Anda di halaman 1dari 15

Perubahan Sistem Reproduksi

dan Eliminasi
Disusun Oleh Kelompok 8 :
Dea Dianira S. P27820416058
Nabilah Kurnia Dewi P27820416051
Dewi Nur Fatimah P27820416053
Primanda Iqbal K. P27820416065
Reproduksi pria

Perubahan pada sistem reproduksi pria terjadi karena penuaan meliputi perubahan di
jaringan testis, produksi sperma dan fungsi ereksi. Perubahan-perubahan ini biasanya
terjadi secara bertahap.

Berikut beberapa perubahan reproduksi yang terjadi pada lansia :


 Penurunan produksi testosteron yang mengakibatkan penurunan libido serta atrofi dan
pelunakan testis
 Penurunan produksi sperma sekitar 48 – 69% antara usia 60 – 80 tahun
 Pembesaran kelenjar prostat, dengan penurunan sekresi
 Penurunan volume dan viskositas cairan semen
 Reaksi fisiologi lebih lambat dan lemah selama senggama, dengan pemanjangan periode
retraktori
 Testis dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada penurunan secara berangsur-angsur.
 Daya seksual
 Fase orgasme
Efek akibat perubahan sistem
reproduksi
Volume cairan yang dikeluarkan saat ejakulasi biasanya masih tetap
sama, tetapi jumlah sperma hidup yang terdapat di dalamnya biasanya
menjadi lebih sedikit. Penurunan gairah seksual (libido) dapat terjadi
pada beberapa pria. Respon seksual juga bisa menjadi lebih lambat &
berkurang intensitasnya.
Hal ini berkaitan dengan penurunan kadar testosteron, tetapi hal
tersebut juga bisa karena perubahan psikologi atau sosial yang berkaitan
dengan penuaan (seperti misalnya berkurangnya minat dari pasangan),
adanya penyakit tertentu, adanya kondisi kronis atau penggunaan obat-
obatan. Mengalami penuaan sendiri tidak menghalangi pria untuk dapat
menikmati hubungan seksual dengan pasangannya.
Reproduksi wanita
 Penurunan kadar esterogen dan progesteron sekitar usia 50 tahun, karena :
 Berhentinya ovulasi, atrofi, penebalan, dan penurunan ukuran ovarium
 Rontoknya rambut pubis dan labia mayora
 Penyusutan jaringan vulva, terbatasnya introitus, dan hilangnya elastisitas jaringan
 Atrofi vagina, lapisan mukosa tipis dan kering, lingkungan ph vagina lebih basa
 Penyusutan uterus
 Atrofi serviks, kegagalan menghasilkan mukus untuk melumasi, penebalan
endometrium dan miometrium
 Payudara menggantung, atrofi kelenjar, jaringan penyokong dan lemak
 Puting rata dan penurunan ukuran
 Cela inframamari lebih menonjol
 Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi berkurang, sifatnya
menjadi alkali dan terjadi perubahan warna.
 Melemahnya otot perineal menyebabkan peningkatan frekuensi miksi.
Vagina

Selaput lendir menjadi kering, elastis, jaringan menurun,


juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang,
reaksi sifat lebih alkali dan terjadi perubahan – perubahan
warna. Frekuensi hubungan seksual cenderung menurun
secara bertahap setiap tahun tetapi kapasitas untuk
melakukan dan menikmatinya berjalan terus sampai tua.
Tidak ada batasan umur tertentu kapan fungsi seksual
seseorang berhenti.
Perubahan Sistem Eliminasi
 Ginjal
Mengecil dan nephron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50%, penyaringan di glomerulo menurun sampai 50%, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urine, berat
jenis urine menurun, proteinuria (biasanya +1), BUN ( Blood Urea Nitrogen )
meningkat sampai 21mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
 Vesika urinaria atau kandung kemih
Otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesikaurinaria susah
dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya
retensi urine.
Masalah yang Muncul Pada Sistem
Reproduksi dan Eliminasi
 Inkontinensia
Inkontinensia dapat juga didefinisikan sebagai “berkemih (defekasi)
diluar kesadaran, pada waktu dan tempat yang tidak tepat, dan
menyebabkan masalah kebersihan atau sosial” (Watson, 1991).
Terdapat sejumlah alasan terjadinya inkontinensia, baik yang
disebabkan oleh semua faktor. Alasan utama pada lansia adalah adanya
ketidakstabilan kandung kemih. Beberapa kerusakan persyarafan
mengakibatkan seseorang tidak mampu mencegah kontraksi otot kandung
kemih secara efektif (otot detrusor) dan mungkin juga dipersulit oleh
masalah lain, seperti keterbatasan gerak atau konfusi.
Sukar menahan buang air seni (sering ngompol)
dapat disebabkan :
 Obat-obat yang mengakibatkan sering berkemih
atau obat-obat penenang terlalu banyak.
 Radang kandung kemih.
 Radang saluran kemih.
 Kelainan kontrol pada kandung kemih.
 Kelainan persyarafan kandung kemih
 Faktor psikologis
Sukar menahan buang air besar dapat disebabkan :
 Obat-obat pencahar perut
 Keadaan diare.
 Kelainan pada usus besar.
 Kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada
rektum-usus)
Klimakterium
Klimakterium merupakan periode peralihan dari fase
reproduksi menuju fase usia tua (senium) yang terjadi
akibat menurunnya fungsi geneneratif ataupun
endokrinologik dari ovarium. Fase klimakterium berkisar
usia 40-65 tahun, mulai dari fase pramenopause,
perimenopause, menopause, dan pascamenopause.
Kebanyakan wanita mengalami gejala ringan sampai
moderat dan jarang memerlukan perhatian medis dan yang
lainnya mengalami gejala yang berat.
Gejala-gejala yang timbul dapat berupa :
 gejala psikologis berupa: rasa lesu, sakit kepala, pusing, tidak bisa
tidur, perasaan suram, cepat tersinggung, konsentrasi menurun
cemas dan depresi.
 semburan atau rasa panas (hot flush) disertai banyak berkeringat.
 jantung berdebar-debar.
 sukar menarik nafas panjang.
 selera makan tidak menentu, sering mengeluh gangguan pencernaan.
 perubahan pola haid.
 mengeringnya vagina dan timbul rasa gatal.
Menopause
Menopause adalah fase akhir dari masa reproduksi wanita yang
terjadi secara alamiah. Setiap wanita mengalami menopause.
Dalam perjalanan hidupnya seorang wanita yang memasuki usia
sekitar 45 tahun mengalami penuaan indung telur sehingga tidak
sanggup memenuhi kebutuhan hormon esterogen. Sistem hormonal
seluruh tubuh mengalami kemunduran dalam memproduksi
hormon, antara lain kemunduran kelenjar tiroid yang
mengeluarkan hormon tiroksin untuk metabolisme umum dan
kemunduran kelenjar paratiroid yang mengatur metabolisme
kalsium. Penurunan produksi kadar hormon testosteron
mengakibatkan terjadinya menopause atau berhenti haid.
Gejala yang sering timbul pada masa
menopause meliputi :

 Gangguan pada haid


 Gelombang rasa panas
 Gejala psikologis berupa rasa takut, tegang, depresi, mudah sedih, cepat marah, mudah
tersinggung, gugup, dan mental yang kurang mantap.
 Keletihan
 Keadaan atrofi jaringan.
 Rasa gatal pada genetalia disebabkan kulit yang menjadi kering dan keriput.
 Sakit dapat dirasakan sekuruh badan atau pada bagian tubuh tertentu.
 Pusing atau sakit kepala
 Insomnia atau keluhan sulit tidur.
Andropause

Andropause (andro = laki-laki, pause = berhenti) adalah


berhentinya fungsi maskulin (kelaki-lakian) akibat
hilangnya fungsi testis (buah zakar) dan/atau kelenjar
anak ginjal (adrenal) dalam memproduksi hormon
testosteron, yang ditandai dengan sekumpulan gejala.
Andropause disebabkan oleh menurunnya jumlah
hormon seks tertentu dalam tubuh seiring proses
penuaan, terutama testosteron.
Beberapa gejala-gejala khas andropause adalah :
 Penurunan libido (gairah seksual) dan impotensi (gagal ereksi)
 Perubahan suasana hati (mood), disertai penurunan aktivitas intelektual,
kelelahan, depresi, dan mudah tersinggung.
 Menurunnya kekuatan otot dan massa otot
 Lemah dan kurang energi
 Perubahan emosional, psikologis dan perilaku (misalnya depresi)
 Berkeringat dan gejolak panas di sekitar leher (hot flash ), yang terjadi secara
bertahap
 Pengecilan organ-organ seks dan kerontokan rambut di sekitar daerah kelamin
dan ketiak
 Osteoporosis (keropos tulang) dan nyeri punggung
 Risiko penyakit jantung

Anda mungkin juga menyukai