Anda di halaman 1dari 20

SATUAN ACARA BERMAIN (SAB) ANAK

TERAPI BERMAIN MENCEGAH DEHIDRASI MELALUI


PERMAINAN PESTA JUS BUAH WARNA WARNI PADA ANAK USIA
TODDLER DENGAN PENYAKIT DIARE

DOSEN PEMBIMBING:
Nurul Aini, S.Kep, Ns. M.Kep.

OLEH:
KELOMPOK 4
Via Asna Habibah (NIM. 201810300511013)
Hardianti (NIM. 201810300511017)
Fizri Dwi Noviani (NIM. 201810300511022)
Elvira Putri Salsabela (NIM. 201810300511045)
Bangkit Youga Pratama (NIM. 201810300511059)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021

1|Page
PROPOSAL SATUAN ACARA BERMAIN ANAK
 
Pokok Bahasan : Terapi bermain pada anak 
Sub Pokok Bahasan : Terapi bermain pada anak dengan diare
Tempat : Ruang rawat anak
Hari/tanggal : Sabtu, 20 Februari 2021
Waktu : 08.00 - 08.50 WIB
Sasaran : Anak usia 25 Bulan (2 tahun 30 hari) 
Jenis permainan : Permainan Pesta Jus Buah Warna Warni

A. LATAR BELAKANG
Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah
geografis di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) Tahun 2013, setiap
tahun sekitar 1,7 miliar kasus diare dengan angka kematian 760.000 anak usia di bawah lima
tahun (balita). Di negara berkembang, anak-anak usia di bawah tiga tahun (batita) rata-rata
mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episode, diare menyebabkan kehilangan nutrisi
yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi
pada anak dan menjadi penyebab kematian kedua pada anak berusia balita (Utami &
Luthfiana, 2016).
Berdasarkan data United Nation Children’s Fund (UNICEF) dan (WHO) Tahun 2013,
secara global terdapat dua juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare. Penyakit
diare masih merupakan masalah kesehatan di dunia termasuk di negara berkembang seperti di
Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Diare menyebabkan
kematian pada bayi (31,4%) dan anak balita (25,2%). Sekitar 162.000 balita meninggal akibat
diare setiap tahun atau sekitar 460 balita perhari. Sedangkan dari hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia dalam Depkes RI diare merupakan penyebab kematian
nomor dua pada balita, nomor tiga bagi bayi, dan nomor lima bagi semua umur. Setiap anak
di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6-2 kali pertahun (Utami & Luthfiana,
2016).
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara
optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap
dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah
sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti
marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi

2|Page
yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit.
Untuk itu,dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karenadengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya
pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan
(Rohmah, 2016).
Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapatmelanjutkan fase
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkankreatifitas anak, dan dapat
beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga
terhenti pada saat anak sakit atauanak di rumah sakit (Pratiwi, 2017).
Berdasarkan uraian diatas, kami ingin melakukan permainan bersama anak untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairannya serta memberikan pengetahuan kepada anak
mengenai kebersihan diri yaitu mencuci tangan untuk mencegah terjadinya diare di masa
mendatang (Khadiah & Armanila, 2017).
B. TUJUAN KEGIATAN
a. Tujuan Instruksional umum
Setelah dilakukan terapi bermain pada anak 25 bulan (2 tahun 30 hari) selama 50
menit dharapkan kebutuhan nutrisi dan cairan anak dapat terpenuhi serta anak
mengerti cara mencegah diare
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak :
1) Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
2) Meningkatkan nafsu makanan anak
3) Meningkatkan intake cairan anak
4) Mengenal beberapa jus buah
5) Merasa senang sehingga mempercepat kesembuhan sakit anak
6) Dapat mempraktekkan cara mencuci tangan sebelum makan serta sebelum dan
setelah buang air kecil dan air besar
7) Stimulasi perlu diberikan kepada anak agar melatih gerakan halus supaya kelak
anak terampil menggunakan jari-jemari dalam kehidupan sehari-harinya,
khususnya dalam kegiatan sekolah nanti serta melatih panca indra.
C. SASARAN KEGIATAN
a. Anak usia 25 bulan (2 tahun 30 hari)
b. Jumlah peserta 1 anak dan didampingi oleh orang tua
3|Page
c. Keadaan umum mulai membaik
d. Dapat melakukan aktivitas bermain
e. Peserta kooperatif
D. RENCANA KEGIATAN
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Sabtu, 20 Februari 2021
Waktu : 08.00 - 08.50 WIB
Tempat : Ruang rawat anak
2. Sarana dan Media
f. Sarana
1) Ruangan tempat bermain dengan luas 10 x 8 meter persegi
2) Kursi untuk orang tua
g. Media
1) Kotak yang tak terlihat
2) Jenis-jenis sayur (wortel, bayam, jamur, kangkung, buncis)
3) Jenis-jenis buah (
4) Pensil dan penggaris
5) Permen
6) Bola
7) Handsanitizer
8) Makanan dan minuman
9) Cookies dan susu
3. Pengorganisasian
a. Leader : Via Asna Habibah
Tugas :
1) Membuka acara permaian
2) Mengatur jalannya permainan mulai dari pembukaan sampai selesai
3) Mengarahkan permaian
4) Memandu proses permainan
b. Co Leader : Hardianti
Tugas :
1) Membantu leader mengatur jalannya permaian
2) Membantu memberi motivasi pada peserta bersama dengan leader
3) Bersama dengan leader memandu dan mengarahkan proses bermain
4|Page
c. Fasilitator : Fizri Dwi Noviani (Fasil 1) dan Elvira Putri Salsabela (Fasil 2)
Tugas :
1) Membimbing anak bermain
2) Memberi motivasi dan semangat kepada anak dalam bermain tebak benda
dalam kotak
3) Memperhatikan respon anak saat bermain
4) Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan perawat dan keluarganya

b. Observer : Bangkit Youga Pratama


c. Tugas :
1) Mengawasi jalannya permainan
2) Mencatat proses kegiatan dari awal hingga akhir permainan
3) Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain
4) Menyusun laporan dan menilai hasil permainan

E. DENAH PERMAINAN

Ruang 10 x 8 meter
Keterangan :

= Anak

= Orang Tua

= Fasilitator

= Co Leader dan Leader

= Observer

5|Page
= bidang bermain

F. RANCANGAN KEGIATAN
No Waktu Kegiatan Bermain Kegiatan Anak
.
1. 5 menit Pembukaan :
1. Co Leader dan leader 1. Menjawab salam
membuka kegiatan
dengan mengucapkan
salam.
2. Co Leader dan Leader
2. Mendengarkan
memperkenalkan
nama terapis yang
lain.
3. Co Leader dan Leader
3. Memperhatikan
menjelaskan tujuan
dari permainan
4. Kontrak waktu 4. Memperhatikan

2. 30 menit Pelaksanaan :
1. Leader dibantu oleh 1. Melakukan cuci tangan
Co leader dan
fasilitator untuk
membantu anak cuci
tangan terlebih dahulu
sebelum permainan
2. Leader dibantu oleh 2. Berpindah posisi
Co leader dan
fasilitator untuk
mengatur posisi anak
3. Siapkan ruangan
menyerupai tempat
pesta anak 2. Tata 3. Menerima
meja dan kursi 3.

6|Page
Buatlah jus buah apel,
pepaya, wortel, pisang
dan tomat
menggunakan blender
4. Siapkan beberapa 4. Melakukan permainan
gelas kecil untuk anak
5. Letakkan jus buah
pada beberapa gelas
6. Kumpulkan pasien
anak-anak pada 5. Anak bertambah semangat
ruangan tersebut
(libatkan orang tua)
7. Mulailah pesta dengan
menyilahkan anak-
anak memilih jus
sesuai kesukaan
mereka
8. Perhatikan ekspresi
anak-anak , apa
mereka merasa senang
atau tidak dengan
pesta jus buah ini.
9. Leader dibantu oleh
Co leader dan
fasilitator
Menjelaskan cara
bermain, setelah
menjelaskan cara
bermain kepada anak
10. Fasilitator
memberikan kotak
yang sudah berisikan
macam-macam benda
didalamnya kepada
7|Page
anak
11. Leader dan co leader
memberi semangat
pada anak selama
proses permainan
12. Fasilitator memotivasi
anak untuk selalu
mencuci tangan
sebelum maupun
sesudah melakukan
kegiatan
13. Apabila anak tidak
mau aktif, libatkan
orang tua atau
pendamping anak
untuk membantu anak
melakukan permainan

3. 10 menit Evaluasi :
1. Menanyakan kepada 1. Menjawab pertanyaan
anak tentang
permainan yang telah
dilakukan
2. Menanyakan tentang 2. Mendeskripsikan perasaan
perasaan anak setelah
bermain

4. 5 menit Terminasi
1. Leader menutup acara 1. Memperhatikan
permainan dengan
memberikan reward
kepada seluruh peserta
2. Salam penutup 2. Menjawab salam

8|Page
G. EVALUASI KEGIATAN
1. Evaluasi Struktur
h. Sarana disiapkan pagi hari sebelum acara dimulai
i. Media dipersiapkan 1 hari sebelum pelaksanaan kegiatan
j. Struktur peran telah ditentukan 1 hari sebelum pelaksanaan
k. Kontak dengan keluarga pasien/anak yang akan diberi terapi bermain dilakukan 1
hari sebelum kegiatan dilaksanakan
2. Evaluasi Proses
a. Leader dibantu co leader memandu terapi bermain dari awal hingga akhir kegiatan
b. Respon anak baik selama proses bermain berlangsung
c. Anak tampak aktif selama proses bermain berlangsung
d. Anak mau dan dapat bermain dengan baik didampingi fasilitator
e. Keluarga ikut membantu anak selama pelaksaanan proses bermain
f. Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai dengan baik
g. Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing
3. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan bermain dimulai tepat pada waktu yang telah ditentukan
b. Anak merasa senang dengan permainan yang dilakukan
c. Anak mengikuti proses bermain dari awal hingga akhir

9|Page
Lampiran 1:

10 | P a g e
Lampiran 2: Materi Satuan Acara Bermain Anak

TERAPI BERMAIN TEBAK BENDA DALAM KOTAK

1. Konsep Diare
Penyakit gastroenteritis atau yang biasa di kenal diare merupakan penyakit endemis di
Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering
disertai dengan kematian (Sodikin, 2011).
Gastroenteritis merupakan inflamasi pada lambung dan usus karena adanya infeksi yang
disebabkan oleh mikroorganisme: virus, bakteri, atau parasit yang ditandai dengan muntah
dan diare lebih dari 3 kali dengan konsisten encer, berwarna kehijauan yang mungkin disertai
dengan lendir atau darah (Axton, 2013).
2. Etiologi
Etiologi Menurut Suriadi dan Yuliani (2010), penyebab gastroenteritis dibagi menjadi
beberapa faktor :
a. Faktor infeksi : bakteri, virus, jamur, parasit, protozoa, penyakit infeksi
b. Factor malabsorbsi : Malabsorbsi karbohidrat, Malabsorbsi lemak, Malabsorbsi
protein
c. Faktor makanan Alergi makanan : susu, protein, makanan basi atau beracun
d. Faktor psikologis : Rasa takut dan cemas, walaupun jarang terjadi tetapi dapat
menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
3. Klasifikasi
Klasifikasi Diare menurut Susilaningrum dkk (2013) mengatakan bahwa:

a. Diare akut
Diare yang mendadak dan berlangsung paling lama 3-5 hari atau kurang dari 14 hari.
Diare akut terdiri dari :
1) Diare dehidrasi berat
Terdapat dua atau lebih tanda:
a) latargis/tidak sadar
b) Mata cekung
c) Tidak bisa minum atau malas minum
d) Cubitan kulit perut kembali sangat lambat (≥ 2 detik)

11 | P a g e
2) Diare dehidrasi ringan atau sedang
Terdapat dua atau lebih tanda:
a) rewel, gelisah
b) Mata cekung
c) Haus, minum dengan lahap
d) Cubitan kulit kembali dengan lambat
3) Diare tanpa dehidrasi
Tidak terdapat tanda-tanda seperti deidrasi berat, ringan/sedang. Anak yang
mengalami kondisi ini masih lincah dan minum seperti biasa.
a. Diare kronik
Bila diare berlangsung lebih dari 14 hari
Jika diare 14 hari atau lebih, di klasifiksikan sebagai berikut:
1) Diare persisten berat (ada dehidrasi)
2) Diare persisten (tanpa dehidrasi)
3) Disentri (terdapat darah dalam tinja)
4. Konsep Bermain
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir ada orangtua yang berpendapat bahwa
anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh
anggapan ini kurang bijaksana karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa
permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak (Kholilah &
Solichatun, 2018).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan atau kepuasan tanpa mempertimbangkan hasil akhir bermain
merupakan suatu aktivitas di mana anak dapat melakukan atau mempraktikkan
keterampilan memberikan ekspresi terhadap pemikiran menjadi kreatif mempersiapkan
diri untuk berperan dan berperilaku dewasa kesimpulannya bermain adalah cara untuk
memperoleh kesenangan agar anak dapat kreatif dan mengekspresikan pikiran tanpa
mempertimbangkan hasil akhir (Saputro & Fazrin, 2017).
5. Kategori bermain
Menurut (Hartini & Winarsih, 2019) kategori bermain sebagai berikut :
a. bermain aktif anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri Contoh
bermain sepak bola
12 | P a g e
b. bermain pasif energi yang dikeluarkan sedikit anak tidak perlu melakukan aktivitas
hanya melihat contoh memberikan support.
6. ciri-ciri bermain
Menurut (Saputro, Fazrin, Surya, & Husada, 2017) ciri-ciri bermain sebagai berikut:
a. selalu bermain dengan sesuatu atau benda
b. selalu ada timbal balik interaksi
c. selalu dinamis
d. ada aturan tertentu
e.  menuntut ruangan tertentu
7. Klasifikasi bermain menurut isi
Menurut (Hartini, Winarsih, & Sulistyawati, 2018) klasifikasi bermain menurut isi
sebagai berikut :
a. sense of pleasure Play
Anak memperoleh kesenangan dari satu objek yang ada di sekitarnya dengan
bermain anak dapat merangsang perabaan alat misalnya bermain air atau pasir
b. Skill  Play
memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh keterampilan tertentu dan
anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda
c. Dramatika play Role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi Ayah atau Ibu.
8. Klasifikasi Bermain Menurut karakteristik social
Menurut (Hartini et al., 2018) klasifikasi bermain menurut karajterisitik sosial sebagai
berikut :
a. solitary Play
jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang
bermain disekitarnya biasa dilakukan oleh anak balita toddler
b. paralel Play
permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai
mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak
saling tergantung biasanya dilakukan oleh anak Preschool contoh bermain balok 
c. Asosiatif Play
permainan di mana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang sama tetapi
belum terorganisasi dengan baik belum ada pembagian tugas anak bermain
sesukanya
13 | P a g e
d. cooperative Play
Permainan yang terorganisasi, terencana dan ada aturan tertentu biasanya dilakukan
oleh anak usia sekolah adolesen.
9. Fungsi bermain
Anak dapat melangsungkan perkembangannya (Novitasari, Nasirun, & D., 2019).
a. Perkembangan sensorik motoric
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan objek tertentu misalnya meraih
pensil
b. perkembangan kognitif
pembantu mengenal benda sekitar warna  bentuk kegunaan
c.  kreativitas
mengembangkan kreativitas mencoba ide baru misalnya menyusun balok
d. perkembangan sosial
di peroleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari belajar
dalam kelompok
e. kesadaran diri self awareness
bermain belajar memahami kemampuan diri kelemahan dan tingkah laku terhadap
orang lain.
f. perkembangan mora
interaksi dengan orang lain bertingkah laku sesuai harapan teman menyesuaikan
dengan aturan kelompok contoh dapat menerapkan kejujuran
g. Terapi
terapi bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak
enak misalnya marah takut benci
h. Komunikasi
bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan
secara verbal misalnya melukis menggambar dan bermain peran.
10. Faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain
Menurut (Dea & Latipah, 2017) faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain sebagai
berikut :
a. Tahap perkembangan tiap tahap mempunyai potensi atau keterbatasan
b.  status kesehatan anak-anak sakit perkembangan psikomotor kognitif terganggu
c.  jenis kelamin
d.  lingkungan lokasi negara kultur
14 | P a g e
e.  alat permainan senam dapat menggunakan
f.  intelegensia dan status sosial ekonomi.
11. Tahap perkembangan bermain
Menurut (Putro, 2016) tahap perkembangan bermain sebagai berikut :
a. tahap eksplorasi
merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
b. tahap permainan
setelah tahu cara bermain anak mulai masuk dalam tahap permainan
c. tahap bermain sungguhan
anak sudah ikut dalam permainan
d.  tahap melamun
merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
12. Tahap tumbuh kembang dan karakteristik bermain anak usia toddler (1-3) tahun
Menurut (Putro, 2016)Tahap tumbuh kembang dan karakteristik bermain anak usia
toddler (1-3) tahun sebagai berikut :
a. tahap pertumbuhan
Perhitungan berat badan : umur (tahun) x 2 – 8 : 3
Perhitungan panjang badan : umur 1 tahun : 75 cm
: umur 2 – 3 tahun = umur (tahun) x 6 – 77
b. tahap perkembangan
1) perkembangan psikoseksual menurut Stigmeun Freud
Fase anal 1-3 tahun  daerah anak aktivitas pengeluaran tinja menjadi sumber
kepuasan libido yang penting menunjukkan keakuannya sikap  narsistik cinta
terhadap diri sendiri dan egoistic
tugas utama anak latihan kebersihan perkembangan bicara dan bahasa meniru dan
mengulang kata sederhana hubungan interpersonal anak sangat terbatas bermain
sendiri belum bisa bermain dengan anak lain
2) perkembangan psikoseksual menurut Erikson
tahap ke-2 autonomi vs shame and doubt
perkembangan keterampilan motorik dan bahasa dipelajari dari lingkungan dan
keuntungan yang ia peroleh untuk Mandiri jika orang tua terlalu melindungi
menuntut harapan terlalu tinggi Maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu

15 | P a g e
3) stimulasi dan perkembangan anak
a) anak umur 12 sampai 18 bulan
- perkembangan anak berjalan sendiri tidak jatuh mengambil benda kecil
dengan jari telunjuk mengungkapkan keinginan secara sederhana minum
sendiri dari gelas tidak tumpah
- stimulasi dini melatih anak naik turun tangga bermain dengan anak
melempar dan menangkap bola besar kemudian kecil melatih anak
menunjuk dan menyebut nama-nama bagian tubuh memberi kesempatan
anak melepas pakaian sendiri
b) anak umur 18 sampai 24 bulan
- perkembangan anak berjalan mundur 5 langkah mencoret-coret dengan
alat tulis menunjukkan bagian tubuh yang menyebut dan menyebut
namanya meniru melakukan pekerjaan rumah tangga
- stimulasi dini melatih anak berdiri dengan satu kaki  mengajari anak
menggambar bulatan garis segitiga dan gambar wajah melatih anak
mengikuti perintah sederhana melatih anak mau ditinggalkan ibunya
sementara waktu.
Anak usia toddler menunjukkan karakteristik yang khas ya itu banyak
bergerak tidak bisa diam dan mulai mengembangkan otonomi dan
kemampuannya untuk sendiri Oleh karena itu dalam melakukan permainan anak
lebih bebas spontan dan menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan opo
dalam aktivitas bermainnya anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar Oleh
karena itu seringkali mainannya dibongkar pasar bahkan di rusaknya untuk itu
harus di perhatikan keamanan dan keselamatan anak dengan cara tidak
memberikan alat permainan yang tajam dan menimbulkan perlukaan
Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah solitary play
dan paralel Play pada anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas terlihat anak
melakukan permainan sendiri dengan mainannya sendiri sedangkan pada usia
lebih dari 2 tahun sampai 3 tahun anak mulai dapat melakukan permainan secara
paralel karena sudah dapat berkomunikasi dalam kelompoknya walaupun belum
begitu jelas karena kemampuan berbahasa belum begitu lancar jenis alat
permainan yang tepat diberikan adalah boneka pasir tanah liat dan lilin warna-
warni bentuk benda macam-macam.

16 | P a g e
13. Permainan Jus Buah Warna Warni
Bermain pesta jus buah warna warni adalah bermain dengan menggunakan beberapa jus
buah yang memiliki warna menarik tetapi aman untuk pencernaan anak

17 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Dea, L. F., & Latipah, E. (2017). Pengembangan Kemampuan Kognitif dan Sosial-Emosional
Melalui Penerapan Media Balok dan Bermain Peran Pada Siswa TK Kuntum Mekar,
Lampung. AL-ATHFAL : JURNAL PENDIDIKAN ANAK. https://doi.org/10.14421/al-
athfal.2017.32-06
Hartini, S., & Winarsih, B. D. (2019). PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANAK
USIA PRASEKOLAH SAAT HOSPITALISASI SEBELUM DAN SETELAH
DILAKUKAN TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR DI RUANG
BOGENVILE RSU KUDUS. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat
Cendekia Utama. https://doi.org/10.31596/jcu.v8i1.304
Hartini, S., Winarsih, B. D., & Sulistyawati, E. (2018). TERAPI BERMAIN PADA ANAK
PRA-SEKOLAH UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN SAAT
HOSPITALISASI DI RSUD KUDUS. Jurnal Pengabdian Kesehatan.
https://doi.org/10.31596/jpk.v1i1.7
Khadiah, H., & Armanila. (2017). Bermain dan Permainan bagi Anak Usia Dini. In Itqan.
Kholilah, E., & Solichatun, Y. (2018). Terapi Bermain Dengan CBPT (Cognitive Behavior
Play Therapy) Dalam Meningkatkan Konsentrasi Pada Anak ADHD. Psikoislamika :
Jurnal Psikologi Dan Psikologi Islam. https://doi.org/10.18860/psi.v15i1.6662
Novitasari, R., Nasirun, M., & D., D. (2019). MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MOTORIK KASAR ANAK MELALUI BERMAIN DENGAN MEDIA HULAHOOP
PADA ANAK KELOMPOK B PAUD AL-SYAFAQOH KABUPATEN REJANG
LEBONG. Jurnal Ilmiah POTENSIA. https://doi.org/10.33369/jip.4.1.6-12
Pratiwi, W. (2017). KONSEP BERMAIN PADA ANAK USIA DINI. In Manajemen
Pendidikan Islam.
Putro, K. Z. (2016). Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Bermain. Aplikasia: Jurnal
Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama. https://doi.org/10.14421/aplikasia.v16i1.1170
Rohmah, N. (2016). Bermain Dan Pemanfaatannya Dalam Perkembangan Anak Usia Dini.
Jurnal Tarbawi.
Saputro, H., & Fazrin, I. (2017). Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit; Penerapan
Terapi Bermain Anak Sakit, Proses, Manfaat, dan Pelaksanaannya. In Sukarejo
FORIKES.
Saputro, H., Fazrin, I., Surya, S., & Husada, M. (2017). Penurunan tingkat kecemasan anak
akibat hospitalisasi dengan penerapan terapi bermain. Jurnal Konseling Indonesia.
18 | P a g e
Utami, N., & Luthfiana, N. (2016). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare pada
Anak. Majority.
Dea, L. F., & Latipah, E. (2017). Pengembangan Kemampuan Kognitif dan Sosial-Emosional
Melalui Penerapan Media Balok dan Bermain Peran Pada Siswa TK Kuntum Mekar,
Lampung. AL-ATHFAL : JURNAL PENDIDIKAN ANAK. https://doi.org/10.14421/al-
athfal.2017.32-06
Hartini, S., & Winarsih, B. D. (2019). PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANAK
USIA PRASEKOLAH SAAT HOSPITALISASI SEBELUM DAN SETELAH
DILAKUKAN TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR DI RUANG
BOGENVILE RSU KUDUS. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat
Cendekia Utama. https://doi.org/10.31596/jcu.v8i1.304
Hartini, S., Winarsih, B. D., & Sulistyawati, E. (2018). TERAPI BERMAIN PADA ANAK
PRA-SEKOLAH UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN SAAT
HOSPITALISASI DI RSUD KUDUS. Jurnal Pengabdian Kesehatan.
https://doi.org/10.31596/jpk.v1i1.7
Khadiah, H., & Armanila. (2017). Bermain dan Permainan bagi Anak Usia Dini. In Itqan.
Kholilah, E., & Solichatun, Y. (2018). Terapi Bermain Dengan CBPT (Cognitive Behavior
Play Therapy) Dalam Meningkatkan Konsentrasi Pada Anak ADHD. Psikoislamika :
Jurnal Psikologi Dan Psikologi Islam. https://doi.org/10.18860/psi.v15i1.6662
Novitasari, R., Nasirun, M., & D., D. (2019). MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MOTORIK KASAR ANAK MELALUI BERMAIN DENGAN MEDIA HULAHOOP
PADA ANAK KELOMPOK B PAUD AL-SYAFAQOH KABUPATEN REJANG
LEBONG. Jurnal Ilmiah POTENSIA. https://doi.org/10.33369/jip.4.1.6-12
Pratiwi, W. (2017). KONSEP BERMAIN PADA ANAK USIA DINI. In Manajemen
Pendidikan Islam.
Putro, K. Z. (2016). Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Bermain. Aplikasia: Jurnal
Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama. https://doi.org/10.14421/aplikasia.v16i1.1170
Rohmah, N. (2016). Bermain Dan Pemanfaatannya Dalam Perkembangan Anak Usia Dini.
Jurnal Tarbawi.
Saputro, H., & Fazrin, I. (2017). Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit; Penerapan
Terapi Bermain Anak Sakit, Proses, Manfaat, dan Pelaksanaannya. In Sukarejo
FORIKES.
Saputro, H., Fazrin, I., Surya, S., & Husada, M. (2017). Penurunan tingkat kecemasan anak
akibat hospitalisasi dengan penerapan terapi bermain. Jurnal Konseling Indonesia.
19 | P a g e
Utami, N., & Luthfiana, N. (2016). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare pada
Anak. Majority.

20 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai