Anda di halaman 1dari 24

KERANGKA ACUAN PENGEMBANGAN PROGRAM PERBAIKAN GIZI

MASYARAKAT BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


MASALAH GIZI ANEMIA
Dosen: Dr. Waryana, SKM, M.Kes

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 :
KHUSNUL FAIZAH P07131218001
ANINDA NURAINI P07131218007
FINDI INDIAH P07131218015
DYAH RAHMAH S P07131218018
TALITHA DESRA C P07131218029
PRISKA DEVINITA S P07131218035
NAELA PUTRI S P07131218038
RAISHELA SAFIRA P07131218053

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin di dalamnya lebih rendah dari biasanya.
(WHO,2015). Status anemia diketahui melalui pemeriksaan darah.
Hemoglobin adalah salah satu komponen dalam sel darah merah yang
berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel di
dalam tubuh agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Jika tubuh
memiliki terlalu sedikit atau sel darah merah yang abnormal, atau tidak cukup
hemoglobin, akan terjadi penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen
ke jaringan tubuh. Penyebab paling umum dari anemia termasuk kekurangan
nutrisi, terutama kekurangan zat besi, meskipun kekurangan folat, vitamin
B12 dan A juga merupakan penyebab penting, hemoglobinopati, dan penyakit
menular seperti malaria dan tuberkulosis.
Prevalensi anemia ibu hamil di Indonesi masih sangat tinggi.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 prevalensi anemia ibu hamil sebesar
37,1%, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2018 menjadi 48,9%.
Data yang dirilis oleh WHO pada tahun 2013 menyebutkan bahwa prevalensi
anemia pada wanita usia subur di Indonesia sebesar 26,54%, kemudian
mengalami peningkatan pada tahun 2016 menjadi 28,83%. Dan berdasarkan
hasil survey Riskesdas 2018 wanita usia subur yang mengalami anemia
paling tinggi ada pada kelompok usia 15-24 tahun sebesar 84,6%.
Anemia dapat menyebabkan berbagai gejala termasuk kelelahan,
kelemahan, pusing, dan kantuk. Anemia defisiensi besi juga telah terbukti
mempengaruhi perkembangan kognitif dan fisik pada anak-anak dan
menurunkan produktivitas pada orang dewasa. Anemia merupakan indikator
gizi buruk dan kesehatan yang buruk. Ini bermasalah dengan sendirinya,
tetapi juga dapat berdampak pada masalah nutrisi global lainnya seperti
stunting dan wasting, berat lahir rendah dan kelebihan berat badan pada masa
kanak-kanak dan obesitas karena kurangnya energi untuk
berolahraga. Prestasi sekolah pada anak-anak dan penurunan produktivitas
kerja pada orang dewasa karena anemia dapat berdampak lebih jauh secara
sosial dan ekonomi bagi individu dan keluarga. Maka dari itu, anemia
merupakan ancaman serius wanita Indonesia saat ini.
Dalam kerangka pikir RPJMN 2020-2024 poin percepatan perbaikan gizi
disebutkan intervensi yang ditetapkan oleh pemerintah terhadap kasus anemia
(pemutusan mata rantai stunting) berupa pemberian tablet tambah darah
anemiaada remaja dan ibu hamil. Selain itu dalam beberapa sumber juga
disebutkan pemerintah telah melakukan distribusi PMT untuk ibu hamil dan
balita yang disalurkan melalui posyandu atau puskesmas tiap daerah.
Kendala penyelenggaraan pencegahan anemia yang terjadi di Indonesia
yaitu kurangnya control terhadap konsumsi tablet tambah darah pada remaja
terutama, kurangnya follow up untuk mengevaluasi konsumsi remaja, masih
ada ibu hamil yang tidak rutin mengonsumsi tablet tambah darah karena bau
yang ditimbulkan dari tablet Fe menyebabkan beberapa ibu hamil mual,
kurangnya pelatihan pembuatan PMT mandiri yang bisa dibuat di rumah juga
ibu yang terkadang malas repot dalam proses pembuatan PMT yang
bersumber dari bahan pangan mentah.
Oleh karena itu dalam kerangka acuan proposal ini akan dibahas program
penanggulangan masalah anemia berbasis pemberdayaan masyarakat berupa
peningkatan pengetahuan dan kesadaran remaja khususnya remaja perepuan
mengenai pentingnya konsumsi zat besi. Dengan tujuan agar upaya
pencegahan anemia dapat terlaksana sesuai dengan yang sudah direncanakan
dan mencapai targetnya.

B. Nama program pengembangan


Pemberdayaan remaja wanita usia subur dalam penanggulangan masalah
anemia dengan penyuluhan mengenai pentingnya konsumsi zat besi.
C. Tujuan
Untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam
penaggulangan masalah gizi anemia berbasis pemberdayaan masyarakat.

D. Manfaat
Bagi masyarakat program ini bermanfaat sebagai wadah untuk
mengembangkan program perbaikan gizi anemia yang dilakukan oleh
masyarakat secara mandiri
BAB II
METODE PELAKSANAAN
A. Lokasi
Karanglo, Pondokrejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta.

B. Program Pengembangan
Jenis kegiatan yang dikembangkan dalam penanggulangan masalah
anemia pada masyarakat yaitu :
a. Adanya monitoring hasil pengukuran kadar hemoglobin dan konsumsi
tablet fe serta fisik klinis remaja perempuan
b. Pemberian suplemen zat besi
c. Penyuluhan mengenai pentingnya konsumsi zat besi

C. Tenaga Pelaksana
Tenaga pelaksana dalam program pengembangan ini yaitu kader, anggota
remaja, dan mahasiswa untuk melakukan pemberian tablet Fe dan penyuluhan
mengenai pentingnya konsumsi zat besi

B. Sasaran
Sasaran langsung : Remaja wanita
Sasaran tidak langsung : Keluarga, Kepala dukuh, Ketua RT

C. Aspek pemberdayaan
Aspek pemberdayaan program pengembangan masalah gizi anemia
berbasis masyarakat dilaksanakan sebagai berikut :
1. Tenaga
Tenaga yang bekerja dalam kegiatan ini adalah kader dan anggota remaja.
2. Potensi sumberdaya lokal (apa untuk dimanfaatkan jadi )
Bahan pangan lokal :-
3. Sarana
Sarana yang digunakan yaitu sound system, leaflet dan poster mengenai
anemia, timbangan digital, dan microtoice.
4. Sumber dana
Sumber dana diperoleh dari Kampus Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
dan iuran mahasiswa.
5. Fasilitas (perlu fasilitas apa)
Bertempat di Rumah Ibu Vitria Dwi Wulansari yang terletak didaerah
Karanglo, Pondokrejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta.

D. Peran dan tugas masyarakat


 Masyarakat : mendukung program pemberdayaan
kader posyandu dalam masalah gizi anemia melalui
penyuluhan anemia dan pencegahannya
 Anggota remaja wanita usia subur :
Memfasilitasi kegiatan pengecekan hemoglobin
dan memantau konsumsi tablet Fe para remaja
putri
 Keluarga : Berperan aktif dan mendukung
masing-masing keluarganya jika mempunyai remaja
putri untuk rutin melakukan cek kadar hemoglobin

E. Peran Pemerintah
Peran pemerintah yakni :
1. Sebagai pembuat kebijakan yang berwenang menentukan program-
program yang mendukung penuntasan masalah gizi
2. Sebagai pelaksana pelayanan dimana pemerintah bertanggung jawab
untuk menyediakan layanan kesehatan yang berkualitas
3. Sebagai penyedia dana untuk dialokasikan ke layanan kesehatan
sampai ke lingkup terkecil sebagai upaya peningkatan fasilitas
pencegahan masalah gizi yang memadai

F. Langkah langkah kegiatan Pengembangan Program


1. Sosialisasi
Sosialisasi yang dilakukan dengan cara :
a. Pelatihan
Topik pelatihan adalah pengembangan penanggulangan
masalah anemia berbasis pemberdayaan masyarakat yang dapat
diperinci sebagai berikut :
 Peran remaja wanita usia subur dalam memantau kadar
hemoglobinnya
 Penyuluhan mengenai pentingnya konsumsi zat besi untuk
mencegah anemia
b. Pelaksanaan Kegiatan
 Sosialisasi/penyuluhan dengan materi terkait penanggulangan
masalah ANEMIA
 Pemberian materi penyuluhan mengenai pengertian,
penyebab, indikator, cara pencegahan dan penanganan, serta
deteksi dini ANEMIA
 Pelatihan pengukuran antropometri
 Pemberian tablet Fe
c. Materi pelatihan
 Pengertian, penyebab, indikator, cara pencegahan dan
penanganan, serta deteksi dini ANEMIA
 Tata cara pengukuran antropometri (tinggi badan, berat
badan, LLA, dan lingkar perut)
 Pencatatan dan pelaporan
d. Sumberdaya lokal
-
e. Dana
Sumber dana diperoleh dari Kampus Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta dan iuran mahasiswa
2. Pemantauan kegiatan
Pemantauan dilaksanakan selama kegiatan berlangsung. Hal-hal
yang dipantau yaitu partisipasi masyarakat dalam mengikuti posyandu
dan juga minat masyarakat dalam mengikuti program pelatihan
pengolahan bahan pangan lokal
3. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan mengumpulkan data awal dan akhir
dari program yang telah dilaksanakan
4. Kesimpulan
Program yang dijalankan berupaya untuk memperbaiki masalah
ANEMIA berbasis pemberdayaan masyarakat. Semua yang ada dalam
kegiatan ini berasal dari, oleh, dan untuk masyarakat.
LAMPIRAN
D. Pelatihan/Penyadaran
1. Topik
Pemberdayaan kader dan remaja wus dalam penanggulangan masalah gizi
anemia dan KEK.
2. Materi
a. Pengertian dan jenis-jenis anemia
Anemia/kurang darah adalah keadaan dimana darah merah
(Hemoglobin/Hb) kirang dari normal (12-13 mg/dl).
b. Penyebab dari anemia
1) Produksi sel darah merah yang kurang
2) Kehilangan darah secara berlebihan
3) Hancurnya sel darah merah yang terlalu cepat
c. Ciri atau gelaja anemia
1) Lemas dan cepat lelah
2) Sakit kepala dan pusing
3) Sering mengantuk misalnya mengantuk setelah makan
4) Kulit terlihat pucat atau kekuningan
5) Detak jantung tidak teratur
6) Napas pendek
7) Nyeri dada
8) Tangan dan kaki dingin
d. Cara mencegah anemia
1) Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin
B12, dan asam folat.
2) Hindari mengkonsumsi minuman berkafein.
3) Minum vitamin C agar tubuh dapat menyerap lebih banyak zat
besi dari makanan.
e. Contoh makanan yang tinggi fe
1) Bayam
2) Nasi putih
3) Daging sapi
4) Kacang merah
5) Tiram
6) Brokoli
7) Kentang panggang
8) Dark ckolat
9) Tahu
10) Berbagai kacang-kacangan
3. Alat bantu
Leaflet, poster, metlyn, pita LILA, alat pengukuran tinggi badan dan berat
badan
4. Perlengkapan
Karpet dan sound system.
5. Kurikulum pelatihan
a. Cara mengenali gelaja anemia
1) Lemas dan cepat lelah
2) Sakit kepala dan pusing
3) Sering mengantuk misalnya mengantuk setelah makan
4) Kulit terlihat pucat atau kekuningan
5) Detak jantung tidak teratur
6) Napas pendek
7) Nyeri dada
8) Tangan dan kaki dingin
b. Cara mencegah anemia
1) Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin
B12, dan asam folat.
2) Hindari mengkonsumsi minuman berkafein.
3) Minum vitamin C agar tubuh dapat menyerap lebih banyak zat
besi dari makanan.
c. Cara mengukur tinggi badan sesuai SOP
Pengukuran tinggi badan
Alat : microtoice
1) Responden melepaskan alas kaki dan penutup kepala/topi
2) Responden berdiri tegak membelakangi dinding dengan
pandangan lurus kedepan
3) Bagian belakang kepala, punggung, pantat, dan tumit menempel
rapat ke dinding
4) Turunkan microtoice sapai menempel atau menyentuh kepala
responden.
5) Baca angka pada jendela baca lalu catat hasil pengukuran.
d. Cara mengukur berat badan sesuai SOP
Alat : timbangan digital
1) Responden menggunakan pakaian yang minimal, melepas alas
kaki
2) Petugas memastikan timbangan menunjukkan angka 0,00
3) Responden diminta naik ke alat timbang dengan posisi kaki
tepat ditengah alat timbang, tetapi tidak menutupi jendela baca.
4) Usahakan responden tetap tenang, tidak menunduk (pandangan
lurus kedepan)
5) Angka dikaca jendela akan berubah, lalu tunggu hingga statis.
6) Baca dan catat hasil penimbangan berat badan.
7) Responden dipersilahkan turun dari alat timbang
e. Cara mengukur LILA sesuai SOP
Alat : Metlyn dan pita LILA
1) pengukuran dilakukan pada lengan kiri/yang jarang digunakan
untuk aktivitas
2) lengan dalam keadaan tergantung bebas, tidak tertutup pakaian
3) tetapkan posisi bahu dan siku
4) letakkan pita LILA antara bahu dan siku
5) Tentukan titik tengah lengan
6) lingkarkan pita ukur pada tengah lengan, pita jangan terlalu ketat
dan tidak terlalu longgar
7) baca hasil pengukuran pada ukuran cm yang tertera pada pita
LILA
6. SAP
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ANEMIA DAN KEK
1. Topik Penyuluhan
Penyuluhan Gizi pada Remaja/WUS yang Berhubungan Erat dengan
Permasalahan Anemia dan Kurang Energi Kronis (KEK).
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang anemia dan KEK
diharapkan sasaran dapat menambah wawasan mengenai anemia dan
KEK serta dapat melakukan deteksi dini KEK dengan pengukuran
LILA.
b. Tujuan Khusus
1) Mampu memahami pengertian anemia dan KEK
2) Mampu memahami penyebab terjadinya anemia dan KEK
3) Mampu memahami tanda anemia dan KEK
4) Mampu memahami bahaya atau akibat dari anemia dan KEK
5) Mampu memahami cara mencegah terjadinya anemia dan KEK
6) Mampu mengukur LILA sebagai deteksi dini KEK.
3. Sasaran
Remaja/wanita usia subur.
4. Waktu
Selama 60 menit.
a. 5 menit untuk pembukaan.
b. 30 menit untuk menyampaikan materi penyuluhan
c. Praktik LILA 10 menit.
d. Diskusi dan tanya jawb 10 menit.
e. 5 menit digunakan sebagai penutup.

5. Lokasi
Rumah Ibu Vitria Dwi Wulansari yang terletak didaerah Karanglo,
Pondokrejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
6. Metode
a. Penyuluhan, dengan menampilkan leaflet anemi dan KEK
b. Praktik mengukur LILA
c. Diskusi dan tanya jawab
7. Alat peraga/media
Leaflet
8. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
No Kegiatan Pelatih Kegiatan Audience Waktu
Pembelajaran
1 Pembukaan Mengucapkan Memperhatikan dan 5 menit
salam, mendengarkan
menyampaikan
maksud dan tujuan
dari penyuluhan
2 Inti
a. Materi Menyampaikan Memperhatikan dan 15 menit
materi terkait mendengarkan
Anemia wus
remaja
pengertian,
penyebab, tanda,
bahaya, dan cara
pencegahan
Penyampaian
materi KEK 15 menit

Praktik dan
menjelaskan cara
10 menit
mengukur LILA
b. Konfirmasi Mengulang materi
secara singkat
c. Evaluasi Diskusi tanya Bertanya terkait 10 menit
jawab secara materi yang
interaktif disampaikan
3 Penutup Penyampaian Memperhatikan dan 5 menit
salam dan harapan mendengarkan
agar penyeluhun
dapat
diimplementasikan
dalam kehidupan
sehari-hari.

a. Pembukaan
1) Memberikan salam
Assalamu’alaikum wr wb salam sejahtera bagi kita semua.
2) Perkenalan dan menyampaikan tujuan penyuluhan
Perkenalkan kami dari Mahasiswa Jurusan gizi Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta, disini kami akan melakukan penyuluhan
mengenai “Permasalahan Anemia dan Kurang Energi Kronis
(KEK) yang Berhubungan Erat pada Remaja dan WUS”. Dalam
menyampaikan penyuluhan ini selama 60 menit, dengan rincian 30
menit untuk menyampaikan materi dan 10 menit untuk demontrasi
cara mengukur LILA, dan 10 menit untuk tanya jawab dan 10
menit untul evaluasi. Tujuan dalam kegiatan ini adalah
remaja/wanita usia subur dapat memahami dan mengetahui
pengertian, penyebab, tanda, bahaya, dan cara mencegah
permasalahan anemia dan KEK.
b. Inti
Terlampir
c. Penutup
Cukup sekian yang dapat kami sampaikan, kami berharap informasi
yang didapat dapat menjadi perhatian dan diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Terima kasih. Wassalamu’alaikum wr.wb.
9. Evaluasi
Diskusi tanya jawab

II. Pendanaan/Biaya
Sumber dana diperoleh dari Kampus Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dan
iuran mahasiswa.
BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Tabel Hasil Pengukuran


TB BB LP LLA
No Nama IMT Status Gizi
(cm) (kg) (cm) (cm)

1 Helmi Alifah 159,5 50,6 77 26 19,8 Normal

2 Farida Asih L 143,1 35,5 68,5 23 17,3 Kurang

3 Dina Darmiyanti 151,6 47,4 73 24 20,62 Normal

Faiza Monica
4 144,5 51,7 79 26,5 24,76 overweight
Putri

Ayu Anita Nurul


5 153 51,7 83 24 22,08 Normal
Ihsani

Avrilia
6 144,4 42,5 67 25 20,38 Normal
Wulandari

Siti Nur
7 155,1 50,4 76 26 20,95 Normal
Agustina

Adinda Najwa
8 146,1 67,2 89 34 31,48 obesitas
Miladhia

9 Erli Wulandari 154 41,5 60 22 17,5 Kurang

10 Andini Amalia 153,6 64 86,5 29 27,1 obesitas


Valentya Dewi
11 151,2 42,4 69 22,5 16,14 Kurang
Masyithoh

Eva Anggi
12 149,6 36,9 67,5 22 16,5 Kurang
Fadhila

13 Selvi Lusiana 151,5 36,9 68 25,5 16,07 Kurang

Putri Nabila
14 150,5 39,2 64,4 21 17,3 Kurang
Qurrotu Aini

Sevita
15 160,4 44,8 71 22,5 17,41 Kurang
Widyaningrum

16 Luvi H 162,5 65,4 - - 24,76 overweight

17 Sri Wahyuni 155 67,6 - - 28,13 obesitas

B. Pembahasan
Remaja yang hadir pada kegiatan ini sebanyak 15 orang ditambah ada
perwakilan dari kader 2 orang sehingga total peserta sebanyak 17 orang.
Kegiatan diawali dengan penyuluhan terkait anemia dan pentingnya
konsumsi tablet Fe dan ada sedikit materi terkait KEK pada remaja. Kegiatan
dilanjut dengan pelatihan pengukuran lingkar lengan atas (LLA) dan, tinggi
bada, berat badan, dan lingkar perut (LP). kemudian semua peserta diukur
dan dicatat hasilnya. Di akhir acara panitia membagikan tablet Fe kepada
masing-masing peserta untuk dikonsumsi di rumah masing-masing.
Dari hasil pengukuran tersebut didapatkan remaja yang beresiko KEK
sebanyak 6 orang, beresiko obesitas sebanyak 3 orang, status gizi kurang
sebanyak 7, dan status gizi lebih sebanyak 2 orang.
RINCIAN ANGGARAN BIAYA

Dana diperoleh dari Kampus Poltekkes Kemenkes Yogyakarta sebesar Rp


200.000 dan iuran mahasiswa sebesar Rp 33000. Rincian dana sebagai berikut :

No JenisPembelanjaan Frek Satuan HargaSatuan Jumlah


1. Snack 90 buah Rp1.000,- Rp90.000,-
2. Aqua gelas 1 kardus Rp30.000,-
3. Alas kardus 30 lembar Rp1.500,-
4. Kardus snack 30 kardus Rp18.000,-
5. Print leaflet 13 lembar Rp5.800,- Rp75.400,-
6. Print poster 1 lembar Rp2.900,- Rp2.900,-
7. Tablet tambah darah (Pil 3 strip Rp5.000,- Rp15.000,-
Fe)
Jumlah Rp232.800,-
DOKUMENTASI
Lampiran Anggaran Biaya
LAMPIRAN NOTA
Daftar Pustaka

Anaemia. (n.d.). Retrieved September 23, 2020, from https://www.who.int/health-


topics/anaemia

Prevalence of anaemia in women of reproductive age (%). (n.d.). Retrieved


September 23, 2020, from
https://www.who.int/data/gho/data/indicators/indicator-
details/GHO/prevalence-of-anaemia-in-women-of-reproductive-age-(-)

Prevalence of anaemia in pregnant women (%). (n.d.). Retrieved September 23,


2020, from https://www.who.int/data/gho/data/indicators/indicator-
details/GHO/prevalence-of-anaemia-in-pregnant-women-(-)

Anda mungkin juga menyukai