Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL TERAPI BERMAIN DI RUANG DAHLIA

RSUD Dr. H SOEWONDO KENDAL

Disusun Oleh :

1. A Panggah Sekti Aji (SK.322.026)


2. Erna Amelia Noviyanti (SK.322.035)
3. Esa Lalita Candra (SK.322.008)
4. Ari Agus Triarto (SK.322.029)
5. M. Aldino Okka Nur U (SK.322.013)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL

TAHUN 2022/2023
Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Di Ruang Rawat Inap
Dahlia RSUD Dr. H Soewondo Kendal
Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain Anak Mewarnai
Sasaran : Pasien Anak usia 1-4 tahun di Ruang Dahlia
Tempat : Ruang bermain rawat inap Dahlia
Waktu : , Januari 2023
A. Latar Belakang
Bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan
anak secara optimal, dalam kondisi sakit atau anak di rawat di rumah
sakit, aktivitas bermain tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan
dengan keadaan kondisi anak. Pada saat kondisi dirawat, anak akan
mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan,
seperti marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan tersebut
merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stressor yang ada di lingkungan rumah sakit.
Untuk itu, dengan bermain anak akan terlepas dari ketegangan dan
stress yang dialaminya karena stress yang dialaminya, karena dengan
bermain anak akan dapat menghilangkan rasa sakitnya dengan cara
teralihkan dengan melakukan aktivitas bermain. Tujuan bermain di
rumah sakit prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan
kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress.
Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan
anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak
juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong,
2009).
Anak-anak pada usia toddler dapat memainkan sesuatu
dengan tangannya serta senang bermain dengan warna, oleh karena
itu bermain dengan mewarnai gambar menjadi alernatif untuk
mengembangkan kreatifias anak dan dapat menurunkan tingkat
kecemasan pada anak selama dirawat. Mewarnai gambar dapat
menjadi salah satu media bagi perawat untuk mampu mengenali
tingkat perkembangan anak. Anak-anak dapat memainkan sesuatu
dengan tangannya yaitu dengan bongkar pasang yang bisa melatih
kecerdasan otak anak dan berpikir secara logis untuk menyelesaikan
gambar yang bisa menjadi sesuatu yang menarik seperi binatang atau
orang. Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama
anak bermain dengan sesuatu yang menggunakan alat mewarnai
seperti crayon atau pensil warna akan membantu anak untuk
menggunakan tangannya secara aktif sehingga merangsang motorik
halusnya. Oleh karena sangat pentingnya kegiatan bermain terhadap
tumbuh kembang anak dan untuk mengurangi kecemasan akibat
hospitalisai, maka akan dilaksanakan terapi bermain pada anak usia
toddler dengan cara mewarnai gambar.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkanaktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman
bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit
dan dirawat.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan bermain, selama 30 menit anak
mampu :
a. Mengembangkan kreativitas pada anak
b. Mengembangkan imajinasi pada anak
c. Anak dapat lebih mengenali warna
d. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
e. Beradaptasi dengan dengan lingkungan
f. Mempererat hubungan antara perawat dan anak
C. Sarana
- Peserta : anak usia 1-4 tahun
- Jumlah :
D. Tempat
- Ruang bermain rawat inap Dahlia RSUD Dr. H Soewondo
Kendal
E. Waktu
- , Januari 2023 (pukul, )
F. Prinsip kegiatan
- Terapi bermain kelompok
G. Rencana bermain
No Terapis Waktu Subjek terapi
1. Persiapan 3 menit Pembukaan :
1. Co leader
Membuka dan mengucapkan
salam
2. Memperkenalkan diri
3. Memperkenalkan pembimbing
4. Memperkenalkan diri pada anak
5. Kontrak waktu dengan anak
6. Mempersilahkan leader
2. Proses 30 menit Kegiatan bermain :
1. Leader
Menjelaskan cara bermain
2. Menanyakan pada anak, mau
bermain atau tidak
3. Membagikan jenis permainan
4. Leader, co leader dan fasilitator
memotivasi anak
5. Observer, mengobservasi anak,
menanyakan perasaan anak.
3. Penutup 3 menit Penutup :
1. Leader, menutup kegiatan
permainan
2. Menanyakan perasaan anak
3. Menyampaikan hasil permainan
4. Memberikan hadiah sebagai
apresiasi anak dalam kegiatan
bermain
5. Menanyakan perasaan anak

H. Bentuk permainan
a. Jenis permainan : mewarnai
b. Karakteristik permainan
1) Mudah dalam membuatnya
2) Mudah digunakan anak
3) Menarik digunakan yaitu untuk merangsang perhatian baik
dari segi bentuk, warna, bahan sehingga anak tertarik untuk
memainkannya.
4) Mudah dalam memperoleh bahan dan alat
5) Mudah dalam proses pembuatannya
6) Murah dari segi biaya
I. Media
a. Pensil warna/crayon
b. Kertas bergambar
J. Setting tempat

Keterangan :
: Leader : Fasilitator

: Co leader : Orangtua

: Peserta : Observer
K. Pembagian Tugas
1. Leader
a. Memulai dan mengakhiri kegiatan bermain
b. Menjelaskan prosedur dan cara kerja
c. Memotivasi anggota kelompok, mengemukakan pendapat
dan memberi feed back terhadap kegiatan yang dilakukan
d. Mengatasi masalah yang mungkin timbul selama kegiatan
e. Mengkoordinir seluruh petugas yang terlibat pelaksanaan
terapi bermain
f. Memberi reinforcement positif
g. Menyimpulkan kegiatan
2. Co leader
a. Membantu leader dalam menjalankan perannya
b. Bersama leader sebagai contoh dalam bentuk kerjasama yang
baik dalam bekerja
c. Menyampaikan informasi dari fasilitator kepada leader
d. Mengingatkan leader tentang waktu kegiatan
e. Mengingatkan leader bila jalannya terapi bermain tidak
sesuai
3. Notulen, sebagai penulis dakam menyimpulkan kegiatan
4. Fasilitator, memfasilitasi, memotivasi dan mensukseskan
kegiatan
5. Observer
a. Mengamati dan mencatat (jumlah anggota yang hadir,
terlambat, pemberi ide, dan pendapat)
b. Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan
berlangsung
c. Mencatat penyimpangan ancara terapi bermain
d. Pengaturan tempat dan menyampaikan hasil terapi bermain
L. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
Leader :
Co leader :
Fasilitator :
Observer :
2. Proses
a. Diharapkan selama proses berlangsung anak dapat mengikuti
seluruh kegiatan
b. Diharapkan selama proses berlangsung anak berperan aktif
dalam kegiatan
c. Diharapkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang
telah direncanakan
3. Hasil
a. Diharapkan anak dapat bekerja sama dengan baik, sesuai
dengan kegiatan yang dilakukan
b. Diharapkan anak mengikuti kegiatan mampu mengutarakan
perasaannya setelah kegiatan selesai
Lampiran materi :

TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR


DENGAN KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK

1. Konsep Bermain
1) Definisi bermain
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik
dalam dirinya yang tidak disadari (Wholey and wong,
1991).Bermaian adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
keinginan untuk memperoleh kesenangan (Foster, 1989).
Jadi kesimpulannya bermain adalah cara untuk memperoleh
kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. yang dilakukan
secara sukarela untuk memperoleh kesenangan. Bermain merupakan
cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan sosial.
2) Tujuan bermain
a. Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang
normal.
b. Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi.
c. Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain
yang tepat.
d. Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena
sakit.
3) Fungsi bermain
a. Perkembangan social motoric
Aktivitas sensorimotor adalah komponen utama bermain
pada semua usia dan merupakan bentuk dominan permainan
pada masa bayi. Permainan aktif penting untuk perkembangan
otot dan bermanfaat untuk melepasa kelebihan energy. Melalui
permainan sensorimotor, anak menggali sifat dunia fisik. Bayi
memperoleh kesan tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka
melalui stimulasi taktil, audiotorius, visual dan kinestetik.
Toddler dan prasekolah sangat menyukai gerakan tubuh dan
mengeksplorasi segala sesuatu di ruangan. Dengan meningkatnya
maturitas, permainan sensorimotor, menjadi semakin berbeda.
Sementara anak yang masih sangat kecil lebih menyukai berlari
untuk menggerakkan tubuh, anak yang lebih besar
menggabungkan atau memodifikasi gerakan menjadi aktivitas
yang lebih rumit dan terkoordinasi, seperti berlomba, melakukan
permaiinan, main sepeda dan roler skating.
b. Perkembangan intelektual
Melalui eksplorasi dan manipulasi, anak-anak belajar
mengenali warna, bentuk, ukuran, tekstur dan fungsi objek-
objek. Mereka mempelajari fungsi angka-angka dan cara
menggunakannya, mereka belajar menghubungkan kata dengan
benda, dan mereka mengembangkan pemahaman tentang konsep
yang abstrak dan hubungan spasial seperti naik, turun, bawah dan
atas. Kegiatan seperti mewarnai dalam sebuah gambar atau pola
tertentu membantu mereka untuk mengembangkan kemampuan
menyelesaikan masalah, dengan melatih kepatuhan diri terhadap
pola gambar yang ada. Buku, cerita, film dan koleksi benda dapat
memperluas pengetahuan sekligus kesenangan. Permainan
memberikan sarana untuk mempraktikkan dan mengembangkan
keterampilan berbahasa melalui bermain, anak-anak secara
berkelanjutan mempraktikkan pengalaman yang lalu untuk
mengasimilasikannya kedalam berbagai persepsi dan hubungan
yang baru. Bermain membantu anak-anak memahami dunia
tempat mereka tinggal dan membedakan antara fantasi dan
kenyataan. Ketersediaan materi permainan dan kualitas
keterlibatan orang tua adalah dua variable terpenting yang terkait
dengan perkembangan kognitif selama masa bayi dan prasekolah
(Chase, 1994).
c. Sosialisasi
Sejak masa bayi awal, anak-anak menunjukkan minat dan
kesenangan apabila ditemani dengan anak lain. Hubungan sosial
pertamanya adalah dengan pribadi ibu, tetapi melalui bermain
dengan anak lain, mereka belajar membentuk hubungan sosial
dan menyelesaikan masalah yang terkait dengan hubungan ini.
Mereka belajar untuk saling member dan menerima, mereka
banyak belajar dari kritikan teman sebayanya dibandingkan dari
orang dewasa. Mereka mempelajari peran seks sesuai dengan
yang diharapkan masyarakat serta mempelajari pola perilaku dan
sikap yang diterima masyarakat. Anak-anak mempelajari yang
benar dari yang salah, standar masyarakat dan bertanggung
jawab atas tindakan mereka.
d. Kreativitas
Tidak ada situasi lain yang lebih memberi kesempatan untuk
menjadi kreatif selain bermain. Anak-anak bereksperimen dan
mencoba ide mereka dalam bermain melalui setiap media yang
mereka miliki, termasuk bahan-bahan mentah, fantasi dan
eksplorasi. Kreativitas terkekang oleh tekanan untuk
menyamakan; oleh sebab itu usaha keras untuk dapat diterima
oleh teman sebaya mungkin merintangi upaya kreatif anak
sekolah atau anak remaja. Kreativitas terutama merup[akan hasil
dari aktivitas tunggal, meskipun berfikir kreatif sering kali
ditingkatkan dalam kelompok ketika mendengar ide orang lain
yang merangsang eksplorasi lanjutan dari idenya sendiri. Ketika
anak marasakan kepuasan dari mencipta sasuatu yang baru dan
berbeda, mereka mentransfer minat kreatif ini situasi dilua dunia
bermain.
e. Kesadaran diri
Proses identifikasi diri difasilitasi melalui kegiatan bermain.
Anak-anak belajr mengenali siapa diri mereka dan dimana posisi
mereka. Mereka semakin mampu mengatur tingkah laku mereka
sendiri, mempelajari kemampuan diri mereka, dan
memandingkannya dengan anak-anak yang lain. Melalui
bermain anak-anak mampu menguji kemampuan mereka,
melaksanakan dan mencoba berbagai peran dan mempelajari
dampak dari perilaku mereka pada orang lain.
f. Manfaat terapeutik
Bermain bersifat terapeotik pada berbagai usia. Bermain
memberikan serana untuk melepaskan diri dari ketegangan dan
stress yang dihadapi di lingkungan. Dalam bermain, anak dapat
mengekspresikan emosi dan melepaskan impuls yang tidak dapat
diterima dalam cara yang dapat diterima masyarakat. Anak-anak
mampu untuk mencoba dan menguji situasi yang menakutkan
dan dapat menjalankan dan menguasai peran dan posisi yang
tidak dapat mereka lakukan di dunia nyata. Ana-anak banyak
menunjukkan diri mereka sendiri dalam bermain. Melalui
bermain anak-anak mampu mengomunikasikan kebutuhan, rasa
takut, dan keinginan mereka kepada pengamat yang tidak dapat
mereka ekspresikan karena keterbatasan keterampilan bahasa
mereka. Selama bermain, anak perlu menerima dari orang
dewasa dan perlu didampingi oleh orang dewasa untuk
membantu mereka mengontrol agresi dan menyalurkan
kecendrungan destruktif mereka.
g. Nilai moral
Walaupun anak belajar di rumah dan di sekolah tentang
perilaku yang dianggap benar dan salah menurut budaya,
interaksi dengan sebaya selama bermain berperan secara
bermakna pada pembentukan moral mereka. Tidak ada tempat
yang memberikan penguatan standar moral sekaku dalam situasi
bermain. Bila mereka ingin diterima sebagai anggota kelompok,
anak harus menaati aturan perilaku yang diterima budaya
(misalnya adil, jujur, control diri dan mempertimbangkan orang
lain). Anak segera mempelajari bahwa sebaya mereka kurang
toleran terhadap kekerasan dibandingkan orang dewasa dan
bahwa untuk mempertahankan tempat dalam kelompok bermain
mereka harus menyesuaikan diri dengan standar kelompok.
2. Karakter Permainan
1) Permainan Pengamat
Selama permainan pengamat, anak memerhatikan apa
dilakukan anak lain tetapi tidak berusaha untuk terlibat dalam
aktivitas bermain tersebut. Terdapat minat aktif dalam memerhatikan
intekrasi anak lain tetapi tidak bergerak untuk berpartispasi.
Memerhatikan kakak menendang bola adalah contoh umum dari
peran pengamat.
2) Permainan Tunggal
Selama permainan tunggal, anak bermain sendiri dengan
mainan berbeda dengan mainan digunakan oleh anak lain di tempat
yang sama. Mereka menikmati adanya anak lain tetapi tidak
berusaha untuk mendekati atau berbicara dengan mereka. Minat
mereka dipusatkan pada aktivitas mereka sendiri, yang mereka
lakukan tanpa terkait dengan aktivitas anak lain.
3) Permainan Parallel
Selama aktivitas parallel, anak bermain secara mandiri tetapi
antara anak-anak lain. Mereka bermain dengan mainan yang sama
seperti mainan yang digunakan anak lain di sekitar mereka, tetapi
ketika anak tampak kompak, mereka tidak saling memengaruhi.
Masing-masing anak bermain berdampingamn, tetapi tidak bermain
bersama. Tidak ada asosiasi kelompok. Bermain parallel adalah cirri
bermai toddler, tetapi juga dapat terjadi pada kelompok usia lain.
Individu yang terdapat dalam aktivitas kreatifdengan masing-masing
orang secara terpisah mengerjakan proyek individual termasuk ke
dalam permainan parallel.
4) Permainan Asosiatif
Anak bermain bersama dan mengerjakan aktivitas serupa
atau sama, tetapi tidak ada organisasi, pembagian kerja, penetapan
kepemimpinan, atau tujuan bersama. Anak meminjam dan
meminjami material permainan, saling mengikuti dengan mendarai
wagon dan sepeda roda tiga,dan terkadang berupaya untuk
mengontrol siapa saja yang boleh dan tidak boleh bermain dalam
kelompok tersebut. Setiap anak bertindak sesuai dengan harapannya
sendiri, tidak ada tujuan kelompok. Misalnya, dua anak bermain
boneka, saling meminjam pakaian boneka dan melakukan
percakapan serupa, tetapi tidak ada yang mengarahkan tindakan
teman lainatau menetapkan aturan mengenai batasan sesi permainan.
Terdapat pengaruh perilaku yang sangat besar: ketika anak satu
memulai aktivitas, seluruh kelompok mengikuti contohnya.
5) Permainan Kooperatif
Permainan kooperatif(kerja sama) bersifat teratur, dan anak
bermain dalam kelompok dengan anak lain. Mereka mendiskusikan
dan merencanakan aktivitas untuk tujuan pencapaian akhir untuk
membuat sesuatu, untuk mencapai tujuan kompetitif, untuk
memerankan situasi kehidupan orangdewasa atau kelompok, atau
untuk memainkan permainan formal. Kelom[ok ini terbentuk secara
renggang, tetapi terdapat rasa memiliki atau tidak memiliki yang
nyata. Tujuan dan pencapaiannya memerlukan pengorganisasian
aktivitas, pembagian kerja, dan peran bermain. Hubungan
pemimpin-anak buah ditetapkan secara jelas, dan aktivitas dikontrol
oleh satu atau dua anggota yang memerankan peran dan
mengarahkan aktivitas orang lain. Aktivitas diatur untuk
memungkinkan satu anak menambah fungsi anak lai mencapai
tujuan.

3. Klasifikasi Permainan
a. Permainan sosial-afektif
Permainan yang membuat bayi merasakan kesenangan dalm
berhubungan dengan orang lai. Bila orang dewasa berbicara,
menyentuh, mencium, dan dalam berbagai cara membuat bayi
berespon, bayi segera belajar untuk menstimulasi emosi dan
respons orang tua dengan perilaku seperti tersenyum,
mengeluarkan suara, memulai permainan dan aktivitas. Tipe dan
instesitas perilaku orang dewasa terhadap anak beragam pada setiap
budaya.
b. Permainan rasa senang
Pengalaman stimulasi nonsosial yang muncul begitu saja.
Objek dalam lingkungan-sinar dan warna, rasa dan bau, tekstur dan
konsistensi menarik perhatian anak, merangsang indra mereka, dan
memberikan kesenangan. Pengalaman rasa senang berasal dari
memegang bahan mentah (air, pasir, makanan), gerakan tubuh
(diayun, diangkat, ditimang), dan dari pengalaman yang lain
menggunakan indra dan kemampuan tubuh (mencium dan
bersenandung).
c. Permainan keterampilan
Bila bayi telah mengembangkan kemampuan untuk
menggenggam atau memanipulasi, mereka secara terus-menerus
menunjukkan dan melatih kemampuan yang baru mereka kuasai
melalui permainan keterampilan, yang mengulang tindakan
tersebut. Elemen dari permainan rasa senang sering terlihat dalam
mempraktikkan kemampuan baru, tetapi terlalu sering, bertekat
untuk berhasil menunjukkan keterampilan sulit yang menimbulkan
nyeri dan frustasi. Mis, belajar mengendarai sepeda.
d. Perilaku unoccupied
Anak tidak bermain tetapi memfokuskan perhatian mereka
secara singkat pada apapun yang menarik perhatian mereka. Anak
melamun, memainkan pakaian atau objek lain, atau berjalan tanpa
tujuan. Peran ini berbeda dengan pengamat (onlooker), yang secara
aktif memerhatikan aktivitas orang lain.
e. Permainan dramatic atau pura-pura
Salah satu elemen vital pada proses identifikasi anak adalah
permainan dramatic, yang juga disebut sebagai permainan simbolik
atau pura-pura. Permainan ini dimulai pada masa bayi akhir (11
sampai 13 bulan) dan merupakan bentuk permainan yang dominan
pada anak prasekolah. Bila anak mulai memberikan makna afektif
pada dunia, mereka dapat menghayalkan dan membayangkan
hamper segala hal, dengan memerankan kejadian hidup sehari hari,
anak belajar dan mempraktikkan peran dan identitas yang
dimainkan oleh anggota keluarga mereka dan masyarakat. Mainan
anak, replica benda-benda di masyarakay, memberikan media
untuk belajar tentang peran dan aktifitas orang dewasa yang dapat
membingungkan dan menimbulkan frustasi pada mereka.
Permainan sederhana, imitatf, dramatic pada toddler, seperti
menggunakan telepon, mengendarai mobil-mobilan, atau
menimang boneka, berkembang menjadi drama yang semakin
kompleks dan bersambung yang dibuat anak prasekolah, yang
meluas dari hal-hal umum dirumah tangga sampai aspek yang lebih
luas tentang dunia dan masyarakat, seperti memainkan peran polisi,
pramuniaga, guru, atau perawat. Anak yang lebih besar
menjalankan tema tertentu, memerankan sebuah cerita, dan
menyusun drama itu sendiri.
f. Permainan (game)
Anak disemua budaya terlibat dalam permainan baik sendiri
atau dengan orang lain. Aktivitas soliter mencakup permainan yang
dimulai ketika anak yang masih sangat kecil berpartisipasi dalam
aktivitas repititif dan berlanjut ke permainan yang lebih rumit yang
menantang keterampilan mandiri mereka seperti menata puzzle,
bermain kartu, dan permainan computer atau video. Anak yang
sangat muda berpartisipasi dalam permainan imitative sederhana
seperti “petak umpet”. Anak prasekolah belajar dan menikmati
permainan formal yang dimulai dengan permainan pertahanan diri
yang ritual dimainkan seperti permainan ring a rosy and London
bridge (permainan yang didalamnya terdapat aktivitas perebutan
kursi yang jumlahnya makin dikurangi dan anak yang bermain
berjalan mengitari kumpulan kursi tersebut sampai diiringi music
yang ada periode tertentu dihentikan lalu dimainkan kembali-red).
Dengan pengecualian permainan papan sederhana, anak prasekolah
tidak terlibat dalam permainan kompetitif. Anak sekolah tidak suka
kalah dan akan mencoba untuk curang, ingin mengubah aturan, atau
menuntut pengecualian dan kesempatan untuk mengubah cara
mereka. Anak usia sekolah dan remaja menikmati permainan
kompetitif, termasuk permainan kartu, catur, dan permainan aktif
secara fisik seperti baseball.

4. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


1) Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak, karena pada dasarnya permainan adalah alat
stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
2) Status kesehatan anak/jenis penyakit
Aktivitas bermain harus disesuaikan dengan status kesehatan
anak. Aktivitas bermain hanya dilakukan kepada anak yang mulai
kembali berenergi dari masa sakitnya.
3) Gender (jenis kelamin) anak
Semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau
anak perempuan untuk mengembangkan gaya pikir, imajinasi,
kreatifitas, dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi permainan
adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenal identitas diri.
4) Lingkungan
Lingkung yang mendukung dapat menstimulasi imejinasi anak
dan kreativitas anak dalam bermain.
5) Pandangan orang tua
Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu
banyak bermaian akan membuat menjadi malas bekerja dan bodoh.
Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikolog
mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan jiwa anak.
5. Prinsip dalam Aktivitas Bermain di Rumah Sakit
a. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat, dan sederhana.
b. Mempertimbangkan keamanan.
c. Dilakukan untuk kelompok umur yang sama.
d. Tidak bertentangan dengan proses pengobatan.
e. Melibatkan orang tua.
6. Fungsi Bermain di Rumah Sakit
a. Memfasilitasi situasi yang tidak familiar,
b. Membantu untuk mengurangi stress terhadap perpisahan,
pengobatan dan lingkungan rumah sakit.
c. Member peralihan dan relaksasai.
d. Memberikan jalan untuk mengekspresikan perasaan sebagai
sarana mengurangi tekanan.
e. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kratif dan minat.
f. Member cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik (Wong, 1996).
g. Menunjukkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-
sikap yang positif terhadap orang lain.
7. Hambatan-hambatan yang mungkin terjadi saat bermain
a. Anak kurang kooperatif.
b. Orang tua tidak mendukung.
c. Jam-jam tertentu seperti : kunjungan dokter, terapi dan waktu
istirahat.
d. Tidak semua rumah sakit mempunyai fasilitas bermain.
e. Anak merasa bosan.
f. Anak merasa takut atau asing dengan lingkungan.
8. Antisipasi hambatan bermain
a. Pendekatan kepada anak lebih ditingkatkan.
b. Memberikan penjelasan yang mudah dimengerti orang tua,
sehingga timbul rasa percaya.
c. Membatasi waktu bermain.
d. Permainan bervariasi/tidak monoton.
e. Bermain dilakukan dirawat inap tanpa menggangu proses terapi
pengobatan.
f. Melibatkan perawat, petugas ruangan dan orang tua.
g. Konsultasi dengan pembimbing.
9. Bentuk-Bentuk Permainan
a. Usia 0-12 bulan
Tujuannya adalah:
- Melatih reflek-reflek menghisap, menggenggam.
- Melatih kerjasama mata dan tangan.
- Melatih kerjasama mata dan telinga.
- Melatih mencari objek yang ada tapi tidak kelihatan.
- Melatih kepekaan perabaan.
Alat permainan yang dianjurkan:
- Benda-benda yang aman untuk digigit/dimasukkan ke mulut
dan digenggam.
- Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
- Alat permainan berupa boneka atau binatang.
- Alat permainan yang dapat digoyangkan dan mengeluarkan
suara.
b. Usia 13-24 bulan
Tujuannya adalah:
- Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
- Memperkenalkan sumber suara.
- Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
- Melatih imajinainya.
- Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya
dalam bentuk kegiatan yang menarik.
Alat permainan yang dianjurkan:
- Gendering, bola dengan giring-giring didalamnya
- Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik
- Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga
(misalnya cangkir yang tidak mudah pecah, sendok, botol
plastic, ember, Waskom, air), balok-balok besar, kardus-
kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret,
krayon.
c. Usia 25-36 bulan
Tujuannya adalah:
- Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
- Mengembangkan keterampilan berbahasa.
- Melatih motorik halus dan kasar.
- Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung,
mengenal dan membedakan warna).
- Melatih kerjasama mata dan tangan.
- Melatih daya imajinasi.
- Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan:
- Alat-alat untuk menggambar.
- Lilin yang dapat dibentuk.
- Puzzle sederhana.
- Manik-manik ukuran besar.
- Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang
berbeda.
- Bola.
d. Usia 32-72 bulan
Tujuannya adalah:
- Mengembangkan kemampuan menyamakan dan
membedakan.
- Mengembangkan kemampuan berbahasa.
- Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah
dan mengurangi.
- Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain
pura-pura (sandiwara).
- Membedakan benda dengan permukaan.
- Menumbuhkan spontanitas.
- Mengembangkan kepercayaan diri.
- Mengembangkan kreativitas.
- Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat,
berlari, dll).
- Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik
halus dan kasar.
- Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak atau
orang diluar rumahnya.
- Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan,
misal: pengertian mengenai tarapung dan tenggelam.
- Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong
(kerjasama).
Alat permainan yang dianjurkan:
- Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah
ana-anak, alat gambar dan tulis, kertas untuk belajar melipat,
guting, air, dll.
- Teman-teman bermain: anak sebaya, orang tua, orang lain
diluar rumah.
e. Usia Prasekolah
Alat permainan yang dianjurkan:
- Alat olah raga.
- Alat masak.
- Alat menghitung.
- Sepeda roda tiga.
- Benda berbagai macam ukuran.
- Boneka tangan.
- Mobil-mobilan.
- Mainan-mainan.
f. Usia Sekolah
- Cooperative play, yaitu: aturan permainan dalam kelompok
tampak lebih jelas pada permainan jenis ini dan punya tujuan
serta pemimpin (mis: main sepak bola).
- Mengumpulkan perangko, berolah raga.
Jenis permainan yang dianjurkan:
- Pada anak laki-laki: permainan bersifat mekanik.
- Pada anak perempuan: berhubungan dengan peran ibu.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. (2020). Pedoman Terapi Bermain.


https://rsudmzein.pesisirselatankab.go.id/transparasi/file/PDF_oc0M
25b1FT_26817.pdf (diakses pada tanggal 10 januari 2023)
Lestari, Tri Lestari. (2022). Mengenal Masalah Terapi Bermain Anak.
https://www.klikdokter.com/ibu-anak/kesehatan-anak/mengenal-
manfaat-terapi-bermain-untuk-mental-anak (diakses pada tanggal 10
januari 2023)
Rohmah, Nikmatur. (2020). Terapi Bermain. Jember : LPPM Universitas
Muhammadiyah Jember (diakses pada tanggal 10 januari 2023).

Anda mungkin juga menyukai