Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GLAUKOMA


DI RUANG ______________________ RS ______________________________

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

OLEH :

HARDIANTI
201810300511017

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GLAUKOMA


DI RUANG ______________________ RS ______________________________

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
KELOMPOK 04

NAMA: HARDIANTI
NIM: 201810300511017
TGL PRAKTEK/MINGGU KE : 29 Maret 2021/ MINGGU 02

Malang, 29 Maret 2021


Mahasiswa, Pembimbing,

(Hardianti) (Anis ika nur rohmah, M.Kep.Sp.Kep.MB )

Page 2 of 24
LEMBAR PENILAIAN

NAMA MAHASISWA : Hardianti


NIM : 201810300511017
TGL PRAKTEK : 29 Maret 2021
MINGGU KE : 02

No Kompetensi Nilai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Malang, 29 Maret 2021


Mahasiswa, Pembimbing,

(Hardianti) (Anis ika nur rohmah, M.Kep.Sp.Kep.MB )

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................2
LEMBAR PENILAIAN........................................................................................................3
DAFTAR ISI.........................................................................................................................4
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN.................................................................................5
A. Definisi........................................................................................................................5
B. Etiologi........................................................................................................................5
C. Epidemologi................................................................................................................5
D. Tanda dan Gejala.........................................................................................................5
E. Patofisologi.................................................................................................................5

Page 3 of 24
F. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................5
G. Penatalaksanaan..........................................................................................................5
H. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS PADA KASUS)............................................5
I. Diagnosa Keperawatan (SDKI)...................................................................................5
J. Luaran Keperawatan (SLKI).......................................................................................5
K. Intervensi Keperawatan (SIKI)....................................................................................5
L. Daftar Pustaka.............................................................................................................5
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................................6
A. CASE REPORT..........................................................................................................6
B. Pengkajian (Focus Assesement)..................................................................................6
C. Analisa Data................................................................................................................6
D. Diagnosa Keperawatan (SDKI)...................................................................................6
E. Luaran Keperawatan (SLKI).......................................................................................6
F. Luaran Keperawatan (SIKI)........................................................................................6
BAB III. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING)..............7
A. Masalah Keperawatan.................................................................................................7
B. Intervesi by Evidence Based Nursing (Journal)...........................................................7
C. Daftar Pustaka (Sumber Reference)............................................................................7
BAB IV. DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL (DOPS)..............................8
1. Judul Tindakan Keperawatan......................................................................................8
2. Judul Tindakan Keperawatan......................................................................................8
3. Judul Tindakan Keperawatan......................................................................................8
4. Judul Tindakan Keperawatan......................................................................................8
5. Judul Tindakan Keperawatan......................................................................................8
BAB V. PERKULIAHAN DENGAN PRAK.....................................................................10
Daftar Pustaka....................................................................................................................11

BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan intraokuler (tekanan bola
mata)seseorang demikian tinggi atau tidak normal sehingga merusak saraf optik
dan mengakibatkan gangguan pada sebagian atau seluruh lapang pandang atau
buta. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak setelah katarak
diseluruh dunia.3 Sebanyak 4,5 juta orang atau sekitar 12 % dari total kebutaan
didunia, disebabkan oleh glaukoma (Theja, Sumual, & Tongku, 2016).

Page 4 of 24
B. Etiologi
Penyebab terjadinya glaukoma adalah karena tekanan intraokuli yang
mengalami peningkatan yang disebabkan oleh perubahan anatomi sebagai bentuk
gangguan mata dan sistemik lainnya, trauma mata, serta predisposisi faktor
genetik. Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi penyakit lain atau proses
patologik dalam sistem tubuh lainnya. Faktor lain yang dapat mempengaruhi
timbulnya glaukoma adalah riwayat keluarga dengan glaukoma, diabetes
mellitus, dan orang kulit hitam (Fitrianda, 2013).
C. Epidemologi
Menurut (Fitrianda, 2013) peningkatan tekanan intraokular dipengaruhi oleh
besarnya produksi humor aqueus oleh badan siliari yang dialirkan keluar.
Sedangkan besarnya aliram keluar humor aqueus yang melewati sudut bilik mata
depan dipengaruhi oleh kondisi kanal Schlemm dan tekanan episklera. Tekanan
intraokular normal jika <20 mmHg pada pemeriksaan tonometer Schiotz. Bila
tekanan intraokular >23 mmHg, maka dibutuhkan evaluasi lanjutan. Secara
fisiologis, peningkatan tekanan intraokuli dapat mengakibatkan terhambatnya
aliran darah yang mengarah ke serabut saraf optik dan retina. Iskemia tersebut
dapat menyebabkan kerusakan fungsi secara bertahap. Tekanan intraokular yang
mengalami peningkatan dapat menimbulkan penggaungan dan degenarasi saraf
optik yang disebabkan :
1. Degenarasi serabut saraf papil saraf optik yang diakibatkan oleh gangguan
perdarahan papil.
2. Tekanan intraokular yang mengalami peningkatan secara mekanik
menekan papil saraf optik. Bagian tersebut adalah tempat yang memiliki
daya tahan paling lemah pada bola mata. Penggaungan papil saraf optik
disebabkan karena papil saraf optik bagian tepi relatif lebih kuat daripada
bagian tengah.
3. Patofisiologi sebenarnya pada kelainan ini masih belum jelas
4. Kerusakan serabut saraf optik dapat menyebabkan kelainan lapang pandang
pada glaukoma.

D. Tanda dan Gejala


Menurut (Alwafi Ridho Subarkah, 2018), pada glaukoma sudut terbuka tidak
ada gejala klinis awal yang menjadi penanda kehilangan penglihatan. Hal ini
dikaitkan dengan peningkatan tekanan perlahan dan tanpa gejala kecuali pasien
tersadar akan adanya deficit penglihatan berat. Glaukoma sudut terbuka kronis
lebih sering terjadi pada yang berusia lebih dari 40 tahun dan mungkin terdapat
riwayat keluarga meski cara penurunannya belum jelas.
Pada glaukoma sudut tertutup biasanya mengenai orang yang berusia lebih
dari 40 tahun dan perempuan lebih sering terkena dari pada laki-laki. Gejala yang
dirasakan diantaranya :

Page 5 of 24
1. Peningkatan mendadak tekanan intra okuler.
2. Mata terasa sangat nyeri dan fotofobia.
3. Mata berair.
4. Nausea dan nyeri abdomen.
5. Penglihatan kabur dan melihat halo disekitar cahaya.
6. Kehilangan penglihatan.
Sedangkan glaukoma kongenital akan menunjukan gejala :
1. Mata berair berlebihan.
2. Peningkatan diameter kornea (bufalmos).
3. Kornea berawan karena edema epitel.
4. Terpisahnya membrane descemet.
Glaukoma sekunder memberikan gejala yang sama dengan glaukoma sudut
tertutup akut. Penyempitan lapang pandang terjadi akibat kehilangan suplai darah ke area
retina.

E. Patofisologi
Aqueus humor secara kontinue diproduksi oleh badan silier (sel epitel
prosesus ciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrien pada lensa.
Aqueua humor mengalir melalui jaring-jaring trabekuler, pupil, bilik mata depan,
trabekuler mesh work dan kanal schlem. Tekana intra okuler (TIO) dipertahankan
dalam batas 10-21 mmhg tergantung keseimbangan antara produksi dan
pegeluaran (aliran) AqH di bilik mata depan. Peningaktan TIO akan menekan
aliran darah ke syaraf optik dan retina sehingga dapat merusak serabut syaraf
optik menjadi iskemik dan mati. Selanjutnya menyebabkan kesrusakan jaringan
yang dimula dari perifir menuju ke fovea sentralis. Hal ini menyebabkan
penurunan lapang pandang yang dimulai dari derah nasal atas dan sisa terakhir
pada temporal (Utomo, 2010)
F. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan pada
pasien glaukoma menurut (Fitrianda, 2013) adalah:
1. Tonometri Schiotz
Digunakan untuk mengukur tekanan bola mata secara tidak langsung,
dengan cara melihat daya tekan alat di kornea. Perubahan pada skala Schiotz
dapat terlihat dari suatu beban yang dapat memberikan kecekungan pada
kornea. Semakin rendah tekanan bola mata maka semakin mudah bola mata
ditekan dan akan menghasilkan skala yang lebih besar. Pada saat dilakukan
pemeriksaan menggunakan alat ini pasien tidur dalam posisi horizontal dan
diberikan anestesi topikal atau pantokain 0,5%. Pemeriksaan dilakukan
secara hati-hati karena dapat menyebabkan luka pada kornea sehingga
menyebabkan kreatitis dan erosi kornea.
2. Oftalmoskopi

Page 6 of 24
Oftalmoskopi digunakan untuk memeriksa saraf optik dan diskusi
optik untukmengetahui adanya edema, kerusakan, dan kerusakan sturktural,
oftalmoskopi digunakan untuk memeriksa fundus mata khusunya keadaan
papil saraf optik yaitu menilai warna papil saraf optik dan lebarnya
eksavasasi. Pemeriksaan eksavasasi dapat digunakan untuk menilai
keberhasilan pengobatan glaukoma
3. Perimeter
Alat ini digunakan untuk memeriksa lapang pandang. Perimeter
memiliki bentuk setengah bola dengan jari-jari 30 cm. Mata penderita
diletakkan pada pusat parabola tersebut. Pemeriksaan lapang pandang
digunakan untuk menilai progresivitas penyakit
4. Gonioskopi
Alat ini digunakan untuk melihat keadaan sudut bilik mata yang dapat
menyebabkan glaukoma. Goniolens diletakkan di dataran depan kornea
setelah pasien diberikan lokal anestetikum (Ilyas dan Yulianti, 2017).
Goniskopi mengevaluasi sudut drainase untuk menentukan jenis glaukoma
sudut terbuka, menyempit, atau menutup serta untuk menyingkirkan setiap
kondisi lain yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokular.
5. Pakimeter
Alat ini digunakan untuk mengukur ketebalan kornea. Jika kornea
tipis maka tekanan bola mata rendah sebaliknya jika kornea tebal maka
tekanan bola mata tinggi
G. Penatalaksanaan
Menurut (Alwafi Ridho Subarkah, 2018), tujuan penatalaksanaan adalah
untuk memfasilitasi aliran akuos humor melalui saluran yang ada dan
mempertahankan tekanan intra okuler pada tingkat aman untuk mencegah
kerusakan lanjut saraf optic Jika tekanan tinggi maka harus segera diturunkan
untuk mempertahankan penglihatan. Jika penglihatan menghilang maka tujuan
penatalaksanaan adalah untuk memperbaiki kemandirian klien. Hal ini
membutuhkan pengawasan teliti di klinik rawat jalan.
Terdapat 3 metoda terapi :
1. Terapi medis
Obat-obatan topikal yang sering digunakan dalam terapi glaukoma
diantaranya :
a) Penyekat (bloker) beta adrenergic topikal yang bekerja untuk
mengurangi produksi akuos humor (misalnya timolol, katelol,
levobunolol ).
b) Parasimpatomimetik untuk meningkatkan aliran keluar.
c) Simpatomimetik untuk meningkatkan aliran keluar menurunkan
sekresi.
d) Algonis alfa 2 untuk meningkatkan aliran keluar melalui jalur
uveosklera dan menurunkan sekresi.
e) Penghambat anhidrase karbonat untuk menurunkan sekresi.

Page 7 of 24
f) Analog prostaglandin untuk meningkatkan aliran keluar melalui
jalur uveosklera.
g) Obat sistemik untuk menurunkan sekresi.
H. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS PADA KASUS)
1. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko :
a) Riwayat keluarga positif ( diyakini berhubungan dengan glaucoma
sudut terbuka primer )
b) Tumor mata
c) Hemoragi intraokuler
d) Inflamasi intraokuler uveiti
e) Kontusio mata dari trauma.
2. Pemeriksanan fisik berdasrkan pengkajian umum pada mata dapat
menunjukan :
a) Untuk sudut terbuka primer Melaporkan kehilangan penglihatan p
erifer lambat ( melihat terowongan )
b) Untuk sudut tertutup primer :
1. Kejadian tiba-tiba dari nyeri berat pada mata sering disertai
dengan sakit kepala , mual dan muntah.
2. Keluhan -keluhan sinar halo, penglihatan kabur, dan
enurunan persepsi sinar.
3. Pupil terfiksasi secara sedang dengan sclera kemerahan
karena radang dan kornea tampak berawan.
3. Kaji pemahaman klien tentang kondisi dan respons emosional terhadap
kondisi dan rencana tindakan. (Utomo, 2010).

I. Diagnosa Keperawatan (SDKI)


1. Nyeri akut
2. Defisit nutrisi
3. Ansietas
4. Gangguan cintra tubuh
J. Luaran Keperawatan (SLKI)
1. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka diharapkan
tingkat nyeri menurun, dengan kriteria hasil :
 Keluhan nyeri menurun
 Meringis menurun
 Sikap protektif menurun
 Gelisah menurun
 Kesulitan tidur menurun
 Menarik diri menurun
 Berfokus pada diri sendiri menurun

Page 8 of 24
 Diaforesis menurun
 Perasaan depresi (tertekan) menurun
 Perasaan takut mengalami cidera berulang menurun
 Anoreksia menurun
 Frekuensi nadi membaik
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan status
nutrisi membaik dengan kriteria hasil :
 Porsi makan yang dihabiskan meningkat
 Nyeri abdomen menurun
 Frekuensi makan membaik
 Nafsu makan membaik
3. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka tingkat
ansietas menurun, dengan kriteria hasil :
 verbalisasi kebingungan menurun
 verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
 perilaku gelisah menurun
 perilaku tegang menurun
4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan citra
tubuh meningkatdengan kriteria hasil :
 Melihat bagian tubuh membaik
 Verbalisasi kecacatan bagian tubuh membaik
 Verbalisasi tentang perasaan negatif tentang perubahan tubuh
menurun
 Verbalisasi kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain menurun
 Fokus pada bagian tubuh menurun
K. Intervensi Keperawatan (SIKI)
1. Manajemen Nyeri
Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap repson nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik

Page 9 of 24
Terapeutik
 Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis :
TENS, hypnosis, akupresure, terapi music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat atau dingin,
terapi bermain)
 Kontrol lingkungn yang memperberat rasa nyeri (mis :suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemeliharaan
strategimeredakan nyeriEdukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetiksecara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakaologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Memberikan analgetik, jika perlu
2. Manajemen nutrisi
Observasi:

 Identifikasi status nutrisi


 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan disukai
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
Terapeutik:

 Lakukan oral hygiene sebelum makan, Jika perlu


 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Edukasi :

 Anjurkan posisi duduk, jika mampu


Kolaborasi :

 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu
3. Terapi relaksasi
Observasi

 identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi,


atau gejala lain yang mengganggu kemampuan kognitif

Page 10 of 24
 identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
 periksa ketegangan otot, frekuansi nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah Latihan
 monitor respon terhadap terapi relaksasi

Terapeutik

 Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan


dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
 Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
 Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama

Edukasi

 Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis, relaksasi yang tersedia (mis.
music, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
 Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
 Anjurkan mengambil posisi nyaman
 Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
 Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih
 Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas dalam,
pereganganm atau imajinasi terbimbing )
4. Promosi citra tubuh
Observasi
 Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
 Identifikasi budaya, agama, jenis kelami, dan umur terkait citra tubuh
 Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
 Monitor frekuensi pernyataan kritik tehadap diri sendiri
 Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
Terapiutik

 Diskusikan perubahn tubuh dan fungsinya


 Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
 Diskusikan akibat perubahan pubertas, kehamilan dan penuwaan
 Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra tubuh (mis.luka, penyakit,
pembedahan)
 Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis
 Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh
Edukasi

 Jelaskan kepad keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh


 Anjurka mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
 Anjurkan menggunakan alat bantu( mis. Pakaian , wig, kosmetik)
 Anjurkan mengikuti kelompok pendukung( mis. Kelompok sebaya).
 Latih fungsi tubuh yang dimiliki

Page 11 of 24
 Latih peningkatan penampilan diri (mis. berdandan)
 Latih pengungkapan kemampuan diri kepad orang lain maupun kelompok

L. Daftar Pustaka
Alwafi Ridho Subarkah. (2018). HUBUNGAN TAJAM PENGLIHATAN DENGAN
KUALITAS HIDUP KLIEN GLAUKOMA DI POLI GLAUKOMA DI PUSAT
MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG, 151(2),
10–17.
Andriyanto, A., Rekawati, E., & Rahmadiyah, D. C. (2020). Pemberdayaan pada
Penderita Diabetes Tipe 2 dan Kader Kesehatan dalam Pelaksanaan Program
Pos Binaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM). Engagement:
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(1), 201–211.
https://doi.org/10.29062/engagement.v4i1.81
Fitrianda, M. I. (2013). Digital Digital Repository Repository Universitas Universitas
Jember Jember Digital Digital Repository Repository Universitas Universitas
Jember.
Queen Anisak Ulfatonah, T. S. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN LIMFOMA NON-HODGKIN DALAM PEMENUHAN NURSING
CARE ON NON-HODGKIN LYMPHOMAS PATIENTS IN FULFILLMENT
OF NUTRITIONAL NEEDS.
Sari, E., & Aditya, M. (2016). Glaukoma akut dengan katarak imatur okuli dekstra et
sinistra. J Medula Unila, 4(3), 46–50. Retrieved from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/1585/pdf
Theja, A., Sumual, V., & Tongku, Y. (2016). Gambaran Pengetahuan Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Tentang Glaukoma. E-CliniC,
4(1). https://doi.org/10.35790/ecl.4.1.2016.10970
Utomo, W. J. B. (2010). Asuhan keperawatan glaukoma.

Page 12 of 24
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN

A. CASE REPORT
Glaukoma Akut dengan Katarak Imatur Okuli Dekstra et Sinistra
Pasien laki-laki, usia 54 tahun, datang ke Rumah Sakit Abdul Moeloek
(RSAM) pada tanggal 29 Maret 2015 dengan keluhan mata kanan dan kiri tiba-
tiba tidak bisa melihat sejak 4 hari yang lalu disertai mata merah. Sejak satu
minggu sebelumnya pasien mengeluh sakit kepala yang tidak sembuh dengan
obat lalu pasien dibawa ke rumah sakit. Keluhan sakit kepala dirasakan di daerah
dahi terutama di daerah mata. Keluhan tersebut disertai silau jika melihat cahaya,
dan mata pasien mulai merah. Empat hari sebelum ke rumah sakit pasien
merasakan nyeri di kedua mata yang terus menerus, terutama mata kanan, dan
penglihatan kedua mata tiba-tiba kabur secara mendadak. Pasien juga merasa
sangat silau dan sakit bila melihat cahaya. Selain itu, pasien juga mengeluh mual
muntah.
Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan penurunan penglihatan.
Riwayat trauma dan penggunaan obat-obatan tetes mata yang lama sebelumnya
disangkal. Pasien juga mengatakan tidak pernah meggunakan kaca mata
sebelumnya dan tidak pernah operasi mata. Pasien tidak pernah mengkonsumsi
obat-obatan steroid sebelumnya, operasi mata, maupun keluhan serupa
sebelumnya. Pasien juga tidak memiliki penyakit hipertensi maupun diabetes
melitus (DM). Keluarga pasien juga tidak ada yang memiliki penyakit glaukoma
atau mengalami keluhan yang sama.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat, kesadaran
composmentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 67x/menit, pernapasan 20
x/menit, suhu 36,7 o C. Status generalis pasien dalam batas normal.
Status oftalmologis pasien okuli dekstra dan sinistra didapatkan visus 1/300,
terdapat injeksi konjungtiva bulbi, hiperemi pada konjungtiva forniks dan
konjungtiva palpebra, terdapat injeksi episklera, edema kornea, camera oculi
anterior (COA) dangkal, pupil bulat ireguler letak sentral dan dilatasi serta tidak
terdapat refleks cahaya, lensa keabuabuan. Shadow test positif, TIO N+3. Pada
pemeriksaan penyinaran senter secara oblik didapatkan kedua sudut mata
dangkal.
Pasien diberikan terapi obat topikal tetes mata timolol 0,5% 2x1 tetes oculi
dextra et sinistra (ODS), carpin 2% 6x1 tetes ODS, Inmatrol 6x1 tetes ODS,
sedangkan untuk pengobatan sistemik diberikan glaucon (asetazolamid) tablet
2x1 mg, KSR tablet 1x1, Asam mefenamat 3x1 tab, dan antasida 3x1 tab. (Sari &
Aditya, 2016)

Page 13 of 24
Daftar Pustaka (Sumber Reference)
Sari, E., & Aditya, M. (2016). Glaukoma akut dengan katarak imatur okuli dekstra et
sinistra. J Medula Unila, 4(3), 46–50. Retrieved from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/1585/pdf

B. Pengkajian (Focus Assesement)


I. Identitas Pasien
Nama : Tn.X
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat :-
Gol.Darah :-
II. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh mata kanan dan kiri tiba-tiba tidak bisa melihat sejak
4 hari yang lalu disertai mata merah. Sejak satu minggu sebelumnya pasien
mengeluh sakit kepala yang tidak sembuh dengan obat lalu pasien dibawa
ke rumah sakit. Keluhan sakit kepala dirasakan di daerah dahi terutama di
daerah mata. Keluhan tersebut disertai silau jika melihat cahaya, dan mata
pasien mulai merah. Empat hari sebelum ke rumah sakit pasien merasakan
nyeri di kedua mata yang terus menerus, terutama mata kanan, dan
penglihatan kedua mata tiba-tiba kabur secara mendadak. Pasien juga
merasa sangat silau dan sakit bila melihat cahaya. Selain itu, pasien juga
mengeluh mual muntah.
III. Diagnosa Medis :
Glaukoma Akut dengan Katarak Imatur Okuli Dekstra et Sinistra
IV. Riwayat Kesehatan :
1. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien dibawa ke rumah sakit. Keluhan sakit kepala dirasakan di


daerah dahi terutama di daerah mata. Keluhan tersebut disertai silau jika
melihat cahaya, dan mata pasien mulai merah. Empat hari sebelum ke

Page 14 of 24
rumah sakit pasien merasakan nyeri di kedua mata yang terus menerus,
terutama mata kanan, dan penglihatan kedua mata tiba-tiba kabur secara
mendadak. Pasien juga merasa sangat silau dan sakit bila melihat cahaya.
Selain itu, pasien juga mengeluh mual muntah.

2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu : -


3. Riwayat Kesehatan Keluarga : -
V. Pemeriksaan Fisik :
1. Keadaan umum:
Keadaan umum tampak sakit berat, kesadaran composmentis
2. Pemeriksaan TTV:
Tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 67x/menit, Pernapasan 20 x/menit,
Suhu 36,7 C.
3. Pemeriksaan Wajah dan Mata:
Status oftalmologis pasien okuli dekstra dan sinistra didapatkan visus
1/300, terdapat injeksi konjungtiva bulbi, hiperemi pada konjungtiva
forniks dan konjungtiva palpebra, terdapat injeksi episklera, edema
kornea, camera oculi anterior (COA) dangkal, pupil bulat ireguler letak
sentral dan dilatasi serta tidak terdapat refleks cahaya, lensa keabuabuan.
Shadow test positif, TIO N+3. Pada pemeriksaan penyinaran senter
secara oblik didapatkan kedua sudut mata dangkal.
4. Pemeriksaan Kepala, Dan Leher Kepala : tidak terkaji
5. Pemeriksaan Thoraks/dada PEMERIKSAAN PARU: tidak terkaji
6. Pemeriksaan jantung : tidak terkaji
7. Pemeriksaan Abdomen : tidak terkaji
8. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal a. Genetalia : Tidak terkaji
9. Pemeriksaan Punggung Dan Tulang Belakang : Tidak terkaji
10. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal a.Inspeksi : Tidak terkaji
11. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran/Penghidu/tengorokan : Tidak terkaji
12. Pemeriksaan Fungsi Penglihatan : Tidak Terkaji
13. Pemeriksaan Fungsi Neurologis : Tingkat Kesadaran Compos Mentis
14. Pemeriksaan Kulit/Integument : tidak terkaji

VI. Terapi

Page 15 of 24
 Obat topikal tetes mata timolol 0,5% 2x1
 Tetes oculi dextra et sinistra (ODS)
 Carpin 2% 6x1 tetes ODS
 Inmatrol 6x1 tetes ODS, sedangkan untuk pengobatan sistemik
diberikan
 Glaucon (asetazolamid) tablet 2x1 mg
 KSR tablet 1x1
 Asam mefenamat 3x1 tab, dan
 Antasida 3x1 tab.
C. Analisa Data
Data fokus Etiologi Masalah
DS : Agen pencendera Nyeri akut (D.0077)
Pasien mengeluh sakit fisiologis
kepala dan nyeri
dikedua mata terus
menerus

DO : -

DS : Ketidakmampuan Defisit nutrisi (D.0019)


Pasien mengeluh mual menelan makanan
muntah

DO : -

D. Diagnosa Keperawatan (SDKI)

E. Luaran Keperawatan (SLKI)

F. Luaran Keperawatan (SIKI)


SDKI SLKI SIKI
Nyeri akut d.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Pasien mengeluh intervensi keperawatan Observasi
sakit kepala dan selama 3x24 jam maka  Identifikasi lokasi,
nyeri dikedua
diharapkan tingkat karakteristik, durasi,
mata terus
menerus nyeri menurun, dengan frekuensi, kualitas, intensitas
kriteria hasil : nyeri
 Keluhan  Identifikasi skala nyeri
nyeri  Identifikasi respon nyeri non
menurun verbal
 Meringis  Identifikasi faktor yang

Page 16 of 24
menurun memperberat dan
 Sikap memperingan nyeri
protektif  Identifikasi pengetahuan dan
menurun keyakinan tentang nyeri
 Gelisah  Identifikasi pengaruh
menurun budaya terhadap repson
 Kesulitan nyeri
tidur  Identifikasi pengaruh nyeri
menurun terhadap kualitas hidup
 Menarik  Monitor keberhasilan terapi
diri komplementer yang sudah
menurun diberikan
 Berfokus  Monitor efek samping
pada diri penggunaan analgetik
sendiri
menurun Terapeutik
 Diaforesis  Berikan teknik non
menurun farmakologis untuk
 Perasaan mengurangi rasa nyeri (mis :
depresi TENS, hypnosis,
(tertekan) akupresure, terapi music,
menurun biofeedback, terapi pijat,
 Perasaan aromaterapi, teknik
takut imajinasi terbimbing,
mengalami kompres hangat atau dingin,
cidera terapi bermain)
berulang  Kontrol lingkungn yang
menurun memperberat rasa nyeri (mis
 Anoreksia :suhu ruangan, pencahayaan,
menurun kebisingan)
 Frekuensi  Fasilitasi istirahat dan tidur
nadi  Pertimbangkan jenis dan
membaik sumber nyeri dalam
pemeliharaan
strategimeredakan
nyeriEdukasi
 Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri

Page 17 of 24
secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetiksecara tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakaologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
 Memberikan analgetik, jika
perlu

Defisit nutrisi d.d Setelah dilakukan Manajemen nutrisi


pasien mengeluh intervensi keperawatan Observasi
mual,muntah selama 3x24 jam maka  Identifikasi status nutrisi
diharapkan status  Identifikasi alergi dan
nutrisi membaik, intoleransi makanan
dengan kriteria hasil :  Identifikasi makanan yang
 disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori
dan jenis nutrient
 Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastrik
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Teraupetik
 Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
 Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
 Berikan makan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi

Page 18 of 24
kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan,
jika perlu
 Hentikan pemberian makan
melalui selang nasigastrik
jika asupan oral dapat
ditoleransi

Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
 Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu

Page 19 of 24
BAB III. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING)

Intervensi dalam askep yg disusun wajib menyertakan EBN nya (minimal


menyertakan 5 jurnal).
A. Masalah Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Defisit nutrisi
B. Intervesi by Evidence Based Nursing (Journal)
1. Manajemen nutrisi: (1) makanan sehat dan tidak sehat pasien DM dengan
metode permainan kuis siapa berani dan evaluasi buku kerja yang
dilaksanakan 2 kali pertemuan pada bulan November minggu ketiga dan
keempat (media intervensi: power point, gambar contoh makanan, sterofoam,
panduan permainan, print out ppt, bulpoint dan push pin); (2) menghitung
kebutuhan kalori tubuh dilakukan dengan tutorial yang dilaksanakan 1 kali
pertemuan pada bulan Desember minggu pertama (media intervensi: buku
kerja); (3) menyusun menu makan sehari dengan metode demonstrasi dan re-
demonstrasi, sertaevaluasi buku kerja yang dilaksanakan 1 kali pertemuan
pada bulan Desember minggu kedua dan evaluasi buku kerja Januari minggu
ketiga (media intervensi: buku kerja, food model, piring makananku)
(Andriyanto, Rekawati, & Rahmadiyah, 2020).
2. Intervensi yang dibuat berdasarkan diagnosis keperawatan tersebut adalah
melakukan identifikasi status nutrisi, makanan yang disukai, monitor asupan
makanan, berat badan, memberikan permen karet xylitol untuk mencegah dan
menurunkan derajat mukositis oral, berikan makanan tinggi serat, tinggi
kalori, dan tinggi protein, anjurkan diet yang diprogramkan, dan kolaborasi
dengan ahli gizi untuk mementukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan (Queen Anisak Ulfatonah, 2020)

C. Daftar Pustaka (Sumber Reference)


(Menggunakan Reference Manager Mendeley dan Sumber Reference 10 Tahun Terakhir)

Page 20 of 24
BAB IV. DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL (DOPS)

Menganalisa 5 tindakan via Youtube yang sesuai dengan intervensi yang disusun
dalam askep sebagai pemantapan DOPS
1. Judul Tindakan Keperawatan
a) Definisi
Manajemen nyeri dilakukan untuk memastikan pasien terhindar dari rasa
sakit yang tak dapat ditoleransi akibat penyakit tertentu. Dengan manajemen
nyeri yang tepat, proses penyembuhan akan jadi lebih cepat dan pasien pun
bisa kembali menjalankan aktivitasnya.
b) Tujuan Tindakan
Manajemen nyeri akan diberikan ketika seorang pasien merasakan sakit yang
signifikan atau berkepanjangan. Tim medis akan melakukan evaluasi,
rehabilitasi, dan menolong pasien yang merasakan nyeri.
Idealnya, manajemen nyeri dilakukan menyesuaikan dengan kondisi pasien.
Namun terkadang, pengaplikasiannya terhambat sumber daya yang dimiliki
rumah sakit.
Tujuan adanya manajemen nyeri adalah:
a) Mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien
b) Meningkatkan fungsi bagian tubuh yang sakit
c) Meningkatkan kualitas hidup
c) Prosedur Tindakan
a) Evaluasi
b) Tes diagnostik untuk menentukan penyebab utama nyeri
c) Rujukan untuk operasi (bergantung pada hasil tes dan evaluasi)
d) Intervensi seperti pemberian suntik atau stimulasi saraf tulang
belakang
e) Terapi fisik untuk meningkatkan kekuatan tubuh
f) Jika diperlukan, ada psikiater untuk mengatasi masalah kecemasan,
depresi, atau keluhan mental lain yang dialami saat menderita nyeri
kronis
g) Pengobatan komplementer
d) Sumber Reference: https://youtu.be/rXvkLvFMPgw
2. Judul Tindakan Keperawatan
a) Definisi
Nutrisi merupakan komponen pembagi dalam tubuh manusia agar dapat
mempertahankan dan memperbaiki jaringan – jaringan fungsi tubuh
manusia agar berjalan sebagaimana fungsinya.
b) Tujuan Tindakan
Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan dengan masalah
pemenuhan nutrisi.
c) Prosedur Tindakan
1. Lakukan pengkajian pada pasien

Page 21 of 24
2. Anjurkan pasien membiasakan sarapan
3. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang sehat
4. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan dalam porsi sedang
d) Sumber Reference: https://youtu.be/jfZ0QVbwfXQ

Page 22 of 24
BAB V. PERKULIAHAN DENGAN PRAKTISI DARI RUMAH SAKIT

Tuliskan Resume/Rangkuman Materi


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------

Page 23 of 24
Daftar Pustaka

Alwafi Ridho Subarkah. (2018). HUBUNGAN TAJAM PENGLIHATAN DENGAN


KUALITAS HIDUP KLIEN GLAUKOMA DI POLI GLAUKOMA DI PUSAT
MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG, 151(2),
10–17.
Andriyanto, A., Rekawati, E., & Rahmadiyah, D. C. (2020). Pemberdayaan pada
Penderita Diabetes Tipe 2 dan Kader Kesehatan dalam Pelaksanaan Program
Pos Binaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM). Engagement:
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(1), 201–211.
https://doi.org/10.29062/engagement.v4i1.81
Fitrianda, M. I. (2013). Digital Digital Repository Repository Universitas Universitas
Jember Jember Digital Digital Repository Repository Universitas Universitas
Jember.
Queen Anisak Ulfatonah, T. S. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN LIMFOMA NON-HODGKIN DALAM PEMENUHAN NURSING
CARE ON NON-HODGKIN LYMPHOMAS PATIENTS IN FULFILLMENT
OF NUTRITIONAL NEEDS.
Sari, E., & Aditya, M. (2016). Glaukoma akut dengan katarak imatur okuli dekstra et
sinistra. J Medula Unila, 4(3), 46–50. Retrieved from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/1585/pdf
Theja, A., Sumual, V., & Tongku, Y. (2016). Gambaran Pengetahuan Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Tentang Glaukoma. E-CliniC,
4(1). https://doi.org/10.35790/ecl.4.1.2016.10970
Utomo, W. J. B. (2010). Asuhan keperawatan glaukoma.

Page 24 of 24

Anda mungkin juga menyukai