Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TERAPI BERMAIN ANAK USIA 6 TAHUN

Topik : Terapi Bermain 6 tahun

Sub Topik : Terapi Bermain Bola Plastik

Sasaran : Anak 6 tahun

Hari, tanggal : Kamis, 4 Mei 2017

Waktu : 13.00 WIB

Tempat : Bangsal Anak

A. Latar Belakang

Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat

bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat menjadi malas bekerja dan

bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan

bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak. Sekarang

banyak dijual macam-macam alat permainan, jika orang tua tidak selektif dan kurang

memahami fungsinya maka alat permainan yang dibelinya tidak akan berfungsi

efektif. Alat permaianan hendaknya disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia anak,

sehingga dapat merangsang perkembangan anak dengan optimal. Dalam kondisi

sakitpun aktivitas bermaian tetap perlu dilaksanakan namun harus disesuaikan dengan

kondisi anak. Ruangan yang digunakan adalah di ruangan Bangsal Anak.


B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah diajak bermain, diharapkan anak dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,

mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi

efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.

2. Tujuan Khusus

Setelah diajak bermain selama 35 menit, anak diharapkan:

a. Gerakan motorik halusnya lebih terarah

b. Berkembang kognitifnya

c. Dapat memainkan bola yang dimilikiki

d. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya yang dirawat di

ruang yang sama

e. Kejenuhan selama dirawat di RS berkurang

C. Metode

Metode yang digunakan yaitu demonstrasi.

D. Media (materi terlampir)

1. Bola plastik besar dan kecil


E. Isi Materi

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Penanggung

jawab

1. 5 menit Persiapan : fathonah eka

• Menyiapkan ruangan pratiwi

• Menyiapkan alat-alat

permainan

• Menyiapkan anak dan

keluarga

2. 15 menit Pelaksanaan : • Menjawab salam Gilang

• Membuka proses terapi • Memperkenalkan diri yuangga

bermain dengan • Memperhatikan mukti dan

mengucapkan salam, • Bermain bersama heni rohayati

memperkenalkan diri dengan antusias dan

• Menjelaskan pada anak mengungkapkan

dan keluarga tentang perasaannya

tujuan dan manfaat

bermain, menjelaskan

cara permainan

• Mengajak anak

bermain
• Mengevaluasi respon

anak dan keluarga.

3. 10 menit Evaluasi : • Memperhatikan febriana lukita

• Anak dapat memakaikan wulandari

baju sesuai jenis kelamin

boneka

4. 2 menit Penutup : Menjawab salam Fathonah eka

Mengucapkan terima pratiwi

kasih dan mengucapkan

salam.

F. Pengorganisasian

1. Moderator :

2. Notulen :

3. Penyaji :

4. Fasilitator :

G. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a) Menyiapkan rencana dan materi terapi bermain anak

b) Menyiapkan media alat bermain

c) Menetapkan kontrak dengan anak


2. Evaluasi Proses

a) Penyuluhan dilaksanakan pada hari kamis, 4 mei 2017

b) Peserta berperan aktif dalam penyuluhan

c) Media digunakan dengan baik

3. Evaluasi Hasil

Peserta dapat memahami apa yang disampaikan oleh penyaji

4. Evaliasi dalam praktek keperawatan

Evaluasi Formatif

S : anak-anak dapat menmperlihatkan bagaimana pola bermain yg diajarkan

O : anak-anak tampak paham dan mengerti pola bermain yang diajarkan

yang disampaikan

A : permainan bola plasti telah dimengerti oleh anak-anak

P : anak- anak akan menerapkan pola permainan yang diajarkan

5. Antisipasi

Apabila pola permainan tidak dapat dipahami oleh anak-anak, penyaji akan

mengulangi kembali penjelasan secara lebih jelas

Apabila anak-anak pasif, moderator akan mencoba memberikan suasana yang

lebih menyenangkan sehingga anak-anak merasa nyama dan bisa masuk dalam

materi yang disampaikan.


Lampiran Materi

A. Pengertian Terapi Bermain

Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan

sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan

bermain, anak akan berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan

melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara

(Wong, 2000).

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dengan keinginanya

sendiri dan memperoleh kesenangan (Foster, 1989).

Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik

dalam dirinya yang tidak disadarinya (Miller dan Keong, 1983).

Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek

terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif

untuk menurunkan stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan

emosional anak (Champbell dan Glaser, 2005).

B. Fungsi Bermain

1. Perkembangan Sensori

a. Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi

b. Meningkatkan perkembangan semua indra

c. Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia

d. Memberikan pelampiasan kelebihan energy

2. Perkembangan yang intelektual

a. Memberikan sumber – sumber yang beraneka ragam untuk

pembelajaran
b. Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna

c. Pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang, konsep

abstrak

d. Kesempatan untuk mempraktikan dan memperluas keterampilan

berbahasa

e. Memberikan kesempatan untuk melatih masa lalu dalam upaya

mengasimilasinya kedalam persepsi dan hubungan baru

f. Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan

membedakan antara fantasi dan realita.

3. Perkembangan sosialisasi dan moral

a. Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk perilaku peran seks.

b. Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan.

c. Mengembangkan keterampilan sosial

d. Mendorong interaksi dan perkembangan sikap positif terhadap orang

lain

e. Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui standar moral.

4. Kreativitas

a. Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat kreatif

b. Memungkinkan fantasi dan imajinasi

c. Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus

5. Kesadaran diri

a. Memudahkan perkembangan identitas diri

b. Mendorong pengaturan perilaku sendiri

c. Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian

sendiri)
d. Memberikan perbandingan antara kemampuasn sendiri dan

kemampuan orang lain

e. Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku

sendiri dapat mempengaruhi orang lain

6. Nilai Teraupetik

a. Memberikan pelepasan stress dan ketegangan

b. Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak

dapat diterima dalam bentuk yang secara sosial dapat diterima

c. Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan

dengan cara yang aman.

d. Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal

tentang kebutuhan, rasa takut, dan keinginan.

C. Tujuan Bermain

1. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yg normal pada saat sakit.

Pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan

perkembangannya.

2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.

Permainan adalah media yang sangat efektif untuk

mengsekspresikan berbagai perasaan yang tidak menyenangkan.

3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.

Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya

untuk mencipakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya.

4. Dapat beradaptasi secara efektif thp stres karena sakit dan di rawat di RS.
5. Prinsip – prinsip Bermain

Menurut Soetjiningsih (1995) bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

agar aktifitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif :

1. Perlu ekstra energi

Bermain memerlukan energi yang cukup sehingga anak memerlukan

nutrisi yang memadai. Asupan atau intake yang kurang dapat menurunkan gairah

anak. Anak yang sehat memerlukan aktifitas bermain yang bervariasi, baik

bermain aktif maupun bermain pasif.Pada anak yang sakit keinginan untuk

bermain umumnya menurun karena energi yang ada dugunakan untuk mengatasi

penyakitnya.

2. Waktu yang cukup

Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus

yang diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai kesempatan

yang cukup untuk mengenal alat-alat permainannya.

3. Alat permainan

Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap

perkembangan anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini sehingga alat

permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar dan mempunyai unsur

edukatif bagi anak.

4. Ruang untuk bermain

Aktifitas bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, di

halaman, bahkan di ruang tidur. Diperlukan suatu ruangan atau tempat khusus

untuk bermain bila memungkinkan, di mana ruangan tersebut sekaligus juga

dapat menjadi tempat untuk menyimpan permainannya.


5. Pengetahuan cara bermain

Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru teman-

temannya, atau diberitahu oleh orang tuanya. Cara yang terahkir adalah yang

terbaik karena anak lebih terarah dan berkembang pengetahuannya dalam

menggunakan alat permainan tersebut. Orang tua yang tidak pernah mengetahui

cara bermain dari alat permainan yang diberikan, umumnya membuat

hubungannya dengan anak cenderung menjadi kurang hangat.

6. Teman bermain

Dalam bermain, anak memerlukan teman, bisa teman sebaya, saudara,

atau orang tuanya. Ada saat-saat tertentu di mana anak bermain sendiri agar

dapat menemukan kebutuhannya sendiri. Bermain yang dilakukan bersama

orang tuanya akan mengakrabkan hubungan dan sekaligus memberikan

kesempatan kepada orang tua untuk mengetahui setiap kelainan yang dialami

oleh anaknya. Teman diperlukan untuk mengembangkan sosislisasi anak dan

membantu anak dalam memahami perbedaan.

6. Faktor yang Mempengaruhi Bermain

1. Tahap perkembangan anak

Aktivitas bermain yang tepat harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan

dan perkembangan anak. Orang tua dan Perawat harus mengetahui dan

memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan

perkembangan anak.

2. Status kesehatan anak

Aktivitas bermain memerlukan energi maka Perawat harus mengetahui

kondisi anak pada saat sakit dan jeli memilihkan permainan yang dapat
dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di

RS.

3. Jenis kelamin

Pada dasarnya dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedakan

jenis kelamin laki-laki atau perempuan namun ada pendapat yang diyakini

bahwa permainan adalah salah satu alat mengenal identitas dirinya. Hal ini

dilatarbelakangi oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang berbeda antara laki –

laki dan perempuan dan hal ini dipelajari melalui media permainan.

4. Lingkungan yang mendukung

Lingkungan yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak

mempunyai cukup ruang untuk bermain.

5. Alat dan jenis permainan yg cocok

Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Alat

permainan harus aman bagi anak.

7. Alat Permainan Edukatif

Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan

perkembangan anak, disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya. Contoh

alat permainan pada balita dan perkembangan yang distimuli :

1. Pertumbuhan fisik dan motorik kasar

Contoh : Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll.

2. Motorik halus

Contoh : Gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.

3. Kecerdasan/ kognitif

Contoh : Buku gambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil, warna, dll.
4. Bahasa

Contoh : Buku bergambar, Buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.

5. Menolong diri sendiri

Contoh : Gelas/ piring plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki, dll.

6. Tingkah laku sosial

Contoh : Alat permainan yang dapat dipakai bersama missal congklak, kotak

pasir, bola, tali, dll.

8. Klasifikasi Bermain

1. Menurut isi permainan

a. Sosial affective play

Inti permainan ini adalah hubungan interpersonal yang menyenangkan

antara anak dengan orang lain (contoh: ciluk-baa, berbicara sambil

tersenyum dan tertawa).

b. Sense of pleasure play

Permainan ini sifatnya memberikan kesenangan pada anak (contoh:

main air dan pasir).

c. Skiil play

Permainan yang sifatnya meningkatkan keterampilan pada anak,

khususnya motorik kasar dan halus (misal: naik sepeda, memindahkan

benda).

d. Dramatik Role play

Pada permainan ini, anak memainkan peran sebagai orang lain melalui

permainanny. (misal: dokter dan perawat).


e. Games

Permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan

perhitungan / skor (Contoh : ular tangga, congklak).

f. Un occupied behaviour

Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi atau objek

yang ada disekelilingnya, yang digunakan sebagai alat permainan (Contoh:

jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).

2. Menurut karakter sosial

a. Onlooker play

Anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada

inisiatif untuk ikut berpartisifasi dalam permainan (Contoh:

Congklak/Dakon).

b. Solitary play

Anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak bermain

sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya dan alat permainan tersebut

berbeda dengan alat permainan temannya dan tidak ada kerja sama.

c. Parallel play

Anak menggunakan alat permaianan yang sama, tetapi antara satu anak

dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak

satu dengan lainya tidak ada sosialisasi. Biasanya dilakukan anak usia

toddler.

d. Associative play

Permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak

lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan permaianan

tidak jelas (Contoh: bermain boneka, masak-masak).


e. Cooperative play

Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan

jenis ini, dan punya tujuan serta pemimpin (Contoh: main sepak bola).

Usia 6 tahun

Karakteristik mainan untuk anak sekolah, diantaranya :

1. Cross motor and fine motors

2. Dapat melompat,bermain dan bersepeda

3. Sangat energik dan imaginative

4. Mulai terbentuk perkembangan moral

5. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dengan kelompok

6. Karakteristik bermain

7. Assosiative play

8. Dramatic play

9. Skill play

10. Laki-laki aktif bermain di luar

11. Perempuan di dalam rumah

Mainan untuk sekolah, yaitu :

1. Peralatan rumah tangga

2. Sepeda roda dua

3. Papan tulis/kapur

4. Lilin, boneka, kertas

5. Drum, buku dengan kata simple, kapal terbang, mobil, truk


DAFTAR PUSTAKA

Andika, Alya. 2010. Ibu, Dari Mana Aku Lahir. Yogyakarta : Pustaka Grahatama

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai