Pasien Ny. R berumur 52 tahun dating dengan keluhan badan lemas dan penglihatan kabur pada mata
kiri. Keluhan ini dirasakan sejak seminggu yang lalu. Pasien mengatakan memiliki riwayat tekanan
darah tinggi sejak +- 20 tahun yang lalu dan menderita diabetes melitus sejak +- 2 tahun yang lalu.
Pada tahun 2019 pasien mengeluhkan sering buang air kecil saat malam hari, sering makan namun
mudah lapar, serta berat badan yang menurun. Lalu pasien berobat ke klinik dan dilakukan
pemeriksaan laboratorium dan hasilnya gula darah pasien meningkat. Dua tahun yang lalu pasien
sempat pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Sejak saat itu, pasien mulai berobat ke rumah sakit untuk
konsultasi dengan dokter Spesialis Penyakit Dalam mengenai penyakitnya. Pasien mengatakan sempat
mendapatkan terapi insulin di rumah sakit, namun pasien mengatakan terdapat keluhan gatal setelah
suntik insulin. Dokter mengatakan pasien alergi terhadap insulin sehingga mengganti insulin dengan 3
jenis obat untuk penyakit kencing manis pasien yaitu metformin, acarbose, dan glibenklamid.
Satu minggu sebelum pasien datang ke Puskesmas, pasien memiliki keluhan pandangan mata kiri kabur
dan hanya bisa melihat cahaya. Pasien lalu berobat ke RS X dan dinyatakan memilki penyakit
retinopati diabetik dan diberikan obat tetes mata. Pasien mengatakan terdapat Riwayat hipertensi pada
ayah kandung dan adik kandung pasien. Pasien memiliki kebiasaan makan sehari 3-4 kali. Pasien
mengaku sering meminum kopi hitam 2-3 gelas/hari selama ± 7 tahun. Pasien juga mengaku bahwa
hamper setiap hari pasien suka mengonsumsi es sirup atau minuman manis lainnya. Aktivitas pasien
sebagai ibu rumah tangga. Pasien tidak pernah berolahraga dan tidak pernah mengikuti senam yang
diadakan di Posyandu terdekat. Meskipun pasien saat ini sedang mengonsumsi obat-obatan dan
disarankan untuk menjaga pola hidup sehat oleh dokter, pasien mengaku terkadang masih sering
mengonsumsi kopi dan air es sirup. Pasien juga jarang untuk berolahraga dan melakukan aktivitas
ringan di rumah.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan berat badan 55 kg, tinggi badan pasien 155 cm. IMT
pasien 22,8 kg/m2. Pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis. Tekanan darah 170/100
mmHg, nadi 68x/menit, pernapasan 20 kali/menit,dan suhu tubuh pasien 36,4°C. Hasil pemeriksaan
gula darah sewaktu 350 mg/dl. Diagnosis pada pasien adalah diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi
retinopati diabetic serta hipertensi derajat 2. Terapi farmakologi dengan memberikan glibenklamid 5
mg 1x1, metformin 500 mg 3x1, acarbose 100 mg 1x1, lisinopril 10 mg 1x1, Vitrolenta (Potasium
Iodide 5 mg + Sodium Iodide 10 mg) tetes mata 3x2 tetes/hari.
A. Berdasarkan kasus diatas, Buatlah Asuhan Gizi dengan menggunakan Prinsip PAGT yang meliputi:
(DIBAWAH)
1. Asessmen/Pengkajian Gizi
2. Diagnosa Gizi
3. Intervensi Gizi
4. Monitoring dan Evaluasi
B. Menurut anda, data apa yang kurang dari kasus diatas?, dan mengapa data tersebut harus
dilengkapi?
a. Data Dietary atau data riwayat gizi
i. Data riwayat gizi perlu dilengkapi karena :
1. Untuk melihat kebiasaan dan pola makan pasien
2. Untuk melihat tingkat kecukupan pasien sebelum masuk rumah sakit
berdasarkan kebutuhannya
3. Untuk menegakkan diagnosis terkait domain Intake, apabila data riwayat
asupan makanan dan gizi tidak ada maka diagnosis domain Intake tidak
bisa ditegakkan.
4. Untuk mengetahui kaitan antara pola makan pasien dengan penyakit yang
diderita
b. Data Biokimia kurang
i. Data pengukuran biokimia kurang mengidentifikasikan penyakit diabetes.
Diperlukan pemeriksaan biokimia lain seperti :
1. HbA1C untuk menggambarkan perkiraan kadar rata rata gula dalam
darah selama 3 bulan, dimana pemeriksaan ini juga dapat berperan dalam
memantau keberhasilan pengobatan yang sudah Os lakukan sebelumnya
2. Pemeriksaan gula darah puas untuk memantau kadar gula darah Os jika
sedang dalam kondisi puasa/ tidak ada asupan.
LAPORAN
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA DIABETES MELITUS TYPE
2, HIPERTENSI DAN DIABETES RETINOPATI
Disusun oleh :
Della Evelyn Nasareth
2019350028
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula
darah sewaktu lebih dari 200 mg/dl dan kadar gula darah puasa diatas atau sama dengan 126
mg/dl yang terjadi secara menahun (Wahyu, 2017). Penyakit diabetes mellitus disebut sebagai
silent killer hal ini berkaitan dengan sering tidak disadarinya penyakit ini oleh penderitanya dan
diketahui saat kondisi sudah parah atau bahkan sudah terjadi komplikasi (Kemenkes Ri, 2014).
Diabetes melitus diklasifikasikan dalam salah satu penyakit tidak menular dalam kelompok
penyakit metabolik dengan tanda kondisi hiperglikemia kronis akibat adanya kelainan insulin,
kerja insulin ataupun keduanya (Sukmaya, 2019). Besarnya angka diabetes mellitus
diperkirakan mencapai 10,9% menurut consensus PERKENI 2015 (Riskesdas, 2018).
Prevalensi diabetes tertinggi ada pada range usia 55 – 64 tahun dan 65 – 74 tahun dengan
prevalensi 19,6%, dan prevalensi diabetes lebih tinggi pada perempuan sebanyak 12,7%
sedangkan pada laki laki 9,0% (Riskesdas, 2018). Banyak faktor yang dapat terlibat dalam
proses yang berhubungan dengan resistensi insulin, termasuk gaya hidup seperti obesitas,
kurangnya olahraga, peningkatan diet tinggi lemak dan kurang serat, usia, serta faktor genetic
(Sukmaya, 2019). DM Tipe 2 memegang 90-95% dari keseluruhan populasi penderita diabetes.
DM Tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, tetapi karena sel - sel sasaran
insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara normal (Mokolomban, 2019).
Penyakit diabetes mellitus memiliki berbagai macam komplikasi medis terkait vaskuler.
Gangguan mikrovaskuler pada retina atau yang sering disebut sebagai retinopati diabetic
disebabkan karena kondisi hiperglikemia pada pembuluh darah retina yang menyebabkan
kerusakan endotel (Yusran, 2017). Penyakit ini menyebabkan turunnya fungsi penglihatan
karena adanya gangguan pada fungsi retina yang berpotensi tinggi menyebabkan kebutaan.
Retinopati diabetik menempati urutan ke-4 sebagai penyebab kebutaan secara global setelah
katarak, glukoma, dan degenerasi makula (age relatedmacular degeneration) (Dewi, 2019).
Patofisiologi retinopati diabetic dimulai dari induksi kerusakan neurovaskuler pada retina, yang
menginduksi faktor pertumbuhan, hormone, dan menyebabkan inflamasi yang mengaktifkan
berbagai jalur biokimia sehingga sel saraf ataupun pembuluh darah retina mengalami kerusakan
(Stella, 2016) Permasalahan penanganan retinopati diabetik adalah keterlambatan diagnosa
karena sebagian besar penderita pada tahap awal tidak merasa sedang mengalami gangguan
pengelihatan. Deteksi dini retinopati diabetik pada pasien diabetes merupakan langkah penting
untuk mencegah terjadinya kerusakan penglihatan bahkan kebutaan (Heryawan, 2017).
Ketika berbicara mengenai silent killer, hipertensi menjadi bentuk penyakit lain yang
disebut sebagai silent killer. Prevalensi hipertensi pada usia 18 tahun di Indonesia mencapai
angka 34,1% yang mengalami peningkatan dari tahun 2013 yaitu 25,8% (Riskesdas, 2018).
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan yang secara kronis
ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah pada dinding pembuluh darah arteri (Yanita,
2022). Klasifikasi hipertensi menurut JNC – VII 2003 terbagi menjadi 5 yaitu kategori normal
dengan tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan tekanan darah diastolik < 80 mmg, kategori pra
hipertensi dengan tekanan darah sistolik 120 – 139 mmHg atau tekanan darah diastolik 80 – 89
mmHg, kategori hipertensi tingkat 1 dengan tekanan darah sistolik 140 – 159 mmHg atau
tekanan darah diastolik 90 – 99 mmHg, kategori hipertensi tingkat 2 dengan tekanan darah
sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah diastolik > 100 mmHg, dan kategori sistolik terisolasi
dengan tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah diastolik < 90 mmHg. Hipertensi
yang terjadi juga dipengaruhi oleh faktor pemicu lainnya misalnya jenis kelamin, usia, obesitas,
faktor stress, dan aktivitas fisik.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum Pada Ujian Tengah Semester praktikum dietetik penyakit tidak menular
ini mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara melakukan atau mengatasi diet untuk
asuhan gizi dan juga diet bagi penderita diabetes melitus dan hipertensi
b. Tujuan Khusus
i. Menilai keadaan gizi pasien
ii. Merumuskan masalah gizi pasien diabetes mellitus, hipertensi, dan retinopati
diabetik
iii. Merencanakan, menyusun, dan mengevaluasi penatalaksanaan proses asuhan
gizi terstandar pada pasien berdasarkan diagnosa dokter
iv. Melakukan tindak lanjut pada pasien yang dikelola sendiri
v. Melakukan usaha pemeliharaan dan peningkatan status gizi
vi. Mengetahui berbagai macam masalah gizi yang terjadi dan cara mengatasinya
BAB II
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR
Satu minggu sebelum pasien datang ke Puskesmas, pasien memiliki keluhan pandangan mata
kiri kabur dan hanya bisa melihat cahaya. Pasien lalu berobat ke RS X dan dinyatakan memilki
penyakit retinopati diabetik dan diberikan obat tetes mata. Pasien mengatakan terdapat Riwayat
hipertensi pada ayah kandung dan adik kandung pasien. Pasien memiliki kebiasaan makan
sehari 3-4 kali. Pasien mengaku sering meminum kopi hitam 2-3 gelas/hari selama ± 7 tahun.
Pasien juga mengaku bahwa hamper setiap hari pasien suka mengonsumsi es sirup atau
minuman manis lainnya. Aktivitas pasien sebagai ibu rumah tangga. Pasien tidak pernah
berolahraga dan tidak pernah mengikuti senam yang diadakan di Posyandu terdekat. Meskipun
pasien saat ini sedang mengonsumsi obat-obatan dan disarankan untuk menjaga pola hidup
sehat oleh dokter, pasien mengaku terkadang masih sering mengonsumsi kopi dan air es sirup.
Pasien juga jarang untuk berolahraga dan melakukan aktivitas ringan di rumah.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan berat badan 55 kg, tinggi badan pasien 155 cm.
IMT pasien 22,8 kg/m2. Pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis. Tekanan darah
170/100 mmHg, nadi 68x/menit, pernapasan 20 kali/menit,dan suhu tubuh pasien 36,4°C. Hasil
pemeriksaan gula darah sewaktu 350 mg/dl. Diagnosis pada pasien adalah diabetes melitus tipe
2 dengan komplikasi retinopati diabetic serta hipertensi derajat 2. Terapi farmakologi dengan
memberikan glibenklamid 5 mg 1x1, metformin 500 mg 3x1, acarbose 100 mg 1x1, lisinopril
10 mg 1x1, Vitrolenta (Potasium Iodide 5 mg + Sodium Iodide 10 mg) tetes mata 3x2 tetes/hari.
Patofisiologi Penyakit
Usia : 52 Tahun
3. Skrining Malnutrisi
Tabel 1.1 Malnutrition Screening Tools (MST) Ny. R
No. Parameter Skor
1 Apakah terjadi penurunan berat badan pada 6 bulan terakir?
a. Tidak ada 0
b. 1-5 kg 1
c. 6-10 kg 2
d. 11-15 kg 3
e. >15 kg 4
2 Apakah asupan makan berkurang karena kurang nafsu makan?
a. Ya 1
b. Tidak 0
3 Total skor 0
Tindak lanjut skrining gizi MST :
b. Tidak
3. Alergi makanan :
4. Preskripsi diet :
a. Makanan Biasa
b. Makanan Khusus
5. Tindak lanjut :
FH-1.2.2.3 Pola Makan sehari 3-4 kali, sering meminum kopi hitam 2-3 gelas/hari
Makan selama ± 7 tahun. Hampir setiap hari pasien suka mengonsumsi es
sirup atau minuman manis lainnya.
FH-1.5.1.1 Total N/a
Asupan Lemak
FH-1.5.3.1 Total N/a
Asupan Protein
FH-1.5.5.1 Total N/a
Asupan
Karbohidrat
FH-7 Aktifitas fisik dan fungsi
FH-7.3 Aktifitas Os merupakan Ibu Rumah Tangga, Os tidak pernah berolahraga dan tidak
pernah mengikuti senam yang diadakan di Posyandu terdekat
FH-3 Pengobatan dan Terapi
FH-3.1.1 Obat Glibenklamid 5 mg 1x1, metformin 500 mg 3x1, acarbose 100 mg
1x1, lisinopril 10 mg 1x1, Vitrolenta (Potasium Iodide 5 mg + Sodium
Iodide 10 mg) tetes mata 3x2 tetes/hari.
Interaksi Obat dan Makanan
CS-1.1.1
Estimasi kkal 1661
Kebutuhan
Energi
Total
CS-2.1.1
Estimasi Gram 46,1
Kebutuhan
Lemak
Total
CS-2.2.1
Estimasi Gram 41,5
Kebutuhan
Protein
Total
CS-2.3.1
Estimasi Gram 269,9
Kebutuhan
Karbohidra
t Total
Tidak ada hasil recall 24 jam untuk menunjukkan hasil asupan Os sebelum masuk
rumah sakit apakah normal, dibawah kebutuhan atau diatas normal. Diberikan Diet Diabetes
Melitus x Diet Rendah Natrium dengan frekuensi 5x pemberian (jam 06, 09,12,15,18) saat
masuk rumah sakit sehingga tidak dipengaruhi oleh nafsu makan dari Os.
Tabel 1.9 Perhitungan Kebutuhan Gizi Os Ny. R
Domain Perhitungan Kebutuhan Gizi
CS-1.1.2 Metode Estimasi Harris Benedict :
Kebutuhan Energi Total RMR : 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) - (4,7 x U)
: 655 + (9,6 x 55) + (1,8 x 155) - (4,7 x 52)
: 655 + 528 + 279 - 244,4
: 1.217,6 kcal
Keb Energi : BMR x FA x FS
: 1.217,6 x 1,55 x 1,1
: 2076,0 kkal (x80%)
: 1660,8= 1661 kkal
CS-2.1.3 Metode Estimasi Harris Benedict :
Kebutuhan Lemak Total Keb Lemak 100% = 57,6 gram
Keb Lemak 80% = 25% x 1661/9 = 46,1 gram
CS-2.2.3 Metode Estimasi Harris Benedict :
Kebutuhan Protein Total Keb Protein 100% = 51,9 gram
Keb Protein 80% = 10% x 1661/4 = 41,5 gram
CS-2.3.3 Metode Estimasi Harris Benedict :
Kebutuhan Karbohidrat Total Keb Karbohidrat 100% = 337,3 gram
Keb Karbohidrat 80% = 65% x 1661/4 = 269,9 gram
b. Diagnosis Gizi
a. NB 1.4 Kurang dapat menjaga atau monitoring diri (P) berkaitan dengan kebiasaan
minum minuman manis dan kopi hamper setiap hari (E) ditandai dengan hasil
pemeriksaan gula darah Os meningkat sejak 2019 hingga Os di diagnosis DM Type 2
dan retinopati diabetic(S)
b. NB 1.6 Kurang patuh mengikuti rekomendasi gizi (P) berkaitan dengan Os yang
terkadang masih sering mengonsumsi kopi dan air es sirup. Os juga jarang untuk
berolahraga dan melakukan aktivitas ringan di rumah (E) ditandai dengan hasil
pemeriksaan gula darah puasa OS yang tergolong tinggi (S)
c. NC 2.1 Utilisasi zat gizi terganggu (P) berkaitan dengan penyakit diabetes yang dialami
Os (E) Ditandai dengan metabolisme glukosa darah yang terganggu sehingga
menghasilkan nilai kadar glukosa darah sewaktu yang mencapai 350 mg/dl(S)
c. Intervensi Gizi
a. Tujuan :
a) Membantu pasien DM memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga agar
mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik
b) Pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan dan profil lipid melalui
i. Menurunkan kadar glukosa mendekati normal dengan menyeimbangkan
asupan makanan dengan insulin
ii. Mencapai dan mempertahankan kadar lipid serum normal
iii. Memberi energi cukup untuk mempertahankan berat badan normal
iv. Menangani komplikasi akut retinoic diabetes dan hipertensi
c) Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi optimal
d) Menurunkan tekanan darah mencapai nilai kurang dari 130/80 mmHg bagi pasien
diabetes sebagai langkah preventif terhadap penyakit hipertensi
b. Preskripsi diet :
1. Jenis Diet : Diet Diabetes Melitus x Diet Rendah Natrium / DASH
2. Konsistensi : Makanan Biasa
3. Frekuensi : 5x pemberian (jam 06,09,12,15,18)
4. Jalur : Oral
5. Densitas :-
c. Rencana Edukasi dan Konseling Gizi
1. Tempat : Ruang rawat inap Os
2. Sasaran : Pasien dan keluarga
3. Topik : Edukasi gizi terkait Diabetes Melitus dan Hipertensi
4. Metode : Ceramah dan diskusi 2 arah
5. Alat bantu : leaflet
Materi :
a. Penjelasan tentang diet diabetes mellitus dan diet rendah natrium
b. Penjelasan pentingnya diet yang akan dijalani, jadwal makan, jumlah (porsi), cara
pengolahan.
c. Memberikan edukasi terkait bahan makanan yang dianjurkan, tidak dianjurkan dan
makanan yang dibatasi
d. Memberikan edukasi Os untuk menghabiskan makanannya
d. Koordinasi dan Kolaborasi
Koordinasi : Ahli gizi rawat inap, Ahli gizi MSPM, Pramusaji
Kolaborasi : Perawat, Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP)
Implementasi
Diberikan diet Diet Diabetes Melitus x Diet Rendah Natrium dengan konsistensi Makanan biasa
dengan kandungan energi 1662.5 kkal, protein 58.5 gram, lemak 48.5 gram, dan karbohidrat
27.3 gram dalam bentuk 3 kali makan utama dan 2 kali selingan.
Kapri 1 50 75 7 3 5 1,4
Nasi Merah
Wortel 0,5 49 12,5 2,5 0 0,5 0,4
Siang + Capcay
Brokoli 0,5 174,6 12,5 2,5 0 0,5 1,6
Minyak 1 10 50 0 12 0 0,0
Spagetti
1 100 175 440 0 4 0,9
Singkong
0,5 100 37,5 0 2,5 3,5 0,0
Tongkol
Spagetti 1 50 75 7 3 5 1,4
Malam Tongkol Kapri
Aglio Olio 1 50 25 5 0 1 0,6
Bayam
0,5 80 12,5 2,5 0 0,5 0,7
Brokoli
1 10 50 12 0 0 0,0
Gula Diet
b. Evaluasi
1. Evaluasi Asupan
Diberikan diet Makanan biasa dikarenakan Os tidak memiliki gangguan makan seperti kesulitan
menelan. Didapatkan hasil asupan Os berupa energi 1662,5 kkal, protein 58,5 gram, lemak 48,5
gram dan karbohidrat 273 gram. Dengan % asupan energi 80% dari kebutuhan, protein 112% dari
kebutuhan, lemak 84% dari kebutuhan, dan karbohidrat 81% dari kebutuhan
MRS hari 2
MRS hari 3
%Asupan MRS 2
%Asupan MRS 3
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Energi Karbohidrat Lemak Protein
Tingkat Kecukupan
2. Evaluasi Biokimia
Pada pengkajian gizi dimulai diketahui bahwa kadar gula darah puasa OS tergolong tinggi
karena diatas nilai normal, untuk data evaluasi selanjutnya tidak diketahui dalam soal
3. Evaluasi Fisik/Klinis
Pada hari pertama monitoring tekanan darah Os 170/10 mmHg dimana termasuk kedalam
Hipertensi tingkat 2, laju pernafasan, denyut nadi, dan suhu termasuk kedalam normal. Untuk data
SaO2 tidak diketahui
Saran :
Pemantauan data biokimia Os perlu dilengkapi, seperti pemeriksaan HbA1C serta Gula darah Puasa
untuk memperkuat diagnosis dan mengetahui perubahan yang terjadi saat intervensi dilakukan.
Serta koordinasi dengan perawat dan terapi wicara mengenai kondisi fisik klinis yang berkaitan
dengan gizi. Os harus terus dimotivasi agar adanya peningkatan asupan dapat berjalan sempurna
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Peniliaian status gizi pasien menggunakan pengukuran antropomteri dari berat badan,
tinggi badan dan IMT sedangkan skrining menggunakan Malnutrition Screening Tools (MST)
pada pasien dewasa. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara pasien dan keluarga serta
penggalian data pasien untuk menegakkan diagnosis gizi pasien. Diagnosis gizi diberikan
dengan melihat domain gizi yaitu asupan, klinis dan perilaku dengan mempertimbangkan
kondisi dan riwayat pasien. Intervensi dilakukan dengan melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap asupan, biokimia, fisik/klinis, pengetahuan dari pasien.
B. SARAN
Masih diperlukan pengkajian data biokimia serta data riwayat asupan gizi yang belum
tercantum. Berkoordinasi dengan perawat, dokter penanggung jawab pasien (DPJP) dan juga
terapi wicara mengenai kondisi fisik klinis yang berkaitan dengan gizi. Pemberian pengetahuan
tentang gizi juga harus diberikan kepada keluarga yang menunggu untuk tidak diberikan
makanan dari luar rumah sakit. Pasien juga harus sering diberikan motivasi untuk menghabiskan
makanan.
DAFTAR PUSTAKA
RISKESDAS. HASIL UTAMA RISKESDAS 2018. Kementeri Kesehat Republik Indones. 2018;
Kemenkes. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Tahun 2013. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2013. p. 1–165.
Kementrian Kesehatan RI. Pedoman proses asuhan gizi terstandar (PAGT). Jakarta: Kementrian
Kesehatan Indonesia; 2014.
Hardinsyah & Supariasa. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016.
Kementrian Kesehatan RI. DAFTAR OBAT ESENSIAL NASIONAL 2013. Kementeri Kesehat
Republik Indones. 2013;2008:1–70
Stella, M., Prihatningtias, R., & Wildan, A. (2016). Perbedaan Skor Buta Warna pada Pasien Retinopati
Diabetika Sebelum dan Sesudah Laser Panretinal Photocoagulation. DIPONEGORO MEDICAL
JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO), 5(4), 1225-1234
Kadir, A. (2018). Hubungan patofisiologi hipertensi dan hipertensi renal. Jurnal Ilmiah Kedokteran
Wijaya Kusuma, 5(1), 15-25
HANIF, A. (2017). HUBUNGAN SENAM DIABETES TERHADAP KADAR GULA DARAH
PUASA DAN 2 JAM POST PRANDIAL PASIEN DIABETES MELLITUS TYPE 2 (Doctoral
dissertation, University of Muhammadiyah Malang).
Utami, A. N., Hakim, L., & Pramantara, I. D. P. PERBANDINGAN PENURUNAN TEKANAN
DARAH SETELAH PEMBERIAN LISINOPRIL MALAM ATAU PAGI HARI. JURNAL
MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy
Practice), 4(3), 151-158
Achmad, A. (2017). Kejadian Efek Samping Potensial Terapi Obat Anti Diabetes Pada Pasien Diabetes
Melitus Berdasarkan Algoritme Naranjo. Pharmaceutical Journal of Indonesia, 2(2), 45-50.%
Prawitasari, D. S. (2019). Diabetes melitus dan antioksidan. KELUWIH: Jurnal Kesehatan dan
Kedokteran, 1(1), 48-52.
Hestiana, D. W. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet
pada pasien rawat jalan diabetes mellitus tipe 2 di Kota Semarang. JHE (Journal of Health
Education), 2(2), 137-145.
Mokolomban, C. (2018). Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Disertai
Hipertensi Dengan Menggunakan Metode MMAS-8. Pharmacon, 7(4).
Yusran, M. (2017). Retinopati Diabetik: Tinjauan Kasus Diagnosis dan Tatalaksana. JURNAL
KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG, 1(3), 578-582.
Dewi, P. N., Fadrian, F., & Vitresia, H. (2019). Profil Tingkat Keparahan Retinopati Diabetik Dengan
Atau Tanpa Hipertensi pada di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(2),
204-210. Heryawan, L. (2017). Deteksi Dini Retinopati Diabetik dengan Pengolahan Citra
Berbasis Morfologi Matematika. IJCCS (Indonesian Journal of Computing and Cybernetics
Systems), 11(2), 209-218.