Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN TENTANG TERAPI

BERMAIN PUZZLE PADA ANAK DI RSUD AROSUKA


KABUPATEN SOLOK

Tugas Kelompok II
Stase Keperawatan Anak

Disusun oleh :

Annisa Sandra Muhamad Sauki


Derisda Meldalisa Nita Widya Hayati
Elsa Cica Marja Octathia Syahadatain
Elsa Danur Risa Siswanti
Eni Gusli Tiara Denisia
Marlina Astuti Yori Rahma Yulita
Maizanora Zulifka Rahmi

PROGRAM NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN


KESMAS
IKES PRIMA NUSANTARA
BUKITTINGGI
2021

0
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Satuan Acara Penyuluan (SAP) ini

dengan judul ”Terapi Bermain Menyusun Puzzle ”.

Penulisan makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan siklus Keperawatan Anak di RSUD ArosukaTahun 2021.

Selama penyusunan sampai selesainya SAP ini penulis banyak mendapat

bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah berpartisipasi dalam penyelesaian SAP.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu

penulis mengharapkan tanggapan, kritik dan saran dari semua pihak demi

kesempurnaan makalah ini. Penulis juga berharap semoga SAP ini dapat

memberikan masukan dan informasi yang berguna bagi pembaca.

Arosuka, April 2021

Penulis

1
SATUAN ACARA BERMAIN
(TERAPI MENYUSUN PUZZLE)

Pokok bahasan : Terapi Bermain Menyusun Puzzle


Sub pokok bahasan : Terapi Bermain Pada Anak di Ruang Rawat Anak
RSUD Arosuka dengan Cara Stimulasi Motorik
dan Sosial
Waktu : 30 menit ( 09.00 s/d 09.30 WIB )
Hari/tanggal : Jum’at/ 23 April 2021
Tempat : Ruang Bermain Anak RSUD Arosuka
Peserta :
Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien anak di Ruang
Anak RSUD Arosuka yang memenuhi kriteria:
 Anak usia 3 – 5 tahun
 Tidak mempunyai keterbatasan fisik
 Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
 Pasien kooperatif

Peserta terdiri dari: anak usia pra sekolah dan sekolah sebanyak 5 orang
didampingi keluarga

A. Alasan Dilakukan Terapi Bermain


Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas,
sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi
yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan
permainan (Whaley, 2001).

2
Oleh karena itu, dalam melakukan permainan, anak lebih bebas,
spontan, dan menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan maupun
dalam aktivitas bermainnya. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
Oleh karena itu seringkali mainannya dibongkar-pasang, bahkan
dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan keselamatan anak
dengan cara tidak memberikan alat permainan yang tajam dan
menimbulkan perlukaan (Kalpan, 2000).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit agar dapat
mencapai tugas perkembangan secara optimal sesuai tahap
perkembangan walaupun dalam kondisi sakit.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selam 30 menit anak mampu:
a. Bersosialisasi dengan perawat baru
b. Menunjukkan ekspresi nonverbal dengan tertawa, tersenyum dan
saling bercanda.
C. Metode dan Media
1. Metode
a. Bermain bersama
b. Mendengarkan tanggapan anak/tanya jawab
2. Media
a. Puzzle
b. Hadiah
D. Kegiatan
1. Pengorganisasian
a. Leader : Nensy,S.Kep
b. Co leader : Yusnizar,S.Kep
c. Fasilitator : Monalisa,S.Kep
Ika Fitria Rahmi,S.Kep
d. Observer : Yuzi Tania,S.Kep

3
Pembagian tugas :

1) Peran Leader
 Mengkoordinasi seluruh kegiatan
 Memimpin jalannya terapi bermain dari awal hingga
berakhirnya terapi
 Membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif.
2) Co Leader
 Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
 Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
 Membantu memimpin jalannya kegiatan
 Menggantikan leader jika terhalang tugas
3) Fasilitator
 Memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam permainan
yang akan dilakukan
 Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
 Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak
agar dapat kooperatif dalam permainan yang akan
dilakukan.
 Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk
melaksanakan kegiatan
 Membimbing kelompok selama permainan
4) Observer
 Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan
waktu, tempat dan jalannya acara
 Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua
angota kelompok dengan evaluasi kelompok

4
2. Setting tempat (gambar/denah ruangan)

Keterangan:
: Leader
: Co leader
: Peserta
: Fasilitator
: Observer
: Orang tua

3. Kegiatan bermain

No Waktu Terapis Anak

1 5 menit Pembukaan:
Menjawab salam
1. Co leader membuka dan
mengucapkan salam
Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri
Mendengarkan
3. Memperkenalkan
Mendengarkan dan
pembimbing
saling berkenalan
4. Memperkenalkan anak satu
persatu dan anak saling
Mendengarkan
berkenalan dengan
Mendengarkan
temannya

5
5. Kontrak waktu dengan anak
6. Mempersilahkan leader
2 20 Kegiatan bermain:
menit Mendengarkan
1. Leader menjelaskan cara
Menjawab pertanyaan
bermain
2. Menanyakan pada anak,
Menerima permainan
anak mau bermain atau
Bermain
tidak
3. Membagikan permainan
Bermain
4. Leader, co leader, dan
Mengungkapkan
fasilitator memotivasi anak
perasaan
5. Observer mengobservasi
anak
6. Menanyakan perasaan anak
3 5 menit Penutup:
Selesai bermain
1. Leader menghentikan
Mengungkapkan
permainan
perasaan
2. Menanyakan perasaan anak
Mendengarkan
3. Menyampaikan hasil
Senang
permainan
4. Memberikan hadiah pada
Senang
anak yang cepat dalam
menyusun puzzle
Mengungkapkan
5. Membagikan hadiah pada
perasaan
semua anak yang bermain
Mendengarkan
6. Menanyakan perasaan anak
Menjawab salam
7. Co leader menutup acara
8. Mengucapkan salam

6
E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Yang diharapkan:
 Alat-alat yang digunakan lengkap
 Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi Proses
Yang diharapkan:
 Terapi dapat berjalan dengan baik
 Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
 Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
 Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya
3. Evaluasi Hasil
Yang diharapkan:
 75% Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan
menyusun puzzle, kemudian berhasil
 75% Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
 75 % Anak merasa senang
 75% Anak tidak takut lagi dengan perawat
 75% Orang tua dapat mendamping kegiatan anak sampai selesai
 75% Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan
terapi bermain

7
MATERI

TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE DENGAN


KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK

A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN

Menurut Dianea E Papalia ( 2008 : 3) mengartikan perkembangan


sebagai perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam
organisme dari lahir sampai mati, pertumbuhan, perubahan dalam bentuk
dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian
fungsional,dan kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah
laku yang tidak dipelajari
Istilah pertumbuhan khusus dimaksud untuk menunjukkan
bertambah besarnya ukuran badab dan fungsi fisik yangn murni, istilah
perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala
psikologis yang muncul. F.J.Monk, 2006 : 2)
Menurut Potts & Maendeleco (2012), yang dikatakan anak usia pra
sekolah adalah anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun, pada masa ini
anak-anak senang berimajinasi dan percaya bahwa mereka memiliki
kekuatan.Pada usia prasekolah, anak membangun control system tubuh
seperti kemampuan ke toilet,berpakain, dan makan sendiri.
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk mengukur
tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu:
1. Aspek fisik
2. Aspek motorik
3. Aspek bahasa
4. Aspek kognitif
5. Aspek sosialisasi

8
Bermain dengan cara menyusun pazel pada dasarnya tidak hanya
membantu mengembangkan kemampuan motorik anak saja tetapi juga
berperan penting dalam proses pengembangan kognitif klien dan
emosional klien, serta membantu klien untuk menggunakan kemampuan
bahasanya dengan bertanya sehingga klien akan terbiasa dengan proses
sosialisasi dengan orang, lingkungan dan kondisi disekitarnya.
Ketika anak sudah mampu bermain menyusun pazel secara lancar
maka dia sudah siap untuk meningkatkan kemampuannya ke tingkat yang
lebih lanjut seperti bersosialisasi dengan orang lain seperti mengenalkan
diri.

B. STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN


Stimulasi yang diperlukan anak usia 3-5 tahun adalah:
1. Gerakan kasar, dilakukan dengan memberi kesempatan anak
melakukan permainan yang melakukan ketangkasan dan kelincahan.
2. Gerakan halus, dirangsang misalnya dengan membantu anak belajar
menggambar.
3. Bicara bahasa dan kecerdasan, misalnya dengan membantu anak
mengerti satu separuh dengan cara membagikan kue.
4. Bergaul dan mandiri, dengan melatih anak untuk mandiri, misalnya
bermain ke tetangga (Suherman, 2000)

C. TES SKRINING PERKEMBANGAN MENURUT DENVER (DDST)


DDST (Denver Developmental Screening Test) adalah salah satu
dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini
bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan
yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan
cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukan validitas yang
tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan DDST secara
efektif 85-100% bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami
keterlambangan perkembangan (Soetjiningsih, 2001).

9
Frankenburg dkk (2002) mengemukakan 4 parameter
perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita
yaitu: Personal Sosial (kepribadian/ tingkah laku sosial) yaitu aspek yang
berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya; Gerakan Motorik Halus yaitu aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubh tertentu saja dan
dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu benda;
Bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan; Perkembangan Motorik Kasar
(Gross Motor) adalah aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan
sikap tubuh.

D. PENGERTIAN TERAPI BERMAIN


Terapi bermain merupakan terapi yang menggunakan sarana
bermain untuk mendiagnosis masalah atau memberikan terapi bagi anak-
anak yang memiliki masalah secara psikologis sehingga terjadi perubahan
yang tercermin dari sikap dan prilakunya ( Maria 2007 )

E. FAKTOR PENYEBAB KETIDAKMAMPUAN MENYUSUN PAZEL


Menurut Immanuel, ketidakmampuan melakukan tugas
perkembangan tertentu, seperti bergerak, tumbuh, bicara, ataupun
kecakapan motorik tertentu seperti menyusun, merangkai ataupun
memposisikan benda, dapat menghambat berkembangnya keterampilan
berikutnya. Diwaspadai kemungkinan mengalami keterlambatan.
Faktor penyebabnya yaitu:
1. Karena kurang dirangsang atau kurang latihan
Anak dengan usia 3-5 tahun perlu dilatih rangsangan motorik halus
dan kasarnya dengan memberinya stimulus pendukung. Umumnya,
anak usia ini berminat pada hal-hal yang berhubungan dengan sebab-

10
akibat, sehingga ingin mencoba memadukan satu benda dengan benda
lain.
2. Ada gangguan pada mata
Pandangan yang tidak jelas pada anak membuatnya enggan
melakukan kegiatan yang menggunakan benda-benda kecil. Anda
perlu memeriksakannya ke dokter sebelum hal ini berlangsung lama.
3. Ada gangguan pada saraf atau retardasi mental
Gangguan ini dapat diwaspadai dari kemampuan meraba. Bila Anda
mendapati si kecil Anda mengalami kelainan pada keterampilan
meraba, Anda perlu waspada. Segera bawa ke dokter untuk
mendapatkan pemeriksaan.

F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN


Faktor instrinsik sangat dominan dalam mempengaruhi tingkat
kegagalan berkembang terutama berkaitan dengan terjadinya penyakit
pada anak, yaitu:
1. Kelainan kromosom (misalnya sindroma Down dan sindroma Turner)
2. Kelainan pada sistem endokrin, misalnya kekurangan hormon tiroid,
kekurangan hormon pertumbuhan atau kekurangan hormon lainnya
3. Kerusakan otak atau sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan
kesulitan dalam pemberian makanan pada bayi dan menyebabkan
keterlambatan pertumbuhan
4. Kelainan pada sistem jantung dan pernafasan yang bisa menyebabkan
gangguan mekanisme penghantaran oksigen dan zat gizi ke seluruh
tubuh
5. Anemia atau penyakit darah lainnya
6. Kelainan pada sistem pencernaan yang bisa menyebabkan malabsorbsi
atau hilangnya enzim pencernaan sehingga kebutuhan gizi anak tidak
terpenuhi
Menurut Soetjiningsih secara umum terdapat dua faktor yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik (instrinsik)
dan faktor lingkungan (ekstrinsik). Faktor genetik merupakan modal

11
dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak.
Faktor ini adalah bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin,
suku bangsa / bahasa, gangguan pertumbuhan di negara maju lebih
sering diakibatkan oleh faktor ini, sedangkan di negara yang sedang
berkembang, gangguan pertumbuhan selain di akibatkan oleh faktor
genetik juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh
kembang anak yang optimal.
G. DAMPAK HOSPITALISASI TERHADAP ANAK.
1. Separation ansiety
2. Tergantung pada orang tua
3. Stress bila berpisah dengan orang yang berarti
4. Tahap putus asa: berhenti menangis, kurang aktif, tidak mau makan,
main, menarik diri, sedih, kesepian dan apatis
5. Tahap menolak: Samar-samar seperti menerima perpisahan, menerima
hubungan dengan orang lain dan menyukai lingkungan

H. MANFAAT TERAPI BERMAIN


1. Terapi bermain menyusun puzzle dapat merangsang keterampilan
proses berfikir dan motorik anak
2. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
3. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk
mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan
perasaan mandiri pada anak
4. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa
senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan
perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih tegang dan nyeri
5. Permainan yang terapeutuk akan dapat meningkatkan kemampuan
anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif.

12
REFERENSI

Immanuel, R. (2006). Permainan Edukatif dalam Perkembangan Logic-Smart


Anak. Terdapat pada:
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01fd/325abfcd
.dir/doc.pdf. Diakses pada 25 Desember 2013.

Kaplan H.I, Sadock. B.J Grebb J.A. 2000. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan
Perilaku, Psikiatri. Klinis, Alih Bahasa : Kusuma W,edisi Wiguna .

Veltman M,W Browne K.D. 2000. An Evaluation of Favorite Kind of Day


Drawing from Psychially Maltreated Children. Child Abuse and Neglect.

Whaley L.F, Wong D.L. 2001. Nursing Care of infants and children in-ed. St
Louis : Mosby year book

13
DAFTAR HADIR KEGIATAN PENYULUHAN

NO NAMA ANAK NAMA ORTU ALAMAT TTD

Arosuka , 23 April 2021


Ketua,

Muhammad Sauki ,S.Kep

14

Anda mungkin juga menyukai