A. Latar Belakang
kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat
bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat menjadi malas bekerja dan
bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak. Sekarang
banyak dijual macam-macam alat permainan, jika orang tua tidak selektif dan kurang
memahami fungsinya maka alat permainan yang dibelinya tidak akan berfungsi
efektif. Alat permaianan hendaknya disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia anak,
sakitpun aktivitas bermaian tetap perlu dilaksanakan namun harus disesuaikan dengan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
b. Berkembang kognitifnya
C. Metode
jawab
• Menyiapkan alat-alat
permainan
keluarga
bermain, menjelaskan
cara permainan
• Mengajak anak
bermain
• Mengevaluasi respon
boneka
salam.
F. Pengorganisasian
1. Moderator :
2. Notulen :
3. Penyaji :
4. Fasilitator :
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi Formatif
yang disampaikan
5. Antisipasi
Apabila pola permainan tidak dapat dipahami oleh anak-anak, penyaji akan
lebih menyenangkan sehingga anak-anak merasa nyama dan bisa masuk dalam
sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan
melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara
(Wong, 2000).
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek
terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif
untuk menurunkan stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan
B. Fungsi Bermain
1. Perkembangan Sensori
pembelajaran
b. Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna
abstrak
berbahasa
lain
4. Kreativitas
5. Kesadaran diri
sendiri)
d. Memberikan perbandingan antara kemampuasn sendiri dan
6. Nilai Teraupetik
C. Tujuan Bermain
perkembangannya.
4. Dapat beradaptasi secara efektif thp stres karena sakit dan di rawat di RS.
5. Prinsip – prinsip Bermain
Menurut Soetjiningsih (1995) bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
nutrisi yang memadai. Asupan atau intake yang kurang dapat menurunkan gairah
anak. Anak yang sehat memerlukan aktifitas bermain yang bervariasi, baik
bermain aktif maupun bermain pasif.Pada anak yang sakit keinginan untuk
bermain umumnya menurun karena energi yang ada dugunakan untuk mengatasi
penyakitnya.
yang diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai kesempatan
3. Alat permainan
Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini sehingga alat
permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar dan mempunyai unsur
halaman, bahkan di ruang tidur. Diperlukan suatu ruangan atau tempat khusus
temannya, atau diberitahu oleh orang tuanya. Cara yang terahkir adalah yang
menggunakan alat permainan tersebut. Orang tua yang tidak pernah mengetahui
6. Teman bermain
atau orang tuanya. Ada saat-saat tertentu di mana anak bermain sendiri agar
kesempatan kepada orang tua untuk mengetahui setiap kelainan yang dialami
dan perkembangan anak. Orang tua dan Perawat harus mengetahui dan
memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
kondisi anak pada saat sakit dan jeli memilihkan permainan yang dapat
dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di
RS.
3. Jenis kelamin
jenis kelamin laki-laki atau perempuan namun ada pendapat yang diyakini
bahwa permainan adalah salah satu alat mengenal identitas dirinya. Hal ini
dilatarbelakangi oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang berbeda antara laki –
laki dan perempuan dan hal ini dipelajari melalui media permainan.
Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Alat
Contoh : Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll.
2. Motorik halus
3. Kecerdasan/ kognitif
Contoh : Buku gambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil, warna, dll.
4. Bahasa
Contoh : Buku bergambar, Buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
Contoh : Gelas/ piring plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki, dll.
Contoh : Alat permainan yang dapat dipakai bersama missal congklak, kotak
8. Klasifikasi Bermain
c. Skiil play
benda).
Pada permainan ini, anak memainkan peran sebagai orang lain melalui
f. Un occupied behaviour
Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi atau objek
a. Onlooker play
Congklak/Dakon).
b. Solitary play
sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya dan alat permainan tersebut
berbeda dengan alat permainan temannya dan tidak ada kerja sama.
c. Parallel play
Anak menggunakan alat permaianan yang sama, tetapi antara satu anak
dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak
satu dengan lainya tidak ada sosialisasi. Biasanya dilakukan anak usia
toddler.
d. Associative play
Permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak
lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan permaianan
jenis ini, dan punya tujuan serta pemimpin (Contoh: main sepak bola).
Usia 6 tahun
6. Karakteristik bermain
7. Assosiative play
8. Dramatic play
9. Skill play
3. Papan tulis/kapur
Andika, Alya. 2010. Ibu, Dari Mana Aku Lahir. Yogyakarta : Pustaka Grahatama