KONSEP KEPERAWATAN
OBESITAS
DI
S
U
S
U
N
Oleh :
KELOMPOK 8
MIFTA MAGFIRA S. RAKAMA_N21021092
MUAMAR ILYAS_N21021085
UNIVERSITAS TADULAKO
2022/2023
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN OBESITAS
Bukan sekadar masalah citra tubuh, obesitas adalah masalah medis yang
meningkatkan risiko berbagai penyakit seperti jantung, Diabetes tekanan darah tinggi,
dan kanker. Ada banyak alasan mengapa banyak orang yang kesulitan menurunkan berat
badan. Sebab, obesitas umumnya hasil dari faktor keturunan, fisiologis dan lingkungan.
B. ETIOLOGI OBESITAS
A. Faktor Risiko
B. Faktor Genetik
Kejadian overweight ditemukan meningkat hingga 25% jika salah satu atau kedua
orang tua mengalami obesitas.
C. Faktor Metabolisme
Faktor metabolisme setiap orang berbeda-beda. Studi menunjukkan bahwa kadar
ghrelin, hormon peptida yang berfungsi mengatur nafsu makan, beserta peptida lain
pada saluran cerna berperan memicu rasa lapar dan memberikan perasaan kenyang.
D. Gaya Hidup
Konsumsi makanan berlebihan seperti makanan dengan kalori tinggi yang berasal
dari makanan tinggi gula, tinggi lemak, makanan cepat saji, makanan ringan, dan
minuman manis (jus, minuman ringan, susu aneka rasa). Gaya hidup sedenter (tidak
banyak melakukan aktivitas fisik), seperti menghabiskan lebih banyak waktu
menonton televisi, dan duduk di depan komputer. Zaman sekarang, permainan
elektronik lebih banyak digemari dibandingkan dengan berpartisipasi dalam olahraga
dan permainan aktif.
C. PATAFISIKOLOGI OBESITAS
Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk
jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor
eksogen (obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen
(obesitas sekunder) akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik
(meliputi 10%). Pengaturan keseimbangan energy diperankan oleh hipotalamus
melalui 3 proses fisiologis, yaitu: pengendalian rasa lapar dan kenyang,
mempengaruhi laju pengeluaran energi, dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam
pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat
di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adipose, usus
dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar
serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia,
meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek
dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan,
serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal yang
diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai
stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-
derived hormon leptindan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan
energi. Apabila asupan energy melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa
meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin
kemudian merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi
Neuro Peptide Y (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula
sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan
adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center dihipotalamus yang
menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas
terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan
penurunan nafsu makan. Pengontrolan nafsu makan dan tingkat
kekenyanganseseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral(neurohumoral)
yang dipengaruhi oleh genetik, nutrisi, lingkungan, dan sinyal psikologis. Mekanisme
ini dirangsang oleh respon metabolic
yang berpusat pada hipotalamus. Seperti yang tampak pada gambar berikut:
Obesitas tidak memiliki gejala yang pasti. Namun, dokter akan mendiagnosis
kondisi ini ketika indeks massa tubuh (IMT) Anda 30 atau lebih.
Ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk menentukan apakah seseorang
termasuk obesitas atau tidak, yakni dengan mengukur:
Bagi kebanyakan orang, mengukur BMI adalah cara yang paling mudah untuk
memperkirakan lemak dalam tubuh. Namun, cara ini tidak langsung mengukur lemak.
Hal ini yang membuat sebagian orang yang berotot mungkin saja memiliki BMI yang
termasuk jenis obesitas. Akan tetapi, mereka tidak memiliki lemak tubuh berlebih.
Bila angka BMI lebih besar dari 25, Anda mungkin termasuk kelebihan berat badan. Jika
angkanya mencapai 30 atau lebih, artinya Anda termasuk ke dalam kategori obesitas.
E. PENATALAKSANAAN OBESITAS
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Tujuan pengobatan obesitas pada anak berbeda dengan pengobatan obesitas
dewasa, karena tujuannya hanya menghambat laju kenaikan berat badan yang pesat
tersebut dan tidak boleh diit terlalu ketat. Sehingga pengaturan diitnya harus
dipertimbangkan bahwa anak masih dalam masa pertumbuhan. Olah raga atau
aktifitas tubuh yang teratur sangat penting dalam upaya penatalaksanaan obesitas
pada anak.
Pada prinsipnya, pengobatan pada anak dengan obesitas adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki factor penyebab, misalnya kesalahan cara pengasuhan maupun factor
kejiwaan.
2. Motivasi penderita obesitas dewasa tentang perlunya pengurusan badan. Sedangkan
orang tua atau bayi anak yang obesitas harus dimotivasi tentang pentingnya
memperlambat kenaikan berat badan bayi atau anaknya.
3. Memberikan diit rendah kalori yang seimbang untuk memperlambat kenaikan berat
badan.
4. Menganjurkan penderita untuk olah raga yang teratur atau anak bermain secara aktif
sehingga banyak energi yang digunakan.
Baik terapi diet maupun psikoterapi harus diberikan kepada seluruh keluarga sehinga seolah-
olah turut serta dalam usaha pencapaian berat badan tersebut.
b. Penatalaksanaan Medis
Terapi pengobatan
Ada 2 jenis utama obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi obesitas:
1. Obat anti obesitas yang mengurangi nafsu makan, obat ini bekerja dengan cara
meningkatkan kadar neurotransmitter pada persambungan diantara ujung-ujung
syaraf di otak ( sinaps ). Macam-macam obat anti obesitas :
Fenfluramin ( fen ) dan deksfenfluramin, kedua obat ini menekan nafsu makan
terutama dengan meningkatkan pelepasan serotonin oleh sel-sel syaraf. Efek dari
fen dapat menyebabkan hipertensi pulmoner dan efek dari deksfen menyebabkan
katup jantung.
Fentermin, menekan nafsu makan dengan menyebabkan pelepasan norepinefrin
oleh sel-sel syaraf.
2. Obat yang menghalangi penyerapan zat gizi dari usus, antara lain : orlistat
(menghalangi penyerapan lemak di usus).
ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP)
2.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien :
Nama : Ny. N
Umur : 20 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Buol/Indonesia
Pendidikan : Kuliah
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : palu
Riwayat Penyakit Pasien mengatakan sudah mengalami Obesitas sejak umur 7 Tahun.
Dahulu
Perempuan Meninggal
3. Analisis Data
DO:
N : 87×/menit
R : 27×/menit
S : 35,8°C
Spo2 : 98 %
BB : 70 kg
TB : 145cm
2.3 INTERVENSI
N : 87×/menit
R : 27×/menit
S : 35,8°C
Spo2 : 98 %
BB : 70 kg
TB : 145cm
2.4 IMPLEMENTASI
Tanggal
R : 27×/menit
S : 35,8°C
Spo2 : 98 %
BB : 70 kg
TB : 145cm
2.5 EVALUASI
Tanggal
Obesitas berhubungan dengan Rabu/ 13:10 S : 1. Pasien tidak merasa sesak Nafas
penyebab gangguan kebiasaan WITA 2. Pasian Tidak lagimerasa sakit pada
21
makan ditandai dengan : lutut dan punggug
September
DS : 3. menstruasinya pasien menjadi
2022
teratur
1. Pasien merasa sesak nafas
4. Pasien Tidak lagi merasa mulas
2.Pasian merasakan sakit lutut dan
punggug O : TTV :
3.Pasien mengelu menstruasinya TD : 140/100 mmHg
tidak teratur
N : 87×/menit
4.Pasien merasa mulas
DO: R : 27×/menit
N : 87×/menit
A : Masalah teratasi
R : 27×/menit
P : Hentikan intervensi
S : 35,8°C
Spo2 : 98 %
BB : 70 kg
TB : 145cm
Daftar Pustaka
https://www.halodoc.com/kesehatan/obesitas
https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/obesitas/etiologi
https://poltekkes-mataram.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/1.-Aladhiana-
Cahyaningrum-1364-1371-1.pdf
https://hellosehat.com/nutrisi/obesitas/apa-itu-obesitas/
https://www.scribd.com/doc/112760270/LP-Obesitas