Oleh
BANDUNG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
A. Pengertian
Suatu keadaan dimana seseorang dapat melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik kepada dirinya sendiri maupun orang lain, diseertai
amuk dang duh gelisah yng tak terkontrol (Farida dan Yudi, 2011). Marah merupakan
perasaan jengkel yang timbul terhadap kecemasan akan kebutuhan yang tidak terpenuhi
yang dirasakan sebagai ancaman (A. H. Yusuf, dkk, 2015).
B. Rentang Respon
1. Asertif
Individu dapat mngungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan kenyamanan.
2. Frustasi
Individu gagalmencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan
alternative.
3. Pasif
Individu tidak dapatmengungkapkan perasaannya perilaku yang menyertai
4. Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya
control.
5. Amuk
Suatu bentuk kerusakan yang menimbulkan kerusuhan.
(Yosep, 2011)
C. Etiologi
1. Faktor Presdiposisi
a. Factor biologis
1) Pengaruh neurofisiologis mempunyai implikasi dalam
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif
2) Pengaruh biokimia yaitu berbagai neurotransmitter
3) Pengaruh genetic
4) Gangguan otak yang berhubungan dengan gangguan system
serebral, tumor otak, trauma otak, penyakit enchepalitis terbukti
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2. Faktor presipitasi
a. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social
ekonomi.
b. Ingin menunjukkan eksistensi diri atau symbol solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian missal, dll.
c. Ketidaksiapan seorang ibu untuk merawat anaknya dan ketidakmampuan
menempatkan diri sebagai seorang yang dewasa.
d. Adanya riwayat perilaku antisocial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi
e. Kematian anggota keluarga yang terpenting ataupun yang paling dekat,
kehilangan pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan
tahap perkembangan keluarga.
3. Mekanisme koping
a. Displacement
Melepaskan perasaan tertekannya bermusuhan pada objek yang seperti
pada mulanya membangkitkan emosi.
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai keinginannya yang tidak baik.
c. Depresi
Menekan perasaan yang menyakitkan atau konflik ingatan dari kesadaran
yang cenderung memperluas mekanisme ego lainnya.
d. Reaksi formasi
Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan dengan
apa yang benar-benar dilakukan orang lain.
Perhatian
Melakukan penyimpangan seksual, melarikan diri
E. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang
lain dan lingkungan.
F. Patofisiologi
Stress, cemas, harga diri rendah dapat menimbulkan marah. Respon terhadap
marah dapat diekspresikan secara internal maupun eksternal. Secara eksternal perilaku
marah dapat diekspresikan dengan perilaku konstruktif maupun destruktif. Ekspresi
marah secara konstruktif dengan kata – kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa
menyakiti hati orang lain. Selain akan memberikan rasa lega, keteganganpun akan
menurun dan akhirnya rasa marah dapat teratasi. Rasa marah yang diekspresikan secara
destruktif, misalnya dengan perilaku agresif, menantang, biasanya cara tersebut justru
menjadikan masalah semakin berkepanjangan dan dapat menimbulkan amuk yang
ditunjukkan pada diri sendiri , orang lain, dan lingkungan (Yosep, 2011).
Perilaku yang submisif seperti menekan perasaan marah karena merasa tidak kuat,
individu akan berpura – pura tidak marah, atau melarikan diri dari rasa marahnya,
sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan yang demikian akan menimbulkan rasa
bermusuhan yang lama dan pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan yang
destruktif yang dianjurkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (Dermawan &
Rusdi, 2013).
G. POHON MASALAH
H. Penatalaksanaan
Terapi farmakologi menurut Hartono & Kusumawati (2010):
Anti psikotik (Clorpromazin dan Haloperidol)
Menahan kerja reseptor dopamine dalam otak sebagai penenang, menurunkan
aktifitas motorik, mengurangi insomnia.
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan dari pohn masalah pada gambar adalah sebagai berikut
(Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 106).
1. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain
2. Harga diri rendah kronik
2. Tujuan Khusus
a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
1) Kriteria Evaluasi
a) Klien mau membalas salam
b) Kien mau berjabat tangan
c) Klien mau menyebutkan nama
d) Klien mau kontak mata
e) Klien mau mengetahui nama perawat
f) Klien mau menyediakan waktu untuk kontak
2) Intervensi
a) Beri salam dan panggil nama kien
b) Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
c) Jelaskan maksud hubungan interaksi
d) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
e) Beri rasa aman dan sikap empati
f) Lakukan kontak singkat tapi sering
2) Intervensi
a) Beri kesempatan mengungkapkan perasaannya
b) Bantu klien mengungkap perasaannya
2) Intervensi
a) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami saat marah/jengkel
b) Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien
c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda klien saat jengkel/marah yang
dialami
d. TUK IV : Klien dapat mengidentifikasi perilakuk kekerasan yang biasa
dilakukan
1) Kriteria Evaluasi
a) Klien dapatmengungkapkan perilaku kekerasan yang dilakukan
b) Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang dilakukan
c) Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah
atau tidak
2) Intervensi
a) Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
klien
b) Bantu klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
c) Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan
masalahnya selesai
2) Intervensi
a) Bicarakan akibat kerugian dari cara yang dilakukan klien
b) Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang dilakukan oleh klien
c) Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat
2) Intervensi
a) Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari car baru
b) Beri pujian jika klien menemukan cara yang sehat
c) Diskusikan dengan klien mengenai cara lain
2) Intervensi
a) Bantu klien memilih cara yang tepat untuk klien
b) Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih
c) Bantu klien menstimulasi cara tersebut
d) Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara
tersebut
e) Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipilihnya jika ia sedang
kesal/jengkel
2) Intervensi
a) Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang telah
dilakukan keluarga terhadap klien selam ini
b) Jelaskan peran serta keluarga dalam perawatan klien
c) Jelaskan cara merawat klien
d) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat kien
e) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan
demonstrasi
2) Intervensi
a) Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien
b) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa
izin dokter
(Eko Prabowo, 2014)
SP Ivp
1. Memvalidasi masalah dan latihan
sebelumnya
2. Melatih pasien cara mengontrol
Perilaku Kekerasan secara spiritual
(berdoa, berwudhu, sholat)
3. Membimbing pasien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian
SP Vp
1. Memvalidasi masalah dan latihan
sebelumnya
2. Menjelaskan cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan
meminum obat (prinsip 5 benar
minum obat)
3. Membimbing pasien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian
Harga Diri Keluarga
Pasien
Rendah
SP Ip SP I k
1. Mengidentifikasi kemampuan dan 1. Mendiskusikan masalah yang
aspek positif yang dimiliki klien dirasakan keluarga dalam
2. Membantu klien menilai merawat klien
kemampuan klien yang amsih 2. Menjelaskan pengertian, tanda
dapat digunakan dan gejala harga diri rendah
3. Membantu klien memilih kegiatan yang dialami klien beserta
yang akan dilatih sesuai dengan proses terjadinya
kemampuan klien 3. Menjelaskan cara – cara
4. Membimbing klien memasukan merawat pasien harga diri
dalam jadwal kegiatan harian. rendah
SP II k
SP IIp 1. Melatih keluarga
4. Memvalidasi masalah dan latihan mempraktikkan cara merawat
sebelumnya klien dengan harga diri rendah
5. Melatih kegiatan kedua (atau 2. Melatih keluarga melakukan
selanjutnya) yang dipilih sesuai cara merawat langsung kepada
kemampuan klien harga diri rendah
6. Membimbing klien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian SP III k
1. Membantu keluarga membuat
jadwal aktifitas di rumah
termasuk minum obat
(discharge planning)
2. Menjelaskan follow up klien
setelah pulang
DAFTAR PUSTAKA
1. Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.
Bandung : Refika Aditama.
3. Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.