PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kesehatan, dan faktor keturunan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Status
kesehatan akan tercapai secara optimal, jika keempat faktor secara bersama-sama
memiliki kondisi yang optimal pula. Melihat keempat faktor pokok yang mempengaruhi
keempat faktor tersebut. Pendidikan atau promosi kesehatan merupakan bentuk intervensi
terhadap faktor perilaku. Namun demikian, faktor lingkungan, pelayanan kesehatan, dan
istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan,
bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan
Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk
harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut masyarakat, kelompok atau individu dapat
memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Oleh karena itu, pendidik
atau petugas yang melakukan promosi kesehatan memerlukan pengetahuan yang baik
tentang kesehatan yang lebih baik dan dapat berpengaruh terhadap perilakunya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Promosi Kesehatan
Internasional pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada pada tahun 1965.
Pada waktu itu dicanangkan ”the Ottawa Charter”, yang didalamnya memuat definisi
serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah tersebut pada waktu itu di
Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang. Pada masa itu, istilah yang cukup
terkenal hanyalah penyuluhan kesehatan, dan disamping itu pula muncul dan populer
istilah-istilah lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social Marketing
Suatu ketika pada tahun 1994, Dr.Ilona Kickbush yang pada saat itu sebagai
termasuk Indonesia salah satunya. Pada waktu itu pula Kepala Pusat Penyuluhan
Kesehatan Depkes juga baru diangkat, yaitu Drs. Dachroni, MPH., yang menggantikan
Dr.IB Mantra yang telah memasuki masa purna bakti (pensiun). Dalam kunjungannya
waktu itu baik pertemuan internal penyuluhan kesehatan maupun eksternal dengan
lintas program dan lintas sektor, termasuk FKM UI, bahkan sempat pula Kickbush
Indonesia kemudian ia menyampaikan suatu usulan. Usulan itu diterima oleh pimpinan
Depkes pada saat itu Prof. Dr. Suyudi. Kunjungan Dr. Ilona Kickbush itu kemudian
konfrensi jakarta. Sejak itu khususnya Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes berupaya
dipicu oleh perkembangan dunia Internasional. Nama unit Health Education di WHO
baik di Hoodquarter, Geneva maupun di SEARO, India juga sudah berubah menjadi
perubahan menjadi International Union For Health Promotion and Education (IUHPE).
2. Definisi
istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan,
bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan
mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial masyarakat
promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi
yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk
kesehatan gigi masyarakat melalui pendekatan sosial, dan lingkungan yang sering
Menurut Green (1990), tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan, yaitu :
1. Tujuan program
Tujuan program merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode
Tujuan pendidikan merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat mengatasi
3. Tujuan perilaku
(perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan perilaku berhubungan dengan
Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi
yang jelas. Dalam konteks promosi kesehatan “ Visi “ merupakan sesuatu atau apa
yang ingin dicapai dalam promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang
program-program kesehatan lainnya. Tentunya akan mudah dipahami bahwa visi dari
promosi kesehatan tidak akan terlepas dari koridor Undang-Undang Kesehatan Nomor
23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organization).
derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara
yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi
1. Advokasi (Advocation)
kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan
yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk
2. Menjembatani (Mediate)
yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan
diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli
terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki
3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)
meningkat.
keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk
masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja
dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan
masyarakat (empowerment).
agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh
promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau
diharapkan pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk
masyarakat sekitarnya.
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat
keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini
dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang
bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi
advokasi (advocacy). 1
1. Advokasi (advocacy)
pengawalan terhadap kesehatan. Advokasi ini lebih menyentuh pada level pembuat
cara yang digunakan guna mencapai suatu tujuan yang merupakan suatu usaha
memberikan promosi kesehatan dengan sokongan dari kebijakan public dari kepala
desa sehingga maksud dan tujuan dari informasi kesehatan bias tersampaikan
dengan kemudahan kepada masyarakat atau promosi kesehatan yang kita
2. Dukungan sosial
dengan baik, dukungan social ini adalah orang lain yang berinteraksi dengan
petugas. Contoh nyata adalah dukungan sarana dan prasarana ketika kita akan
diterima.
masyarakat dalam bidang kesehatan. Jadi sifatnya bottom-up (dari bawah ke atas).
kesehatan dapat lebih tepat sasaran dan memiliki daya ungkit yang lebih besar bagi
bahwa kegiatan-kegiatan kesehatan tersebut itu dari kita dan untuk kita (Kapalawi,
tersebut dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir
yaitu:
teknik pemberian pemahaman ini lebih bersifat individual dari pada massa.
kesehatan ini, maka di dalam masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau
bidang yaitu:
a. Ilmu perillaku, yakni ilmu-ilmu yang menjadi dasar dalam membentuk perilaku
sebagainya.
Ruang lingkup promosi kesehatan dapat didasarkan kepada 2 dimensi, yaitu
masyarakat yang sehat, agar kelompok ini tetap sehat dan bahkan meningkat
status kesehatannya.
yang sakit, agar kelompok ini sembuh dari sakitnyadan menjadi pulih
kesehatannya.
pada kelompok orang yang sehat, dengan tujuan agar mereka mampu
akan menurun jumlahnya, dan kelompok orang yang sakit akan meningkat.
pada tingkat ini adalah kelompok yang beresiko tinggi. Tujuan utama
kelompok tersebut agar tidak jatuh atau menjadi terkena sakit (primary
prevention)
c. Promosi kesehatan pada tingkat kuratif
kelompok ini mampu mencegah penyakit tersebut tidak menjadi lebih parah
(secondary prevention).
kelompok penderita atau pasien yang baru sembuh (recovery) dari suatu
penyakit. Tujuan utama promosi kesehatan pada tingkat ini adalah agar
prevention).
sebgaai anggota masyarakat. Karena itu, bila persemaian itu jelek maka akan
orang tua terutama ibu. Karena ibulah dalam keluarga itu yang sangat berperan
dalam meletakkan dasar perilaku sehat pada anak-anak mereka sejak lahir.
b. Promosi kesehatan pada tatanan sekolah
sanagt penting, karena guru pada umunya lebih dipatuhi oleh anak-anak
perusahaan atau tempat kerja dengan memfasilitasi tempat kerja yang kondusif
bagi perilaku sehat bagi karyawan atau pekerjaanya, misalnya tersedianya air
secara individual oleh para petugas kesehatan kepada para pasien atau kelurga
hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut
1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organism dapat diterima atau ditolak.
Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak
stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus
tersebut efektif.
3. Setelah itu organism mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesedian untuk
perilaku).
Proses perubahan perilaku berdasarkan teori S-O-R ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
- Perhatian
Stimulus - Pengertian
- Penerimaan
Reaksi tertutup
(Perubahan sikap)
Reaksi terbuka
(Perubahan Praktek)
Finger (1957) ini telah banyak pengaruhnya dalam psikologi social. Teori ini
sebenarnya sama dengan konsep “imbalance” (tidak seimbang). Hal ini berarti bahwa
psikologis yang diliputi oleh letegangan diri yang berusaha untuk mencapai
berarti sudah tidak terjadi ketegangan diri lagi, dan keadaan ini disebut “consonance”
(keseimbangan).
dua elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen kognisi adalah
atau objek, dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan yang
Contoh: seorang ibu rumah tangga yang bekerja di kantor. Di satu pihak,
dengan bekerja ia dapat tambahan pendapatan bagi keluarganya, yang akhirnya dapat
memenuhi kebutuhan bagi keluarga dan anak-anaknya, termasuk kebutuhan makanan
yang bergizi. Apabila ia tidak bekerja, jelas ia tidak dapat memenuhi kebutuhan
(argumentasi) ini sama-sama pentingnya, yakni rasa tanggung jawabnya sebagai ibu
Titik berat dari penyelesaian konflik ini adalah penyesuaian diri secara
c. Teori Fungsi
tergantung kepada keutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat
dimngerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku
1. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan
terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila objek tidak dapat
kebutuhannya.
2. Perilaku dapat berfungsi sebagai ‘defence mecanism’ atau sebagai pertahanan diri
dihadapi.
4. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab
suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan
pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu perilaku dapat merupakan layar di
mana segala ungkapan diri orang dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah,
senang, gusar, dan sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya.
manusia, perilaku itu tampak terus menerus dan berubah sevara relatif.
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia itu adalah suatu
banyak anak banyak rezeki) dapat berubah perilakunya (ikut KB) kalau kekuatan
2. Kekuatan –kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi adanya stimulus-
dengan pemberian pengertian kepada orang tersebut bahwa anak banyak rezeki,
adalah kepercayaan yang salah, maka kekuatan penahan tersebut melemah, adan
semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. Seperti pada contoh
orang tesebut tentang pentingnya ber-KB dan tidak benarnya kepercayaan banyak
yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern mencakup: pengetahuan, kecerdasan,
persepsi emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari
luar. Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisikmaupun non fisik
seseorang, antara lain adalah pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai tradisi, dan
sebagainya. Seorang ibu mau membawa anaknya ke Posyandu, karena tahu bahwa di
Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas
meskipun sesorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak
melakukannya. Seorang ibu hamil tahu manfaat periksa kehamilan, dan di dekat
rumahnya ada Polindes, dekat dengan bidan, tetapi ia tidak mau memeriksa
kehamilannya, karena ibu lurah dan ibu-ibu tokoh lainnya tidak pernah periksa
kehamilan, namun anaknya tetap sehat. Hal ini berarti, bahwa untuk berperilaku sehat
PEMBAHASAN
Disuatu desa dimana terdapat puskesmas X dengan jumlah pengunjung yang datang
pada tanggal 04 November 2016 sebanyak 50 orang untuk mengikuti kegiatan penyuluhan
pencegahan demam berdarah. Masyarakat Desa yang datang untuk mengikuti kegiatan
promosi kesehatan di puskesmas sebagian besar adalah orang dewasa usia sekitar 20 – 50
tahun yang berpendidikan SMA, sebagian masyarakat berpenghasilan dari bertani dan Ibu
rumah tangga. Di puskesmas X sudah terdata jumlah penduduk yang menderita demam
berdarah 15 orang pada bulan Oktober 2016 yang terdiri dari 10 orang dewasa dan 5 orang
anak, yang mana akibat dari penyakit demam berdarah tersebut ada 3 orang yang meninggal
Prinsip promosi kesehatan berdasarkan kasus diatas dengan menggunakan prinsip yaitu :
1. Empowerment ( pemberdayaan)
yaitu cara kerja untuk memungkinkan seseorang untuk mendapatkan kontrol lebih besar
2. Partisipative ( partisipasi)
1. Advokasi
yang akan dilakukan dan memberikan bantuan untuk kegiatan yang akan
dilaksanakan.
2) adanya bantuan dana untuk memberikan obat abate kepada masyarakat secara
gratis
3) adanya ketentuan yang ditetapkan untuk kegiatan fogging rutin didaerah desa
2. Dukungan sosial
pengajaran kepada tokoh masyarakat agar dapat diberikan informasinya kepada para
b) Hasil yang diharapkan : bimbingan yang diberikan kepada tokoh masyarakat dapat
3. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan yang dilakukan dengan sumber dayanya adalah masyarkat sendiri yang
mana nantinya tampak akan prilakunya untuk melakukan informasi yang telah diterima.
berdarah, membagikan bubuk abate yang telah diberi dan oleh pejabat sektor, serta
2) Masyarakat dapat melakukan kegiat menguras air, mngubur sampah yang dapat
3) Menggunakan bubuk abate dirumah untuk membunuh jentik nyamuk aedes aqepty
Metode yang digunakan dalam promosi kesehatan dalam kasus adalah ceramah dan
diskusi di dalam kelompok masyarakat. Media dalam promosi kesehatan demam berdarah
yang diambil kelompok adalah media poster. Poster pencegahan demam berdarah yang dapat
ditemui menempel didinding atau tempat-tempat umum seperti di puskesmas, rumah sakit,
atau dilingkungan rumah. Ukuran poster biasanya 50-60 cm biasanya dalam satu poster
1. Pemberdayaan
menciptakan lingkungan sehat serta berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya
kesehatan.
a. Pemberdayaan Individu
memantau tumbuh kembang balitanya. Ibu yang dikunjungi rumahnya oleh petugas
b. Pemberdayaan Keluarga
Pemberdayaan oleh Petugas Puskesmas kepada yaitu keluarga dari Individu yang ke
memperkenalkan perilaku baru yang mungkin mengubah perilaku yang selama ini
dipraktikkan keluarga tersebut. Misalnya: BAB di jamban, konsumsi garam beryodium,
c. Pemberdayaan Masyarakat
bersama
Upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial yang mendorong individu, keluarga
lingkungan sehat serta berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya kesehatan.
Sasarannya adalah
2. Tokoh Panutan
3. Kelompok Pengajian
SBH, Poskestren.
lingkungan
III. Advokasi
Upaya atau proses yang terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari
menciptakan lingkungan sehat serta berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya
kesehatan.
1. Camat
3. LSM, Pengusaha
4. Media Massa
IV. Kemitraan
pihak lain) dalam pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana dan advokasi. Pihak terkait
2. Keterbukaan: Itikad yang jujur, sesuai fakta dan tidak menutup-nutupi sesuatu
PENUTUP
A. Kesimpulan
pendekatan Promosi Kesehatan untuk setiap upaya kesehatan yang akan menjaga
Pendekatan yang biasa digunakan oleh tenaga kesehatan bisa menghasilkan efek
negatif atau positif pada kebiasaan seseorang. Pemilihan pendekatan merupakan faktor
terbesar oleh interpretasi personal dan pemahaman kesehatan dan promosi kesehata.
B. Saran
Dalam pendekatan promosi kesehatan perlu adanya hubungan kerja sama dengan
melaksanakan evaluasi dan audit yang juga merupakan mekanisme untuk menentukan
kebutuhan kesehatan.
persuasif atau bahkan memaksa, lebih baik menggunakan pendekatan yang bekerjasama
dengan masyarakat untuk mencari pemecahan masalah mereka sendiri, sembari memberi
informasi yang mereka perlukan dalam membuat keputusan tersebut. Tetapi dalam
kondisi yang lebih darurat, seperti penyebaran epidemi yang memerlukan aksi sesegera
Dignan, Mark.B & carr patricia,A; Introduction to progam Planning: A Basic Text for
community Health education, Lea & Febringer, Philadelpia, 1981
Kicbusch, Illona, Setting obyectives, The health promotion Challenge, Keynoter Adress
Healthy People 2000, Consurtium meeting, New YORK, 1996
Nutbeam,tt (dalam hubley 2002), Health empowerment, Health Literacy and Health
Promotion-Putting it all together
Sigrid,G Deede: The health educational specialist, Loose Canon Publication, 1992
Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan teori dan aplikasi, penerbit Rineka cipta,
Jakarta, 2010
Efendi, F & Makhfudli.( 2009 ). Keperawataan kesehatan Komunitas teoti dan praktik
dalam keperawatan. Jakarta; Salemba Medika
Evans, dkk.( 2011 ). Health Promotion and Public Health for Nursing Students. Exeter
Great Britain; Learning Matters Ltd.