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya bahwa penting untuk memegang teguh segi etika, terutama hak pasien
untuk mendapatkan manfaat dan informasi sejujurnya.Pasien juga menolak tawaran tindakan.
Ada beberapa jenis pelayanan intranatal yang dapat dipilih oleh pasien yang juga
merupakan aplikasi daripada etika (menghargai otonomi pasien), antara lain:
Tempat bersalin (rumah, polindes, RB,RSB, atau RS) dan kelas perawatan di RS.
Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan.
a. Pendamping waktu bersalin
b. Clisma dan cukur daerah pubis.
c. Metode monitor denyut jantung janin.
d. Percepatan persalinan.
e. Diet selama proses perslinan.
f. Mobilisasi selama peroses persalinan.
g. Pemakaian obat pengurang rasa sakit.
h. Pemecahan ketuban secara rutin.
i. Posisi ketika bersalin.
j. Episiotomi.
k. Penolong persalinan.
l. Keterlibatan suami waktu bersalin, misalnya pemotongan tali pusat.

Beneficience dan Nonmaleficience


Beneficience berarti berbuat baik, ini adalah prinsip yang mengharuskan bidan untuk
bertindak dengan menguntungkan pasien.Nonmaleficience berarti tidak merugikan pasien.
Jika bidan tidak bias berbuat baik kepada pasien atau melakukan tidakan yang
menguntungkan pasien, paling tidak bidan tidak merugikan pasien.
Beneficience dan nonmaleficience merupakan keharusan untuk meningkatkan
kesehatan klien dan tidak merugikannya.Hal ini sering bertentangan dengan otonomi.Sebagai
contoh adalaah seorang klien melahirkan bayinya namun mengalami robekan jalan lahir.Oleh
karna itu perlu dilakukan inspeksi khusus pada vulva, vagina, dan serviks dengan
menggunakan spekulum.Dan untuk tindakan selanjutnya semua sumber pendarahan harus di
klem, diikat dan luka ditutup dengan penjahitan sampai pendarahan berhenti.Penjahitan
memerlukan rekan, anastesi local, dan penerangan yang cukup.Namun klien tidak ingin jika
rekan bidan tersebut membantu. Pertimbangan bidan yaitu pendarahan akan lebih parah jika
tetap dibiarkan. Teman sejawat ataupun asisten perawat dibutuhkan karena akan sulit jika
melakukan sendiri.
Dalam hal ini bidan harus pandai membaca keadaan spiritual psikologis klien,
menenangkan klien, meminta bantuan keluarga ( misalnya suami ) untuk meyakinkan klien,
dan memberikan penjelasan pada klien dan keluarga akan tindakan yang akan dilakukan serta
akibat buruk yang terjadi jika klien tetap mempertahankan egonya. Bidan harus menolak
otonomi pasien demi mewujudkan beneficience dan nonmaleficience.

Justice
Justice atau keadilan merupakan prinsip yang sangat penting. Penting bagi bidan
untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia.Bidan memberikan pelayanan dengan kualitas
yang baik pada semua klien tanpa membedakannya.
Kebijakan pelayanan asuhan ibu bersalin
a. Semua persalinan harus dihadiri atau dipantau oleh petugas kesehatan dan pelatih.
b. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani
kegawatdaruratan obsetrik dan neonatal harus tersedia 24 jam.
c. Obat-obatan essensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh petugas
terlatih.

C.Memecahkan Masalah yang Berkaitan dengan Etikolegal dalam Asuhan


Kebidanan pada Ibu Nifas

A. PENGERTIAN
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan (pusdiknaskes, 2003:003). Masa nifas dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Abdul bahri,
2000:122). Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada saluran reproduksi
kembali kekeadaan tidak hamil yang normal (F.Gary Cunningham,Mac
Donald,1995:281).
Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang di
pergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan
waktu 6-12 minggu (Ibrahim C,1998). Masa nifas perlu dilakukan penanganan
khusus untuk mencegah terjadinya komplikasi pasca persalinan, sehingga bidan
dalam melaukan pelayanan pada masa nifas harus sesuai kebidanan yang berlaku.
B. TUJUAN
1. Untuk memberika asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu segera setelah
melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama melahirkan, persalinan dan
keadaan segera setelah melahirkan.
2. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya , baik pisik maupun sikologis.
3. Melaksanakan skrinning secara komprehensip, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
4. Memberikan pendidikan kesetan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,
cara dan mafaat menyusui, pemberiaan imunisasi serta perawatan bayi sehari-
hari.
5. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
6. Mendapatkan kesehatan emosi.
C. PERAN BIDAN
Peran bidan dalam memberikan asuhan masa nifas adalah memberikan asuhan
yang konsisten, ramah dan memberikan dukungan pada setiap ibu dalam prroses
penyembuhannya dari stress fisik akibat persalinan dan meningkatkan kepercayaan
diri ibu dalam merawat bayinya. Dalam proses penyesuaian ini, dituntut konstribusi
bidan dalam melaksanakan kopetensi, keterampilan, dan sensitivitas terhadap
kebutuhan dan harapan setiap ibu dan keluarga. Bidan harus dapat merencanakan
asuhan yang akan diberikan pada ibu sesuai dengan kebutuhan ibu tersebut. Pada
periode ini bidan dituntut untuk memberikan asuhan kebidanan terhadap perubahan
fisik dan psikologis ibu, dimana asuhan fisik lebih mudah diberikan karena dapat
dilihat Dan dinilai secara langsung, apabila terjadi ketidak normalan bidan langsung
bias mendeteksi dan memberikan intervensi, sedangkan pemberian asuhan terhadap
emosi dan psikologi ibu membutuhkan ketelitian dan kesabaran dari bidan. Untuk
mencapai hasil yang optimal dibutuhkan kerjasama yang baik antara bidan dan
keluarga.
D. KEBIJAKAN PRORAM NASIONAL MASA NIFAS
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali
melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk:
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan
kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu
nifas maupun bayinya.
E. UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR KODE ETIK BIDAN DALAM
ASUHAN NIFAS
Pasal 10 ayat 1 menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan ibu dan antara lain pada
masa nifas. Pada ayat 2d menjelaskan bahwa bidan memberikan pelayanan ibu nifas
normal.Ayat 3e menjelaskan bahwa bidan berwenang memberikan vitamin A dosis
tinggi pada masa nifas.Dengan adanya undang-undang diatas diharapkan bidan dapat
melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan yang berlaku dan sesuai etika
kebidanan dan dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan ibu.
F. KOPETENSI BIDAN
Kopetensi bian berdasarkan etik kebidanan yaitu bidan memberikan asuhan pada
ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.
Dalam memberikan asuhan bidan memiliki pengetahuan dasar antara lain:
1. Fisiologis nifas.
2. Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan.
3. Proses laktasi/menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan
yang lazim terjadi termasuk pembengkakan payudara, abses, mastitis, putting
susu lecet, putting susu masuk.
4. Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktivitas, dan kebutuhan fisiologis lainnya
seperti pengosongan kandung kemih.
5. Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir.
6. Adaptasi persalinan atau abortus.
7. “Bonding & Attachement “ orang tua bayi baru lahir untuk menciptakan
hubungan positif.
8. Indicator subinvolusi misalnya pendarahan yang terus menerus, infeksi.
9. Indicator masalah laktasi.
10. Tanda gejala mengancam kehidupan misalnya pendarahan pervaginam menetap,
sisa plasenta, renjatan (syok), dan pre-eklamsia post partum.
11. Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode post partum, seperti anemia
kronis, hematoma vulva, retensi urin.
12. Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah abortus.
13. Tanda dan gejala komplikasi abortus.
G. LANGKAH-LANGKAH
Langkah-langkah tindakan asuhan masa nifas pada ibu adalah:
1. Kebersihan diri :
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan
air.
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut minimal dua kali
sehari.
d. Jika ibu mempunyai lika episiotomi, sarankan ibu untuk menghindari menyentu
luka.

2. Istirahat
a. Anjukan ibu untuk istirahat cukup.
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa dan
tidur siang atau beristirahat selagi bayi sedang tidur.
3. Latihan
4. Gizi
5. Perawatan payudara
6. Hubungan perkawinan atau rumah tangga
7. Keluarga berencana
Jelaskan kepada ibu dan pasangan beberapa metode bayi seperti bagaiman
kinerja dari metode KB, kelebihan dan kekurangannya, efek samping,
pengunaan dan waktu efektif untuk penggunaan metode tersebut
H. STANDART PELAYANAN NIFAS
1. Perawatan bayi baru lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan
spontan, mencegah hipoksia skunder, menemukan kelainan, dan melakukan
tindakan atau merujuk sesuai keebutuhan.
2. bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermia
Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan. Bidan melakukan
pemantauan pada ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam
setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan.
3. Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada
hari ketiga, minggu kedua, dan minggu keenam setelah persalinan untuk membantu
proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemua
dini, penangan, atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas,
serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan
perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian asi, imunisasi,
dan KB.
 Normalnya, ibu nifas akan mengalami beberapa tanda dan gejala berikut :
a. Lelah dan sulit tidur
b. Adanya tanda infeksi puerperalis (demam)
c. Nyeri atau panas saat bekemih, nyeri abdomen
d. Sembelit, hemoroid.
e. Sakit kepala terus menerus, nyeri uluh hati dan edema
f. Lokia berbauk busuk yang sangat banyak (lebih dari 2 pembalut dalam 1
jam) dan di barengi nyeri abdomen
g. Putting susu pecah dan mammae bengkak
h. Sulit menyusui
i. Rabun senja
j. Edema, sakit, dan panas pada tungkai.
I. Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa pasca persalinan.Oleh karena itu,
sangat penting bagi ibu dan keluarganya mengenal tanda bahaya dan perlu mencari
pertolongan kesehatan. Beberapa gejala bahaya pada ibu nifas:
a. Perdarahan pervaginam yang luar biasa banyak atau tiba-tiba bertambah banyak
(lebih banyak dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian
pembalut dua kali dalam setengah jam).
b. Pengeluaran pervaginam yang bauknya menusuk.
c. Rasa sakit bagian bawah abdomen atau punggung.
d. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri uluh hati atau masalah penglihatan.
e. Pembengkakan di wajah atau tangan.
f. Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil, atau merasa tidak enak badan.
g. Payudarah yang berubah merah, panas, dan rasa sakit.
h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
i. Rasa sakit, merah, nyeri tekan, dan atau pembengkakan kaki.
j. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayi nya atau diri sendiri
k. Merasa sangat letih atau nafas terengah- engah.
J. KEBUTUHAN DASAR MASA NIFAS
1. Nutrisi dan cairan
2. Ambulasi
Ambulasi sedini mungkin sangat dianjurkan, kecuali ada kontra indikasi.
Ambulasi ini akan meningkatkan sirkulasi resiko tromboflebitis, meningkatkan
fungsi kerja peristaltic dan kandung kemih, sehingga mencegah ditestensi
abdominal dan konstipasi pada ambulasi pertama sebaik nya ibu dibantu karena
pada saat ini ibu merasa pusing ketika pertama kali bangun setelah melahirkan.
3. Eliminasi
Bidan harus mengobservasi adanya distensi abdomen dengan mempalpasi dan
mengauskultasi abdomen, terutama pada post sexio sesaria. Berkemih harus
terjadi dalam 4-8 jam pertama dan minimal sebanyak 200 cc, anjurkan ibu untuk
minum banyak cairan dan ambulasi.
4. Higyene
Sering membersihkan area perineum akan meningkatkan kenyamanan dan
mencegah infeksi. Tindakan ini paling sering menggunakan air hangat yang
dialirkan (dapat ditambah larutan anti septik) keatas vulva perineum setelah
berkemih atau defekasi, hindari penyemprotan langsung.Ajarkan ibu untuk
membersihkan sendiri.
5. Istirahat
Ibu nifas dianjurkan untuk istirahat dan tidur yang cukup.Istirahat ini sangat
penting untuk ibu yang menyusui.Tindakan rutin dirumah sakit hendaknya tidak
mengganggu istirahat dan tidur ibu. Setelah selama 9 bulan ibu mengalami
kehamilan dengan beban kandungan yang begitu berat banyak keadaan yang
mengganggu lainnya, dan proses persalinan yang melelahkan, ibu membutuhkan
istirahat yang cukup untuk memulihkan keadaannya.
6. Seksualitas masa nifas
Seksual ibu dipengaruhi oleh derajat rupture perenium dan penurunan hormone
steroid setelah persalinan.
7. KB pada ibu menyusui
Salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan member yang sehat
perkawinan, pengobatan kemandulan, dan penjarangan kehamilan.KB merupakan
salah satu usaha untuk membantu keluarga atau individu merencanakan
kehidupan berkeluarga dengan baik, sehingga dapat membentuk keluarga yang
berkualitas
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam profesi bidan “etika” lebih dimengerti sebagai filsafat moral. Berdasarkan
pembahasan diatas kita telah mengetahui etika serta nilai dalam profesi kebidanan. Dengan
kita mengetahui nilai etika kebidanan maka dalam penyerapan dan pembentukan nilai oleh
tenaga bidan dapat dilakukan dengan tepat dan tidak melenceng dari nilai serta kode etik
kebidanan.

Saran

Makalah ini telah disusun berdasarkan dengan ruang lingkup pembelajaran yang ada.
Namun, kami menyadari bahwa sahnya masih banyak kesalahan maupun kekurangan baik
didalam penulisan ataupun isinya. Oleh karena itu, kami minta kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga materi yang ada didalam
makalah ini dapat berguna bagi kita semua yang mempelajarinya.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/378250149/Memecahkan-Masalah-Yang-Berkaitan-Dengan-
Etikolegal-Dalam-Asuhan-Kebidanan-Pada-Ibu
http://bidansilalahi.com/2016/02/etikolegal-askeb-pada-ibu-bersalin-dan.html?m=1

https://id.scribd.com/document/414950583/MEMECAHKAN-MASALAH-YANG-
BERKAITAN-DENGAN-ETIKOLEGAL-docx

Anda mungkin juga menyukai