Anda di halaman 1dari 5

Salah satu pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium klinik adalah pemeriksaan

kadar protein total. Pemeriksaan ini diperlukan untuk pemantauan resiko penyakit hati
dan ginjal (Diasys,2008).

Diasys. 2008. Manual for Glucose. Germany: Diagnostic Systems. Dalam Sujono,
dkk.2016. Kadar Protein Total dan Ureum Dengan dan Tanpa Penambahan γ-
cyclodextrin Pada Serum Lipemik.Jurnal Teknologi Laboratorium Vol.5, No.1 Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta

Total protein merupakan semua jenis protein yang terdapat dalam serum atau plasma
yang terdiri dari albumin (60%) dan globulin (40%) (Nurfahmi, 2014). Protein dalam
tubuh yang berbentuk globular disebut protein globular. Protein globular diklasifikasikan
berdasarkan sifat kimiawi yaitu albumin dan globulin. (Handayani, 2013).

Albumin dan globulin disintesis di hati, tetapi sebagian globulin dibentuk oleh sistem
kekebalan tubuh. Albumin berfungsi untuk menjaga darah supaya tidak bocor keluar
dari pembuluh darah, membantu membawa obat atau zat lain melalui darah, dan
penting untuk pertumbuhan serta penyembuhan jaringan, sedangkan globulin berfungsi
untuk mengangkut logam, seperti zat besi dalam darah dan membantu melawan infeksi.
Globulin terdiri dari tipe protein yang berbeda yaitu tipe alpha, beta, dan gamma
(Pagana, 2010).

Nurfahmi, N. 2014. Kadar Total Protein pada Penderita Gagal Ginjal Akut. Karya Tulis
Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Handayani, R. 2013. Kadar Total Protein Ibu Hamil yang Dicurigai Preeklampsia. Karya
Tulis Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Semarang.
Pagana, K.D., dan Pagana, T.J. 2010. Mosby’s Manual of Diagnostic and Laboratory
Tests. 4th ed. St. Louis: Mosby Elsevier.

Metabolisme protein merupakan deskripsi dari proses fisik dan kimia yang mengubah
sintesis asam amino menjadi protein dan katabolisme protein menjadi asam amino.
Asam amino yang disintesis dalam sel maupun yang dihasilkan dari proses penguraian
protein di dalam hati dibawa oleh darah untuk digunakan di jaringan dan disintesis
kembali menjadi protein (Ambarwati, 2015). Kelebihan protein akan membentuk asam
amino yang dipecah di dalam hati yang berfungsi sebagai pengatur konsentrasi asam
amino dalam darah dan untuk mengeluarkan nitrogen, karbon, dan oksigen yang
digunakan untuk produksi panas dan energi (Lubert, 2000). Nitrogen dikeluarkan dari
tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon diubah menjadi lemak yang disimpan dalam tubuh
(Almatsier, 2009). Kekurangan protein yang tidak tercukupi akan menggunakan
simpanan karbohidrat serta lemak sebagai ganti protein (Lubert, 2000).

Lubert, S. 2000. Biochemistry 4th. Jakarta: EGC.

Kadar total protein di dalam darah dapat diketahui dengan pemeriksaan di laboratorium
klinik. Pemeriksaan total protein dapat menggunakan darah vena yang dibuat plasma
atau serum. Pembuatan plasma dari darah vena akan memberikan efek osmotik karena
penambahan antikoagulan yang menyebabkan air meninggalkan sel dan memasuki
plasma, sehingga menipiskan plasma dan menurunkan konsentrasi. Pengaruh efek ini
tergantung dari jenis dan konsentrasi antikoagulan, sehingga penggunaan serum lebih
dianjurkan karena konsentrasi serum dari lipoprotein akan didapatkan hasil yang lebih
akurat sesuai dengan kondisi pasien saat pengambilan spesimen darah (Nourmayany,
2017). Serum adalah cairan yang tersisa setelah darah dibiarkan menggumpal di dalam
sebuah tabung. Serum menyerupai plasma yang membedakan hanya fibrinogen dan
faktor koagulasi lain yang berkurang akibat proses pembentukan bekuan
(Chandrasoma, 2005).

Nourmayany, R. 2017. Perbandingan Kadar Kolesterol Total antara Lama


Pembendungan Darah Vena 1 dengan 3 Menit. Skripsi. Poltekkes Bandung.
Chandrasoma, P. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi. Jakarta: EGC.

Total protein dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mengakibatkan peningkatan atau


penurunan hasil pemeriksaan. Faktor tersebut adalah persiapan pasien dan persiapan
sampel saat pemeriksaan kadar total protein (Nourmayany, 2017). Kadar total protein
yang dipengaruhi oleh persiapan pasien yaitu pola makan. Kelebihan protein dalam
tubuh karena sering mengonsumsi makanan yang mengandung protein hewani maupun
nabati dapat meningkatkan kadar total protein, sedangkan kekurangan protein dalam
tubuh karena kurang mengonsumsi makanan yang mengandung protein juga dapat
menurunkan kadar total protein (Sumardjo, 2008).

Faktor persiapan sampel juga mempengaruhi kadar total protein, seperti pemeriksaan
menggunakan sampel plasma dapat menyebabkan kadar total protein menjadi lebih
tinggi 3–5% karena pengaruh fibrinogen dalam plasma (Sugiyati, 2016). Penggunaan
tourniquet juga meningkatkan kadar total protein dalam darah karena pembendungan
terlalu lama dengan tekanan yang keras saat pengambilan sampel darah vena akan
menyebabkan hemokonsentrasi dan infiltrasi darah ke dalam jaringan (Serdar, dkk.
2008). Faktor lain yang mempengaruhi kadar total protein yaitu berat badan, umur,
pertumbuhan, hormonal, jenis kelamin, kehamilan, laktasi, nutrisi, stres, dan kehilangan
cairan (Irfan, dkk. 2014).

Sumardjo, D. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran


dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC.

Serdar, M.A., dkk. 2008. Turk Biyokimya Dergisi (Turkish Journal of Biochemistry-Turk J
Biochem). Tourniquet Application Time During Phlebotomy and The Influence on
Clinical Chemistry Testing: Is It Negligible?. 33(3): 85-88.

Sugiyati, N. 2016. Pemeriksaan Kadar Total Protein. (htt://www.scribd.com/


mobile/document/347877746/Pemeriksaan-Kadar-Total-Protein). Diakses tanggal 8
Oktober 2020.
Irfan, I.Z., Esfandiari, A., dan Choliq, C. 2014. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. Profil
Protein Total, Albumin, Globulin dan Rasio Albumin Globulin Sapi Pejantan. 19(2): 123-
129.

Darah adalah jaringan penghubung yang memungkinkan adanya komunikasi antar sel
dalam tubuh dan dengan lingkungan seperti membawa oksigen, zat-zat gizi, sekresi
hormon, dan lain-lain. Jumlah volume darah adalah 7 % dari berat badan berlaku untuk
pria, sedangkan pada wanita jumlahnya lebih sedikit. Bagian darah terdiri dari plasma
55 % dan sel darah 45 % (Pearce, 2009).

Pearce Evelyn.2009.Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta.


Cetakan 33.

Darah secara umum berbentuk cair, sebenarnya darah terdiri dari bagian yang cair dan
padat. Apabila diperiksa dibawah mikroskop tampak banyak benda bulat kecil
didalamnya yang dikenal sebagai korpuskulus darah atau sel darah. Sel-sel darah
merupakan bagian yang padat, yang terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Cairan tempat sel-sel berada merupakan
bagian cair yang disebut cairan darah, yang terdiri dari 91 % air, protein 8 % dan
mineral 1 %. Sel-sel darah membentuk 45 % dan cairan darah membentuk 55 % dari
seluruh volume darah (Watson, 2002).

Watson.R. 2002. Anatomi Dan Fisiologi. Ed 10. Buku Kedokteran ECG. Jakarta. Hal
303

Protein adalah suatu polipeptida yang merupakan gabungan dari asam amino yang
digabungkan dengan ikatan peptida. Protein mempunyai empat struktur yang berbeda.
Tingkatan struktur tersebut yaitu struktur primer protein menggambarkan urutan asam
amino penyusunanya, dihubungkan oleh ikatan peptida, struktur sekunder
mengambarkan bentuk lipatan polipeptida, dihubungkan oleh ikatan hidrogen, ikatan
hidrofob, ion, struktur tersier menggambarkan bentuk sesungguhnya dari protein dalam
struktur dan dimensinya, dihubungkan oleh ikatan sulfida, kovalen, struktur kuartener
terdiri dari dua atau lebih rantai polipeptida yang membentuk protein oligomerik
(Fatchiyah, dkk, 2011).

Fatchiyah, dkk. 2011.Biologi Molekular Prinsip Dasar Analisis.Erlangga.Jakarta.

Albumin merupakan substansi terbesar dari protein yang dihasilkan oleh hati.

Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem adisi 6, Penertbit Buku Kedokteran .
Jakarta: EGC

Jain, N.C. 1986. Scalms Veterinary Hematology. 4 th ed. Lea and Febinger. Philadelphia, USA. Dalam
Roslizawaty, dkk.2015. Jurnal Medika Veterinaria Vol. 9 No. 1

Riswanto.2009.Tes Kimia Darah. http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/protein-serum.html.


Diakses 10 Oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai