Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE

DI RUANG ANAK RSUD JEND AHMAD YANI KOTA METRO

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4.3

1. DENDI MEIRINDO 2023 207209066


2. ESTI ANDARESTA A. Y 2023 207209063
3. HENDITA MUTIARA P 2023 207209064
4. IMELDA ADELIA PUTRI 2023 207209065
5. NAVISA SAVIRA 2023 207209053
6. RIKA DEFA AULIA 2023 207209051

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
1. LATAR BELAKANG
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan pengalaman
traumatic, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan ketegangan atau stress
hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya perpisahan dengan
orang tua, kehilangan kontrol, dan akibat dari tindakan invasive yang menimbukan rasa
nyeri. Akibatnya akan menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makan, menangis,
teriak, memukul, tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan yang diberikan
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat
paling penting untuk menatalaksanakan stress karena hospitalisasi menimbulkan krisis
dalam kehidupan anak, dan kerena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka
anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami
sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental,
emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan
bermain tidak juga terhendi pada saat anak sakit atau anak dirumah sakit (Wong, 2009).
Bermain pada anak dapat meningkatkan kecerdasan dalam berfikir dan
mengembangkan imajinasi serta melatih daya motoric halus dan kasar pada anak.
Dengan bermain juga anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya
dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan
pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan
ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak akan
mendadpat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang
cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih
mudah berteman, kreatif, cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya
kurang mendapatkan kesempatan bermain.
Terapi bermain yang akan dilaksanakan yaitu bermain menyusun puzzle. Alas an
memilih terapi bermain menyusun puzzle yaitu untuk mengembangkan motoric halus,
keterampilan kognitif dan kemampuan berbahasa. Puzzle merupakan salah satu bentuk
permainan yang membutuhkan ketelitian, melatih untuk memusatkan pikiran, karena kita
harus berkonsentrasi ketika menyusun kepingan-kepingan puzzle tersebut hingga
menjadi sebuah gambar yang utuh dan lengkap. Sehingga puzzle merupakan jenis
permainan yang memiliki nilai-nilai edukatif.

2. TUJUAN
2.1 Tujuan intruksional umum
Setelah mengikuti terapi bermain menyusun puzzle diharapkan dapat mengurangi
dampak stress hospitalisasi pada anak
2.2 Tujuan intruksional khusus
Dengan mengikuti terapi bermain menyusun puzzle, diharapkan dapat :
1) Melatih kemampuan kognitif anak
2) Melatih kemampuan motoric halus anak
3) Melatih kemampuan social personal anak
4) Melatih kemampuan berbahasa anak
3. SASARAN
1) Anak usia 3-5 tahun
2) Anak yang dirawat di ruang anak
3) Tidak memiliki keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi
proses terapi bermain
4) Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
5) Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain menyususn puzzle

4. JADWAL PELAKSANAAN
Hari/tanggal :
Waktu :
Tempat : Ruang anak RSUD Jend Ahmad Yani Kota Metro

5. MEDIA
1) Puzzle

6. METODE
1) Anak diberi penjelasan tentang prosedur pelaksanaan terapi bermain yang meliputi
waktu kegiatan, cara membuat, serta hal-hal lain yang terkait dengan program terapi
bermain
2) Diawal permainan, anak diperkenalkan dengan puzzle, lalu diberikan penjelasan
mengenai cara bermain puzzle
3) Setelah itu dengan panduan leader, anak diminta untuk mengamati terlebih dahulu
gambar yang ada di dalam puzzle sesuai gambar semula dengan benar
4) Fasilitator mendampingi dan mengarahkan anak selama bermain puzzle berlangsung
5) Ibu dapat berperan sebagai fasilitator, tetapi tidak boleh ikut terlibat dalam kegiatan
membentuk mainan
6) Setelah waktu yang ditentukan untuk terapi bermain habis, anak dipersilahkan untuk
berhenti, dan diberikan pujian atas keterlibatan anak selama terapi bermain
berlangsung
7) Observer melakukan pengamatan dan memberikan evaluasi terhadap perilaku anak
dan proses jalannya terapi bermain
8) Setelah anak selesai menyusun puzzle, anak diharapkan untuk bercerita tentang
gambar yang ada di dalam puzzle sesuai dengan imajinasi anal
9) Pada akhir kegiatan diberikan pengumuman hasil menyusun puzzle terbaik dan
memberikan puzzle tersebut sebagai reward
10) Kemudian fasilitator mengembalikan hasil karya mereka dan memberikan pujian
kepada semua peserta sebagai reward
7. KEGIATAN PERMAINAN

NO WAKTU KEGIATAN RESPON ANAK

1 H-1 Kegiatan Persiapan : Ruangan, alat, anak dan


1. Menyiapkan ruangan keluarga siap
10 menit 2. Mengundang anak dan
keluarga
3. Menyiapkan alat
4. Menyiapkan anak dan
membagi kelompok

2 Pembukaan : 1) Menjawab salam,


1. Mengucapkan salam memperhatikan
dan memperkenalkan 2) Mendengarkan tujuan
diri dari terapi bermain
2. Menyampaikan tujuan 3) Mendengarkan kontrak
dan maksud kegiatan 4) Mendengarkan instruksi
3. Manjelaskan kontrak
waktu dan mekanisme
kegiatan bermain
4. Menjelaskan cara
bermain menyusun
puzzle

3 30 menit Pelaksanaan : Bermain bersama dengan


1. Mengajak anak antusias
bermain mneyusun
puzzle
2. Fasilitator
mendampingi anak dan
memberi motivasi
kepada anak
3. Menanyakan kepadad
anak apakah sudah
selesai dalam neyusun
puzzle
4. Memberitahu anak
bahwa waktu yang
diberikan telah selesai
5. Memberikan pujian
terhadadp anak yang
mempu menyusun
sampai selesai

4 10 menit Evaluasi : Anak mendengarkan dan


1. Melakukan review merespon dengan menjawab
pengalaman bermain kesan dan pengalamannya
puzzle selama bermain puzzle
2. Mengidentifikasi
kejadian yang berkesan
selama bermain puzzle
3. Menganalisis kesan
yang didapat oleh anak
4. Menyimpulkan
kegiatan acara

8. PENGORGANISASIAN
Pembimbing akademik : Ns. Desi Kurniawati, S.Kep., M.Kep. Sp.Kep.An
Pembimbing lahan : Ns. Rahma Wediya, S.Kep
Leader : Hendita Mutiara Putri
Co Leader : Navisa Savira
Observer : Esti Andaresta A.Y
Fasilitator : Imelda Adelia Putri
Rika Defa Aulia
Dendi Meirindo

9. JOB DESCRIPTION
1) Leader
Bertenggung jawab terhadap terlaksananya terapi bermain, yatu membuka dan
meutup kegiatan
2) Co Leader
Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan aturan, cara bermain dalam terapi
bermain
3) Fasilitator
- Memfasilitasi anak untuk bermain
- Membimbing anak bermain
- Memperhatikan respon anak saat bermain
- Mengajak akan untuk bersosialisasi dengan temannya
4) Observer
- Mengawasi jalannya permainan
- Mencatat proses permainan sesuai dengan rencana
- Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain
- Menyusun laporan dan menilai hasil permainan dibantu dengan leader dan
fasilitator

10. SETTING TEMPAT


Terapi bermain ini dilakukan di ruang bermain rawat inap anak dengan setting tempat
sebagai berikut :
Keterangan :

: peserta : leader/co leader

: fasilitator : observer

: media

11. KRITERIA EVALUASI


1) Evaluasi struktur
a. Kesiapan media dan tempat
b. Penyelenggaraan terapi bermain di ruang anak RSUD Jend Ahmad Yani Kota
Metro
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi bermain sebelum terapi bermain
dilakukan
2) Evaluasi proses
a. Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib dan teratur
b. Co leader dapat membentu tugas leader dengan baik
c. Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan
d. 100% anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai akhir
3) Evaluasi hasil
a. Peserta memahami permainan yang telah dimainkan
b. Anak telah belajar memecahkan masalah melalui ekplorasi alat mainannya
c. Anak dapat mengembangkan hubungan social, komunikasi dan belajar untuk
sabar dan saling menghargai
d. Anak merasa terlepas dari ketegangan dan stress selama hospitalisasi, anak dapat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi dadn relaksasi)
e. Anak dapat berinteraksi dengan anak lain dan perawat
LAMPIRAN MATERI KONSEP BERMAIN

A. Pengertian Bermain
Bermain adalah dunia anak-anak sebagai Bahasa yang paling universal, meskipun
tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan Bahasa yang ada di dunia.
Melalui bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan.
Menurut Gross (Schaefer et al, 1991) bermain dipandang sebagai ekspresi insting
untuk berlatih peran di masa mendatang yang penting untuk bertahan hidup (Nuryanti,
2007).
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan
berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang
dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000).

B. Fungsi Bermain
1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan
rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat
mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan
rangsangan taktil, audio dan visual melalui rangsangan ini perkembangan sensorik
dan motorik akan meningkat. Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak
yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari
kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu
yang baru dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan
atau dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari
anak lebih cepat berkembang.

2. Membantu Perkembangan Kognitif


Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat
pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan
bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal,
mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami
bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan
sehingga fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan perkembangan
kognitif selanjutnya.
3. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada
usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan
merasakan ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba
bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan
yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi
seorang guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan
lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan
teman sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman
dan orang.
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai
belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu. memodifikasi
objek yang akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif
melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang mobil- mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi
tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan. bagian
dari individu yang saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku,
membandingkan dengan perilaku orang lain.
6. Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya
stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri
anak terhadap dunianya.
7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat
dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di
sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa
permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh
dilanggar.
C. Tujuan Bermain
Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit
anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun
demikian, selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan
dan perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga
kesinambungannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat dirumah
sakit.

D. Manfaat Bermain
Bermain merupakan aktivitas penting pada masa anak-anak. Berikut ini adalah
bererapa manfaat bermain pada anak-anak:
1. Perkembangan aspek fisik. Anggota tubuh mendapat kesempatan untuk
digerakkan, anak dapat menyalurkan tenaga (energi) yang berlebihan, sehingga ia
tidak merasa gelisah.
2. Perkembangan aspek motorik kasar dan halus.
3. Perkembangan aspek sosial. Ia akan belajar tentang sistem nilai, kebiasaan-
kebiasaan dan standar moral yang dianut oleh masyarakat.
4. Perkembangan aspek emosi atau kepribadian. Anak mendapat kesempatan untuk
melepaskan ketegangan yang dialami, perasaan tertekan dan menyalurkan
dorongan-dorongan yang muncul dalam dirinya.
5. Perkembangan aspek kognisi. Anak belajar konsep dasar, mengembangkan daya
cipta, memahami kata-kata yang diucapkan oleh teman-temannya.
6. Mengasah ketajaman penginderaan, menjadikan anak kreatif, kritis dan bukan
anak yang acuh tak acuh terhadap kejadian disekelilingnya.
7. Sebagai media terapi, selama bermain perilaku anak-anak akan tampil bebas dan
bermain adalah sesuatu yang secara alamiah sudah dimiliki oleh seorang anak.
8. Sebagai media intervensi, untuk melatih kemampuan-kemampuan tertentu dan
sering digunakan untuk melatih konsentrasi pada tugas tertentu, melatih konsep
dasar.
E. Macam-Macam Bermain
1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa
yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan
tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium,
meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-
rumahan.
c. Bermain drama (Dramatic Play)
Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan
teman-temannya.
d. Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar.
Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan
sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Dalam kegiatan bermain
kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila terdapat
hal-hal seperti dibawah ini :
a. Kesehatan anak menurun.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain.

F. Prinsip dalam Aktivitas Bermain


Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka
diperlukan hal-hal seperti :
a. Ekstra energi, untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil
kemungkinan untuk melakukan permainan.
b. Waktu, anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga
stimulus yang diberikan dapat optimal.
c. Alat permainan, untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan
tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
d. Ruang untuk bermain, bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu,
halaman, bahkan di tempat tidur.
e. Pengetahuan cara bermain, dengan mengetahui cara bermain maka anak akan
lebih terarah dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan
alat permainan tersebut.
f. Teman bermain, teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi
anak dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan
dilakukan bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi
lebih akrab.

G. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


Menurut Supartini (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak dalam
bermain yaitu :
a. Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu
harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada
dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Status kesehatan anak, untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi
bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.
c. Jenis kelamin anak, semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki
atau anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas dan
kemampuan sosial anak. Akan tetapi, permainan adalah salah satu alat untuk
membantu anak mengenal identitas diri.
d. Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak dan. kreativitas
anak dalam bermain.
e. Alat dan jenis permainan yang cocok, harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang
anak.

H. Konsep Puzzle
Puzzel berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media
puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang.
Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa media
puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan
matematika anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle
berdasarkan pasangannya. Ada beberapa jenis puzzle, antara lain:
a. Puzzle konstruksi
Puzzle rakitan (construction puzzle) merupakan kumpulan potongan- potongan
yang terpisah, yang dapat digabungkan kembali menjadi beberapa model. Mainan
rakitan yang paling umum adalah blok-blok kayu sederhana berwarna-warni.
Mainan rakitan ini sesuai untuk anak yang suka bekerja dengan tangan, suka
memecahkan puzzle, dan suka berimajinasi.
b. Puzzle batang (stick)
Puzzle batang merupakan permainan teka-teki matematika sederhana namun
memerlukan pemikiran kritis dan penalaran yang baik untuk menyelesaikannya.
Puzzle batang ada yang dimainkan dengan cara membuat bentuk sesuai yang kita
inginkan ataupun menyusun gambar yang terdapat pada batang puzzle.
c. Puzzle lantai
Puzzle lantai terbuat dari bahan sponge (karet/busa) sehingga baik untuk alas
bermain anak dibandingkan harus bermain di atas keramik. Puzzle lantai memiliki
desain yang sangat menarik dan tersedia banyak pilihan warna yang cemerlang.
Juga dapat merangsang kreativitas dan melatih kemampuan berpikir anak. Puzzle
lantai sangat mudah dibersihkan dan tahan lama.
d. Puzzle angka
Mainan ini bermanfaat untuk mengenalkan angka. Selain itu anak dapat melatih
kemampuan berpikir logisnya dengan menyusun angka sesuai urutannya. Selain
itu, puzzle angka bermanfaat untuk melatih koordinasi mata dengan tangan,
melatih motorik halus serta menstimulasi kerja otak.
e. Puzzle transportasi
Transportasi merupakan permainan bongkar pasang yang memiliki gambar
berbagai macam kendaraan darat, laut dan udara. Fungsinya selain untuk melatih
motorik anak, juga untuk stimulasi otak kanan dan otak kiri. Anak akan lebih.
mengetahui macam-macam kendaraan.
f. Puzzle logika
Puzzle logika merupakan puzzle gambar yang dapat mengembangkan.
keterampilan serta anak akan berlatih untuk memecahkan masalah. Puzzle ini
dimainkan dengan cara menyusun kepingan puzzle hingga membentuk suatu
gambar yang utuh.
g. Puzzle geometri
Puzzle geometri merupakan puzzle yang dapat mengembangkan keterampilan
mengenali bentuk geometri (segitiga, lingkaran, persegi dan lain- lain), selain itu
anak akan dilatih untuk mencocokkan kepingan puzzle geometri sesuai dengan
papan puzzlenya.
h. Puzzle Penjumlahan dan Pengurangan
Puzzle penjumlahan dan pengurangan merupakan puzzle yang dapat
mengembangkan kemampuan logika matematika anak. Dengan puzzle
penjumlahan dan pengurangan anak memasangkan kepingan puzzle sesuai dengan
gambar pasangannya.

Fungsi Puzzle
Permainan puzzle berfungsi untuk:
a. Melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran.
b. Melatih koordinasi mata dan tangan. Anak belajar mencocokkan keping-
keping puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar.
c. Memperkuat daya ingat.
d. Mengenalkan anak pada konsep hubungan.
e. Dengan memilih gambar/bentuk, dapat melatih anak untuk berfikir matematis
(menggunakan otak kiri).
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, ed 4. Jakarta : EGC


LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

NO ASPEK YANG DINILAI YA TIDAK


I Struktur terapi bermain
1. Persiapan media terapi bermain
1. Puzzle
2. Kelengkapan jumlah mahasiswa
1. Leader (1 orang)
2. Co leader (1 orang)
3. Observer (1 orang)
4. Fasilitator (3 orang)
II Proses terapi bermain
1. Pembukaan , leader :
a. Membuka acara terapi bermain dengan
mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri dan meminta peserta
menyebutkan nama
c. Menjelaskan kontrak waktu
d. Menjelaskan permainan apa yang akan dilakukan
dan tujuan dari terapi bermain
e. Memberikan contoh kepada peserta cara bermain
puzzle
f. Memimpin jalannya permainan dari awal sampai
akhir
2. Pelaksanaan
Co leader :
a. Membantu leader menjelaskan cara bermain
kepada peserta
b. Membantu leader memberi contoh kepada peserta
cara bermain puzzle
c. Memberikan kesempatan pada peserta untuk ikut
memulai permainan
d. Mengatur waktu permainan

Fasilitator :
a. Mengarahkan peserta untuk bermain
b. Memotivasi peserta dalam menyelesaikan
permainan
c. Membantu leader dalam mengkondisikan peserta
agar focus pada jalannya permainan
3. Evaluasi , observer :
a. Memberikan check list pada lembar evaluasi
kemajuan peserta
b. Memberikan penilaian kemampuan anak
berdasarkan kriteria di lembar evaluasi kemajuan
4. Terminasi
a. Memberikan reward kepada peserta terbaik oleh
leader dan fasilitator
b. Memberikan trik menyelesaikan tugas dalam
permainan puzzle
c. Leader mengucapkan terimakasih
III Hasil terapi bermain
1. Peserta terapi bermain :
a. Peserta terapi bermain antusias mengikuti
kegiatan terapi bermain
b. Peserta mengikuti terapi bermain sampai dengan
selesai
c. Anak mampu menyelesaikan setidaknya
menyusun semua kepingan pada tahap sulit, dan
mampu menyusun setidaknya separo kepingan
ringan dan sedang dalam waktu yang telah
ditentukan
LEMBAR EVALUASI KEMAJUAN

KATEGORI KEMAMPUAN PENILAIAN An. An. An. An. An.


ANAK
Kognitif
- Anak mampu mengerti dan
menjelaskan pesan yang
terkandung dalam permainan
- Anak mampu menyelesaikan
tugas dalam permainan dalam
berbagai tahapan :
a. Tahap ringan
b. Tahap sedang
c. Tahap sulit
Total
Kriteria
Social
- Anak mau memperkenalkan diri
didepan teman sepermainan
- Anak mampu berkomunikasi baik
dengan teman sepermainan
- Anak dapat berkomunikasi baik
dengan perawat
Total
Kriteria
Afektif
- Anak dapat mematuhi peraturan
permainan
Total
Kriteria
Jumlah Akhir
Keterangan skor :

0 : tidak dapat melakukan


1 : dapat melakukan dengan bantuan
2 : dapat melakukan dengan motivasi
3 : melakukan dengan mandiri

Kriteria tiap kategori :

Baik : jumlah skor 17-24


Sedang : jumlah skor 9-16
Kurang : jumlah skor 0-8

Anda mungkin juga menyukai