Anda di halaman 1dari 30

SIDANG KARYA ILMIAH AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


Tn. I.S DENGAN GANGGUAN
BIPOLAR DI KLINIK
UNIVERSITAS ADVENT
INDONESIA
KONDISI DIMANA PENDERITA
MENGALAMI GANGGUAN EMOSI DAN
ALAM PERASAAN

BIPOLAR DISORDER
WORLD HEALTH ORGANIZATION
(2016) MENGATAKAN BAHWA
PENDERITA BIPOLAR SEBANYAK
60 JUTA DI DUNIA.
PRAVELENSI BIPOLAR DI DUNIA
PRAVELENSI BIPOLAR PADA REMAJA (%)
The Early Development Stages of
Psychopathology Study (EDSP)
mengatakan bahwa 4,7 % kasus bipolar
terjadi pada usia 18-29 tahun.
PERIODE GANGGUAN BIPOLAR PER USIA
INDONESIA
Tipe Gangguan Bipolar
JAWA BARAT

o RISET KESEHATAN DASAR (2013)


mengatakan bahwa Provinsi Jawa Barat
Angka pravelensi kecenderungan
gangguan bipolar sebesar 9,3 %.
o Bipolar Care Indonesia Bandung (2020)
mengatakan bahwa ada sekitar 400 orang
penderita gangguan bipolar di bandung.
Hagerty & Patusky dalam Worret et al (2012)
mengatakan bahwa gangguan bipolar adalah
gangguan alam perasaan dimana gejala
utamaya adalah ketidakmampuan mengontrol
suasana hati dan emosi.
o Gangguan bipolar ditemukan pada semua
golongan usia dari anak-anak hingga lansia
dan laki-laki maupun perempuan.
o Noviyana (2019) mengatakan bahwa
wanita lebih rentan terkena gangguan
bipolar karena dikenal memiliki sikap lebih
emosional
Evan (2000) mengatakan bahwa
Gangguan bipolar sering tidak diketahui
dan salah diagnosa dan bahkan tidak
terobati dengan adekuat. Gangguan
bipolar mengancam jiwa karena adanya
percobaan bunuh diri yang cukup tinggi.
Gangguan bipolar selain memiliki dampak
yang serius bagi penderita, ternyata memiliki
dampak negatif bagi keluarga. Penderita
bipolar dianggap sebagai suatu kelainan,
dijauhi dan dikucilkan di masyarakat sehingga
keluarga merasa malu mempunyai anggota
keluarga yang menderita gangguan bipolar.
Kasus bipolar sangat jarang ditemukan di
klinik UNAI. Penulis sewaktu praktek di klinik
Universitas Advent Indonesia menemukan
pasien seperti gangguan bipolar, tidak mau
ngomong, menyakiti dirinya sendiri dan tidak
mau merawat dirinya sendiri sehingga penulis
tertarik mengangkat kasus ini.
“Asuhan keperawatan pada Tn. I.S
dengan gangguan bipolar di Klinik
Universitas Advent Indonesia”
Pemberian asuhan keperawatan
dilaksanakan pada tanggal 27–31
Desember 2020 di rawat inap Klinik
Universitas Advent Indonesia.
Pasien berinisial Tn. I.S, umur 26 tahun,
beragama Islam, bertempat tinggal di Blok
Batujajar RT 02 RW 08, Kecamatan Batujajar
Kabupaten Bandung Barat. Pendidikan
terakhir pasien adalah Sekolah Menengah
Atas (SMA), dirawat di klinik Universitas
Advent Indonesia (UNAI) pada tanggal 26
Desember 2020 dengan nomor rekam medis
yaitu 45482.
Pasien dirawat di Klinik UNAI pada
tanggal 26 Desember 2020 jam 20.15
WIB dengan keluhan tidak mau
berbicara, nafsu makan berkurang ±
satu minggu yang lalu sebelum dirawat,
afek emosinya tidak stabil dan melukai
diri sendiri.
PENGKAJIAN
o Faktor pencetus gangguan bipolar pada
pasien disebabkan oleh faktor biokimia
dikarenakan gangguan neurotransmiter
akibat pasien mengalami putus minum obat.
o Faktor pencetus yang menyebabkan
gangguan bipolar pasien adalah perlakuan
tidak menyenangkan dari teman-temannya,
pasien diejek karena tidak memiliki
pekerjaan, tekanan dari ibunya yang selalu
membandingkan pasien dengan orang lain.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Resiko perilaku kekerasan


 Defisit perawatan diri
 Isolasi sosial: menarik diri
Rencana Keperawatan

 Pasien:
Rencana keperawatan yang diberikan pada
pasien adalah pasien mampu mengontrol
marah, melakukan perawatan diri dengan
mandiri, melakukan kegiatan dengan
mencoba berkenalan dengan satu orang dan
dua orang dan pasien mengetahui aspek
positif yang dimilikinya.
 Keluarga
Rencana keperawatan pada keluarga yang
diberikan adalah keluarga mampu merawat
pasien, membantu meringankan masalah
yang dihadapi pasien, membuatkan jadwal
kegiatan pasien selama di rumah dan
membantu pasien menjalani pengobatan
yang optimal.
EVALUASI

 Penulis melihat setelah memberikan asuhan


keperawatan dan Sp1-Sp4 pada pasien,
didapati bahwa pasien sudah berhenti
marah, pasien dapat menunjukkan sikap
percaya kepada perawat dan sudah ada
kontak mata saat wawancara.
o Penulis melihat pasien belum
dapat melakukan perawatan diri dengan
mandiri baik itu mandi, makan dan minum,
berdandan dan berhias serta eliminasi
dengan benar. Pasien belum mau berbicara
dan menjawab pertanyaan, belum dapat
melakukan cara berkenalan dan
berinteraksi dengan orang lain.
RENCANA TINDAK LANJUT

Penulis menginstruksikan kepada keluarga


supaya setelah dirumah keluarga membantu
pasien dalam meminimalkan gangguan
bipolar pasien, mendukung pasien dan
melatih pasien melakukan kegiatan,
memberitahukan ke orangtua dan lingkungan
pasien kalau gangguan bipolar bisa kambuh
apabila pasien berhenti minum obat.
Keluarga mengawasi pasien dalam
penggunaan obat seperti mengingat
nama obat, kegunaan dan dosis dalam
pengunaan obat. Penulis memberikan
pesan kepada keluarga untuk follow up
ke RSJ Cisarua.
BUKTI BIMBINGAN

Anda mungkin juga menyukai