Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA BERMAIN (SAB) PADA ANAK

Disusun Oleh :

Ayuk Minarti

Dina Agustina

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

BLORA POLITEKNIK KESEHATAN

SEMARANG TAHUN AJARAN 2022


PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK

Pokok Bahasan : Terapi bermain pada anak di rumah sakit


Sub Pokok Bahasan : Menyusun Puzzle
Tempat : Ruang Marwah Rs PKU Muhammadiyah Cepu
Hari/ tanggal : 10 Maret 2022
Waktu : 30 menit
Sasaran : Anak usia Toddler dan usia preschool
Jenis permainan : Menyusun Puzzle

A. Latar Belakang
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan
suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain tidak sekedar
mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan,
cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk
kesehatan fisik, mentaldan perkembangan emosinya. Dengan bermain anak dapat
menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan juga emosinya karena mereka
bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya.
Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini
mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat
kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk
mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman,
kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang
mendapat kesempatan bermain.

B. Tujuan
1) TIU (Tujuan Instruksional Umum):
Setelah diajak bermain, diharapkan anak diharapkan bisa merasa tenang selama
perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat sehingga anak bisa
merasa nyaman selama dirawat dirumah sakit.
2) TIK (Tujuan Instruksional Khusus):
Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu:
1) Bisa merasa tenang selama dirawat.
2) Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat
3) Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat
4) Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan
5) Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi
6) Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
7) Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi anak terhadap suatu
permainan
8) Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang tepat
9) Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit
10) Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti dirumah
Sebagai alat komunikasi antara perawat – klien.
C. Metode dan Media
1) Metode
a) Bermain bersama
b) Mendengarkan tanggapan anak atau tanya jawab
2) Media
a) Puzzle
b) Hadiah

D. Kegiatan
1) Pengorganisasian
a) Leader : Ayuk Minarti
b) Notulen : Dina Agustina
c) Fasilitator : Ayuk dan Dina

Pembagian tugas :
a) Peran Leader
- Mengkoordinasi seluruh kegiatan
- Memimpin jalannya terapi bermain dari awal hingga berakhirnya terapi
- Membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif.
b) Peran Observer/Notulen
- Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat
dan jalannya acara
- Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok
dengan evaluasi kelompok
c) Fasilitator
- Memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan
- Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
- Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar
dapat kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan.
- Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan
- Membimbing kelompok selama permainan

2) Setting tempat

Keterangan :

= Leader

= Fasilitator

= Observer/Notulen

= Peserta

= Orangtua
3) Kegiatan Bermain

No Waktu Terapis Anak

1. 5 menit Pembukaan:
1. Leader membuka dan mengucapkan Menjawab salam
salam Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan dan saling
4. Memperkenalkan anak satu persatu dan berkenalan Mendengarkan
anak saling berkenalan dengan Mendengarkan
temannya
5. Kontrak waktu dengan anak
6. Mempersilahkan leader
2. 20 menit Kegiatan bermain:
1. Leader menjelaskan cara bermain Mendengarkan
2. Menanyakan pada anak, anak mau Menjawab pertanyaan
bermain atau tidak
3. Membagikan permainan Menerima permainan
4. Leader, dan fasilitator memotivasi anak Bermain
5. Observer mengobservasi anak Bermain
6. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan

3. 5 menit Penutup:
1. Leader menghentikan permainan Selesai bermain
2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3. Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan
4. Membagikan hadiah pada semua anak Senang
yang bermain
5. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
6. Leader menutup acara Mendengarkan
7. Mengucapkan salam Menjawab salam
E. Evaluasi
1) Evaluasi Struktur Yang diharapkan:
 Alat-alat yang digunakan lengkap
 Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2) Evaluasi Proses Yang diharapkan:
 Terapi dapat berjalan dengan baik
 Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
 Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
 Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya
3) Evaluasi Hasil Yang diharapkan:
 Anak mampu menyusun puzzle sesuai permintaan terapis
 Anak mampu menyusun puzzle sesuai imajinasinya
 Anak mampu menjelaskan bentuk puzzle yang telah ia susun sesuai imajinasinya
MATERI SATUAN ACARA BERMAIN

A. PENGERTIAN
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan
suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain tidak sekedar
mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan,
cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk
kesehatan fisik, mentaldan perkembangan emosinya.
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya
dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan
pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan
ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat
kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk
mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman,
kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang
mendapat kesempatan bermain.
Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena hal ini adalah salah satu bentuk upaya
dalam proses penyembuhan pada anak sakit. Namun pada sisi lain, perawatan dan proses
keperawatan yang bertujuan penyembuhan tersebut kadang membuat anak-anak menjadi
takut/ trauma dan kejenuhan pada anak. Karena aktivitas anak sangat sedikit frekuensinya
dan hal inilah yang membuat anak semakin jenuh di rumah sakit. Hal ini sangat
berpengaruh pada kooperatif anak dalam menerima perawatan dan pelayanan
keperawatan di rumah sakit.
Selain menimbulkan hal di atas, kejenuhan dan lamanya anak di rawat di rumah
sakit membuat kebutuhan bermain anak sangat kurang, hal ini terjadi karena banyak hal,
antara lain : kondisi fisik klien yang masih lemah sehingga nak tidak mampu beraktivitas,
kondisi ruang atau tempat yang asing bagi anak dan banyaknya orang-orang baru
disekeliling anak sehingga anak menjadi takut dan lain sebagainya.
Hal di atas di temukan juga pada Ruang Anak di RS PKU Muhammadiyah Cepu di
mana anak terlihat bosan, takut dan lebih banyak diam atau menangis. Hal inilah yang
akhirnya membuat anak hanya diam terpaku tanpa melakukan aktifitas sehingga
kebutuhan bermainya tidak terpenuhi, dari latar belakang di atas menurut kelompok perlu
di adakan suatu tindakan keperawatan yang tepat untuk mengurangi tingkat kejenuhan
dan katakutan anak sehingga anak menjadi aktif dan terpenuhi kebutuhan bermainnya.
B. PRESCHOOL
1) Pengertian PreschooL
Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah anak-
anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan
untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun ( Wong, 2000),
anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan
perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, Secara fisik anak pada tahun ketiga
terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB
berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95 cm.
a) Aspek Bahasa

Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jarang dari 900
kata,mengunjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau lebih dan pada tahun
kelima sampai keenam mencapai 2100 kata,mengunakan 6 sampai 8 kata,menyebut 4
warna atau lebih,dapat menggambar dengan banyak komentar serta menyebutkan
bagiannya,mengetahui waktu seperti hari,minggu dan bulan,anak juga sudah mampu
mengikuti 3 perintah sekaligus.
b) Aspek Sosial
Pada tahun ketiga anak sudah hamper mampu berpakaian dan makan sendiri,
rentang perhatian meningkat, mengetahui jenis kelaminnya sendiri,dalam permainan
sering mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai berbagi. Tahun keempat
anak sudah cenderung mandiri dan Keras kepala atau tidak sabar,agresif secara fisik
dan veerbal,mendapat kebanggan dalam pencapaian,masih mempunyai banyak rasa
takut. Pada akhir usia prasekolah anak sudah jarang memberontak, lebih tenang,
mandiri, dapat dipercaya, lebih bertanggungjawab, mencoba untuk hidup berdasarkan
aturan,bersikap lebih baik,dalam permainan sudah mencoba mengikuti aturan tetapi
kadang curang.
Personal social:
1. Menyatakan keinginan untuk melakukan sesuatu yang ingin dilakukan supaya di
anggap di masyarakat
2. Anak mulai mengetahui aturan-aturan, di lingkungan keluarga dan lingkungan
3. Menyadari hak dan kepentingan orang lain
4. Mulai dapat bermain dengan teman sebaya
5. Keluarga harmonis, komunikasi baik maka anak akan mempunya kemampuan
dan penyesuaian dalam hubungan dengan orang lain.
6. Masuk TK akan sangat membantu anak untuk “jembatan bergaul” dan
sosialisasi dengan teman sebaya.
c) Aspek Kognitif
Tahun ketiga berada pada fase pereptual, anak cenderung egosentrik dalam
berfikir dan berperilaku, mulai memahami waktu, mengalami perbaikan konsep
tentang ruang dan mulai dapat memandang konsep dari perspektif yang berbeda.
Tahun keempat anak berada pada fase inisiatif, memahami waktu lebih baik, menilai
sesuatu menurut dimensinya, penilaian muncul berdasarkan persepsi, egosentris mulai
berkurang, kesadaran social lebih tinggi, mereka patuh kepada orang tua karena
mempunyai batasan bukan karena memahami hal benar atau salah. Pada akhir masa
prasekolah anak sudah mampu memandang perspektif orang lain dan mentoleransinya
tetapi belum memahaminya, anak sangat ingin tahu tentang factual dunia.
Motorik halus : Bisa menggunakan gunting, Menggambar lingkaran, kotak
Motorik kasar : Melempar bola melewati atas kepala, Memanjat, Menaiki
sepeda roda tiga, Belajar menalikan tali sepatu, mengkancing, menyikat gigi.
d) Faktor Pengaruh Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
1) Faktor herediter
Merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagi dasar dalam mencapai tumbuh
kembang anak disamping faktor lain. Faktor herediter adalah bawaan, jenis
kelamin, ras, suku bangsa.

2) Faktor lingkungan

Merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai


dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki antara lain :

 Lingkungan prenatal

Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi lahir sampai yang


meliputi gizi pada waktu ibu hamil, zat kimia atau toksin, kebiasaan merokok
dan lain-lain.

 Lingkungan post natal

Seperti sosial ekonomi orang tua, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak
dalam orang tua dan status kesehatan.
e) Macam Bermain
Bermain aktif. Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh
dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri.

Bermain aktif meliputi : Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play).


Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut,
memperhatikan, mengocok- ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan
kadang-kadang berusaha membongkar.
Bermain pasif. Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan
mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bermain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh ; Melihat
gambar di buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,menonton televisi dsb.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain,
yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
• Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif
bermain.
• Tidak ada variasi dari alat permainan.
• Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
• Tidak mempunyai teman bermain.
f) APE ( Alat Permainan Edukatif )
1. Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat

mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat

perkembangannya.
2. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau
merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus. Contoh
alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali,
dll. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
3. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang
benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape,
TV, dll.
4. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk.
Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka,
pensil warna, radio, dll.
5. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi
ibu dan anak, keluarga dan masyarakat.
Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak
pasir, bola, tali, dll.
g) Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Bermain
1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
5. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

h) Permainan yang dianjurkan :


1. Menggambar.
2. Bermain kertas lipat.
3. Menyusun balok, Mobil – mobilan dll.
4. Menyanyi.
5. Alat olahr raga, masak, menghitung.

C. MATERI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE


1) Pengertian
Bermain menyusun puzzle merupakan salah satu jenis permainan yang bisa
dilakukan dalam proses terapi bermain bagi klien anak yang sedang menjalani proses
hospitalisasi. Bermain dengan cara menyusun balok pada dasarnya tidak hanya
membantu mengembangkan kemampuan motorik anak tetapi juga berperan penting
dalam proses pengembangan kognitif klien. Kemampuan klien menyusun balok
berkaitan erat dengan kemampuan kognitif klien karena pada dasarnya bermain
dengan cara metode menyusun balok tidak hanya melatih kemampuan motorik halus
klien tapi lebih dari itu bermain menyusun balok memerlukan perencanaan meskipun
masih relatif sederhana.
Ketika anak sudah mampu bermain menyusun balok secara lancar maka dia sudah
siap untuk meningkatkan kemampuannya ke tingkat yang lebih lanjut seperti
mencorat- coret kertas, belajar menggosok gigi sendiri dan makan dengan
menggunakan sendok. Menyusun balok mengandalkan keterampilan memegang
benda kecil, meletakkannya di atas balok lain sambil mengusahakan keseimbangan.
Keterampilan memegang benda
kecil, sebenarnya dicapai anak sejak berusia 10 bulan, saat ia mulai suka menjumput
remah-remah kue yang berserakan di dekatnya.
2) Faktor Penyebab Ketidakmampuan Menyusun Puzzle
Menurut Immanuel, ketidakmampuan melakukan tugas perkembangan tertentu,
seperti menyusun puzzle, dapat menghambat berkembangnya keterampilan
berikutnya. Faktor penyebabnya yaitu:
a) Karena kurang dirangsang atau kurang latihan
Anak berusia 9 tahun perlu dilatih dengan memberinya puzzle. Umumnya, anak
usia ini berminat pada hal-hal yang berhubungan dengan sebab-akibat, sehingga
ingin mencoba memadukan satu benda dengan benda lain.
b) Ada gangguan pada mata
Pandangan yang tidak jelas pada anak membuatnya enggan melakukan kegiatan
yang menggunakan benda-benda kecil. Anda perlu memeriksakannya ke dokter
sebelum hal ini berlangsung lama.
c) Ada gangguan pada saraf atau retardasi mental
Gangguan ini dapat diwaspadai dari kemampuan meraba. Bila anda mendapati si
kecil anda mengalami kelainan pada keterampilan meraba, anda perlu waspada.
Segera bawa ia ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan
3) Keuntungan Menyusun Puzzle
Keuntungan-keuntungan yang didapat dari bermain dengan menyusun puzzle, antara
lain:
a) Terapi bermain menyusun puzzle dapat merangsang keterampilan proses berfikir
dan motorik anak
b) Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
c) Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri.
Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.
d) Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang pada
anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran
cemas, takut, sedih tegang dan nyeri
e) Permainan yang terapeutik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk
mempunyai tingkah laku yang positif.
DAFTAR PUSTAKA

Yudiernawati, Atty. 2006. Peran Bermain Dalam Perkembangan Psikososial Anak. Malang:
Politeknik Kesehatan Malang

Anda mungkin juga menyukai