Anda di halaman 1dari 4

PEMAIN PERAN ROLE PLAY

                                                          
ACI LASVI                                                        : IBU RARA
AGUSTIN ARISKA                             : KAKAK
ANDINI KRISDAYANINGTIAS       : BIDAN
ASTI HASTUTI                                                : SUAMI AFGAN
BELLA NADYA ULFA`                      : MERTUA

Di sebuah keluarga yang damai, adalah sepasang suami istri yang tengah


berbahagiakarena sebentar lagi keduanya akan dikaruniai seorang anak. Suatu pagi
yang cerah.
afgan                : pagi sayang… (sambil memberikan segelas susu pada istrinya)
rara                   : pagi pa, makasih ya sudah buatin mama susu.
afgan                : sama-sama sayang, diminum ya sampe habis lo! Itu buat kamu dan bayi kita
rara                   : iya deh (seraya meminum susunya)
afgan                 : oh ya papa berangkat ke kantor dulu ya ma.
rara                    : iya, hati-hati ya pa.
afgan                 : ingat loh kalo perlu apa-apa panggil mama aja.
Rara                  : iya-iya
afgan                 : kalo begitu papa pamit ya. (sambil mencium kening istrinya)
                           Assalamualaikum
Rara                  : wa’alaikum salam
Tidak berapa lama sepeninggal suaminya ke kantor bu rara merasakan sakit perut
yang hebat.
Rara                  : ma ma ma…..aduh! aduh!
                            (meringis kesakitan)
mertua               : iya nak ada apa??
                            (tampak panik)
Rara                   : ini bi perut saya sakit sekali ma
Mertua               : astagfirullah nampaknya kamu akan melahirkan nak
Rara                   : ma, tolong cepat kasih tauafgan ma, saya sudah tidak kuat... rasanya sakit
Mertua                : iya nak
                            (mengangkat gagang telp)
Kring….kring…kring…
afgan                 : assalamualikum, ada apa ma?
mertua               : wa’alaikumsalam afgan cepat pulang istrimu mau melahirkan
afgan                 : apa?! Ok,Kalo begitu aku pulang sekarang ma
mertua                : iya nak sebaiknya cepat
afgan                  : jangan lupa persiapkan semua perlengkapan yang akan dibawa ke
rumah                            bidan ya ma.
mertua                : ya nak
                            (seraya menutup pembicaraan)
Sesampainya di klinik bidan, ibu rara segera dimasukkan ke dalam ruang bersalin.
Bidan                   : permisi, kalo boleh saya tahu siapa anggota keluarga yang akan menemani
                               Ibu rara dalam menjalani persalinan?
Kak putri              : kamu aja gan ,
afgan                    : saya bu bidan, saya suaminya     
Bidan                    : baiklah kalo begitu, mari pak silahkan masuk. Kita sudah tidak punya
                              Banyak waktu
Mertua                   :  tolong selamatkan anak dan cucu saya.
Bidan                     : iya ibu, kami akan mengusahakannya
Proses persalinanpun berlangsung dengan normal, bu Rara melahirkan seorang bayi
laki-laki. Setelah berhasil melewati 2 jam masa postpartum, bu Raradipindahkan
keruang perawatan nifas.
Setelah menjalani proses persalinannya, entah kenapa ibu rara disergap rasa takut,
sedih, dan benci pada dirinya sendiri.
Kak putri          : dek, bagaimana proses persalinannya tadi Eh, kok murung gitu?
                          Mestinya senang dong, ini kan buah hati yang di tunggu-tunggu.
 mertua             : iya nak, apa yang membuat hatimu sedih? Semestinya kamu gembira dengan
                          anak kalian ini.
Rara                 : saya senang bu, akhirnya buah hatiku lahir dengan persalinan yang normal
                          Dan selamat tapi saya juga sedih.
Kak putri          : apa yang membuatmu sedih?
Rara                 : saya takut kalau-kalau nanti saya tak mampu merawat anak ini, takut tidak
                          Mendididknya dengan baik bu.
 mertua            : kenapa musti ditakutkan nak? Semua wanita akan melewati
Rara                 : tapi saya takut tidak mampu bu. (menangis)
 mertua            : tenanglah, masih ada suami dan ibu yang akan menemani dan membantumu.
Kak putri          : tenanglah dek, kamu ni belum-belum sudah takut duluan. Kakak juga siap
                          membantumu
Rara                 : iya, makasih kak putri, makasih ya bu... tapi rasanya masih ada yang
                          Mengganjal di hati
Kak putri          : dulu kakak juga sempat berfikir seperti itu tetapi alkhamdulilah kakak
bias melewatinya, bahkan kamu tau sendiri kan... sekarang kakak sudah punya 4 orang anak.
Ketika kamu melihat tumbuh kembang mereka, kamu akan bangga bahkan tidak menyangka
bahwa kamu bisa membesarkan mereka dengan cinta dan kasih sayang yang kamu dan anas
miliki.
Rara                 : saya juga khawatir bu dengan bentuk tubuh saya. Saya takut kalau nanti mas
afgan tidak lagi menyukaiku dan berpaling ke wanita lain.
 mertua           : insyaallah tidak nak, ibu yakin kalau kamu dan afgan bisa melewati ini
semua. ibu mengenal afgan dari kecil, ia adalah anak dan suami yang bertanggungjawab
terhadapmu dan dengan cintanya begitu besar buatmu, sepertinya kecil kemungkinan
untuknya berpaling darimu.
Kak putri          : iya, kamu jangan berpikir macam-macamlah dek, kalau kakak lihat dia
sangat sayang padamu apalagi setelah kamu melahirkan buah hatinya, insyaallah ia akan
semakin sayang padamu dan juga anak buah cinta kalian berdua ini.
Beberapa saat kemudian suami bu Rara datang. Took,tok,tok.
Afgan                : assalamualaikum,
Semua              : waalaikumsalam,
Afgan               : sayang, gimana kabar keadaan kamu?udah agak mendingan...?
Rara                 : alkhamdulilah pa..dari mana?
Afgan                : dari menyelesaikan urusan administrasi sama bidan. Oya, papa punya kabar
baik, besok mama dan bayi kita sudah boleh pulang ke rumah.
Ibu mertua       : alkhamdulilah kalau gitu...
Keesokan harinya, ibu rara dan bayinya beserta keluarga pulang kerumah.Walaupun
hari telah berganti, ibu rara masih juga belum bisa kehilangan perasaan sedihnya.
Setiap hari ibu rara menangis, melampiasnkan kesedihan yang menggayuti hatinya.
Melihat istrinya yang seperti itu, Tentu saja suaminya merasa sedih, bingung dan
prihatin. Ia berusaha mencari jalan keluar atas masalah yang dialami istrinya tersebut.
Beberapa hari kemudian ia dengan tidak sengaja bertemu dengan teman lamanya yang
sekarang sudah menjadi bidan profesional
Bidan andin      : Afgan ya?
Afgan               : iya benar.
Bidan andin     : masih ingat dengan saya?
Afgan              : maaf, siapa ya?
Bidan andin     : saya andin, masa kamu sudah lupa?
Afgan              : oia, saya ingat. kita kan dulu satu SMA ya?
Bidan andin     : iya pak, betul sekali. Bagaimana kabar kamu sekarang? Sudah nikah belum?
Afgan              : alkhamdulilah, saya sudah menikah dan istri saya minggu lalu habis
melahirkan. Tapi sepertinya dia mengalami masalah. Ia selalu tampak sedih dan senang
menyendiri di kamar.
Bidan andin      : oh, mungkin ia sedang mengalami Postpartum blues. Sebenarnya itu normal
pada ibu yang pasca bersalin, umumnya terjadi 3 hari sampai 2 minggu. Namun apabila hal
ini tidak cepat ditangani misalnya dengan dukungan sosial dari berbagai pihak utamanya
keluarga, bisa saja bisa berlangsung sampai 1 tahun atau bahkan trauma berkepanjangan.
Afgan             : astagfirullah, apa benar yang kamu bilang itu?Saya tidak ingin melihatnya
sedih terus menerus. (berfikir sejenak) oya, kamu kan tau tentang psikologi dan urusan
kejiwaan, siapa tahu kamu bisa bantu masalah yang sedang dihadapi istri saya. Kalian kan
sama-sama perempuan, mungkin bisa bicara dari hati ke hati.
Bidan andin      : iya, insyaallah saya akan mencoba membantunya.
   Beberapa hari kemudian, pak afgan membawa istterinya itu kerumah untuk bertemu
dengan bidan.
Afgan               : ma, kenalin ini bidan andin teman SMA papa dulu.
Bidan andin      : kenalkan, saya bidan andini, biasa dipanggil andin saja.
 Rara                 : oia, saya rara istri pak afgan. Suami saya semalam sudah cerita tentang anda
kepada saya. (bidan andin tersipu malu dengan senyum-senyum)
Afgan               : oke, ma, bidan, saya tinggal dulu ya. mau berangkat ke kantor, udah
kesiangan
 rara                 : iya pa, hati-hati di jalan ya  jangan pulang telat.
Masuk ke pokok pembahasan, sesi curhat bersama bidan andini
Dokter Ning     : sebenarnya apa yang menjadi masalah ibu?
Ibu rara           : begini bu bidan, saya itu setelah melahirkan, Rasanya hati ini kesal melulu
dan maunya marah-marah atau ngambek . Persis kayak anak kecil. Padahal, semua itu bukan
sifat saya.
Bidan andin      : memangnya apa yang membuat ibu sedih?
Ibu rara           : entah kenapa ya bu bidan? Saya juga jadi pencemburu dan pemarah. Suami
pulang terlambat sedikit saja, saya marah-marah dan berpikir ia main dengan wanita lain.
Bidan andin      : Itu normal dialami para ibu, terutama yang baru melahirkan dan apalagi ini
adalah pengalaman pertamanya. Tapi seiring berjalannya waktu perasaan ibu itu akan
berangsur-angsur menghilang bahkan ibu akan merasa sangan bangga dan senang melihat
pertumbuhan anak kita, tingkah polah lucu anak, celotehnya yang mengundang tawa, dan
sebagainya.
Ibu rara           : oh begitu ya bu bidan? (sambil mengamngguk-angguk)
Bidan andin    : semestinya ibu menghindari berfikir negatif yang justru akan memperparah
kesedihan ibu itu. Baiknya, ibu tidak berprasangka buruk dulu terhadap suami. ia kan bekerja,
jadi pulang telat sedikit perlu dimaklumi, ya mingkin saja ada pekerjaan yang harus
diselesaikan saat itu juga atau bahkan bisa saja kena macet dijalan. Saran saya, mungkin ibu
bisa menanyakan kabar keberadaannya melalui telepon dansebagainya.
Ibu rara           : iya juga sih bu bidan, tapi saya khawatir dengan bentuk tubuh saya setelah
melahirkan ini. Rasanya sudah tidak menarik lagi. Saya takut kalau-kalau suami saya
menggandeng wanita lain yang masih muda, cantik dan menarik.
Bidan andini    : ibu, tidak baik berprasangka seperti itu. Kalau ada masalah atau apapun
baiknya dibicarakan dari hati ke hati antara ibu dan suami. Lagian kalau saya lihat
sih,nampaknya suami ibu itu sangat sayang dengan ibu dan bayinya. Dia begitu
memperhatikan kondisi ibu dan sangat bertanggungjawab terhadap kesejahteraan keluarga
ini.
Ibu rara           : iya,banyak orang yang bilang seperti itu. Ya semoga saja benar apa yang
bidan katakan.
Bidan andin      : selain itu, rasa kesedihan ibu juga dapat dikurangi dan dicegah
dengan Jangan sampai merasa sangat lelah. Istirahat yang cukup dapat mencegah terjadinya
gangguan emosional.
Ibu rara           : iya bu bidan
Bidan andini    : Jika ibu mengalami kegelisahan, ingatlah, Anda tak sendiri. Begitu
banyak     perempuan lain yang juga melahirkan, dan tidak apa-apa. Mereka bisa melewati
masa-masa yang sedang ibu alami saat ini.
Ibu rara           : iya bu bidan, terima kasih atas saran dan nasehatnya. Alkhamdulilah perasaan
saya sudah agak ringan.
Bidan andini   : iya, sama-sama bu. Ini memang sudah tugas saya. Saya doakan semoga ibu
bisa melaluinya. Amin
Ibu rara           : insyaallah, amiin.      

Hari berganti hari, Seiring berlalunya Sang waktu, ibu rara bisa menerima kondisinya
sekarang yaitu berperan sebagai seorang ibu dari anaknya dan istri bagi suaminya. Ia
mulai pandai memenej perasaannya dan mulai menjalani aktivitas seperti ibu-ibu pada
umumnya. Suami dan keluarga pun tak henti-hentinya menberi dukungan moril
kepada ibu rara untuk mampu melewati setiap fase perkembangan anaknya.

Anda mungkin juga menyukai