Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR

KONSEP KEPERAWATAN
OBESITAS

DI
S
U
S
U
N
Oleh :
KELOMPOK 8
MIFTA MAGFIRA S. RAKAMA_N21021092
MUAMAR ILYAS_N21021085

FAKULTAS KEDOKTERAN D-III KEPERAWATAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2022/2023
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN OBESITAS

Obesitas adalah kondisi yang menggambarkan seseorang memiliki badan


berlebih, kegemukan dan mengandung banyak lemak pada tubuhnya. Terdapat bermacam
cara untuk melakukan klasifikasi terhadap kegemukan, tetapi metode yang paling banyak
digunakan adalah menggunakan indeks massa tubuh (IMT). Metode ini dilakukan dengan
mengukur perbandingan antara berat badan (kilogram) dan tinggi badan (meter) kuadrat.

Bukan sekadar masalah citra tubuh, obesitas adalah masalah medis yang
meningkatkan risiko berbagai penyakit seperti jantung, Diabetes tekanan darah tinggi,
dan kanker. Ada banyak alasan mengapa banyak orang yang kesulitan menurunkan berat
badan. Sebab, obesitas umumnya hasil dari faktor keturunan, fisiologis dan lingkungan.

B. ETIOLOGI OBESITAS

Etiologi obesitas yang tersering adalah ketidakseimbangan antara asupan energi


harian dan pengeluaran energi (energy expenditure). Hal ini dapat berhubungan dengan
kelebihan intake makanan, kurangnya keluaran energi (rendahnya metabolisme tubuh,
aktivitas fisik, efek termogenesis makanan sesuai komposisi makanan), atau kombinasi
keduanya sehingga kelebihan energi selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak.

Faktor genetik yang berpengaruh adalah mutasi melanocortin receptor 4, yang


ditemukan pada sekitar 1% populasi umum dan 6% pada obesitas onset dini. Sindrom
Preder-Willi dan Sindrom Laurence-Moon-Bield juga disebut memiliki hubungan dengan
terjadinya obesitas. Penyebab sekunder, seperti cedera hipotalamus, hipotiroidisme,
sindrom Cushing, insulin-secreting tumor juga dapat menimbulkan kenaikan berat badan.

A. Faktor Risiko

Beberapa faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya obesitas antara lain


genetik, metabolik, gaya hidup, dan konsumsi obat-obatan tertentu, seperti golongan
antikonvulsan.

B. Faktor Genetik

Kejadian overweight ditemukan meningkat hingga 25% jika salah satu atau kedua
orang tua mengalami obesitas.

C. Faktor Metabolisme
Faktor metabolisme setiap orang berbeda-beda. Studi menunjukkan bahwa kadar
ghrelin, hormon peptida yang berfungsi mengatur nafsu makan, beserta peptida lain
pada saluran cerna berperan memicu rasa lapar dan memberikan perasaan kenyang.

D. Gaya Hidup

Konsumsi makanan berlebihan seperti makanan dengan kalori tinggi yang berasal
dari makanan tinggi gula, tinggi lemak, makanan cepat saji, makanan ringan, dan
minuman manis (jus, minuman ringan, susu aneka rasa). Gaya hidup sedenter (tidak
banyak melakukan aktivitas fisik), seperti menghabiskan lebih banyak waktu
menonton televisi, dan duduk di depan komputer. Zaman sekarang, permainan
elektronik lebih banyak digemari dibandingkan dengan berpartisipasi dalam olahraga
dan permainan aktif.

E. Penggunaan Obat - obatan

Penggunaan obat-obatan yang dapat meningkatkan berat badan, seperti golongan


antikonvulsan (asam valproat, karbamazepin), antidepresan (amitriptyline,
Imipramine, phenelzine), antihipertensi (clonidine, guanaberz, metildopa, prazosin,
terazosin, propanolol, nisoldipine), antipsikotik (chlorpromazine, thiotixene,
haloperidol, olanzapine, clozapine, risperidon, quetiapine), kortikosteroid,
psikotropik (litium), dan sulfonilurea (glipizide, glyburide)

C. PATAFISIKOLOGI OBESITAS

Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk
jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor
eksogen (obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen
(obesitas sekunder) akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik
(meliputi 10%). Pengaturan keseimbangan energy diperankan oleh hipotalamus
melalui 3 proses fisiologis, yaitu: pengendalian rasa lapar dan kenyang,
mempengaruhi laju pengeluaran energi, dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam
pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat
di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adipose, usus
dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar
serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia,
meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek
dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan,
serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal yang
diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai

stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-
derived hormon leptindan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan
energi. Apabila asupan energy melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa
meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin
kemudian merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi
Neuro Peptide Y (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula
sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan
adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center dihipotalamus yang
menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas
terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan
penurunan nafsu makan. Pengontrolan nafsu makan dan tingkat
kekenyanganseseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral(neurohumoral)
yang dipengaruhi oleh genetik, nutrisi, lingkungan, dan sinyal psikologis. Mekanisme
ini dirangsang oleh respon metabolic
yang berpusat pada hipotalamus. Seperti yang tampak pada gambar berikut:

D. Tanda Dan Gejala

Obesitas tidak memiliki gejala yang pasti. Namun, dokter akan mendiagnosis
kondisi ini ketika indeks massa tubuh (IMT) Anda 30 atau lebih.

Ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk menentukan apakah seseorang
termasuk obesitas atau tidak, yakni dengan mengukur:

a. Body Mass Index (BMI)


b. Lingkar pinggang
c. Rasio lingkar pinggang dan panggul (RLPP)
d. Tebal lipatan kulit menggunakan alat ukur yang bernama skinfold
e. Kadar lemak tubuh dengan alat bioelectrical impedance analysis (BIA)

Bagi kebanyakan orang, mengukur BMI adalah cara yang paling mudah untuk
memperkirakan lemak dalam tubuh. Namun, cara ini tidak langsung mengukur lemak.
Hal ini yang membuat sebagian orang yang berotot mungkin saja memiliki BMI yang
termasuk jenis obesitas. Akan tetapi, mereka tidak memiliki lemak tubuh berlebih.

Rumus perhitungan BMI

Rumus dari perhitungan BMI meliputi:

BMI = berat badan (kg) / (tinggi (m) x tinggi (m))

Bila angka BMI lebih besar dari 25, Anda mungkin termasuk kelebihan berat badan. Jika
angkanya mencapai 30 atau lebih, artinya Anda termasuk ke dalam kategori obesitas.

E. PENATALAKSANAAN OBESITAS
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Tujuan pengobatan obesitas pada anak berbeda dengan pengobatan obesitas
dewasa, karena tujuannya hanya menghambat laju kenaikan berat badan yang pesat
tersebut dan tidak boleh diit terlalu ketat. Sehingga pengaturan diitnya harus
dipertimbangkan bahwa anak masih dalam masa pertumbuhan. Olah raga atau
aktifitas tubuh yang teratur sangat penting dalam upaya penatalaksanaan obesitas
pada anak.

 Pada prinsipnya, pengobatan pada anak dengan obesitas adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki factor penyebab, misalnya kesalahan cara pengasuhan maupun factor
kejiwaan.
2. Motivasi penderita obesitas dewasa tentang perlunya pengurusan badan. Sedangkan
orang tua atau bayi anak yang obesitas harus dimotivasi tentang pentingnya
memperlambat kenaikan berat badan bayi atau anaknya.
3. Memberikan diit rendah kalori yang seimbang untuk memperlambat kenaikan berat
badan.
4. Menganjurkan penderita untuk olah raga yang teratur atau anak bermain secara aktif
sehingga banyak energi yang digunakan.
Baik terapi diet maupun psikoterapi harus diberikan kepada seluruh keluarga sehinga seolah-
olah turut serta dalam usaha pencapaian berat badan tersebut.

Cara pengaturan diitnya adalah sebagai berikut :


1. Pada bayi yang mengalami obesitas, tujuan terapi untuk menurunkan berat badannya
seperti pada obesitas dewasa tetapi memperlambat kecepatan kenaikan berat badannya.
Bayi diberikan diit sesuai dengan kebutuhan normal untuk pertumbuhan, yaitu 110
kkal/kg.BB/hari untuk bayi kurang dari 6 bulan dan 90 kkal/kg.BB/hari untuk bayi lebih
dari 6 bulan. Susu botol jumlahnya harus dikurangi dengan cara diselingi dengan air
tawar. Tidak dianjurkan memberikan susu yang diencerkan, susu rendah / lemak.
Disamping itu kita anjurkan pada ibunya agar anak tidak digendong saja, tetapi dibiarkan
melakukan aktifitas.
2. Pada anak pra sekolah yang mengalami obesitas, kenaikan berat badannya harus
diperlambat, dengan memberikan diet seimbang 60 kkal/kg.BB perhari. Atau bisa juga
dari makanan keluarga dengan porsi kecil dan menghindari makanan yang mengandung
kalori tinggi. Selain itu kita harus mendorong anak untuk melakukan aktifitas fisik dan
mencegah menonton tv berlebihan.
3. Pada anak usia sekolah (pra pubertas) yang obesitas, kita berusaha mempertahankan berat
badan anak dan menaikkan tinggi badannya. Diet yang diberikan sekitar 1200 kkal/hari
atau sekitar 60 kkal/kg.BB perhari. Mendorong anak melakukan aktifitas fisik secara
sendiri-sendiri maupun secara berkelompok. Hindari menonton tv terlalu lama dan makan
makanan yang berkalori tinggi.
4. Pada obesitas dewasa, kita harus menurunkan berat badannya untuk mencapai berat
badan yang diharapkan sesuai dengan tinggi badannya. Diet yang diberikan sekitar 850
kkal/hari, atau kalau ingin menurunkan berat badan 500 gram/minggu, kurangi kalorinya
500 kkal/hari. Selain itu dorong untuk melakukan aktifitas, baik sendiri-sendiri maupun
berkelompok. Mendorong anak agar mau melakukan interaksi dengan teman-temannya.

b. Penatalaksanaan Medis

 Terapi pengobatan
Ada 2 jenis utama obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi obesitas:

1. Obat anti obesitas yang mengurangi nafsu makan, obat ini bekerja dengan cara
meningkatkan kadar neurotransmitter pada persambungan diantara ujung-ujung
syaraf di otak ( sinaps ). Macam-macam obat anti obesitas :
 Fenfluramin ( fen ) dan deksfenfluramin, kedua obat ini menekan nafsu makan
terutama dengan meningkatkan pelepasan serotonin oleh sel-sel syaraf. Efek dari
fen dapat menyebabkan hipertensi pulmoner dan efek dari deksfen menyebabkan
katup jantung.
 Fentermin, menekan nafsu makan dengan menyebabkan pelepasan norepinefrin
oleh sel-sel syaraf.
2. Obat yang menghalangi penyerapan zat gizi dari usus, antara lain : orlistat
(menghalangi penyerapan lemak di usus).
ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP)

2.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien :
Nama : Ny. N

Umur : 20 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Belum menikah

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Buol/Indonesia

Pendidikan : Kuliah

Bahasa yang di gunakan : Bahasa Indonesia

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : palu

Sumber biaya : BPJS

Sumber Informasi : Pasien, Keluarga pasien, dan status rekam medis


2. Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama - Pasien merasa sesak nafas


- Pasian merasakan sakit lutut dan punggug
- Pasien mengelu menstruasinya tidak teratur
- Pasien merasa mulas
Riwayat Kesehatan Pasien merasa sesak nafas, sakit lutut dan punggug, pasien mengeluh
Sekarang menstruasinya tidak teratur, merasa mulas mulai dari kemarin. Kemudian pada
hari Selasa, tanggal 23 Agustus 2022, Pasien di bawa ke rumah sakit Anuta
Pura untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Riwayat Penyakit Pasien mengatakan sudah mengalami Obesitas sejak umur 7 Tahun.
Dahulu

Riwayat Alergi Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi.

Riwayat Kesehata Keluarga (Genogram dan Keterangan) :


Pasien adalah anak pertama dari 2 bersaudara dan belum menikah. Pasien tinggal
serumah dengan Ayah, Ibu, serta saudaranya. Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya
yang menderita penyakit yang sama, dan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan.
Keterangan :

Laki - laki Pasien

Perempuan Meninggal

Hubungan Keluarga Tinggal Satu Rumah

3. Analisis Data

Data Tanda dan Gejala Etiologi/Penyebab Masalah

DS : Gangguan Kebiasan Makan Obesitas

1. Pasien merasa sesak nafas


2. Pasian merasakan sakit lutut dan
punggug
3. Pasien mengelu menstruasinya
tidak teratur
4. Pasien merasa mulas

DO:

1. .IMT > 27 Kg/m2 (pada dewasa)


atau lebih dari presentil ke 95
untuk usia dan jenis kelamin
(pada anak)
2. Tebal lipatan kulit trisep > 25
mm.
3. TTV :
TD : 140/100 mmHg

N : 87×/menit

R : 27×/menit

S : 35,8°C

Spo2 : 98 %

BB : 70 kg

TB : 145cm

2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Hari/Tangggal Waktu Diagnosa Keperawatan

Selasa/ 09:00 Obesitas berhubungan dengan penyebab gangguan kebiasaan Makan.


23 Agustus WITA
2022

2.3 INTERVENSI

Hari/ Waktu Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi


tanggal

Rabu/ 11.20 Obesitas berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Berat Badan :


21 WITA dengan penyebab intervensi 30 × 24 jam,
1. Observasi
september gangguan kebiasaan maka berat badan
2022 membaik dengan kriteria - Identifikasi kondisi
makan ditandai dengan :
hasil : kesehatan pasien yang dapat
DS :
mempengaruhi berat badan.
1. Berat Badan Cukup
1. Pasien merasa sesak
nafas Membaik 2. Terapeutik
2. Pasian merasakan 2. Tebal lipatan kulit
- hitung berat badan ideal
sakit lutut dan cukup membaik
pasien.
3. Indeks massa Tubuh
punggug
Membaik 3. Edukasi
3. Pasien mengelu
menstruasinya tidak - Anjurkan melakukan
pencatatan asupan makan,
teratur
aktivitas fisik dan perubahan
4. Pasien merasa mulas
berat badan.
DO:

1. IMT > 27 Kg/m2 (pada


dewasa) atau lebih dari
presentil ke 95 untuk
usia dan jenis kelamin
(pada anak)
2. Tebal lipatan kulit
trisep > 25 mm.
3. TTV :
TD : 140/100 mmHg

N : 87×/menit

R : 27×/menit

S : 35,8°C

Spo2 : 98 %

BB : 70 kg

TB : 145cm
2.4 IMPLEMENTASI

Diagnosa Keperawatan Hari/ Waktu Implementasi Hasil

Tanggal

Obesitas berhubungan dengan 21 13.00 1. Observasi 1. Pasien tidak merasa


penyebab gangguan kebiasaan September WITA - Identifikasi kondisi sesak Nafas
makan ditandai dengan : kesehatan pasien yang 2. Pasian Tidak
2022
DS : dapat mempengaruhi lagimerasa sakit pada
berat badan. lutut dan punggug
1. Pasien merasa sesak nafas
3. menstruasinya
2. Pasian merasakan sakit 2. Terapeutik
pasien menjadi teratur
lutut dan punggug - hitung berat badan ideal
4. Pasien Tidak lagi
3. Pasien mengelu pasien.
merasa mulas
menstruasinya tidak teratur
3. Edukasi
4. Pasien merasa mulas
DO: - Anjurkan melakukan
pencatatan asupan makan,
1. IMT > 27 Kg/m (pada
2
aktivitas fisik dan
dewasa) atau lebih dari perubahan berat badan.
presentil ke 95 untuk usia
dan jenis kelamin (pada
anak)
2. Tebal lipatan kulit trisep >
25 mm.
3. TTV :
TD : 140/100 mmHg
N : 87×/menit

R : 27×/menit

S : 35,8°C

Spo2 : 98 %

BB : 70 kg

TB : 145cm

2.5 EVALUASI

Diagnosa Keperawatan Hari/ Waktu Evaluasi

Tanggal

Obesitas berhubungan dengan Rabu/ 13:10 S : 1. Pasien tidak merasa sesak Nafas
penyebab gangguan kebiasaan WITA 2. Pasian Tidak lagimerasa sakit pada
21
makan ditandai dengan : lutut dan punggug
September
DS : 3. menstruasinya pasien menjadi
2022
teratur
1. Pasien merasa sesak nafas
4. Pasien Tidak lagi merasa mulas
2.Pasian merasakan sakit lutut dan
punggug O : TTV :
3.Pasien mengelu menstruasinya TD : 140/100 mmHg
tidak teratur
N : 87×/menit
4.Pasien merasa mulas
DO: R : 27×/menit

1.IMT > 27 Kg/m2 (pada dewasa) S : 35,8°C

atau lebih dari presentil ke 95 untuk Spo2 : 98 %


usia dan jenis kelamin (pada anak)
BB : 70 kg
2.Tebal lipatan kulit trisep > 25
mm.
3.TTV : TB : 145cm
TD : 140/100 mmHg

N : 87×/menit
A : Masalah teratasi
R : 27×/menit
P : Hentikan intervensi
S : 35,8°C

Spo2 : 98 %

BB : 70 kg

TB : 145cm

Daftar Pustaka

https://www.halodoc.com/kesehatan/obesitas

https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/obesitas/etiologi

https://poltekkes-mataram.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/1.-Aladhiana-
Cahyaningrum-1364-1371-1.pdf

https://hellosehat.com/nutrisi/obesitas/apa-itu-obesitas/

https://www.scribd.com/doc/112760270/LP-Obesitas

Anda mungkin juga menyukai