MODUL
TOKSIKOLOGI
TIM PENYUSUN:
CICI APRILLIANI
FAKULTAS KESEHATAN
S1 ILMU KESEHATAN
MASYARAKAT
UNIVERSITAS FORT DE
KOCK BUKITTINGGI
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Modul Praktikum yang berjudul
Toksikologi Lingkungan.
Terima kasih saya ucapkan kepada seluruh Tim yang telah membantu kami baik
secara moral maupun materi. Kami menyadari, bahwa Modul Praktikum yang kami buat ini
masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga modul ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………..i
Daftar Isi……………………………………………………………………………..ii
ii
BAB I
TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN
A. Pengertian
mempunyai 3 macam tipe, yaitu dapat bersifat agonis, poteniasi, dan antagonis.
Suatu obat mungkin mengantagonis kerja obat yang lainnya dengan terikat pada
reseptor obat tersebut dan tidak mengaktifkan obat tersebut. Dalam hal ini suatu
obat yang mengantagonis lainnya hanya dengan mengikat dan membuatnya tidak
dapat dilakukan dengan MLD (minimum lethal dose) yaitu dosis kuman minimal
yang dapat mematikan binatang coba pada waktu yang ditentukan atau LD50
(lethal dose 50) yaitu dosis kuman yang dapat mematikan binatang coba sebanyak
50% pada waktu yang ditentukan. Beberapa istilah yang berkaitan dengan
pengukuran 50% end-point tergantung dari efek yang diamati. Kalau efek yang
diamati kejadian infeksi, maka dipakai istilah ID50 (infectiv dose 50), bila
bukan
1
kematian atau infeksi tetapi efek lain yang diamati, maka dipakai istilah ED50
(effectiv dose 50). Pada vaksinasi disebut PD50 (protecting dose 50) dan pada
titrasi virus pada kultur embrio ayam disebut TCD50 (cyptotic effect dose 50).
Pada umumnya para ahli sepakat bahwa LD50 hanya digunakan untuk
yang semakin kecil, maka penyebab infeksi semakin virulen. Lethal dose
50 bersifat lebih praktis dikerjakan dan lebih dipercaya hasilnya dari pada MLD.1
LD50 pada binatang coba karena metodi ini merupakan metode yang sudah baku.
Kasus keracunan akut lebih mudah dikenal daripada keracunan kronik karena
dapat menyerupai setiap sindrom pnyakit, karena itu harus selalu diingat
muntah, diare, konvulsi, koma, dan sebagainya. Gejala yang mengarah kesuatu
beredar.
LD50 merupakan dosis yang menyebabkan 50% dari hewan coba mengalami
kematian. Pada percobaan, LD50 nya adalah 317,47 mg/kgBB. Bila dosis yang
digunakan lebih dari dosis tersebut, maka hewan coba akan mengalami kematian
100%. ED50 sendiri merupakan keefektifan suatu obat mampu menunjukkan efek
yang diharapkan. Makin besar perbedaan antara LD50 dengan ED50 maka
2
Xylazine bekerja melalui mekanisme yang menghambat tonus simpatik
peristaltik, relaksasi saluran cerna, dan sedasi. Aivitas xylazine pada susunan
hipnotis yang dalam dan lama, dengan dosis yang ditingkatkan mengakibatkan
sedasinyang lebih dalam dan lama serta durasi panjang. Xylazine diinjeksikan
secara intramuskular meyebabkan iritasi kecil pada daerah suntikan, tetapi tidak
menyakitkan dan akan hilang dlam waktu 24-48 jam. -adrenoseptor adalah
transmisi implus intraneural pada susunan syaraf pusat dan dapat menyebabkan
3
BAB II
bahan berbahaya dan beracun (B3) yang pengujiannya menggunakan mencit (mus
musculus) sebagai hewan uji. Definisi lethal dosis 50 (LD 50) adalah dosis
tertentu yang dinyatakan dalam miligram berat bahan uji per kilogram berat
badan (BB) hewan uji yang menghasilkan 50% respon kematian pada populasi
hewan uji dalam jangka waktu tertentu. Regulasi Pemerintah No.85 Tahun 1999
menyatakan bahwa nilai ambang batas Lethal Dosis 50 (LD 50) secara oral
adalah
mengalami kematian. Pada percobaan, LD50 nya adalah 317,47 mg/kgBB. Bila
dosis yang digunakan lebih dari dosis tersebut, maka hewan coba akan mengalami
menunjukan efek yang diharapkan. Makin besar perbedaan antara LD50 dengan
Istilah LD50 pertama kal diperkenalkan sebagai indeks oleh trevan pada
tahun 1927. Pengertian LD50 secara statistik merupakan dosis tunggal derivat
suatu bahan tertentu pada uji toksisitas yang pada kondisi tertentu pula dapat
4
meyebabkan kematian 50% dari populasi uji (hewan percobaan). Lethal Dose50
(LD50) adalah suatu dosis efektif untuk 50% hewan digunakan karena arah
kisaraan nilai pada titik tersebut paling menyempit dibanding dengan titik-titik
ekstrim dari kurva dosis-respon. Pada kurva normal sebanyak 68% dari populasi
apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak
lewat kulit. Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernapasan atau kulit dan
seperti hati, paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat juga zat-zat tersebut
5
berakumulasi dalam tulang,darah,hati,atau cairan limpa dan menghasilkan
efek kesehatan
6
pada jangka panjang. Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam tubuh
a. Tidak ada batasan yang jelas antara bahan kimia berbahaya dan tidak
berbahaya
b. Bahan kimia berbahaya bila ditangani dengan baik dan benar akan aman
digunakan
Paracelus (1493-1541) “ semua bahan adalah racun, tidak ada bahan apapun
yang bukan racun, hanya dosis yang benar membedakan apakah menjadi racun atau
obat” Untuk mengetahui toksisitas bahan ddikenal LD50, semakin rendah LD50
suatu bahan, maka makin berbahaya lagi bagi tubuh dan sebaliknya Racun super : 5
mg/kg BB atau kurang, contoh : Nikotin Amat sangat beracun: (5-50 mg/kg BB) ,
contoh : Hidrokinon Beracun sedang : (0,5-5 g/kg BB), contoh: Isopropanol Sedikit
beracun : (5-15 g/kg BB), contoh : Asam ascorbat Tidak beracun : ( >15 g/kg BB),
7
C. FAKTOR YANG MENENTUKAN TINGKAT KERACUNAN
Bentuk yang lebih berbahay bila dalam bentuk cair atau gas yang
mudah terinhalasi dan bentuk partikel bila terhisap, makin kecil partikel
2. Dosis (kosentrasi)*
Semakin besar jumlah bahan kimia yang masuk dalam tubuh makin
3. Lamanya pemajanan*
8
g. Metode statistik yang digunakan
gangguan penglihatan, air liur berlebihan, nyeri otot, koma, pingsan, dan
sebagainya.
bahan penolong yang bersifat racun agar tidak kerugian ataupu keracunan
yang setiap waktu dapat terjadi di lingkungan pekerja yang menangani bahan
9
bahaya.
10
f. Penyempurnaan produksi: mengeliminasi sumber bahaya dalam proses
kerja.
jam pemaparan.
kerapian,pengontrolan.
11
D. DIAGNOSIS KERACUNAN PEMERIKSAAN KLINIK
Gejala utama yang terlihat berupa mual-mual, muntah, keluar air ludah
berlebihan, kontraksi pupil mata, otot kejang, paralisis. Keracunan akut karena
1. Tanda dan gejala selalu ditemukan pada paparan pestisida golongan yang
sama
keracunan jenis ini susah diamati secara fisik karena gejala yang ditimbul
umumnya tidak terlalu spesifik, bahkan kadang hampir sama dengan gejala
1) Pemeriksaan laboraturium
sebagai konfirmasi.
12
b. Penggunaan biologi level tidak terlalu banyak membantu, karena catatan
13
BAB III
kematian sebanyak 50% dari organisme uji yang daoat diestimasi dengan grafik
dan perhitungan, pada suatu waktu pengamatan tertentu, misalnya LC50 48 jam,
LC50 96 jam (Dhahiyat dan Djuangsih 1997 diacu dalam Rossiana 2006) sampai
perhitungan untuk menentukan keaktifan dari suatu ekstrak atau senyawa. Makna
organisme uji, misalnya larva Artemia salina (brine shirmp). Uji toksisitas
merupakan uji hayati yang berguna untuk menentukan tingkat toksisitas dari suatu
zat atau bahan pencemar dan digunakan juga untuk pemantauan rutin suatu
limbah. Suatu senyawa kimia dikatakan bersifat “racun akut” jika senyawa
tersebut dapat menimbulakan efek racun dalam jangka waktu singkat. Suatu
senyawa kimia disebut bersifat “racun kronis” jika senyawa tersebut dapat
menimbulkan efek racun dalam jangka waktu panjang (karena kontak yang
Ada tiga cara utama bagi senyawa kimia untuk dapat memasuki tubuh,
yaitu : Melalui paru-paru (pernapasan), Mulut, dan Kulit. Melalui ketiga rute
tersebut, senyawa yang bersifat racun dapat masuk ke aliran darah, dan
14
kemudian
15
terbawa ke jaringan tubuh lainnya. Yang menjadi perhatian utama dalam
berada dalam bentuk murninya memiliki sifat racun (toksik). Sebagai contohnya
adalah senyawa oksigen yang berada pada tekanan parsial 2 atm adalah bersifat
toksik. Kosentrasi oksigen yang terlalu tinggi dapat merusak sel (Pradipta 2007).
kondisi “akhir dari pipa” (yaitu, effluent yang tidak dilemahkan, sebagai adanya
selama test (LC50) digunakan sebagai pemenuhan titik akhir (endpoint) untuk
Menurut Mayer dkk. (1982) tingkat toksisitas dari ekstrak tanaman dapat
ditentukan dengan melihat harga LC50-nya. Apabila harga LC50 lebih kecil
dari
1000 µg/ml dikatakan toksik, sebaliknya apabila harga LC50 lebih besar
dari
1000 µg/ml dikatakan tidak toksik. Tingkat toksisitas tersebut akan memberi
16
serta tujuannya maka uji toksisitas diklasifikasikan sebagai berikut
(Rosianna
2006) :
17
1. Klasifikasi menurut waktu, yaitu uji hayati jangka pendek (short term
2. Klasifikasi menurut metode penambahan larutan atau cara aliran larutan, yaitu
air limbah, uji bahan atau satu jenis senyawa kimia, penentuan toksisitas serta
tingkat toksisitas dari suatu zat atau bahan pencemar dan digunakan juga untuk
racun akut jika senyawa tersebut dapat menimbulkan efek racun dalam jangka
waktu singkat. Suatu senyawa kimia disebut bersifat racun kronis jika senyawa
tersebut dapat menimbulkan efek raccun dalam jangka waktu panjang (karena
2007).
senyawa yang berada daalam bentuk murninya memiliki sifat racun (toksik).
Sebagai contohnya adalah senyawa oksigen yang berada pada tekanan parsial 2
atm adala bersifat toksik. Konsentrasi oksigen yang terlalu tinggi dapat merusak
18
sel (Pradipta 2007).
19
Untuk mengetahui nilai LC-50 digunakan uji static. Ada dua tahapan
oleh Rochini dkk (1982) diacu dalam Rossiana (2006). Adapun kriteria
Tabel 1. Kriteria tingkatan nilai toksisitas akut LC50-48 jam pada lingkungan
perairan
Tingkat Racun Nilai (LC50) (ppm)
20
D. Analisis Probit Metode Bosvine-Nash
Analisis Probit Metode Bosvine-Nash yaitu nilai toksitas (LC 50) dihitung
(Koestani,
dengan menghitung :
1. Probit Empirit
4. Probit sementara
50% dari organisme uji, misalnya larva Artemia salina (brine shirmp).
LC
50 pada Uji BSLT ( Brine Shirmp Lethality Test) ekstrak Bakteri asal Spons.
21
2. Jika sudah melakukan BSLT, tuliskan jumlah larva yang mati pada setiap
22
3. Hitung % mortalitasnya dengan cara = ((jumlah yang mati / jumlah total
Larva) × 100%)
4. Perhatikan jumlah larva yang mati pada konsentrasi 0 atau kontrol. Jika
terkoreksi 5,26 jika dicari nilai probitnya menjadi 5 = 3,36. Dalam tabel
probit tidak ada koma-komaan jadi harus dibulatkan, kalo saya dibulatkan
dibulatkan kebawah atau keatas. (Kalo tahu tolong kasih tahu saya ya,
hehe).
7. Jika nilai probit sudah ada, sekarang saatnya untuk membuat grafik
hubungan antara nilai probit mortalitas (sb.y) dan Log10 konsentrasi (sb.x).
langsung buat dari Ms. Word/Excel aja, lebih simpel. Bisa kan ? Tinggal
insert kemudian pilih chart dan pilih model XY scatter yang pertama.
23
(kalo
24
trendline (garis) belum muncul Cuma titik-titik birunya aja, cara
Equation on Chart.
50 adalah nilai 5. Kenapa ? karena nilai lima mewakili 50% kematian larva.
x
Kemudian tentukan LC50 dengan antilog(x) atau 10 . Sebenarnya
seperti R,SAS,SPSS.
25
BAB IV
LOGAM BERAT
biologis, atau akibat ativitas manusia. Logam adalah unsur alam yang dapat
diperoleh dari laut, erosi batuan tambang, vulkanisme dan sebagainya. Umumnya
sangat jarang yang ditemukan dalam elemen tunggal. Unsur ini dalam kondisi
suhu kamar tidak selalu berbentuk padat melainkan ada yang berbentuk cair,
misalnya merkuri (Hg). Dalam badan perairan, logam pada umumnya berada
dalam bentuk ion-ion, baik sebagai pasangan ion ataupun dalam bentuk ion-ion
menunjuk pada logam yang mempunyai berat jenis lebih tinggi dari 5 atau 6
3
g/cm . Namun pada kenyataannya dalam pengertian logam berat ini, dimasukkan
pula unsur-unsur metaloid yang mempunyai sifat berbahaya seperti logam berat
26
sehingga jumlah seluruhnya mencapai lebih kurang 40 jenis. Beberapa logam
berat yang beracun tersebut adalah As,Cd. Cr, Cu, Pb, Hg, Ni, dan Zn.
Secara umum logam berat telah digunakan secara luas terutama dalam bidang
kimia dan industri. Menurut palar (1994), secara umum logam berat memiliki
dalam bentuk partikel atau merupakan senyawa. Unsur logam ditemukan secara
luas di seluruh permukaan bumi yang dapat bersifat toksik yang berbahaya bagi
manusia apabila masuk ke dalam tubuh dimana logam tersebut biasanya terdapat
Limbah logam berat atau heavy metal termasuk golongan limbah B3.
Limbah yang mengandung logam berat adalah issue lingkungan yang menjadi
27
Logam berat biasanya sangat sedikit dalam air secara ilmiah kurang sari
1 g/L. Kelarutan dari unsur-unsur logam dan logam berat dalam badan air
dikontrol oleh :
1. pH badan air,
Logam berat yang dilimpahkan ke perairan, baik sungai ataupun laut akan
sifat yang mudah mengikat bahan organik dan mengendap di dasar perairan
dan bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen lebih
di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen, oleh karena itu kadar logam berat
dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan dalam air (Harahap, 1991). Konsentrasi
logam berat pada seddimen tergantung pada beberapa faktor yang berinteraksi.
aktifitas manusia.
28
3. Melalui partikel yang terbawa sampai ke lapisan dasar.
4. Melalui penyerapan dari logam berat terlarut dari air yang bersentuhan.
Menurut Vouk (1986) yang mengatakan bahwa terdapat 80 jenis dari 109
unsur kimia dimuka bumi ini yang telah teridentifikasi sebagai jenis logam berat.
Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat ini dapat dibagi dalam dua
jenis, yaitu :
jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat
2. Jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau beracun, di mana
tergantung pada bagian mana logam berat tersebut terikat dalam tubuh. Daya
racun yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim, sehingga
proses metabolisme tubuh terputus. Lebih jauh lagi, logam berat ini akan
29
Niebor dan Richardson menggunakan istilah logam berat untuk
dengan jugan dengan unsur oksigen atau disebut juga dengan oxygen-
seeking metal.
bertemu denan unsur nitrogen dan atau unsur belerang (sulfur) atau disebut
3. Logam antara atau logam transisi yang memiliki sifat khusus sebagai
1. Bersifat toksik tinggi yang terdiri dari atas unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan
Zn.
30
Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap
2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan
dari konsentrasi logam dalam air. Disamping itu sedimen mudah tersuspensi
karena pergerakan masa air yang akan melarutkan kembali logam yang
1. Mercury (Hg)
Air raksa tau Mercury (Hg) adalah salah satu logam berat dalam bentuk
dapat terjadi secara alami tetapi kadarnya sangat kecil. Pencemaran mercury
(HgS) sebagai zat pewarna dan bahan kosmetik sejak jaman dulu. Dewasa ini
31
pembuatan cat, pembuatan gigi palsu, peleburan emas, sebagai katalisator, dan
dalam industri makanan seperti minyak goreng, produk susu, kertas tima,
munculnya kasus minamata di jepang pada tahun 1953. Pada saat itu banyak
kerang, udang dan makanan laut lainnya yang mengandung mercury. Kasus
minamata yang terjadi dari tahun 1953 sampai 1975 telah menyebabkan
Jepang.
Minamata. Methyl mercury ini masuk ke dalam tubuh organisme laut baik
32
telah terserang penyakit syaraf, lumpuh, kehilangan indera perasa dan bahkan
2. Khromium (Cr)
industri, khromium diperlukan dalam dua bentuk, yaitu khromium murni dan
sebetulnya tidak toksik, tetapi senyawanya sangat iritan dan korosif. Inhalasi
paru, khromium ini dapat menimbulkan kanker. Sebagai logam berat, khrom
termasuk logam yang mempunyai daya racun tinggi. Daya racun yang
6+
dimiliki oleh khrom ditentukan oleh valensi ionnya. Logam Cr
merupakan
6+
bentukyang paling banyak dipelajari sifat racunnya dikarenakan Cr
mempunyai titik leleh dan titik didih tinggi diatas titik leleh dan titik didih
adalah +2, +3 dan +6. Jika dalam keadaan murni melarut dengan lambat
33
Senyawa-senyawa yang dapat dibentuk oleh khromium mempunyai
+2
yang terbentuk dari logam Cr akan bersifat basa, dalam larutan air kromium
(II) adalah reduktor kuat dan mudah dioksida diudara menjadi senyawa
2+ + 3+
2 Cr (aq) + 4H (aq) + O2 (g) + 2 Cr (aq) + 2 H2O
3+
Senyawa yang terbentuk dari ion khromium (III) atau Cr bersifat
amfoter dan merupakan ion yang paling stabil di antara kation logam transisi
6+
yang lainnya serta dalam larutan. Senyawa yang terbentuk dari ion logam Cr
3+
akan bersifat asam. Cr dapat mengendap dalam bentuk hidroksida. Khrom
hidroksida ini tidak terlarut dalam air pada kondisi pH optimal 8,5-9,5 akan
6+
tetapi akan melarut lebih tinggi pada kondisi pH rendah atau asam. Cr sulit
6+
mengendap, senhingga dalam penangannya diperlukan zat pereduksi dari Cr
3+
menjadi Cr .
3. Seng (Zn)
Seng (Zn) adalah metal yang didapat antara lain pada industri alloy,
dapat bersifat racun. Seng menyebabkan warna air menjadi opalescent, dan
34
Seng adalah suatu bluish-white, metal berkilauan, Zinc merupakan
logam seperti perak banyak digunakan dalam industri baja supaya tahan karat,
membuat kuningan, membuat kaleng yang ahan panas dan sebagainya. Rapuh
o
pada suhu lingkungan tetapi lunak pada suhu 100-150 C. Merupakan suatu
konduktor listrik dan terbakar tinggi di dalam udara pada panas merah-
pijar.Logam seng (Zn) tersedia secara komersial jadi tidak secara normal
membentuk oksida sen, ZnO. Ini dikurangi dengan karbon untuk membentuk
ZnO + C Zn + CO
ZnO + CO Zn + CO2
CO2 + C 2CO
4. Tembaga (Cu)
35
itu logam Cu banyak digunakan dalam bidang elektronika atau pelistrikan.
Pada manusi, efek keracunan yang dirtimbulkan akibat terpapar oleh debu
atau uap. Cu tersebut adalah terjadinya kerusakan atropik pada selaput lendir
gabungan sifat iritatif yang dimiliki oleh debu atau uap Cu tersebut.
liingkungan adalah secara alamiah dan non alamiah. Berikut ini adalah proses
masuknya Cu ke alam :
pengikisan (erosi) dari batuan mineral, dari debu-debu dan atau partikulat-
partikulat Cu yang ada dalam lapisan udara yang turun bersama hujan.
akibat dari suatu aktifitas manusia. Jalur dari aktifitas manusia ini untuk
proses produksinya.
5. Timbal (Pb)
sebagai konstituen di dalam cat, baterai, dan saat ini masih banyak digunakan
36
daalaam bensin untuk meningkatkan nilai oktan. Pb adalah racun sitemik yang
dikenal dengan cara pemasukannya setiap hari dapat melalui makanan, air,
otak besar.
kerajinan dari tanah karena pada temperatur yang rendah bahan pelapis dapat
mempunyai sikap resisten terhadap bahan korosif dan bahan baterai, cat.
dalam jumlah yang sangat besar untuk digunakan sebagai zat “antiknock”
Sifat logam berat sangat unik, tidak dapat dihancurkan secara alami dan
37
Sebagian dari logam berat bersifat essensial bagi organisme air untuk
haemosianin dalam sistem darah dan enzimatik padaa biota. Akan tetapi bila
jumlah dari logam berat masuk ke dalam tubuh dengan jumlah berlebih, maka
dikonsumsi dalam jumlah yang besar dan waktu yang lama. Dampak tersebut
antara lain :
1. Timbal (Pb)
ginjal, sistem reproduksi, penyakit akut atau kronik sistem syaraf, dan
gangguan fungsi paru-paru. Selain itu, dapat menurunkan IQ pada anak kecil
2. Kadmium (Cd)
tekanan darah. Gejala umum keracunan Kadmium adalah sakit di dada, nafas
38
3. Merkuri (Hg)
Merkuri tingkat awal, pasien merasa mulutnya kebal sehingga tidak peka
terhadap rasa dan suhu, hidung tidak peka bau, mudah lelah, gangguan
psikologis (rasa cemas dan sifat agresif ), dan sering sakit kepala. Jika terjadi
kecil, gangguan pada luas pandang, kerusakan sarung selaput saraf dan bagian
dari otak kecil. Turunan oleh Merkuri (biasanya etil merkuri) pada proses
kehamilan akan nampak setelah bayi lahir yang dapat berupa cerebal palsu
4. Arsenik (As)
pencernaan.
39
5. Chromium (Cr)
kulit, pembulu darah, dan ginjal. Dampak kandungan logam berat memang
serta menjaga kesehatan baik untuk diri sendiri maupun keluarga. Salah satu
air yang kita gunakan sehari-hari, terutama kebutuhan untuk minum. Jika
kondisi air anda sudah terdeteksi, maka akumulasi logam berat dalam tubuh
proses pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar ion, serta beberapa
reverse osmosis. Namun proses ini relatif mahal dan cenderung menimbulkan
40
menjadi alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat
keracunan
41
elemen logam berat di lingkungan perairan tersebut. Metode atau teknologi ini
logam berat lebih efektif dibandingkan dengan resin penular ion dan reverse
(suspended solid), zat organik dan logam berat lainnya. Serta, lebih baik dari
tersebar luas baik di perairan tawar maupun lautan. Sampai saat ini diketahui
42
a. Proses aktif uptake
Proses ini juga dapat terjadi pada berbagai tipe sel hidup.
ion logam tersebut. Logam berat dapat juga diendapkan pada proses
metabolisme dan ekresi sel pada tingkat kedua. Proses ini tergantung dari
berbeda seperti pH, suhu, kekuatan ikatan ionik, cahaya dan lainnya.
Proses ini terjadi ketika ion logam berat terikat pada dinding sel
yaitu ;
1) Pertukaran ion di mana ion pada dinding sel digantikan olen ion-ion
logam berat;
43
2. Aplikasi Biosorpsi Untuk Penanggulangan Logam Berat Dari Limbah
Pertambangan
dinding sel media bio yang bermuatan negatip dari gugus karboksil, hidroksil,
sulfidril, amina dan fosfat. Gugus fungsi yang tidak bermuatan seperti atom N
koordinasi dengan kation logam. Ikatan koordinasi antara dinding sel dan
logam melibatkan ligan dan sisi aktif yang berbeda untuk setiap species,
antara lain gugus karboksil dan fosforil yang membentuk ikatan primer
dengan logam. Ikatan sekunder yang lemah terbentuk antara gugus hidroksil
dan amil. Untuk itu dilakukan percobaan menggunakan berbagai media bio
eceng gondok, sekam padi dan bagas. Teknologi yang digunak berupa unggun
media bio yang ditempatkan masing-masing dalam 6 buah kolom tegak yang
terbuat dari PWC dan persfex berdiameter 20 cm dengan tinggi 180 cm.
Setiap kolom dilengkapi dengan keran pengatur debit air, kontrol tinggi air
44
3. Pengolahan Limbah Logam Berat Cr (VI)
Logam Cr di alam terdapat dalam dua bentuk oksida, yaitu Cr (III) dan
(III) tidak. Toksitas Cr (III) hanya sekitar 1/100 kali Cr (VI), bahkan
(VI) mudah larut dalam air dan membentuk divalent oxyanion yaitu kromat
dan dikromat.
akan terbentuk endapan senyawa hidroksa. Metode ini tidak bisa digunakan
ini karena pada kondisi basa akan terjadi reaksi kesetimbangan senyawa
2- 2-
Cr2O2 + 2OH <=> 2CrO4 + H2O
Oranye Kuning
45
Reduksi Cr(VI) menjadi Cr (III) harus dilakukan dalam suasan asam dengan
pada pH 2.0 sampai 2.5 dengan asam sulfat, asam klorida atau asam lainnya.
gas SO2 Na2S, H2S, gara, ferro atau bahan pereduksi lainnya. Reaksi
-
OH yang biasanya dari NaOH atau kapur hidroksida pada pH 8.5 sampai
9.0. pada kondisi ini akan terbentuk Cr (III) hidroksida sesuai dengan
reaksi
berikut :
6+ 2+ 3+ 3+
Cr + Fe - > Cr + Fe (proses reduksi)
3+ -
Cr + 3OH - > Cr(OH)3 (proses presipitasi)
elektrolisa. Metode ini lebih cocok untuk cairan air limbah yang
2- 3+
Cr2O2 + 14H + 6e - > 2Cr + 7H2O
46
Metode lainya yaitu dengan penukar ion meski jarang dilakukan
karena memerlukan energi yang sangat tinggi dan bahan kimia yang sangat
banyak. Untuk air limbah organik asam kromat digunakan resin penukar ion
positif yang bersifat basa kuat. Metode lain yang juga dapat dipergunakan
milik PT. Newmont Minahasa Raya (NMR). Sejak tahun 1996, perusahaan asal
Denver, AS, tersebut membuang sebanyak 2.000 ton limbah tailing ke dasar
cairan kental berwarna hitam dan lendir berwarna kuning kemasan. Fenomena
serupa ditemukan pula pada sejumlah penduduk Buyat, dimana mereka memiliki
laporan penelitian telah dikeluarkan oleh berbagai pihak sejak 1999 hingga 2004.
47
menghilangnya nener dan beberapa jenis ikan, serta keluhan kesehatan pada
penyebaran logam-logam berat seperti Arsen (As), Antimon (Sb), dan Merkuri
(Hg) dan Mangan (Mn), dimana konsentrasi tertinggi logam berbahaya tersebut
masyarakat Teluk Buyat adalah penyakit kulit dan akibat kekuraangan gizi.
Minamata seperti yang pernah terjadi di Jepang lebih dari tiga dekade yang lalu.
sedangkan di Teluk Buyat yang terjadi adalah kontamisa sejumlah logam berat :
mereka dengan gejala penyakit yang diakibatkan oleh sejumlah logam berat
panas, rasa mual, mudah lelah dan lupa, kolaps, dan kanker kulit. Yang tidak
penrah dilihat adalah dampak dari logam-logam lain, seperti antimon, mangan,
dan juga sianida. Sianida dan mangan bisa menyebabkan gangguan kulit,
48
terutama mangan, seperti yang kita lihat di pertambangan di Kalimantan,” papar
sejumlah konsentrasi logam berat (arsen, merkuri, antimon, mangan) dan senyawa
sianida pada sedimen di Teluk Buyat meningkat hingga 5-70 kali lipat (data
WALHI dan KLH 2004). Konsentrasi merkuri meningkat 10 kali lipat di sekitar
penambangan rakyat), kosentrasi arsen dan antimon jauh lebih tinggi di sekitar
pembuangan tailing PT NMR (data Walhi dan KLH 2004). Untuk merkuri
konsentrasi di Teluk Buyat dan Teluk Totok hampir sama. Namun, pada data
49