Anda di halaman 1dari 12

TINJAUAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

HALUSINASI

Oleh : Suprianto, S.Kep.Ns, M.Psi.

Pengertian
Halusinasi merupakan persepsi terhadap stimulasi external tanpa adanya rangsangan
dari luar. Keadaan tersebut dibedakan dari distersi dan ilusi yang merupakan kekeliruan
persepsi (W. Kusama, 1997).
Halusinasi adalah penyerapan tanda adanya rangsang apapun pada panca indera
seseorang yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya organic, fungsional,
psikotik aatu histerik ( Maramis, 1994 )

Penyebab terjadinya Halusinasi :


Rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhanperlindungan diri secara
psikologik terhadap kejadian traumatikk sehubungan dengan rasa besalah, rasa sepi, marah,
rasa takut ditinggalkan oleh orang yang dicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego,
pikiran dan perasaanya sendiri.
Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku
dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-
tiba marah atau menyerang orang lain, gwlisah, melakukan gerakan seperti menikmati
sesuatu. Juga keterangan dari klien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang
terlihat, didengar, atau dirasakan).

Fase-fase Halusinasi :
Fase 1
Klen merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut diketahui orang lain
bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit karena berbagai stressor
terakumulasi, misalnya kekasih hamil, terlibat narkoba, dihianati kekasih, masalah di
kampus, penyakit, hutang, dll. Masalah tersa menekan karena terakumulasi sedangkan
support system kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk. Sulit tidur
berlangsungnya terus-menerus sehingga terbiasa mengkhayal.

Fase 2
Pasien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan cemas, kesepian, perasaan
berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan fikiran pada timbulnya kecemasan. Ia
beranggapan bahwa pengalaman pikiran sensorinya dapat ia kontrol bila kecemasan diatur,
dalam tahap ini ada kecenderungan klien merasa nyaman dengan halusinasinya.

Fase 3
Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami bias. Klipen mulai merasa
tidak mampu lagi mengontrol dan mulai berupaya menjaga jarak antara dirinya dengan objek
yang dipersepsikan klien mulai menarik diri dari orang lain dengan intensitas waktu yang
lama.

Fase 4
Klien mencoba melawan suara-suara atau sensoriii abnormal yang datang. Klien dapat
merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah dimulai fase psychotic.

Fase 5
Pengalaman sensorinya terganggu, klien mulai merasa terancam dengan datangnya suara-
suara terutama bila klien tidak dapat menuruti ancaman atau perintah yang ia dengar dari
halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung selama minimal 4 jam atau seharian bila klien
tidak mendapat komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat.

Tipe Halusinasi :
1. Halusinasi Pendengaran. Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau
suara bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebuah kata atau
kalimat yang bermakna. Suara tersebut dapat dirasakan bersal dari jauh atau dekat, suara
biasanya menyenangkan, menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula ancaman, mengejek,
memaki.
2. Halusinasi Penglihatan. Lebih sering terjadi pada keadaan derilium (penyakit organik)
biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut
akibat gambaran-gambaran yang mengerikan.
3. Halusinasi Penciuman. Halusinasi ini biasanya berupa mencium bau sesuatu bau tertentu
dan dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau
dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagai suatu kombinasi
moral.
4. Halusinasi Pengecapan. Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi
penghidung, penderita merasa mengecap sesuatu.
5. Halusinasi perabaan. Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang
bergerak dibawah kulit terutama pada keadaan derilium toksis dan skizofrenia.

Tingkatan Halusinasi
Tingkat I
- Memberi rasa nyaman
- Tingkat orientasisedang
- Unsur umum halusinasi merupakan suatu kesenangan

Tingkat II
- Menyalahkan

Tingkat III
- Mengontrol tingkat kecemasanberat
- Pengalaman sensorik (halusinasi) tidak dapat ditolak lagi

Tingkat IV
- Klien sudah dikuasai halusinasi
- Klien panik

Tanda dan Gejala Halusinasi


 Berbicara dan tertawa sendiri
 Bersikap seperti mendengar dan melihat sesuatu
 Berhenti berbicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
 Disorientasi
 Merasa ada sesuatu pada kulitnya
 Ingin memukul atau melempar barang-barang

Efek dari Halusinasi


Akibat dari halusinasi adalah resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Ini
diakibatkan karena klien berada di bawah halusinasinya yang meminta dia untuk melakukan
sesuatu hal di luar kesadarannya.

Faktor Predisposisi
 Keadaan afek (alam perasaan) seseorang
 Waham
 Indera yang kurang dirangsang
 Kerusakan pada otak

Masalah Keperawatan dan Data Yang Dikaji


1. Resiko tinggi perilaku kekerasan
 Data Subjektif
a. Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus
nyata.
b. Klien mengatakan melihat gambaran tanpa adanya stimulus yang nyata.
c. Klien mengatak mencium bau tanpa stimulus.
d. Klien merasa makan sesuatu.
e. Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
f. Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar.
g. Klien ingin memukul/melempar barang-barang.
 Data Objektif :
a Klien berbicara dant tertawa sendiri
b Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
c Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
d Disorientasi

Diagnosa Keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi


Rencana tindakan keperawatan
TUM Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi
halusinasi.
TUK 1 Klien dapat membina hubuungan saling percaya dengan perawat, sesama
klien yang lain dan kelompok.
Kriteria Hasil
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang,
Ada kontak mata,
Mau berjabat tangan,
Mau menyebutkan nama,
Mau menjawab salam,
Klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Tindakan : Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik.
TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya.
Kriteria Hasil :
1) Klien klien dapat menyebutkan waktu,isi,frekwensi timbulnya halusinasi
2) Klien dapat mengungkapkan halusinasinya.
Tindakan :
a Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
b Observasi tingkah laku klien terkait halusinasinya bicara dan tertawa tanpa
stimulus,memandang ke kiri/kekanan/kedepan seolah-olah ada teman bicara
c Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah,takut,sedih,sedang) beri kesempatan mengungkapkan perasaan.

TUK 3 : klien dapat mengendalikan halusinasinya


Kriteria Hasil :
1 Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan
halusinasi.
2 Klien dapat menyebutkan cara baru
3 Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah didiskusikan klien
dan dapat melaksanakannya.
Tindakan :
a Identifikasi bersama klien cara/tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi(tidur,marah,menyibukkan diri)
b Didiskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien jika bermanfaat beri pujian.
c Didiskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi.
d Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap dan beri
kesempatan untuk melakukan cara yang telah dipilih. Evaluasi hasilnya dan beri
pujian bila berhasil.

TUK 4 : Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengendalikan halusinasinya.


Kriteria Hasil :
1 Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2 Keluarga dapat menyebutkan pengertian,tanda dan tindakan untuk mengendalikan
halusinasi.
Tindakan :
a Anjurkan klien untuk memberitahukan keluarga jika mengalami halusinasi
b Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung/KR)
- gejala halusinasi yang dialami klien
- cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk membantu klien mengenal realita
- cara merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan halusinasi di rumah : beri
kegiatan, jangan membiarkan sendiri,makan bersama, bepergian bersama.
TUK 5 : Klien dapat menggunakan obat untuk mengendalikan halusinasinya.
Kriteria Hasil :
1 Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat dosis obat dan efek samping obat.
2 klien dan keluarga dapat memahami akibat berhentinya obat tanpa konsultasi.

Tindakan :
a Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekwensi, manfaat obat
b Ddiskusikan dengan klien dan keluarga akibat berhenti obat
c Program pengobatan dapat berjalan sesuai dengan rencana
- beri kesempatan pada klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis
Psikiatri.Edisi 7. Jakarta :EGC
Keliat.B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta :EGC
Keliat.B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa.Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa, Yogyakarta:
Momedia
Perry, potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta: CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC
Santosa,Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005-2006. Jakarta : Prima
Medika
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend,Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri.
Edisi 3. Jakarta.EGC
STRATEGI PELAKSANAAN : PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI
HALUSINASI

A. Kondisi Klien
Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar
Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya tidak
jelas serta melihat setan-setan.

B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi dengar

C. Tujuan
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialami
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasienmengikuti program pengobatansecara optimal

D. Strategi Pelaksanaan Tindakan Kepearwatan


SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi , menjelaskan cara-cara
mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
“ Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu ?”
pertama : menghardik halusinasi
“Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu?Apakah dengan cara itu suara-
suara itu hilang ? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara
ORIENTASI :
itu muncul?
“Selamat pagi bapak ,Saya perawat mahasiswa yang akan merawat bapak, nama
“ Bapak, ada Yulianti
empat cara untuk mencegah suara-suara itu siapa
muncul . Pertama dengan
saya Dwi , biasa di panggil Yuli. Nama bapak ? Bapak senang di
menghardik atau membentak suara tersebut .Kedua, dengan cara bercakap-cakap
panggil siapa?”
dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegaiatan
keluhanyang sudah terjadwal, dan yang
“Bagaimana perasaan bapak hari ini ?Apa bapak saat ini ?”
keempat minum obat secara teratur
“Baiklah, bagaimana kalau kita.”bercakap-cakap tentang suara yang selama ini
“ Bagaimana kalautetapi
kita belajar satu wujudnya
cara dulu ,?yaitu dengan
kita menghardik membentak.”
bapak dengar tak tampak Dimana duduk ? Diruang tamu ?
“ Carany asebagai berikut : saa tsuara-suara itu muncul , langsung bapak bilang, pergi
Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit?’’
saya tidak mau dengar ,…… Saya tidak mau dengar . Kamu suara palsu . Begitu di
ulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu,…
KERJA :
bagus! Cobalagi ! Ya mendengar
bagus bapaksuara
sudahtanpa
bisa ada wujudnya ? Apa yang dikatakan
“ Apakah bapak
suara itu?’’ “Apakah terus menerus terdengar atau sewaktu-waktu ? Kapan
TERMINASI:
paling sering bapak mendengar suara ? Berapa kali sehari bapak mendengar
“ Bagaimana
suara-suaraperasaan
tersebut bapak
? Padasetelah peragaan latihan
itu tadi ?” kalau suara-suara
keadaan apa suara terdengar ?” apakah padaitu
muncul lagi , silahkan coba cara tersebut ! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihanya
waktu sendiri atau saat bersama dengan orang lain ?"
? Mau jam berapa saja latihanya? ( Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien ). Bagaimana kalau kita bertemu lagi
untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua ? Jam
berapa pak? Bagaimana kalau 2 jam lagi ?Berapa lama kita akan berlatih ? Dimana
tempatnya “
“ Baiklah, sampai jumpa. “
SP2 Pasien :Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua : bercakap cakap
dengan orang lain.

Orientasi :
“Selamat pagi bapak. Bagaimana perasaan bapak hari ini ? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih? Berkurangkan suara- suaranya ?
Bagus ! Sesuai janji kita tadi, saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit . Mau dimana
? Di sini saja ?

Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/ mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari
teman untuk di ajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan bapak . Contohnya begini ;
… tolong, saya mulai dengar suara-suara . Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang
di rumah misalnya istri ,anak bapak, katakan: bu, ayon gobrol dengan bapak soalnya bapak
sedang dengar suara-suara. Begitu bapak coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan . ya,
Begitu. Bagus! Coba sekali lagi ! Bagus! Nah , latih terus ya bapak !”

Terminasi :
“ Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapacara yang sudah
bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu ? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak
mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam

SP 3 Pasien: Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:


melaksanakan aktivitas terjadwal

Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih? Bagaimana hasilnya? Bagus!
Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu
melakukan kegiatan terjadwal. Mau dimana kita bicara? Baik kita duduk diruang tamu. Berapa
lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah”.
Kerja:
“Apa saja yang bisa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus ajak
sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih
2 kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat
bapak lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi
agar dari pagi samapi malam ada kegiatan.
Terminasi:
“bagaiman perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap car yang ketiga untuk mencegah suara-
suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-suara.
Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak coba lakukan sesuai
jadwal ya! (saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi
seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaiman kalau menjelang makan siang nanti, kita
membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam
12.00 ? diruang makan ya? Sampai jumpa.”

SP 4 Pasien : Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

Orientasi:
“ Selamat pagi bapak bagaimana perasaan bapak hari ini ? apakah suara-suaranya masih
muncul? Apakah sudah dipakai 3 cara yang telah kita latih? Apakah jadwal kegiatannya sudah
dilaksanakan? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan
tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu
makan siang. Disini saja ya bapak?”
Kerja:
“Bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara berkurang atau
hilang? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan menggangu
selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum? (perawat menyiapkan
obat pasien) ini warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam
gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP) 3 kali sehari jam nya sama
gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jamnya
sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus
memastikan bahwa itu obat yang benar- benar punya bapak jangan keliru dengan obat milik
orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang
benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jam nya bapak juga harus perhatikan berapa
jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
Terminasi :
“bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat ? sudah berapa cara yang
kita latih untuk mencegah suara- suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar). Mari kita
Kalau suara- suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan
dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit mengembalikan keadaan semula.
Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. Bapak juga harus
teliti saat m,enggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus
memastikan bahwa itu obat yang benar- benar punya bapak jangan keliru dengan obat milik
orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang
benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jam nya bapak juga harus perhatikan berapa
jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”

Terminasi :

“bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat ? sudah berapa cara yang
kita latih untuk mencegah suara- suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar). Mari kita
masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak. Jangan lupa pada waktunya minta
obat pada perawat atau pada keluarga kalau dirumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita
ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam
berapa ? bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis
Psikiatri.Edisi 7. Jakarta :EGC
Keliat.B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta :EGC
Keliat.B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa.Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa, Yogyakarta:
Momedia
Perry, potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta: CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC
Santosa,Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005-2006. Jakarta : Prima
Medika
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend,Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri.
Edisi 3. Jakarta.EGC

Anda mungkin juga menyukai