Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Profesi Ners Stase Keperawatan Jiwa

Dosen : Denny Paul Ricky S.Kep NS M.Kep Sp.Kep.J

Oleh

Fransiska Sihotang (2052009)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA

BANDUNG

2020
LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian
Suatu keadaan dimana seseorang dapat melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik kepada dirinya sendiri maupun orang lain, diseertai
amuk dang duh gelisah yng tak terkontrol (Farida dan Yudi, 2011). Marah merupakan
perasaan jengkel yang timbul terhadap kecemasan akan kebutuhan yang tidak terpenuhi
yang dirasakan sebagai ancaman (A. H. Yusuf, dkk, 2015).

B. Rentang Respon

Respon adaptif Respon maladaptif

asertif frustasi pasif agresif amuk

1. Asertif
Individu dapat mngungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan kenyamanan.
2. Frustasi
Individu gagalmencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan
alternative.
3. Pasif
Individu tidak dapatmengungkapkan perasaannya perilaku yang menyertai
4. Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya
control.
5. Amuk
Suatu bentuk kerusakan yang menimbulkan kerusuhan.

(Yosep, 2011)

C. Etiologi
1. Faktor Presdiposisi
a. Factor biologis
1) Pengaruh neurofisiologis mempunyai implikasi dalam
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif
2) Pengaruh biokimia yaitu berbagai neurotransmitter
3) Pengaruh genetic
4) Gangguan otak yang berhubungan dengan gangguan system
serebral, tumor otak, trauma otak, penyakit enchepalitis terbukti
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.

b. Factor psikologis menurut Direja (2011)


1) Terdapat asumsi bahwa untuk mencapai suatu tujuan seseorang
akan mengalami hambatan dan akan timbul serangan agresif yang
memotivasi perilaku kekerasan.
2) Mekanisme koping individu dengan masa kecil tidak
menyenangkan.
3) Rasa frustasi
4) Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga atau lingkungan.
5) Teori psikoanalitik, tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman
dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan dapat
membuat konsep diri yang rendah, sehingga agresi dan kekerasan
dapat member kekuatan yang dapat meningkatkan citra diri serta
member arti kehidupan.
6) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologis terhadap
perilaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh
peran eksternal disbanding seseorang tanpa factor predisposisi
biologis.

c. Factor sosio cultural menurut Direja (2011)


1) Social environment theory
Lingkungan social akan mempengaruhi sikap seseorang dalam
mengekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas terhadap
perilaku kekerasan dapat menciptakan situasi dimana seolah-olah
perilaku kekerasan diterima.
2) Social learning theory
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun
melalui proses sosialisasi.

2. Faktor presipitasi
a. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social
ekonomi.
b. Ingin menunjukkan eksistensi diri atau symbol solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian missal, dll.
c. Ketidaksiapan seorang ibu untuk merawat anaknya dan ketidakmampuan
menempatkan diri sebagai seorang yang dewasa.
d. Adanya riwayat perilaku antisocial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi
e. Kematian anggota keluarga yang terpenting ataupun yang paling dekat,
kehilangan pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan
tahap perkembangan keluarga.

3. Mekanisme koping
a. Displacement
Melepaskan perasaan tertekannya bermusuhan pada objek yang seperti
pada mulanya membangkitkan emosi.

b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai keinginannya yang tidak baik.

c. Depresi
Menekan perasaan yang menyakitkan atau konflik ingatan dari kesadaran
yang cenderung memperluas mekanisme ego lainnya.

d. Reaksi formasi
Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan dengan
apa yang benar-benar dilakukan orang lain.

D. Tanda Dan Gejala


Menurut Direja (2011)
 Fisik
Mata melotot/ pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, postur tubuh kaku.
 Verbal
Mengancam, mengumpat, berbicara dengan nada yang keras, kasar, ketus.
 Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/ orang lain, merusak lingkungan,
amuk/ agresif.
 Emosi
Tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya,
bermusuhan, menyalahkan, menuntut.
 Intelektual
Mendominasi, cerewet,kasar, meremehkan
 Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, tidak bermoral
 Social
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran

 Perhatian
Melakukan penyimpangan seksual, melarikan diri

 Anti Parkinson (levodova, trihexypenidil)


Meningkatkan reseptor dopamine, untuk mengatasi gejala parkinsonisme akibat
penggunaan antipsikotik. Menurunkan ansietas, iritabilitas.

E. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang
lain dan lingkungan.

F. Patofisiologi
Stress, cemas, harga diri rendah dapat menimbulkan marah. Respon terhadap
marah dapat diekspresikan secara internal maupun eksternal. Secara eksternal perilaku
marah dapat diekspresikan dengan perilaku konstruktif maupun destruktif. Ekspresi
marah secara konstruktif dengan kata – kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa
menyakiti hati orang lain. Selain akan memberikan rasa lega, keteganganpun akan
menurun dan akhirnya rasa marah dapat teratasi. Rasa marah yang diekspresikan secara
destruktif, misalnya dengan perilaku agresif, menantang, biasanya cara tersebut justru
menjadikan masalah semakin berkepanjangan dan dapat menimbulkan amuk yang
ditunjukkan pada diri sendiri , orang lain, dan lingkungan (Yosep, 2011).
Perilaku yang submisif seperti menekan perasaan marah karena merasa tidak kuat,
individu akan berpura – pura tidak marah, atau melarikan diri dari rasa marahnya,
sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan yang demikian akan menimbulkan rasa
bermusuhan yang lama dan pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan yang
destruktif yang dianjurkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (Dermawan &
Rusdi, 2013).
G. POHON MASALAH

H. Penatalaksanaan
Terapi farmakologi menurut Hartono & Kusumawati (2010):
 Anti psikotik (Clorpromazin dan Haloperidol)
Menahan kerja reseptor dopamine dalam otak sebagai penenang, menurunkan
aktifitas motorik, mengurangi insomnia.

 Anti ansietas (atarax, diazepam)


Meredakan ansietas atau ketegangan yang berhubungan dengan situasi tertentu.

 Anti depresan (elavil, nopramin, dll)


Mengurangi gejala depresi, sebagai penenang

 Anti manic (klonopin, lacmital)


Menghambat pelepasan sereotonin dan mengurangi sensitivitas reseptor dopamine

I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan dari pohn masalah pada gambar adalah sebagai berikut
(Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 106).
1. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain
2. Harga diri rendah kronik

J. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Tujuan Umum
Klien dapat melanjutkan hubungan peran sesuai denga tanggung jawab

2. Tujuan Khusus
a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
1) Kriteria Evaluasi
a) Klien mau membalas salam
b) Kien mau berjabat tangan
c) Klien mau menyebutkan nama
d) Klien mau kontak mata
e) Klien mau mengetahui nama perawat
f) Klien mau menyediakan waktu untuk kontak

2) Intervensi
a) Beri salam dan panggil nama kien
b) Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
c) Jelaskan maksud hubungan interaksi
d) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
e) Beri rasa aman dan sikap empati
f) Lakukan kontak singkat tapi sering

b. TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan


1) Kriteria Evauasi
a) Klien dapat mengungkapkan perasaannya
b) Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/jengkel (dari diri
sendiri, orang lain dan lingkungan)

2) Intervensi
a) Beri kesempatan mengungkapkan perasaannya
b) Bantu klien mengungkap perasaannya

c. TUK III : Kien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan


1) Kriteria Evaluasi
a) Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah atau jengkel
b) Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami

2) Intervensi
a) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami saat marah/jengkel
b) Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien
c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda klien saat jengkel/marah yang
dialami
d. TUK IV : Klien dapat mengidentifikasi perilakuk kekerasan yang biasa
dilakukan

1) Kriteria Evaluasi
a) Klien dapatmengungkapkan perilaku kekerasan yang dilakukan
b) Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang dilakukan
c) Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah
atau tidak

2) Intervensi
a) Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
klien
b) Bantu klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
c) Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan
masalahnya selesai

e. TUK V : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan


1) Kriteria Evaluasi
Klien dapat mengungkapkan akibat dari cara yang dilakukan klien

2) Intervensi
a) Bicarakan akibat kerugian dari cara yang dilakukan klien
b) Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang dilakukan oleh klien
c) Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat

f. TUK VI : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon


terhadap kemarahan secara konstruktif
1) Kriteria Evaluasi
Klien dapat melakukan cara berespn terhadap kemarahan secara konstruktif

2) Intervensi
a) Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari car baru
b) Beri pujian jika klien menemukan cara yang sehat
c) Diskusikan dengan klien mengenai cara lain

g. TUK VII : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan


1) Kriteria Evaluasi
Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan
a) Fisik : olahraga dan menyiram tanaman
b) Verbal : mengatakan secra langsung dan tidak menyakiti
c) Spiritual : sembahyang, berdoa/ibdah yang lain

2) Intervensi
a) Bantu klien memilih cara yang tepat untuk klien
b) Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih
c) Bantu klien menstimulasi cara tersebut
d) Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara
tersebut
e) Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipilihnya jika ia sedang
kesal/jengkel

h. TUK VIII : Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol


perilaku kekerasan
1) Kriteria Evaluasi
a) Keluarga klien dapat menyebutkan cara merawat klien yang berperikalu
kekerasan
b) Keluarga klien meras puas dalam merawat klien

2) Intervensi
a) Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang telah
dilakukan keluarga terhadap klien selam ini
b) Jelaskan peran serta keluarga dalam perawatan klien
c) Jelaskan cara merawat klien
d) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat kien
e) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan
demonstrasi

i. TUK IX : Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program


pengobatan)
1) Kriteria Evaluasi
a) Klien dapat meyebutkan obat-batan yang diminum dan kegunaannya
b) Klien dapat minum obat sesuai dengan program pengobatan

2) Intervensi
a) Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien
b) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa
izin dokter
(Eko Prabowo, 2014)

K. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Resiko Pasien Keluarga
Perilaku
Kekerasan SP Ip SP I k
a. Mengidentifikasi penyebab 1. Mendiskusikan masalah yang
perilaku kekerasan dirasakan keluarga dalam
b. Mengidentifikasi tanda dan gejala merawat pasien
perilaku kekerasan 2. Menjelaskan pengertian
c. Mengidentifikasi perilaku perilaku kekerasan, tanda dan
kekerasan yang dilakukan gejala, serta proses terjadinya
d. Mengidentifikasi akibat perilaku perilaku kekerasan
kekerasan 3. Menjelaskan cara merawat
e. Mengajarkan cara mengontrol pasien dengan Perilaku
perilaku kekerasan Kekerasan
f. Melatih klien cara mengontrol
perilaku kekerasan fisik I (nafas SP II k
dalam) 1. Melatih keluarga
g. Membimbing pasien memasukan mempraktikkan cara merawat
dalam jadwal kegiatan harian pasien dengan perilaku
kekerasan
SP IIp 2. Melatih keluarga melakukan
1. Memvalidasi masalah dan latihan cara merawat langsung kepada
sebelumnya. pasien Perilaku Kekerasan
2. Melatih pasien cara mengontrol
perilaku kekerasan fisik II SP III k
(memukul bantal / kasur / konversi 1. Membantu keluarga membuat
energi) jadwal aktivitas di rumah
3. Membimbing pasien memasukan termasuk minum obat
dalam jadwal kegiatan harian. (discharge planning)
2. Menjelaskan follow Up pasien
SP IIIp setelah pulang
1. Memvalidasi masalah dan latihan
sebelumnya.
2. Melatih pasien cara mengontrol
Perilaku Kekerasan secara verbal
(meminta, menolak dan
mengungkapkan marah secara
baik)
3. Membimbing pasien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian.

SP Ivp
1. Memvalidasi masalah dan latihan
sebelumnya
2. Melatih pasien cara mengontrol
Perilaku Kekerasan secara spiritual
(berdoa, berwudhu, sholat)
3. Membimbing pasien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian

SP Vp
1. Memvalidasi masalah dan latihan
sebelumnya
2. Menjelaskan cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan
meminum obat (prinsip 5 benar
minum obat)
3. Membimbing pasien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian
Harga Diri Keluarga
Pasien
Rendah
SP Ip SP I k
1. Mengidentifikasi kemampuan dan 1. Mendiskusikan masalah yang
aspek positif yang dimiliki klien dirasakan keluarga dalam
2. Membantu klien menilai merawat klien
kemampuan klien yang amsih 2. Menjelaskan pengertian, tanda
dapat digunakan dan gejala harga diri rendah
3. Membantu klien memilih kegiatan yang dialami klien beserta
yang akan dilatih sesuai dengan proses terjadinya
kemampuan klien 3. Menjelaskan cara – cara
4. Membimbing klien memasukan merawat pasien harga diri
dalam jadwal kegiatan harian. rendah

SP II k
SP IIp 1. Melatih keluarga
4. Memvalidasi masalah dan latihan mempraktikkan cara merawat
sebelumnya klien dengan harga diri rendah
5. Melatih kegiatan kedua (atau 2. Melatih keluarga melakukan
selanjutnya) yang dipilih sesuai cara merawat langsung kepada
kemampuan klien harga diri rendah
6. Membimbing klien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian SP III k
1. Membantu keluarga membuat
jadwal aktifitas di rumah
termasuk minum obat
(discharge planning)
2. Menjelaskan follow up klien
setelah pulang

DAFTAR PUSTAKA
1. Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.
Bandung : Refika Aditama.

2. Dermawan.D. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan


Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru.

2. Direja. A. H. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

3. Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.

4. Kusumawati F & Hartono, Y, 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta :


Salemba Medika

5. Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2011. Buku Ajar Keperawatan


Jiwa.Jakarta: Salemba Medika.

6. Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

7. Yusuf,Ah, Fitryani, R dan Nihayati, H.E (2015). Buku Ajar Keperawatan


Kesehatan Jiwa. Jakaerta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai