Oleh :
I Komang Gede Siadiana
0602105052
prostat,
disebabkan
oleh
karena
hiperplasi
beberapa
atau
semua
menyebabkan penyumbatan
uretra
progresif
berbagai
yang
pasti
kelenjar
prostat
sangat
tergantung
pada
hormon
penurunan
transforming
growth
factor
beta
growth
factor
menyebabkan
Tahap awal terjadinya BPH adalah adanya retensi pada leher buli-buli dan
daerah prostate meningkat serta terjadinya penebalan dan peregangan otot
detrusor yang menimbulkan sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor
ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut maka detrusor ini
menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi
untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin yang selanjutnya dapat
menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih.
5. Klasifikasi :
Dengan rectal toucher dapat diketahui derajat dari BPH, yaitu :
Derajat I = berat prostat 20 gram.
Derajat II = berat prostat antara 20 40 gram.
Derajat III = berat prostat 40 gram.
2.
5. Pemeriksaan Fisik
Penis
dan uretra
untuk mendeteksi
kemungkinan
stenose
a).Rectal
touch / pemeriksaan
colok
dubur
bertujuan
untuk
Pemeriksaan Laboratorium
a.
b.
c. PSA
(Prostatik
Spesific
Antigen)
penting diperiksa
sebagai
Pemeriksaan Uroflowmetri
Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urin. Secara
obyektif pancaran urin dapat diperiksa dengan uroflowmeter dengan
penilaian :
a). Flow rate maksimal 15 ml / dtk = non obstruktif.
b). Flow rate maksimal 10 15 ml / dtk = border line.
c). Flow rate maksimal 10 ml / dtk
= obstruktif.
b).
untuk
melihat
fungsi
exkresi
ginjal
dan
adanya
hidronefrosis.
d) Pemeriksaan Panendoskop
Untuk
7. Pengobatan/Therapi
Obat-obatan :
Alfa 1-blocker
Contohnya doxazosin, prazosin, tamsulosin dan teralosin. Obat-obat tersebut
menyebabkan pengenduran (relaksasi) otot-otot pada kandung kemih
sehingga penderita lebih mudah berkemih.
Finasterid
Finasterid menyebabkan berkurangnya kadar hormone prostate sehingga
memperkecil ukuran prostate. Obat ini juga menyebabkan meningkatnya laju
aliran air kemih dan mengurangi gejala. Tetapi diperlukan waktu sekitar 3-6
bulan sampai terjadinya perbaikan yang berarti. Efek samping dari finasterid
adalah berkurangnya gairah seksual dan impotensi.
Obat lainnya
Untuk mengobati prostatitis kronis, yang sering menyertai BPH, diberikan
antibiotik.
Pembedahan :
Pembedahan biasanya dilakukan terhadap penderita yang mengalami :
Inkontinensia urin
yang
mungkin
terjadi
adalah
perdarahan,
infeksi,
Latihan senam kegel, untuk melatih otot dasar panggul. Dilakukan 5-6 kali
sehari.
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien BPH yang dibiarkan tanpa pengobatan
-
Komplikasi lain yaitu pembentukan batu vesika akibat selalu terdapat sisa urine
setelah buang air kecil, sehingga terjadi pengendapan batu. Bila tekanan intra
vesika yang selalu tinggi tersebut diteruskan ke ureter dan ginjal, akan terjadi
hidroureter dan hidronefrosis yang akan mengakibatkan penurunan fungsi ginjal.
tahap akhir yaitu tahap dekompensasi dari detrusor dimana buli-buli sama sekali
tidak dapat mengosongkan diri sehingga terjadi retensi urine total. Apabila tidak
segera ditolong, akan terjadi overflow incontinence.
Keluhan utama
Keluhan utama yang biasa muncul pada klien BPH pasca TURP adalah
nyeri yang berhubungan dengan spasme buli - buli. Pada saat mengkaji
keluhan utama perlu diperhatikan faktor yang mempergawat atau
meringankan nyeri (provokative/paliative), rasa nyeri yang dirasakan
(quality), keganasan/intensitas (saverity) dan waktu serangan, lama,
kekerapan (time).
Riwayat psikososial
Kaji adanya emosi kecemasan, pandangan klien terhadap dirinya serta
hubungan interaksi pasca tindakan TURP.
2. Data obyektif
Data Penunjang
Sirkulasi
Tanda: pningkatan TD
Eliminasi
Gejala : penurunan kekuatan/dorongan aliran urine; tetesan
Keragu-raguan pada berkemih awal
Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih
dengan lengkap: dorongan dan frekuensi berkemih
Nokturia, disuria, hematuria
Duduk untuk berkemih
ISK berulang, riwayat batu (stasis urinaria)
Tanda : Massa padat di bawah abdomen bawah (distensi kandung
kemih), nyeri tekan kandung kemih.
Nyeri/kenyamanan
Keamanan
Gejala : Demam
Seksualitas
Gejala : Masalah tentang efek konduksi/terapi pada kemampuan
seksual
Takut inkontinensia/menetes selama hubungan intim
Penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi
Tanda : Pembesaran, nyeri tekan prostat
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga kanker, hipertensi, penyakit ginjal
3. Data subyektif
Pasien mengeluh berkemih yang sering
Pasien mengeluh anyang-anyangan
Pasien mengeluh perut bawah terasa tegang
Pasien mengeluh harus mengejan saat berkemih
Pasien mengeuh urine terus menetes saat berkemih
Pasien mengeluh aliran urine tidak lancar
Pasien mengeluh kandung kemih tidak terasa kosong saat berkemih
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan dekompensasi otot
destruktor ditandai dengan kencing menetes.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan
tekanan intravesika ditandai dengan wajah pasien meringis
3. Ansietas berhubungan dengan hematuri ditandai dengan ketakutan saat
berkemih, peningkatan tegangan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan residu dalam vesika urinaria
C. Rencana Tindakan
Terlampir
D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah diberikan impleentasi keperawatan:
1.
1.
2.
3.
Pohon Masalah :
Peningkatan Sel
Sterm
reseptor endogen
Penuaan
Interaksi sel
Berkurangnya
Hormon Androgen
testosteron
Hiperplasia Prostat
(BPH)
Penyempitan Lumen
Uretra Pars Prostatika
Mengedan waktu
kencing
Banyak residu
tertimbun dalam
vesika urinari
Resiko
infeksi
Batu buli
Retensi urine
Hipertrofi otot
destrusor
tek. Intra
Hematuria
Ansieta
Obstruksi total
refluk
vesikal
Hidroureter
dekompensi
Hidronefrosis
Kencing menetes
Gg pola
eliminasi
urine
Gangguan
Penurunan fungsi
rasa nyaman
ginjal
nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Long, B.C., 1996.
Perawatan
Medikal
Bedah : Suatu
Pendekatan
Proses