Disusun oleh :
Dina Rifia Dwi Sovitri 2020350007
Elizabeth Hari Sulistiya 2020350077
Marwah Maisaroh 2020350013
Putri Hanifah Zahra A 2020350056
Vivien Carin 2020350043
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Obesitas menjadi masalah di berbagai belahan dunia dimana prevalensinya
meningkat dengan cepat, baik di negara maju maupun negara berkembang. Terjadinya
peningkatan obesitas di seluruh dunia memiliki dampak penting pada gangguan kesehatan
dan penurunan kualitas hidup. Obesitas memiliki kontribusi penting terhadap kejadian
penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus tipe 2, kanker, osteoarthritis, dan sleep apnea di
seluruh dunia (Sandjaja dan Sudikno. 2014). Obesitas merupakan penyakit yang kompleks
dan multifaktorial yang ditandai dengan kelebihan berat badan karena adanya penumpukan
lemak yang berlebihan di dalam tubuh.
Obesitas disebabkan oleh tidak seimbangnya jumlah energi yang masuk dan jumlah
energi yang dikeluarkan sehingga berat badan menjadi lebih berat dibandingkan berat badan
ideal karena adanya penumpukan lemak di dalam tubuh. Penyebab obesitas dinilai
‘multicausal’ dan sangat multidimensional karena tidak hanya terjadi pada golongan sosio-
ekonomi tinggi, tetapi juga sering menengah kebawah. Obesitas dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dibandingkan dengan faktor genetik. Faktor resiko utama yang menyebabkan
obesitas adalah faktor perilaku yaitu pola makan yang tidak sehat ditambah dengan
konsumsi serat (buah dan sayur) tidak mencukupi, fisik yang tidak aktif, dan merokok
(Wijaksana, 2016).
Obesitas muncul pada masa remaja cenderung akan berlanjut hingga ke masa
dewasa dan lansia. Seperti yang telah disampaikan bahwa obesitas merupakan salah satu
faktor risiko penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, artritis,
penyakit kantong empedu, beberapa jenis kanker, gangguan fungsi pernapasan, dan berbagai
gangguan kulit (Arisman, 2004). Obesitas dan hubungannya dengan penyakit tidak menular
dapat dicegah. Lingkungan dan komunitas yang mendukung merupakan hal yang paling
mendasar dalam membentuk pilihan seseorang, membuat pilihan yang lebih menyehatkan
pada makanan dan aktifitas fisik reguler yang paling mudah bisa diakses, tersedia dan
terjangkau sehingga dapat menurunkan resiko obesitas.
Untuk mendiagnosis obesitas harus ditemukan gejala klinis obesitas serta
pemeriksaan antropometri yang jauh diatas normal. Pemeriksaan antropometri yang sering
digunakan adalah berat badan terhadap tinggi badan, berat badan terhadap umur, dan
tebalnya lipatan kulit. Pengukuran lipatan kulit dapat digunakan untuk memperkirakan
jumlah lemak subkutan dan total lemak dalam tubuh. Lingkar pinggang (waist
circumference) juga merupakan salah satu indeks pengukuran antropometri yang baik untuk
mengidentifikasi obesitas terutama obesitas sentral. Indeks ini juga baik dalam
mengidentifikasi risiko kelainan metabolik dan kardiovaskular (Romauli, 2008).
Metode PAGT merupakan metode yang digunakan oleh tenaga kerja profesi bidang
gizi dalam memecahkan permasalahan gizi secara sistematis menggunakan pemikiran kritis
sehingga dapat memutuskan tentang masalah gizi yang diderita oleh pasien yang berisiko
malnutrisi untuk dapat diberikan pelayanan asuhan gizi yang aman, efektif, dan berkualitas
sehingga kejadian malnutrisi dapat ditekan atau dicegah. PAGT yang dilakukan kepada
pasien meliputi ADIME (Asesmen, Diagnosis, Intervensi, Monitoring dan Evaluasi) dengan
outcome yang diharapkan, antara lain bahwa pasien yang menderita suatu penyakit dapat
memiliki hasil pengukuran dan pemeriksaan yang normal, penurunan risiko malnutrisi, dan
kondisi kesehatan yang semakin baik setelah intervensi gizi yang dilakukan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Kegiatan praktikum mata kuliah dietetika penyakit tidak menular bertujuan agar
mahasiswa mendapatkan pengalaman dan wawasan profesional dalam penerapan proses
asuhan gizi terstandar (PAGT) pada pasien obesitas.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus kegiatan praktikum mata kuliah dietetika penyakit tidak menular
sebagai berikut :
1. Menilai keadaan gizi pasien obesitas.
2. Merumuskan masalah gizi pasien obesitas.
3. Merencanakan, menyusun, dan mengevaluasi penatalaksanaan proses asuhan
gizi terstandar pada pasien obesitas.
4. Melakukan tindak lanjut pada pasien obesitas.
5. Melakukan usaha pemeliharaan dan peningkatan status gizi pasien obesitas.
BAB II
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR
A. PENATALAKSANAAN DIET SALURAN CERNA PADA PASIEN OBESITAS
1. Gambaran Umum
Tn K berusia 37 tahun merupakan karyawan paruh waktu di Jakarta. Tn K dirawat
di RS dengan diagnosis medis, yaitu Obesitas pada tanggal 28 Februari 2021 dengan NRM
19012803. Berat badan pasien sekarang 91 kg , TB 160 cm dan Lingkar Pinggang 102 cm.
Hasil pemeriksaan biokimia pasien: Hb: 14 g/dl, Ht: 40%, eritrosit 4,6 jt/UL. Data klinis
pasien adalah TD 135/80 mmHg, denyut nadi 80x/menit, Respiratory rate 20x/menit, suhu
afebris. Secara fisik pasien tampak gemuk dan dalam keadaan compos mentis.
Sebelum sakit, pola makan pasien tidak teratur 2-3 kali sehari, menyukai lauk yang
digoreng, mengkonsumsi kopi 2 kali sehari, serta camilan roti manis dan gorengan 2 kali
sehari sebanyak 2-3 porsi. Setiap minggu pasien mengkonsumsi es doger, mie ayam 1 porsi,
sup telur puyuh 2 kali seminggu. Pasien memiliki alergi terhadap seafood. Asupan makan
pasien yaitu energi 3056 kkal, protein 87 gram, lemak 57 gram, dan karbohidrat 534 gram.
Pasien tidak suka berolahraga dan memiliki kebiasaan merokok sejak usia 21 tahun. Pasien
pernah mengalami gangguan pencernaan (dispepsia, sembelit) disertai mual dan pusing.
Patofisiologi Obesitas
3. Skrining Malnutrisi
Tabel 1.1 Malnutrition Screening Tool Tn. K
No. Parameter Skor
a. Tidak ada 0
b. 1-5 kg 1
c. 6-10 kg 2
d. 11-15 kg 3
e. >15 kg 4
a. Ya 1
b. Tidak 0
3. Total Skor 0
3. Preskripsi Diet:
a. Makanan Biasa
b. Makanan Khusus
4. Tindak Lanjut:
a. Perlu asuhan gizi
b. Belum perlu asuhan gizi
CH-1.2.1 Riwayat Kesehatan Dispepsia dan sembelit dengan gejala mual dan
pusing.
FH-1.2.2.3 Pola Makan Pola makan Os tidak teratur 2-3 kali sehari, Os suka lauk yang
digoreng, Os mengkonsumsi kopi, cemilan roti manis dan gorengan 2
kali sehari sebanyak 2-3 porsi.
- - - -
AD-1.1.2 Berat 91 kg -
Tinggi badan Tn. K berdasarkan kasus diketahui sebesar 160 cm dan berat badan sebesar 91
kg. Jika dihitung Indeks Massa Tubuh berdasarkan data berat badan dan tinggi badan Tn. K,
terhitung sebesar 35.5 kg/m2 menunjukkan bahwa Tn. K termasuk kategori obesitas II menurut
WHO (2000). Berat badan ideal Tn. K berdasarkan tinggi badan dengan perhitungan formula
Brocca didapatkan sebesar 54 kg. Lingkar pinggang Tn. K diketahui sebesar 102 cm, dengan IMT
sebesar 35.5 kg/m2, Tn. K memiliki risiko kesehatan sangat tinggi.
Hasil pengkajian data biokimia Tn. K untuk data biokimia, mulai dari hemoglobin, eritrosit,
dan hematokrit termasuk dalam kategori normal.
V:5 V: 5
Tn. K di diagnosis obesitas dan tampak gemuk. Tn. K dalam keadaan sadar, yaitu
composmentis dengan data (E) Eye yaitu membuka mata spontan, (M) Motorik yaitu mampu
bergerak, dan (V) Verbal yaitu orientasi baik dapat berbicara dengan lancar. Tekanan darah Tn. K
sebesar 135/80 mmHg dengan interpretasi hipertensi, sedangkan denyut nadi dan laju pernapasan
normal, suhu tubuh afebris dikatakan Os tidak mengalami demam.
CS-1.1.1
CS-2.1.1
CS-2.2.1
CS-2.3.1
Keterangan: Defisit tingkat berat (<70% angka kebutuhan); Defisit tingkat sedang (70-79%
angka kebutuhan); Defisit tingkat ringan (80-89% angka kebutuhan), Normal (90-119%
angka kebutuhan); dan Di atas angka kebutuhan (≥120% angka kebutuhan).
Hasil recall 24 jam diketahui asupan Tn. K sebelum masuk rumah sakit, antara lain asupan
energi 3056 kkal, protein 87 g, lemak 57 g, dan karbohidrat 534 g dengan tanpa diketahui
interpretasinya dikarenakan tidak diketahuinya kebutuhan Tn. K sebelum masuk rumah sakit.
Kebutuhan MRS didapatkan dari perhitungan kebutuhan gizi Tn. K dengan energi sebesar 1974
kkal, protein 91 gram, lemak 54.8 gram, dan karbohidrat 271.5 gram dan asupan MRS Tn. K
didapatkan melalui implementasi menu sehari dengan interpretasi seluruhnya normal, yaitu energi
96.5%, lemak 90.1%, protein 92.8%, dan karbohidrat 102.2%.
Tabel 1.9 Perhitungan Kebutuhan Gizi Tn. K
Domain Perhitungan Kebutuhan Gizi
= 1730 kkal
Kebutuhan energi :
= RMR x FA x FS
= 1974 kkal
= 54.8 gram
= 1 ✕ 91 kg BB
= 91 gram
= 271.5 gram
b. Diagnosis Gizi
1. NI-1.3 Asupan energi yang berlebih berkaitan dengan seringnya mengkonsumsi makanan
camilan dan minuman berenergi tinggi dalam porsi besar ditandai dengan asupan energi
SMRS Os sebesar 3056 kkal.
2. NB-1.5 Gangguan pola makan berkaitan dengan pengetahuan yang kurang mengenai gizi
dan kesehatan ditandai dengan pola makan tidak teratur dan mengkonsumsi makanan manis
dan digoreng.
3. NC-3.3 Kelebihan berat badan berkaitan dengan kurangnya aktivitas fisik dan asupan makan
yang berlebih ditandai dengan Indeks Massa Tubuh Os 35.5 kg/m2 .
c. Intervensi Gizi
a. Tujuan :
Mencapai status gizi normal sesuai dengan umur dan kebutuhan fisik untuk mendapatkan
kesehatan tubuh secara menyeluruh, serta mengurangi asupan energi sehingga tercapai
penurunan 2-4 kg per bulan untuk penderita obesitas dengan IMT >35 atau penurunan BB
10% dari BB aktual.
b. Preskripsi diet :
1. Jenis Diet : Diet Rendah Kalori
2. Konsistensi : Makanan Biasa
3. Frekuensi : 5x pemberian (jam 07, 10, 13, 16, 19)
4. Jalur : Oral
5. Densitas :-
c. Rencana Edukasi dan Konseling Gizi
1.Tempat : Ruang rawat inap Tn. K
2.Sasaran : Pasien dan keluarga
3.Topik : Edukasi gizi terkait diet obesitas
4.Metode : Ceramah dan diskusi dua arah
5.Alat bantu : Leaflet
Materi :
a. Penjelasan tentang diet obesitas yang diberikan.
b. Penjelasan seputar manfaat dan pentingnya diet yang akan dijalani, jadwal makan,
jumlah (porsi), dan cara pengolahan.
c. Edukasi terkait bahan makanan yang dianjurkan, tidak dianjurkan, dan dibatasi.
d. Koordinasi dan Kolaborasi
Koordinasi: Ahli gizi rawat inap, Ahli gizi MSPM, dan Pramusaji
Kolaborasi: Perawat dan Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP)
Implementasi
Diberikan diet rendah kalori konsistensi makanan biasa dengan total kandungan energi 1905.3
kkal, protein 84.5 gram, lemak 49.4 gram, dan karbohidrat 277.6 gram dalam bentuk 3 kali makan
utama dan 2 kali selingan secara bertahap.
Tabel 1.10 Tabel Distribusi Menu Sehari
Waktu Makan
Golongan SP
Pagi Selingan 1 Siang Selingan 2 Malam
Makanan Pokok 2.85 0.6 - 1.25 - 1
Pangan Hewani 3 1 - 1 - 1
Pangan Nabati 2.6 1 - 0.4 0.5 0.7
Sayur 1.45 0.5 - 0.6 - 0.35
Buah 5 1 2 1 - 1
Susu 3.5 1 0.5 - 2 -
Gula 3 - - 1 2 -
Minyak 2.5 - - 2.5 - -
Buah
Pisang 1 50 50.0 0.0 0.0 12.0 2.4
potong
Sari
Kedelai 1 100 41.0 3.5 2.5 5.0 0.2
Kedelai
Siang Nasi
1.25 125 186.3 3.5 0.5 40.6 0.4
Merah Beras merah
Minyak
1.5 7.5 75.0 1.5 7.5 0.0 0.0
kelapa
Jus jambu Jambu biji 1 100 50.0 0.0 0.0 12.0 2.4
biji Gula pasir 1 13 50.0 0.0 0.0 12.0 0.0
Kacang
0.5 50 161.5 11.5 0.8 28.4 3.8
hijau
Bubur
Selingan 2 Kacang Fibercreme 2 6 30.0 0.0 2.0 4.0 2.0
Ijo Gula merah 1 13 50.0 0.0 0.0 12.0 0.0
Daging
Malam ayam, tanpa 1 40 50.0 7.0 2.0 0.0 0.0
Semur kulit
Ayam
Tahu Tahu 0.7 70 56.0 7.6 3.3 0.6 0.1
Buah
Pepaya 1 100 50.0 0.0 0.0 12.0 1.6
potong
Pengetahuan terkait
Pengetahuan Os dan
penyakit yang diderita, Memberikan edukasi gizi
Pengetahuan & keluarga meningkat
edukasi gizi dan makanan terkait pola makan yang
Perilaku terkait makanan dan zat
yang dianjurkan, tidak berhubungan dengan obesitas.
gizi.
dianjurkan, dan dibatasi.
b. Evaluasi
1. Evaluasi Asupan
Tabel 1.13 Evaluasi data asupan Tn. K
Hasil Evaluasi
Indikator
MRS 1 MRS 2 MRS 3
MRS hari 2 - - - -
MRS hari 3 - - - -
%Asupan MRS 2 - - - -
%Asupan MRS 3 - - - -
Hasil monitoring %Asupan MRS 1 pada diet yang diberikan pada Tn. K hari pertama
menunjukkan angka energi sebesar 96.5% (normal), protein 92.8%(normal), lemak 90.1%
(normal), dan karbohidrat 102.2% (normal). Pemenuhan energi dan seluruh zat gizi melalui
perencanaan menu MRS 1 memiliki interpretasi normal dikarenakan pemberian makanan
kepada Os diberikan konsistensi makanan biasa, sehingga pemenuhan energi dan zat gizi dapat
diberikan secara optimal.
2. Evaluasi Biokimia
Tabel 1.15 Evaluasi data biokimia Tn. K
Pengkajian Hasil
Indikator Nilai Normal Satuan Gizi Evaluasi
- - -
Pada tanggal pengkajian gizi yang tidak diketahui, data biokimia hemoglobin, eritrosit,
dan hematokrit dikategorikan normal. Hasil evaluasi biokimia Tn. K tidak diketahui karena
tidak ada pemeriksaan biokimia yang secara aktual dilakukan.
3. Evaluasi Fisik/Klinis
Tabel 1.16 Evaluasi data fisik/klinis Tn. K
Pengkajian awal Intervensi Gizi
Data klinis/fisik Nilai Normal
- - - -
PD-1.1.1 Temuan Keseluruhan/Keadaan umum/Keluhan
V:5 V:5
Pada tanggal pengkajian gizi yang tidak diketahui, Tn. K di diagnosis medis obesitas dan
tampak gemuk. Tn. K memiliki tekanan darah, yaitu 135/80 mmHg dengan kategori hipertensi,
denyut nadi dan laju pernapasan normal, suhu tubuh Os afebris dikatakan Os tidak mengalami
demam. Hasil evaluasi fisik/klinis Tn. K tidak diketahui karena tidak ada pemeriksaan fisik
yang secara aktual dilakukan.
Kesimpulan :
Tn. K dengan diagnosis NI-1.3 Asupan energi yang berlebih berkaitan dengan seringnya
mengkonsumsi makanan camilan dan minuman berenergi tinggi dalam porsi besar ditandai
dengan asupan energi SMRS Os sebesar 3056 kkal. NB-1.5 Gangguan pola makan berkaitan
dengan pengetahuan yang kurang mengenai gizi dan kesehatan ditandai dengan pola makan
tidak teratur dan mengkonsumsi makanan manis dan digoreng. NC-3.3 Kelebihan berat badan
berkaitan dengan kurangnya aktivitas fisik dan asupan makan yang berlebih ditandai dengan
Indeks Massa Tubuh Os 35.5 kg/m2. Monitoring diberikan Diet rendah kalori dengan konsistensi
makanan biasa dengan 5x pemberian melalui oral untuk memenuhi kebutuhan Tn. K.
Saran :
Pemberian diet yang berikan pada Tn. K secara oral dengan jenis diet rendah kalori dan
konsistensi makanan biasa, diet ini dilakukan untuk membatasi asupan kalori yang masuk ke
dalam tubuh, salah satu guna untuk menurunkan bobot tubuh yang berlebihan. Pemberian diet
rendah kalori dapat memberikan hasil yang optimal. Oleh karena itu, dapat dilakukan
pemantauan secara berkala agar tidak berlebihan atau kekurangan terkait daya penerimaan
makanan terhadap Tn. K yang diberikan.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) pada pasien Obesitas dimulai dengan
meninjau keadaan gizi Os menggunakan antropometri mulai dari tinggi badan dan berat
badan melalui skrining. Pengkajian gizi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui
diagnosis gizi yang mengacu pada domain gizi Os meliputi asupan, klinis, serta perilaku dan
riwayat pada Os. Intervensi dilakukan selama 1 hari dengan melakukan monitoring dan
evaluasi mengacu pada asupan, biokimia, fisik/klinis serta pengetahuan pasien.
B. SARAN
Pemberian diet yang berikan pada Tn. K secara oral dengan jenis diet rendah kalori
dan konsistensi makanan biasa, diet ini dilakukan untuk membatasi asupan kalori yang
masuk ke dalam tubuh, salah satu guna untuk menurunkan bobot tubuh yang berlebihan.
Pemberian diet rendah kalori dapat memberikan hasil yang optimal. Oleh karena itu, dapat
dilakukan pemantauan secara berkala agar tidak berlebihan atau kekurangan terkait daya
penerimaan makanan terhadap Tn. K yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Persatuan Ahli Gizi Indonesia & Asosiasi Dietisien Indonesia. 2019. Penuntun Diet dan
Terapi Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Romauli, M Simatupang. (2008). Pengaruh Pola Konsumsi, Aktifitas Fisik, dan Keturunan
Terhadap Kejadian Obesitas pada Siswa Sekolah Dasar Swasta di Kecamatan Medan Baru
Kota Medan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sandjaja, Sudikno. 2005. Prevalensi Gizi Lebih dan Obesitas Penduduk Dewasa di
Indonesia. Gizi Indonesia.
Wijaksana, I Komang Evan. 2016. Infectobesity dan Periodontitis: Hubungan Dua Arah
Obesitas dan Penyakit Periodontal. Odonto Dental jurnal: 3(1).