Anda di halaman 1dari 40

TOKSIKOLOGI klinik

(Paracelsus, 1493-1541)

• All substances are poisons; there is none that


is not poison. The right dose differentiates a
poison and a remedy”
• “Semua zat adalah racun, tidak ada yang tidak
beracun. Dosis yang tepat membedakan racun
dan obat”
Efek farmakodinamik suatu zat
yang berlebihan
Toxic berasal
dari bahasa
Yunani Tox yang
berarti panah
EFEK TOKSIK
TOKSIKOLOGI

Ilmu yang mempelajari efek toksis berbagai


bahan terhadap makhluk hidup dan sistem
biologi lainnya.
Pembagian Toksikologi berdasarkan jenis zat
dan keadaan saat terjadi toksik

T. T. Bahan
Lingkungan Makanan
T. Perang
T.
T. Obat Kecelakaan
T. Pestisida
T.
T. Industri
Penyinaran
Toksisitas obat, Efek samping dari
T. Obat kombinasi obat, keracunan akut dan
kronis pada penggunaan berlebih

Bahan makanan yang berpotensi mengandung T. Bahan


toksikan (Zat warna, pengawet, dll) Makanan

efek beberapa zat pestisida yang berpotensi


T. Pestisida berbahaya jika digunakan berlebihan

keracunan di Industri. Biasanya berupa


penyelidikan penyakit pada kulit dan T. Industri
pernapasan. Ex : Silikosis, antrakosis,dll
T. zat-zat yang berpotensi merusak
lingkungan (air, udara, tanah).
Lingkungan

zat-zat rumah tangga (yang mudah dijangkau)


T.
yang dapat menjadi racun. Biasanya meliputi
kasus bunuh diri, maupun kecerobohan. Kecelakaan

toksikologi perang seperti Bom nuklir, senjata


T. Perang biologi maupun kimia (NUBIKA/ABC), gas air
mata, racun massal,dkk

Mempelajari bahaya penyinaran seperti radiasi T.


nuklir, radioaktif, dll. Penyinaran
TOKSIKOLOGI KLINIK
Bidang ilmu toksikologi yang
mempelajari suatu penyakit yang
disebabkan suatu agen toksik
Efek yang diinginkan dari suatu obat.
Ex : Paracetamol 500mg 3xsehari  panas EFEK TERAPI
dan meredakan nyeri

Efek yang dapat menimbulkan toksik jika


diberikan melampaui dosis.
Ex : Gentamisin ginjal EFEK TOKSIK
PCT, INH  Hati

Efek yang tidak diinginkan pada dosis


terapi (tidak terjadi pada tiap orang).
Ex : Amplodipin  Jantung berdebar dan EFEK SAMPING
nyeri perut
Faktor yang mempengaruhi toksisitas
klinis
Tidak dilakukan
Kepatuhan pasien
monitoring
dalam konsumsi Polifarmasi
pengobatan oleh
obat
penulis resep

Tidak
Adanya reaksi
Interaksi obat memperhatikan
alergi
aturan pakai

Kesalahan
pengobatan
Toksisitas: merupakan perubahan biokimia, fungsional atau struktural yang terjadi dalam tubuh.

Perubahan
Perubahan biokimia Perubahan struktural:
fungsional:

perubahan atau kekacauan mempengaruhi fungsi


biokimia dari sel akibat homeostasis yg sifatnya
adanya antaraksi zat beracun terbalikkan (reversible) berkaitan dgn perubahan morfologi
dan tempat aksi yg sifatnya sel shg terwujud sebagai
terbalikan (reversible) kekacauan struktural.(dpt
reversible/irreversible,

misal gangguan pernafasan,


gangguan SSP,
hipo/hipertensi, hiperglikemia,
Contoh: penghambatan perubahan kontraksi/relaksasi
respirasi sel, perubahan otot, hipo/hipertermi,
keseimbangan cairan & Insektisida organofosfat
elektrolit, dan gangguan malation menyebabkan terdapat 3 respon histopatologi krn
hormonal, sianida kejangnya otot2 pernafasan adanya luka sel yaitu degenerasi,
menghambat transport sebagai akibat penumpukan proliferasi, inflamasi, Tetrasiklin
elektron shg mnghambat asetilkolin yg berlebihan krn dapat menyebabkan terjadinya
respirasi sel dan gangguan hambatan trhdp enzim perlemakan hati, Aflatoksin dapat
pasok energi asetilkolinesterase. sebabkan nekrosis hati
Mekanisme
efek toksis
dapat melalui
reversible
salah ireversible (tak
(terbalikkan
satu/gabungan terbalikkan
kedua cara :
• Toksik intrasel (toksisitas
yg diawali dengan • Bila zat toksik dlm tempat
interaksi secara langsung kerjanya atau reseptornya
antara zat kimia atau habis, maka reseptor akan
metabolitnya dgn kembali ke kedudukan
reseptornya) semula
• Toksik ekstrasel • Efek toksik akan cepat
(toksisitas secara tidak kembali normal
langsung dengan • Ketoksikan sangat
mempengaruhi lingkungan bergantung pd dosis,
sel sasaran tapi dapat kecepatan absorbsi,
berpengaruh pd sel distribusi dan eliminasi zat
sasaran). racun
Manajemen klinis pada pasien yang keracunan
• Stabilisasi pasien
– Lakukan penilaian secara umum pd tempat terpaparnya
zat toksis, periksa tanda vital pasien, jauhkan dari
sumber utama kontaminasi dpt asap, gas, cairan
berbahaya, lakukan pemeriksaan manajemen klinis dgn
sistem ABC (maintenance airway-breathing-circulation),
periksa Tek darah dan Heart Rate, suhu warna kulit dan
turgor
• Evaluasi klinik
– Gali informasi pd pasien /kel, wkt paparan , lokasi
keracunan, dokumentasi riwayat keracunan, periksa lab
dll
• Menghambat absorbsi zat beracun
– Membersihkan bgn tbh yg terkontaminasi, mengurangi
penyerapan pd usus
• Mempercepat eliminasi zat beracun
– Meningkatkan ekskresi melalui pengasaman/
pembasaan urin
– hemodialisa
• Pemberian antidotum
• Perawatan secara intensif
Zat-Zat Toksik dan
ANTIDOTUM
• Etanol digunakan untuk mengatasi keracunan
methanol.
– Keracunan methanol umumnya terjadi karena
etanol tertukar dengan metanol yang memiliki
toksisitas lebih tinggi.
– Toksisitas yang tinggi dari methanol disebabkan
oleh oksidasi methanol di dalam organisme
menjadi formaldehid dan asam format.
– Gejala keracunan pertama terlihat setelah
beberapa jam yaitu keluhan saluran cerna, pusing,
sakit kepala, nausea, muntah dan gangguan
penglihatan. Menyusul kemudian pasien akan
tidak sadar dan jika tidak ditangani secara cepat
akan terjadi kematian akibat kelumpuhan
pernapasan.
ALKOHOL
Asam format sulit
METANOL
dieksresiAsidosis parah

1. Menurunkan Metanol Oksidasi As.Format


konsentrasi metanol Alkoholdehidrogenase
dalam darah

v
Dihambat secara
Dialisis peritonial dan
v

kompetitif oleh etanol


ekstrakorporal 30-40ml/ dlm darah :
1mg/ml selama 5 hari
2. Menghilangkan asidosis
v

Infus lar. NaHCO3 / 3. Menghambat oksidasi


Na2HPO4 metanol
1. Pernapasan buatan
ETANOL 2. Pengontrolan cadangan
ETANOL
alkali, keseimbangan cairan, Alkoholdehidrogenase
Oksidasi
Monoksigenase
v

dan regulasi panas


(dapat diinduksi)
3. Dianjurkan pemberian infus
levulosa Asetaldehide
4. Sedative dan klometiazol
v

Aldehidoksidase
tidak boleh diberikan
As.Asetat
10g/100ml = Produksi HCL
>20g/100ml = sebaliknya Disulfiram
>40% = gastritis
KI : Pasien DM serta
insufisiensi jantung dan
Bumil : Memperlambat sistem sirkulasi.
pertumbuhan janin, efek Pemberian harus
teratogen, gangguan sepengetahuan pasien
perkembangan intelegensia.
Konsentrasi Gejala
mg/ml darah
0,1 – 0,5 Banyak bicara, peningkatan refleks

Berkurangnya ketajaman penglihatan dan adaptasi gelap,


0,5 – 1,0 perpanjangan waktu reaksi, terbatasnya ketrampilan
mengemudi pd sekitar 0,8 mg/ml

1,0 – 1,5 Euforial,tidak ada rasa segan, besarnya bahasa kecelakaan


lalu lintas

1,5 – 2,0 Waktu reaksi amat diperpanjang, gangguan bicara,


kesetimbangan dan koordinasi

2,0 – 2,5 Ketagihan hebat, gangguan keseimbangan dan koordinasi


lebih menonjol

Gejala kelumpuhan, gangguan kesetimbangan dan


2,5 – 3,5 gangguan koordinasi kasar, kesadaran berkurang, tidak ada
kemampuan mengingat

3,5 – 4,0 Koma yang dalam dan dapat mematikan


Depresan SSP  Sedasi ringan - Anastesi
BARBITURAT total
Indikasi lain  Kejang, eklamsia, epilepsi,
anti konvulsan
DL : 3g  Efek yang luas
Short Bilas lambung Intoksisitas :
Acting 30g MgSO4 • Tidak sadar, napas lambat <-> Hambatan
Sekobarbital dalam usus. Bila pernapasan sentral.
Pentobarbital perlu 2ml • TD <-> Efek depresif pada peredaran darah
niketamid • Fgs ginjal – gagal ginjal
Penanganan
Long DL : 5g • Norit  antidotum
Acting Bilas lambung • Bilas lambung
30g MgSO4 • Intubasi dan O2 u/ pasien hipoksemis
Fenobarbital dalam usus. • Infus dgn plasmaexpander ->
Kopi tubruk. Mempertahakan sirkulasi dan fungsi ginjal
Diuresis paksa • Diuresis dgn Furosemid i.v dan infus yg
mgndung NaHCO3
Nalokson
• Pemulihan total atau sebagian dari depresi opiate dan overdosis
opiate akut, termasuk depresi opiate akut, termasuk depresi
pernapasan, yang diinduksi oleh opiate alami dan sintetik, termasuk
propoksifen, methadone dan analgesic campuran agonis-
antagonis:nalbufin, pentasozin.
• Jika diberikan pada pasien yang tidak menerima opiat dalam waktu
dekat, nalokson hanya memberi sedikit atau bahkan tidak
memberikan efek. Sedangkan pada pasien yang sudah menerima
morfin dosis tinggi atau analgesik lain dengan efek mirip morfin,
nalokson mengantagonis sebagian besar efek opiatnya.
• Nalokson mengantagonis depresi pernapasan ringan akibat opiat dosis
rendah. Karena durasi kerja nalokson lebih singkat dibandingkan
durasi kerja opiat, mak a efek opiat mungkin muncul kembali begitu
efek nalokson menghilang.
• Nalokson mengantagonis efek sedasi atau tertidur yang dipicu oleh
opiat. Nalokson tidak mengakibatkan toleransi atau ketergantungan
fisik maupun psikologis.
• Kontra indikasi hipersensitif terhadap nalokson
hidroklorida
• Efek samping: hipotensi, hipertensi, takikardi dan
fibrilasi ventricular, dispnea, edema paru, hentil
jantung, kematian, koma dan ensenfalopati pada
penggunaan pasca operasi.
• Peringatan: bayi dari ibu yang diketahui atau diduga
menderita ketergantungan opiate. Dapat menimbulkan
sindroma putus obat akut. Hindari tindakan
penghentian terapi pemulihan depresi opiate secara
mendadak pasca operasi.
• Interaksi Obat: Bisulfit, Metabisulfit, Anion rantai
panjang atau dengan berat molekul tinggi, larutan
dengan pH basa.
Asam Folinat
• antidotum untuk methotrexate.
• Untuk terapi kombinasi dengan obat sitostatika lain
seperti 5-fluorouracil pada tumor GI dan tumor kepala
dan leher.
• KI anemia pernisiosa atau anemia lain karena defisiensi vit
B12.
• ESO:reaksi alergi (jarang). Gangguan GI pd dosis tinggi.
Remisi hematologi dengan progresi gangguan neurologik.
• PP: kehamilan laktasi
• IO Trimetropim, kotrimoksasol, fluorourasi.
• Dosis inj IV atau infuse IV.
• Antidotum thp metotreksat Dosis tergantung individu.
Kombinasi dgn 5-fluorourasil 100mg/m2 IV.
Antidot parasetamol

• Jika berpotensi mengancam nyawa, maka bilas lambung perlu


dilakukan. Bilas lambung membutuhkan waktu sekitar satu jam.
Bilas lambung akan efektif bila dilakukan paling lambat dua jam
sejak dikonsumsinya paracetamol karena belum diserap oleh tubuh.
• Antidotum untuk kasus ini adalah asetilsistein (acetylcysteine).
• Asetilsistein berfungsi mengurangi toksisitas paracetamol dengan
mengisi kembali (refiling) kuota tubuh terhadap antioksidan
glutathione.
• Penggunaan karbon aktif merupakan cara lain untuk mengatasi
keracunan paracetamol. Karbon aktif akan menyerap
paracetamol yang ada di lambung.
• Langkah terakhir untuk mengatasi keracunan paracetamol adalah
melakukan transplantasi hati. Biasanya ini hanya dilakukan pada
kasus yang ekstrim dan cukup parah.
Antidotum Zat Toksik
Amonium karbonat Formaldehida
Parrafin Liquidum Pelarut Organik
Susu Asam dan Basa
Na. Tiosulfat Iodium
Kalium Permanganat Nikotin
Etanol Metanol
Piridoksin Isoniazid
Penisilamin Tembaga
Kalsium Glukonat Asam Oksalat
Deferoksamin Besi
Dimerkaprol Arsen
Kasus keracunan
• Tumor anilin ditemukan oleh Rehn (1895) pada
pekerja pabrik anilin (pewarna mkn yg disisntesis dr
ter batu bara)
• Fokomelia (tidak adanya tungkai badan) krn
Thalidomide (1950-an)
• Paralisis dan kematian krn metilmerkuri pada ikan di
Minamata dan Nigata, Jepang
• Sulphanylamide in diethylene glycol (Australia, 1937)
• Tempe bongkrek poisoning, Banyumas, Indonesia
• Bakteri Pseudomonas cocovenenans akan
memproduksi racun toxoflavin dan bongkrekic acid
• Tetrasiklin/kloramfenikol mengikat ribosom sel
• Antimikroba golongan sulfa dapat menghambat
sistesis asam folat
Penanganan
Keracunan
Penanganan Keracunan Secara Umum

1. Menjaga fungsi vital tubuh


2. Menghindari absorbsi racun lebih lanjut (Jika
penyebab keracunan diketahui langsung beri antidot)
3. Mempercepat eliminasi racun
4. Menormalkan kembali fungsi tubuh
Penanganan Keracunan Saluran Napas
Menjaga fungsi vital Bantuan Pernapasan
tubuh (normal)
Menjaga pernapasan dan 1. Pernapasan buatan
sirkulasi. Serta menormalkan 2. Pemberian oksigen : Tidak boleh
keseimbangan elektrolit, air, lebih dari 6-8 jam
asam-basa (jika perlu)

1. (As.sianida, pelarut, ester asam folat) ->


Keracunan Zat Menggunakan kantong napas.

Berbahaya 2. Gas merangsang(Klor,dll)  Udem


paru-paru toksik
Lanjutan… Gambaran sempurna tanpa keluhan :
• Sianosis
Udem Paru- • Keluarnya busa coklat dari mulut dan
Paru hidung serta takhikardia.
: Kematian dapat terjadi akibat tak bisa
Penanganan ringan bernapas /berhentinya jantung

1. Letakkan tubuh bagian atas pada posisi


yang lebih tinggi
2. Pemberian oksigen Pemberian
3. Penyedotan sekret glukokortikoid
4. Pemberian furosemid 60-200mg i.v sebagai inhalasi.
5. Digitalisasi (digoksin 0,25mg i.v) (Auxiloson—5
6. Profilaksis infeksi dengan pemberian semprotan/10menit
penisilin spektrum luas )
Penanganan Keracunan pada Kulit
1. Baju yang terkena kontak dibuka

2. Kulit yang terkena kontak dicuci dengan air hangat

3. Jika kulit terluka parah, cuci dengan air (tidak


terlalu hangat) dan sabun

4. Bisa dengan pembilasan dengan Polietilenglikol 400


(Lutrol®)
Penanganan Keracunan Pada Mata

1. Dicuci sebersih mungkin dengan banyak air


2. Usahakan kelopak mata terbalik, bilas dengan larutan.
3. Natrium Hidrogen Karbonat 2%  terkena asam
4. Asam Asetat 1% / Asam Borat 2% terkena basa
5. Dibilas terus menerus 5-10 menit
6. Untuk pengeluaran benda padat dibutuhkan anastesi lokal
LANJUTAN…
Zat Toksik : Air Pengeruhan kornea atau penimbunan kalsium
Kapur pada permukaan mata

Diberikan Natriumedetat (Dinatrium0EDTA


0,35% - 1,85%)  Endapan akan terlarut

dapat pula digunakan Amonium Tartrat


netral 10%
Penanganan Racun Oral

1. Segera hilangkan racun dari tubuh (bilas lambung atau


muntah) sebelum absorbsi terjadi
2. Membuat racun menjadi kurang atau tidak toksik
3. Menghindari absorbsi racun dgn pemberian adsorbensia
atau laksansia atau diuretik

Asidosis Metabolic : Infus lar.


Alkalosis Metabolic : Infus L-
Natriumhidrogenkarbonat
argininhidroklorida 1 molar
8,5% atau lar. Trometamol 0,3
atau L-lisinhidroklorida 1 molar
molar
Penanganan
Keracunan
1
Menghambat arbsorbsi zat

2 1. Mengurangi Penyerapan
Mempercepat eliminasi zat pada usus
2. Mengeluarkan racun dari
1. Meningkatkan eksresi urine lambung
melalui 3. Pemberian katartik/pencahar
pengasaman/pembasaan.
2. Hemodialisis.

Pemberian Antidotum 3
Penanganan 1
Keracunan Menghambat absorbsi zat

• Absorbsi racun dalam usus


Pemberian arang aktif/norit • Efektif diberikan ±2 jam setelah
racun tertelan
• Ds dws : 50g, Ds min : 30 g dpt
diulang 4-6 jam.
• Dpt digunakan u/ salisilat,
acetaminofen, karbamazepin,
dapson, teofilin, obat anti depresan.
• -> kombinasi dgn bilas lambung
• -> Kombinasi dgn susu / sirup ipekak
Penanganan
1
Keracunan Menghambat arbsorbsi zat

Pengeluaran racun dari • Bilas lambung : X>1-2 jam racun


lambung tertelan
• Bahaya : Terjadi aspirasi isi lambung
• Tdk bisa diberikan pada pasien
mengantuk / koma
• Sirup Ipekak : memuntahkan isi
peruk (dws dan anak)
• Indikasi : Racun yang tertelan tidak
bersifat korosis dan kondisi pasien
sadar sepenuhnya.
Penanganan
Keracunan 1 Menghambat arbsorbsi zat

• Mempercepat pengeluaran racun,


Pemberian katartik atau terutama racun yang sudah di usus.
pencahar • Diberikan setelah arang aktif. Efek
0,5-2 jam setelah pemberian (ds
oral : 15g dgn segelas air)
• Sorbitol  Pd pasien tanpa
gangguan jantung
• Mg Sulfat  Pd pasien tanpa
gangguan ginjal
• KI : Mual, muntah, pxobstruksi usus,
gang. Ginjal.
• Pemberian jangka pjng  pantau
dehidrasi & elektrolit
Penanganan
2
Keracunan Mempercepat eliminasi zat
• Pengasaman  Amonium
Klorida/vit C  Obat basa lemah :
Pengasaman dan amfetamin
Pembasaan Urine • Pembasaan  Na.Bikarbonat 
obat as.lemah : aspirin,
fenobarbital
•  Menaikkan derajat ionisasi 
Berkurangnya rearbsorbsi

• Mempercepat eliminasi dan


Hemodialisis menyeimbangkan elektrolit
• Ind : zat sdh diarbsorbsi dan sdh di
cairan sistemik.
• Ind : Salisilat, metanol, etilen glikol
• TERIMA KASIH ~

Anda mungkin juga menyukai