Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA BERMAIN (SAB) PADA ANAK

PADA ANAK di RUANG 7 B RSSA

Oleh:
1. Melya Intan (19.30.028)
2. Silvi Nur F (19.30.045)
3. Atika Eri (19.30.011)
4. Nora Nova Lika (19.30.030)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
2020
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA BERMAIN (SAB) BERMAIN PADA ANAK
DI RSSA

Oleh:
1. Melya Intan (19.30.028)
2. Silvi Nur F (19.30.045)
3. Atika Eri (19.30.011)
4. Nora Nova Lika (19.30.030)

Mengetahui,

(Pembimbing Lahan)
PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK

Pokok Bahasan : Terapi bermain pada anak di rumah sakit

Sub Pokok Bahasan : bermain Congklak

Tempat : Ruang 7 B

Hari/ tanggal : kamis, 09 Januri 2020

Waktu : 30 menit (jam 10.00 – 10.30)

Sasaran : Anak usia preschool 

Jenis permainan : bermain congklak

A. Latar Belakang

Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan


merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak
bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak
seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak
memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mentaldan
perkembangan emosinya. Dengan bermain anak dapat menstimulasi
pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan juga emosinya karena mereka
bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya.
Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan
kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya
sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan
mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia
akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas,
bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat
kesempatan bermain.

B. Tujuan

1) TIU (Tujuan Instruksional Umum):

Setelah diajak bermain, diharapkan anak diharapkan bisa merasa tenang


selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat
sehingga anak bisa merasa nyaman selama dirawat dirumah sakit.

2) TIK (Tujuan Instruksional Khusus):

Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak


mampu :

1) Bisa merasa tenang selama dirawat.


2) Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan
perawat
3) Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat
4) Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan
5) Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi
6) Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
7) Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi anak terhadap
suatu permainan
8) Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang
tepat
9) Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit
10) Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti
dirumah Sebagai alat komunikasi antara perawat – klien.

C. Metode dan Media


1) Metode
a) Bermain bersama
2) Media
a) Permaian congklak
D. Sasaran
Sasaran kegiatan SAB adalah anak usia preschool (4 – 6 tahun) dengan
kriteria sebagai berikut :
1) Pasien di ruang 7B
2) Pasien yang sedang tidak kemoterapi
3) Pasien yang sedang tidak di isolasi
4) Pasien yang sedang tidak transfusi
E. Kegiatan
1) Pengorganisasian
a) Leader 1 : melya intan
b) Notulen : nora nova
c) Fasilitator : Atika eri dan Silvi nur
Pembagian tugas :
a) Peran Leader
- Mengkoordinasi seluruh kegiatan
- Memimpin jalannya terapi bermain dari awal hingga berakhirnya
terapi
- Membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif.
b) Peran Observer/Notulen
- Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya acara
- Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok dengan evaluasi kelompok
c) Fasilitator
- Memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam permainan yang
akan dilakukan
- Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
- Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar
dapat kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan.
- Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
- Membimbing kelompok selama permainan
2) Setting tempat

Keterangan :

= Leader

= Fasilitator

= Observer/Notulen

= Peserta

= Orangtua

3) Kegiatan Bermain

No Waktu Terapis Anak


1. 5 menit Pembukaan:
1. Leader membuka dan mengucapkan Menjawab salam
salam Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan dan saling
4. Memperkenalkan anak satu persatu dan berkenalan Mendengarkan
anak saling berkenalan dengan Mendengarkan
temannya
5. Kontrak waktu dengan anak
6. Mempersilahkan leader
2. 20 menit Kegiatan bermain:
1. Leader menjelaskan cara bermain Mendengarkan

2. Menanyakan pada anak, anak mau Menjawab pertanyaan

bermain atau tidak


Menerima permainan
3. Membagikan permainan
Bermain
4. Leader, dan fasilitator memotivasi anak
Bermain
5. Observer mengobservasi anak
Mengungkapkan perasaan
6. Menanyakan perasaan anak
3. 5 menit Penutup:
1. Leader menghentikan permainan Selesai bermain

2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan

3. Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan

4. Menanyakan perasaan anak Senang

5. Leader menutup acara


Mengungkapkan perasaan
6. Mengucapkan salam
Mendengarkan
Menjawab salam

F. Evaluasi

1) Evaluasi Struktur Yang diharapkan:

 Alat-alat yang digunakan lengkap


 Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2) Evaluasi Proses Yang diharapkan:

 Terapi dapat berjalan dengan baik


 Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
 Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
 Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya

3) Evaluasi Hasil Yang diharapkan:

 Anak terlihat senang dan gembira


 Anak mampu bermain congklak
MATERI SATUAN ACARA BERMAIN

A. PENGERTIAN
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan
merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak
bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak
seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak
memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mentaldan
perkembangan emosinya.
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya,
kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh
emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah
kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu
yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk
bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal
sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah
berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa
kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain.
Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena hal ini adalah salah satu
bentuk upaya dalam proses penyembuhan pada anak sakit. Namun pada sisi
lain, perawatan dan proses keperawatan yang bertujuan penyembuhan tersebut
kadang membuat anak-anak menjadi takut/ trauma dan kejenuhan pada anak.
Karena aktivitas anak sangat sedikit frekuensinya dan hal inilah yang
membuat anak semakin jenuh di Rumah sakit. Hal ini sangat berpengaruh
pada kooperatif anak dalam menerima perawatan dan pelayanan keperawatan
di rumah sakit.
Selain menimbulkan hal di atas, kejenuhan dan lamanya anak di rawat di
rumah sakit membuat kebutuhan bermain anak sangat kurang, hal ini terjadi
karena banyak hal, antara lain : kondisi fisik klien yang masih lemah sehingga
nak tidak mampu beraktivitas, kondisi ruang atau tempat yang asing bagi anak
dan banyaknya orang-orang baru disekeliling anak sehingga anak menjadi
takut dan lain sebagainya.
Hal di atas di temukan juga pada Ruang Anak di RS Baptis Batu di mana
anak terlihat bosan, takut dan lebih banyak diam atau menangis. Hal inilah
yang akhirnya membuat anak hanya diam terpaku tanpa melakukan aktifitas
sehingga kebutuhan bermainya tidak terpenuhi, dari latar belakang di atas
menurut kelompok perlu di adakan suatu tindakan keperawatan yang tepat
untuk mengurangi tingkat kejenuhan dan katakutan anak sehingga anak
menjadi aktif dan terpenuhi kebutuhan bermainnya.

B. PRESCHOOL
1) Pengertian PreschooL
Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah
adalah anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek
yang perlu diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun
( Wong, 2000), anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri
dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan,
Secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg
dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB
rata-rata 95 cm.
b) Aspek Bahasa
Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jarang
dari 900 kata,mengunjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau
lebih dan pada tahun kelima sampai keenam mencapai 2100
kata,mengunakan 6 sampai 8 kata,menyebut 4 warna atau lebih,dapat
menggambar dengan banyak komentar serta menyebutkan
bagiannya,mengetahui waktu seperti hari,minggu dan bulan,anak juga
sudah mampu mengikuti 3 perintah sekaligus.
c) Aspek Sosial
Pada tahun ketiga anak sudah hamper mampu berpakaian dan makan
sendiri,rentang perhatian meningkat ,mengetahui jenis kelaminnya
sendiri,dalam permainan sering mengikuti aturannya sendiri tetapi anak
sudah mulai berbagi.tahun keempat anak sudah cenderung mandiri dan
Keras kepala atau tidak sabar,agresif secara fisik dan vweerbal,mendapat
kebanggan dalam pencapaian,masih mempunyai banyak rasa takut.pada
akhir usia prasekolah anak sudah jarang memberontak,lebih
tenang,mandiri,dapat dipercaya,lebih bertanggungjawab,mencoba untuk
hidup berdasarkan aturan,bersikap lebih baik,dalam permainan sudah
mencoba mengikuti aturan tetapi kadang curang.
Personal social:
a. Menyatakan keinginan untuk melakukan sesuatu yang ingin
dilakukan supaya di anggap di masyarakat
b. Anak mulai mengetahui aturan-aturan, di lingkungan keluarga dan
lingkungan
c. Menyadari hak dan kepentingan orang lain
d. Mulai dapat bermain dengan teman sebaya
e. Keluarga harmonis, komunikasi baik maka anak akan mempunya
kemampuan dan penyesuaian dalam hubungan dengan orang lain.
f. Masuk TK akan sangat membantu anak untuk “jembatan bergaul”
dan sosialisasi dengan teman sebaya.
d) Aspek Kognitif
Tahun ketiga berada pada fase pereptual, anak cenderung egosentrik
dalam berfikir dan berperilaku, mulai memahami waktu, mengalami
perbaikan konsep tentang ruang dan mulai dapat memandang konsep dari
perspektif yang berbeda. Tahun keempat anak berada pada fase inisiatif,
memahami waktu lebih baik, menilai sesuatu menurut dimensinya,
penilaian muncul berdasarkan persepsi, egosentris mulai berkurang,
kesadaran social lebih tinggi, mereka patuh kepada orang tua karena
mempunyai batasan bukan karena memahami hal benar atau salah. Pada
akhir masa prasekolah anak sudah mampu memandang perspektif orang
lain dan mentoleransinya tetapi belum memahaminya, anak sangat ingin
tahu tentang factual dunia.
Motorik halus : Bisa menggunakan gunting, Menggambar
lingkaran, kotak
Motorik kasar : Melempar bola melewati atas kepala, Memanjat,
Menaiki sepeda roda tiga, Belajar menalikan tali sepatu, mengkancing,
menyikat gigi.
e) Faktor Pengaruh Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
a. Faktor herediter
Merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagi dasar dalam mencapai
tumbuh kembang anak disamping faktor lain. Faktor herediter adalah
bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa.
b. Faktor lingkungan
Merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan
tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki antara lain :
c. Lingkungan prenatal
Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi lahir sampai
yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, zat kimia atau toksin,
kebiasaan merokok dan lain-lain.
d. Lingkungan post natal
Seperti sosial ekonomi orang tua, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga,
posisi anak dalam orang tua dan status kesehatan.
f) Macam Bermain
a. Bermain aktif. Pada permainan ini anak berperan secara aktif,
kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri.
Bermain aktif meliputi :Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory
Play). Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada
bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha
membongkar.
b. Bermain pasif. Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain
dengan melihat dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak
sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi
kebosanan dan keletihannya. Contoh ; Melihat gambar di
buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,menonton televisi dsb.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam
bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
1) Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi
untuk aktif bermain.
2) Tidak ada variasi dari alat permainan.
3) Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
4) Tidak mempunyai teman bermain.
g) APE ( Alat Permainan Edukatif )
a. Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan
tingkat perkembangannya, serta berguna untuk :
b. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat
menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari
motorik kasar dan halus. Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda,
bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll. Motorik halus :
gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
c. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan
kalimat yang benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku
cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
d. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,
bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku
cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.
e. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan
interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat
Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama,
misal kotak pasir, bola, tali, dll.
h) Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Bermain
a. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
b. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
c. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk.
d. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
e. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

i) Permainan yang dianjurkan :


a. Menggambar
b. Bermain kertas lipat
c. Menyusun balok, Mobil – mobilan dll.
d. Menyanyi
e. Alat olahr raga, masak, menghitung

A. MATERI BERMAIN CONGKLAK


1. PENGERTIAN BERMAIN CONGKLAK
Di Indonesia, permainan congklak dikenal dengan nama yang
berbeda dari daerah ke daerah. Nama yang paling umum congklak, diambil
dari kerang cowrie, yang biasa digunakan untuk bermain permainan. Di
Sumatra, permainan ini kebanyakan dikenal sebagai congkak. Di Jawa,
permainan ini dikenal sebagai congklak, dakon, dhakon atau dhakonan. Di
Lampung, permainan ini disebut dentuman lamban. Di Sulawesi,
permainan ini disebut sebagai Mokaotan, Maggaleceng, Aggalacang dan
Nogarata (Anonim, 2012).

2. MANFAAT BERMAIN CONGKLAK


a. Dapat melatih otak kiri anak untuk berpikir
b. Melatih strategi mengumpulkan angka terbanyak agar bisa
mengalahkan lawan, sepertinya sederhana, namun ketika dimainkan,
otak kiri dan kanan aktif dengan perhitungan numerik
c. Untuk perkembangan dan pembentukan otak kanan. d. Melatih anak
dalam bekerjasama
d. Melatih emosi anak.
3. LANGKAH-LANGKAH BERMAIN CONGKLAK
Fariha (2011), pemainan dilakukan oleh dua orang, saling
berhadapan dengan papan congklak di antara mereka. Setiap lubang
berpasangan diisi biji congklak sesuai dengan jumlah pasangan
congklaknya. Permainan congklak dilakukan dengan mengambil salah satu
isi di lubang congklak kemudian sesuai arah jarum jam membagi masing-
masing satu biji congklak yang berada di tangan pada setiap lubang yang
dilewati termasuk lubang induk, setiap biji habis maka pemain langsung
mengambil isi dilubang terakhir termasuk biji terakhir tersebut dan
membagikannya kembali. Demikian terus menerus sampai pemain
menemukan lubang yang kosong dan berhenti. Dengan demikian giliran
bermain pindah pada lawannya. Bila salah satu pemain berhenti pada
lubang yang pasangan didepannya terdapat sejumlah biji congklak, maka
semua biji congklak yang ada di lubang pasangannya tersebut boleh
dimilikinya dan masuk ke lubang induknya. Hal ini sering disebut nembak.
Setiap pemain hanya mengisi lubang induknya sendiri. Pemain yang pada
akhir permainan memiliki jumlah biji conglak yang lebih banyak adalah
pemenangnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (1997-2012). Congklak, Traditional Game of Indonesia. Tersedia:


http://www.expat.or.id/info/congklak.html. Diakses tanggal 25 Juni 2018
Fariha, I. (2011). Congklak, Permainan Kaya Manfaat.Tersedia: http://www.asahasuh.com/pra-
sekolah/117-congklak-permainan-kayamanfaat.html. Diakses tanggal 25 Juni 2018
Yudiernawati, Atty. 2006. Peran Bermain Dalam Perkembangan Psikososial Anak. Malang:
Politeknik Kesehatan Malang

Anda mungkin juga menyukai