Anda di halaman 1dari 24

KONSEP PROMOSI KESEHATAN

Riwayat Singkat Promosi Kesehatan


Sekitar tahun 1970-an, Departemen
Kesehatan (DEPKES) RI membawahi
Bagian Pendidikan Kesehatan
Masyarakat, Yang berada di lingkungan
Biro V (Biro Pendidikan) dalam
Sekertariat Jenderal. Ketika itu, ada
proyek pengadaan tenaga khusus di
bidang Health Education dengan gelar
HES (Health Education Specialist).
Tahun 1975, Depkes mengalami
reorganisasi dan bagian Pendidikan
Kesehatan Masyarakat (Dit. PKM).
Istilah “Pendidikan Kesehatan” tidak
digunakan lagi karena dianggap bias
dengan istilah yang sudah baku untuk
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Pengertian
Istilah promosi selama ini selalu dihubungkan dengan
penjualan (sales), periklanan (advertising), dan dipandang
sebagai pendekatan propaganda yang didominasi oleh
penggunaan media massa. Dalam konteks kesehatan,
promosi berarti upaya memperbaiki kesehatan dengan
cara memajukan, mendukung, dan menempatkan
kesehatan lebih tinggi dari agenda, baik secara perorangan
maupun secara kelompok. Determinan pokok kesehatan
adalah aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan yang sering
kali berada di luar kontrol perorangan atau masyarakat
secara kolektif.
Definisi WHO, berdasarkan piagam Ottawa/Ottawa
charter (1986) mengenai promosi kesehatan sebagai hasil
konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa
Canada adalah sebagai berikut.
“Health promotion is the process of enabling people to
control over and improve their health. To reach a state of
complete physical, mentalm and social well-being, an
individual or group must be able to identify and realize
aspiration, to satisfy needs, and to change or cope with
the environment.”
Beberapa definisi memusatkan pada kegiatan-
kegiatan, sedangkan yang lain memusatkan pada tujuan
(seperti definisi WHO di atas). Salah satu definisi yang
memusatkan pada kegiatan promosi muncul dari Green &
Ottoson (1998) berikut.
“Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai
dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan,
dan peraturan perundang-undangan untuk perubahan
lingkungan dan perilaku yang menguntungkan
kesehatan.”
Sasaran Promosi Kesehatan
Sasaran promosi
kesehatan diarahkan pada
individu.keluarga masyarakat,
pemerintah.lintas
sektor/politisi/swasta, dan
petugas atau pelaksana
program.
Individu/keluarga diharapkan
Memperoleh informasi kesehatan
melalui berbagai saluran (baik
langsung maupun melalui media
massa).
Mempunyai pengetahuan dan
kemauan untuk memelihara,
meningkatkan, dan melindungi
kesehatannya.
Mempraktikkan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS).
Berperan serta dalam kegiatan
sosial, khususnya yang berkaitan
dengan lembaga swadaya
masyarakat (LSM) kesehatan.
Masyarakat diharapkan
 Menggalang potensi untuk
mengembangkan gerakan atau upaya
kesehatan.
 Bergotong royong mewujudkan
lingkungan sehat.
Pemerintah/Lintas-
Sektor/Politisi/Swasta diharapkan
 Peduli dan mendukung upaya
kesehatan, minimal dalam
mengembangakan perilaku dan
lingkungan sehat.
 Membuat kebijakan sosial yang
memerhatikan dampak di bidang
kesehatan.
Petugas atau Pelaksana
Program diharapkan
Memasukkan komponen
promosi kesehatan dalam
setiap program kesehatan.
Meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan yang
memberi kepuasan kepada
masyarakat.
Sasaran promosi kesehatan perlu dikenali secara
khusus, rinci, dan jelas agar promosi kesehatan lebih
efektif. Oleh karena itu, sasaran promosi kesehatan
tersebut dihubungkan dengan tatanan rumah rangga,
tatanan tempat kerja, tatanan tempat-tempat umum.
Menurut Weiss (1991), program promosi dikembangkan
dalam tiga daerah utama, yaitu sekolah, tempat kerja, dan
kelompok masyarakatt. Dalam pelaksanaan program
promosi kesehatan telah terbukti bahwa promosi
kesehatan di masyarakat, sekolah, dan tempat kerja
cenderung paling efektif (Carleton, 1991). Kolbe (1988)
menambah sasaran lain dalam promosi kesehatan adalah
pelayanan medis dan media.
Sasaran promosi kesehatan dibagi lagi menjadi sasaran
primer, sekunder, dan tersier.
Sasaran primer adalah sasaran yang mempunyai masalah,
yang diharapkan mau berperilaku sesuai harapan dan
memperoleh manfaat paling besar dari perubahan perilaku
tersebut.
Sasaran sekunder adalah atau kelompok yang memiliki
pengaruh atau disegani oleh sasaran primer. Sasaran
sekunder diharapkan mampu mendukung pesan-pesan
yang disampaikan kepada sasaran primer.
Sasaran tersier adalah para pengambil kebijakan,
penyandang dana, pihak-pihak yang berpengaruh di
berbagai tingkatan (pusat, propinsi, kabupaten, kecamatan,
dan desa.kelurahan).
Strategi Promosi Kesehatan
Global Strategi
1. Advocacy
2. Social Support
3. Empowerment Community

Piagam Ottawa (Ottawa Charter)


1. Kemampuan (Keterampilan) individu
2. Gerakan masyarakat
3. Reoterasi Pelayanan Kesehatan
4. Kebijakan Berwawasan Kesehatan
5. Lingkungan yang mendukung
Visi dan Misi Promosi Kesehatan

Visi
Meningkatkan Kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan status
kesehatannya, baik fisik, mental, sosial dan
diharapkan pula mampu produktif secara ekonomi
maupun sosial.
Misi
1.Advokat
2.Menjembatani
3.Memampukan
Ruang Lingkup
Berdasarkan Konferensi internasional promosi Kesehatan di
Ottawa, Canada tahun 1986 yang menghasilkan piagam Ottawa,
promosi kesehatan dikelompokkan menjadi lima area berikut.
1. Kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan (healthy
public policy).
2. Mengembangkan jaringan kemitraan dan lingkungan yang
mendukung (create partnership and supportive environment).
3. Reorientasi Pelayanan kesehatan (Reorient health service).
4. Meningkatkan keterampilan individu (increase individual
skills).
5. Memperkuat kegiatan masyarakat (strengthen community
action).
Jenis Kegiatan
Ewless dan Simnett (1994) mengidentifikasi tujuh
area kegiatan promosi kesehatan, antara lain program
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan preventif,
kegiatan berbasis masyarakat, pengembangan
organisasi, kebijakan publik yang sehat, tindakan
kesehatan berwawasan lingkungan, kegiatan ekonomi,
dan bersifat peraturan.
Jenis Kegiatan
7 Area kegiatan promosi kesehatan menurut Ewles &
Simnett
1. Program Pendidikan Kesehatan
2. Pelayanan Kesehatan Preventif
3. Kegiatan berbasis masyarakat
4. Pengembangan organisasi
5. Kebijakan publik yang sehat
6. Tindakan kesehatan berwawasan lingkungan
7. Kegiatan ekonomi, dan bersifat peraturan.
Kegiatan yang termasuk dalam pelayanan kesehatan preventif:
Pencegahan primer dilakukan saat individu belum
menderita sakit.
1. Promosi kesehatan (health promotion)
2. Perlindungan khusus (specific protection) berupa upaya
spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu
Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu
mulai sakit meliputi hal-hal berikut.
1. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and
prompt treatment).
2. Pembatasan kecacatan (disability limitation).
Pencegahan tersier (rehabilitasi). Pada proses ini,
diusahakan agar cacat yang diderita tidak menjadi hambatan
sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal
secara fisik, mental, dan sosial.
Menurut Depkes RI (2007), jenis kegiatan promosi
kesehatan meliputi hal-hal berikut ini.
1. Pemberdayaan masyarakat.
2. Pengembangan kemitraan.
3. Upaya advokasi.
4. Pembinaan suasana.
5. Pengembangan SDM (sumber daya manusia).
6. Pengembangan iptek (ilmu pengetahuan dan
teknologi).
7. Pengembangan media dan sarana.
8. Pengembangan infrastruktur.
Kompetensi Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan dalam setiap kegiatan-
kegiatannya memerlukan suatu penetapan metode
yang tetap dan keterampilan yang sesuai.
Keterampilan dan metode yang digunakan
berperan besat terhadap ketercapaian atau
keberhasilan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan
yang dilaksanakan. Dengan kata lain, petugas
promosi kesehatan harus memiliki kompetensi
yang sesuai.
Terdapat dua aspek yang perlu dipertimbangkan
dalam kegiatan promosi kesehatan.
1. Aspek teknis, misalnya memberi makan pada pasien,
memberi imunisasi pada anak, mengukur dan mencatat
tanda vital, melakukan pemeriksaan fisik, menegakkan
diagnosis, dan menciptakan rasa aman serta nyaman pada
pasien.
2. Bekerja dengan orang untuk mempromosikan kesehatan
dalam banyak situasi yang berbeda dengan tujuan yang
berbeda-beda pula. Oleh karena itu, memiliki pengetahuan
tentang metode-metode khusus dan keterampilan khusus,
tentu saja sangat diperlukan sebelum dan saat melakukan
kegiatan promosi kesehatan
Menurut Ewles dan Simnett (1994), setidaknya
terdapat enam kompetensi inti dalam promosi kesehatan
berikut ini.
1. Mengelola, merencanakan, dan mengevaluasi.
2. Komunikasi.
3. Pendidikan.
4. Pemasaran dan publikasi.
5. Fasilitas dan Jaringan.
6. Memengaruhi kebijakan dan praktik.
Pertimbangan Etika dalam Promosi Kesehatan

Dilema Etik dalam Promosi Kesehatan


1. Hanya memperbesar ketidakmerataan?
2. Promotor ksehatan: contoh yang baik?
3. Fakta, musiman, atau mode?
4. Sehat atau healthism (paham kesehatan)?
5. Informasi kesehatan: insentive blunderbuss
6. Profesionalistik atau memberdayakan masyarakat?
7. Kesehatan untuk dijual?
Kode Etik Praktik Promosi Kesehatan
Banyak profesi memiliki kode etik praktik yang
memang membantu. Ewles dan Simnett,
menyarankan beberapa pertimbangan sebagai
gerakan menuju kode etik praktik bagi promotor
kesehatan.
1. Hubungan dengan klien
2. Kepedulian terhadap determinan sosial dan
lingkungan
3. Praktik promosi kesehatan
4. Pertimbangan-pertimbangan etis
Hambatan-Hambatan dalam Penyelenggaraan
Promosi Kesehatan
1. Struktur dan sikap medical establishment. Hal ini berarti lebih
mendorong menyembuhkan daripada mencegah, akibatnya upaya
pendidikan, pencegahan, dan promosi kesehatan diabaikan.
2. Hambatan individual. Hal ini berjaitan dengan kebiasaan dan
persepsi risiko.
3. Jaringan koperasi dan perencanaan yang rumit. Hal ini
mencakup pelaku riset dan praktisi dari berbagai disiplin ilmu yang
berbda, serta policy makers (pembuat kebijakan) pada masing-masing
tingkat.

Anda mungkin juga menyukai