Disusun oleh :
ALFRIDA WIDYA PANGESTIKA P2722001721303
DITA RISKA WATI P2722001721292
HANA AYU AFIFAH P2722001721303
A. Latar Belakang
Anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan mengalami stress bagi begitu
pula dengan keluarga, sehingga akan timbul masalah kecemasan (Utami, 2014).
Kecemasan merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakan tingkah laku, baik
tingkah laku normal maupun tingkah laku yang menyimpang, kedua-duanya merupakan
pernyataan, penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap kecemasan itu (Kaluas,
2015). Hospitalisasi merupakan perawatan yang dilakukan dirumah sakit karena suatu
alasan yang berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit
menjalani terapi dan perawatn samppai pemulangan kembali kerumah. Ketika anak
menjalani perawatan dirumah sakit, biasanya mereka akan dilarang untuk begerak dan
harus banyak beristirahat sehingga hal tersebut dapat meningkatkan kecemasan
(Wowiling, Ismanto & Babakal, 2014).
Terapi bermain merupakan penerapan sistematis dari sekumpulan prinsip belajar
terhadap suatu kondisi atau tingkah laku yang dianggap menyimpang, dengan tujuan
melakukan perubahan perubahan yang dimadsud bisa berarti menghilangkan mengurangi,
meningkatkan atau memodifikasi suatu kondisi atau tingkah laku tertentu. Secara umum,
suatu kondisi atau tingkah laku tertentu. Secara umum, terdapat dua macam terapi.
Pertama, terapi jangka pendek untuk masalah ringan, yang dapat diselesaikan dengan
memberi dukungan, memberi ide, menghibur, atau membujuk anak. Kedua, terapi jangka
panjang untuk masalah yang memerlukan keteraturan dan kontinuitas demi perubahan
tingkah laku anak (Andriana, 2011).Ada beberapa cara untuk mengatasi kecemasan pada
anak yang mengalami hospitalisasi diantaranya dengan relaksasi, terapi musik, aktivitas
fisik, terapi seni dan terapi bermain. Salah satu cara yang digunakan untuk mengatasi
kecemasan anak yang mengalami kejang demam yaitu dengan memberikan terapi
bermain, salah satunya bermain puzzle.
Terapi bermain puzzle merupakan permainan merangkai potongan-potongan
gambar yang berantakan menjadi suatu gambar yang utuh. (Srianis, 2014). Manfaat dari
terapi bermain puzzle ini dapat menurunkan tingkat kecemasan, puzzle juga dapat
membantu perkembangan psikososial anak, perkembangan mental dan kreativitas anak.
Keuntungan dari terapi bermain puzzle ini selain menurunkan kecemasan pada anak,
anak juga dapat bersosialisasi dengan anak lainnya dari pada anak hanya berdiam diri di
ruangan dan tampak apatis terhadap lingkungan sekitarnya (Fitriani et al, 2017).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit agar dapat mencapai tugas
perkembangan secara optimal sesuai tahap perkembangan walaupun dalam kondisi
sakit.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selam 30 menit anak mampu:
a. Bersosialisasi dengan perawat baru
b. Menunjukkan ekspresi nonverbal dengan tertawa, tersenyum dan saling bercanda.
C. Jenis Permainan
Menyusun Puzzle
D. Media
1. Puzzle
2. Hadiah
E. Metode
1. Bermain bersama
2. Mendengarkan tanggapan anak/tanya jawab
F. Peserta
Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di Bangsal Hamka yang memenuhi
kriteria:
1. Anak usia 3 – 6 tahun
2. Tidak mempunyai keterbatasan fisik
3. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
4. Pasien kooperatif
Peserta terdiri dari: anak usia pra sekolah dan sekolah sebanyak 2-4 orang didampingi
keluarga
G. Setting Tempat
Keterangan:
: Leader
: Peserta
: Fasilitator
: Observer
: Orang tua
H. Waktu Pelaksanaan
Hari/tanggal : Kamis, 14 Oktober 2021
Waktu : 30 menit
Tempat : Bangsal Hamka (Anak)
I. Pengorganisasian
1. Leader : Dita Riska Wati
2. Fasilitator : Hana Ayu Afifah
3. Observer : Alfrida Widya Pangestika
Pembagian tugas :
a. Peran Leader
Mengkoordinasi seluruh kegiatan
Memimpin jalannya terapi bermain dari awal hingga berakhirnya terapi
Membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif.
b. Fasilitator
Memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan
Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar dapat
kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan.
Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan
Membimbing kelompok selama permainan
c. Observer
Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat dan
jalannya acara
Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok
dengan evaluasi kelompok
J. Rencana Pelaksanaan
No Kegiatan Waktu Subjek Terapi
1 Persiapan : 5 Menit
1. Co leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
memotivasi anak
Bermain
5. Observer mengobservasi anak
Mengungkapkan perasaan
6. Menanyakan perasaan anak
3 Penutup : 5 menit
1. Leader menghentikan Selesai bermain
permainan
2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
K. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Yang diharapkan:
Alat-alat yang digunakan lengkap
Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi Proses
Yang diharapkan:
Terapi dapat berjalan dengan baik
Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya
3. Evaluasi Hasil
Yang diharapkan:
Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menyusun puzzle kemudian
berhasil
Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
Anak merasa senang
Anak tidak takut lagi dengan perawat
Orang tua dapat mendamping kegiatan anak sampai selesai
Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan terapi bermain
L. Daftar Pustaka
Rahayu, F. S. (2018). Penerapan Terapi Bermain Puzzle Terhadap Tingkat Kecemasan
Pada Hospitalisasi Anak Usia Prasekolah Di Bangsal Dahlia Rsud
Wonosari (Doctoral Dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).
Yusnita., Y, A., T., A, D. (2020). Penerapan Terapi Bermain Puzzle Pada Anak Pra
Sekolah Dengan Kejang Demam Untuk Mengurangi Kecemasan. Jurnal
Kesehatan Panca Bhakti Lampung , Volume viii, No 1.
Lampiran
A. Pengertian
Puzzle merupakan permainan menyusun kepingan gambar sehingga menjadi sebuah
gambar yang utuh. Dalam permainan ini membutuhkan ketelitian dan melatih
konsentrasi agar supaya menjadi gambar yang utuh dan lengkap.
B. Tujuan
1. Melatih memecahkan masalah
2. Mengembangkan kordinasi antara mata dan tangan
3. Meningkatkan keterampilan motorik
4. Meningkatkan pengembangan keterampilan kognitif
C. Sasaran
Anak yang di rawat di rumah sakit khususnya usia 3 – 6 tahun
D. Indikasi
1. Vital sign stabil 24 jam terakhir untuk terapi bermain aktif)
2. Tidak mengantuk
3. Tidak merasa lapar
4. Anak yang akan menghadapi prosedur diagnostik
5. Dilakukan secara rutin (individu/kelompok)
E. Kebijakan
1. Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan perawatan
2. Tidak membutuhkan energi yang banyak
3. Harus mempertimbangkan keamanan anak
4. Melibatkan orangtua
5. Tenaga perawat (nurse play spesialist dan observer) dan ruang khusus bermain
ada.
6. Kelompok umur sama
7. Alat permainan berisiko kecil terhadap infeksi silang
8. Pemisahan penyakit menular dan tidak menular
F. Persiapan Pasien
1. Memberitahu anak dan atau keluarga
2. Pemilihan pasien berdasarkan umur, penyakit, dan keadaan umum terakhir
3. Mempersilahkan anak dan orang tua hadir di ruang bermain
4. Bila tidak ada ruang khusus maka anak dan orang tua disiapkan di tempat tidur
anak
G. Persiapan alat
1. Lembar observasi
2. Alat permaian : Puzzle
H. Prosedur kerja
1. Secara berkelompok
2. Fasilitator akan mengelompokkan puzzle sesuai dengan kepingan yang ada biji
dan angka
3. Minta anak untuk menghitung jumlah biji satu persatu, setelah itu minta anak
untuk mencari angkanya
4. Permainan di lanjutkan dengan teman yang lain dan dilakukan berulang-ulang
LEMBAR OBSERVASI TERAPI BERMAIN PUZZLE
Nama pasien :
Umur :
Jenis kelamin :