Anda di halaman 1dari 12

OBESITAS

Obesitas adalah istilah medis yang merujuk kepada kondisi tubuh yang memiliki terlalu
banyak lemak. Lemak tubuh diukur melalui Body Mass Index (BMI). Ini mengukur kadar lemak
berdasarkan berat dan tinggi badan seseorang. Kalkulasi BMI yang sehat bagi orang dewasa adalah
antara 18,50 sampai 24,90. Sedangakan hasil pengukuran BMI sebesar 25 sampai 29,90 dianggap
sebagai kelebihan berat badan. Seseorang dinyatakan obesitas jika BMI-nya mencapai sedikitnya
30.Lemak tubuh yang terlalu banyak dapat meningkatkan risiko penyakit. Ini kerap dikaitkan dengan
tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan diabetes.

Obesitas merupakan permasalahan dunia. Menurut World Health Organisation (WHO), pada
tahun 2014, di seluruh dunia ada sekitar 600 juta orang dewasa dan sekitar 41 juta anak-anak yang
masuk ke kategori obesitas. Angka ini diperkirakan meningkat karena miliaran orang di seluruh dunia
kelebihan berat badan.

Tahapan Tahapan Perancangan Promsi kesehatan


1.Rekognisi

Faktor lingkungan maupun genetik berperan dalam terjadinya obesitas. Faktor


lingkungan antara lain pengaruh psikologi dan budaya. Dahulu status sosial dan ekonomi juga
dikaitkan dengan obesitas. Individu yang berasal dari keluarga sosial ekonomi rendah biasanya
mengalami malnutrisi. Sebaliknya, individu dari keluarga dengan status sosial ekonomi lebih
tinggi biasanya menderita obesitas.

. Meningkatnya obesitas tak lepas dari berubahnya gaya hidup, seperti menurunnya
aktivitas fisik, dan kebiasaan menonton televisi berjam-jam. Faktor genetik menentukan
mekanisme pengaturan berat badan normal melalui pengaruh hormon dan neural.. Obesitas
tubuh bagian atas lebih banyak didapatkan pada pria, oleh karena itu tipe obesitas ini lebih
dikenal sebagai “android obesity”. Tipe obesitas ini berhubungan lebih kuat dengan diabetes,
hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler daripada obesitas tubuh bagian bawah. Obesitas tubuh
bagian bawah merupakan suatu keadaan tingginya akumulasi lemak tubuh pada regio
gluteofemoral. Tipe obesitas ini lebih banyak terjadi pada wanita sehingga sering disebut “gynoid
obesity”. Tipe obesitas ini berhubungan erat dengan gangguan menstruasi pada wanita.
(Anonim., 2007).

Masukan makanan, keluaran energi, dan keturunan merupakan tiga faktor yang dianggap
mengatur perlemakan tubuh dalam proses terjadinya kegemukan. Menurut Soetrisno (1996), dua
faktor pertama, yaitu masukan makanan dan keluaran energi, dianggap sebagai penyebab
langsung, sedangkan keturunan sebagai penyebab tidak langsung. Penimbunan lemak tersebut
terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara jumlah energi yang dikonsumsi dengan yang
digunakan.
Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat
badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga ke dewasa dan lansia.
Sementara obesitas itu merupakan salah satu faktor risiko penyakit degenaratif, seperti penyakit
kardiovaskular, diabetes mellitus, arthritis, penyakit kantong empedu, beberapa jenis kanker,
gangguan fungsi pernapasan, dan berbagai gangguan kulit.(Arisman,MB.,2009)

Risiko Obesitas yang sudah banyak disadari oleh masyarakat adalah risiko psikosial,
sedang risiko medis masih kurang diyakini. (Sukaton,U. et.al. 1996)
Risiko Psikososial
Obesitas memberikan hambatan-hambatan fisis, sosial dan psikologis. Orang gemuk mempunyai
banyak kesulitan dalam melakukan aktivitas fisis, sehingga mengurangi kesempatan untuk
mengikuti berbagai kegiatan sosial. Pengeluaran biaya sehari-hari untuk pakaian dan makanan
juga lebih banyak pada orang gemuk.
Risiko Medis
Orang gemuk cenderung sering sakit, semakin gemuk semakin sering sakit. Untuk lebih mudah
mengerti secara keseluruhan adanya hubungan antara risiko dan obesitas, perlu diketahui
kelainan metabolik yang mungkin timbul pada obesitas. Kelainan metabolik yang terjadi pada
obesitas tampaknya berhubungan dengan besarnya lapisan lemak, dan semua gangguan
metabolic yang berhasil diperiksa dapat diterangkan dengan penambahan lapisan lemak
tersebut. dan yang akan menjadi normal kembali dengan pengurangan berat badan

Banyak penyelidikan epidemiologis yang menunjukkan adanya hubungan antara berat


badan dan angka kematian, serta angka kesakitan dari berbagai penyakit tertentu.
(Sukaton,U. et.al. 1996)

Soegih (1988) merangkum hubungan kesehatan individu dengan kegemukan, yang


ringkasnya sebagai berikut :
1. Umur rata-rata seseorang
Penelitian yang dilakukan oleh Metropolitan life Insurance terhadap 50.000 orang menunjukkan
bahwa angka kematian pria gemuk 79% lebih tinggi dari pada pria yang mempunyai berat badan
normal, sedangkan untuk wanita gemuk 61% lebih tinggi daripada wanita yang mempunyai berat
badan normal.
2. Penyakit gula (diabetes mellitus)
Dalam penelitian di Jakarta pada tahun 1982 ditemukan diabetes mellitus lebih banyak terdapat
pada orang-orang yang gemuk dibandingkan dengan orang-orang yang tidak gemuk. Pada
penelitian ini ditemukan 6,7% orang-orang gemuk tersebut menderita diabetes mellitus,
sedangkan pada orang-orang yang tidak gemuk hanya 0,95%.
3. Penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi)
Penelitian terhadap 74.000 karyawan di Amerika menunjukkan bahwa jelas terdapat hubungan
antara bertambah beratnya badan dengan tekanan darah tinggi. Penurunan berat badan 2 kg
akan menurunkan tekanan darah sistolik 2,5 mm Hg dan tekanan diastolic 1,5 mm Hg. Penyebab
kenaikan tekanan darah ini tidak diketahui dengan pasti, tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa
pada orang gemuk terdapat peningkatan jumlah darah yang beredar sehingga tekanan darah
meningkat.
4. Penyakit jantung
Sebuah penelitian membuktikan bahwa orang dengan kelebihan berat badan lebih mudah
terkena penyakit jantung dibandingkan dengan yang berat badan normal. Jenis penyakit jantung
yang sering terjadi yaitu aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah). Pada orang gemuk kerja
jantung akan lebih besar dan akan dapat menyebabkan pembesaran jantung dan jadi lemah,
keadaan yang akan normal kembali apabila berat badan turun.
5. Penyakit-penyakit lain
Masih banyak penyakit akibat kegemukan, seperti pada wanita kelainan haid dan kemandulan,
keputihan, penyakit kulit di lipatan paha dan payudara, keracunan kehamilan, pada pria
gangguan pernapasan, rematik, varices, hernia, dan sering terjadi juga penyakit batu empedu.
2.Analisa kebutuhan Pekerja Mengenai Promosi Kesehatan
3. Perencanaan Program Promosi Kesehatan

Kementerian kesehatan (Kemenkes) juga telah mengampanyekan “Isi Piringku” atau yang
dikenal juga dengan “Healthy Plate” sebagai ganti dari 4 sehat 5 sempurna. Konsep 4 sehat 5
sempurna dinilai sudah tidak relevan lagi dengan ilmu gizi saat ini karena sekarang Indonesia sudah
dihadapkan pada masalah obesitas bahkan di beberapa daerah pelosok. Pada “Isi Piringku”
diterapkan porsi dari masing-masing bahan pangan, yaitu setengah porsi dalam 1 piring terdiri dari
sayuran dan buah dan setengah porsi lagi terdiri dari lauk dan karbohidrat, dengan komposisi
karbohidrat sebanyak 2/3 bagian dan lauk sebanyak 1/3 bagian.
“Isi Piringku” juga menekankan pada pentingnya membatasi garam, gula, dan lemak dalam
konsumsi sehari-hari. Dalam sehari, batas maksimal konsumsi gula adalah empat sendok makan,
satu sendok teh untuk garam, dan lima sendok makan untuk minyak goreng.

4.Komunikasi kepada pihak terkait

Pihak Manajemen berperan dalam mendorong atau menyediakan makanan di kantin demi
meningkatkan kesediaan makanan sehat, memperluas program bawa buah dan sayuran di
tempat kerja.Pada sektor transportasi, manajemen dapat mengatur kebijakan yang
mempromosikan sepeda dan angkutan umum

5.Persiapan Program Promosi Kesehatan

1. Menjelaskan secara singkat sejarah dan pergeseran istilah Promosi Kesehatan,

2. Menjelaskan beberapa Pengertian dan Tujuan Promosi Kesehatan

3. Menguraikan Ruang Lingkup dan Prinsip Promosi Kesehatan

4.Mengadakan internal meeting


6. Implementasi

7. Evaluasi serial

8. Kontinuitas

Beberapa contoh promosi kesdehatan tentang Obesitas


1. Mengatur pola makan
Salah satu cara mengatasi obesitas yang paling penting yakni mengatur kebiasaan makan.
Pola makan yang tidak sehat merupakan penyebab kegemukan yang paling sering dialami oleh
orang-orang

Asupan kalori yang lebih banyak dibandingkan yang dibakar tentu dapat menyebabkan
penumpukan lemak. Bahkan, kebiasaan makan yang tidak dibarengi aktivitas fisik ini juga
dipengaruhi oleh porsi dan pemilihan makanan.Akibatnya, penumpukan lemak terjadi dan bisa
memicu kenaikan berat badan yang mungkin berujung pada obesitas. Meski begitu, Anda tidak bisa
mengatur pola makan sembarangan, terutama ketika menderita obesitas.

Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika merencanakan porsi dan menu
makanan untuk penyandang obesitas.

Hitung kebutuhan kalori


Sebelum mulai mengatur pola makan, Anda perlu tahu terlebih dahulu berapa banyak kalori
yang dibutuhkan. Menghitung berapa banyak kebutuhan kalori harian pun perlu mengenali dahulu
berapa berat badan ideal Anda.
Jika sudah diketahui berapa berat badan ideal sesuai tinggi Anda, angka ini dapat dimasukkan ke
dalam hitungan kebutuhan kalori. Perhitungan ini biasanya juga dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti jenis kelamin dan intensitas aktivitas fisik harian Anda.
Bila berat badan saat ini dengan berat badan ideal terlampau jauh, tentu menghasilkan
perbedaan asupan kalori yang sangat berbeda. Jadi, pengurangan kalori akan dilakukan bertahap
hingga mencapai angka kebutuhan kalori sesuai dengan berat badan ideal.

Pilih bahan makanan yang tepat


Setelah berhasil mengetahui berapa kebutuhan kalori, Anda bisa mulai merancang menu
makanan sebagai cara mengatasi obesitas. Kunci utama dari menghilangkan lemak saat kegemukan
ini adalah pola makan yang sehat.Tidak hanya menghindari junk food, Anda perlu membiasakan diri
terhadap kebiasaan makan guna memenuhi gizi seimbang sesuai kondisi tubuh, yakni:
 pilih makanan berserat, seperti oats, pasta dari gandum, atau nasi merah,
 hindari jenis karbohidrat yang mengandung gula sederhana,
 perbanyak konsumsi sayur dan buah,
 batasi daging merah atau sumber protein hewani lainnya,
 konsumsi protein rendah lemak, seperti tahu dan ikan,
 gunakan jenis minyak yang sehat, seperti minyak zaitun,
 hindari makanan yang digoreng.

Rancang aturan menu makan sehari-hari


Cara mengatasi obesitas dengan diet bukan berarti hanya makan satu kali dalam sehari atau
tidak makan seharian. Tubuh tetap butuh makanan untuk menghasilkan energi. Itu sebabnya, Anda
masih boleh makan tiga kali sehari, bahkan dibarengi dengan camilan.
Walaupun demikian, ada hal yang perlu diubah dari aturan jam makan Anda. Sebagai contoh, Anda
bisa sarapan jam 7, lalu dilanjutkan camilan pagi sekitar pukul 10.
Jam makan siang bisa Anda atur pukul 12 siang, kemudian makan selingan kembali pukul 4
sore. Terakhir, usahakan untuk makan malam pada pukul 6 atau 7 malam. Perlu diingat bahwa
pilihan camilan dan makanan perlu disesuaikan dengan kebutuhan kalori Anda.Bagi Anda yang
mengalami obesitas dan ingin mengatasinya dengan menjalani diet, konsultasikan dengan ahli gizi.
Dengan begitu, ahli gizi dapat membantu merancang aturan dan menu makanan sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan kalori Anda.

Bersabar dalam mengatasi obesitas


Menurunkan berat badan untuk penyandang obesitas dengan diet tentu memiliki proses
yang berbeda-beda bagi setiap orang. Sebab, ini tergantung dengan seberapa besar berat badan saat
obesitas.Semakin jauh rentang antara berat badan ideal dengan berat badan saat ini, waktu yang
dibutuhkan mungkin lebih lama. Selain itu, penurunan berat badan yang normal dalam satu minggu
yaitu sekitar 0,5 – 1 kilogram.
Bila berat badan turun drastis secara tiba-tiba, ada kemungkinan Anda mengalami masalah
kesehatan tertentu.
Berolahraga dan beraktivitas

Selain mengatur pola makan, cara mengatasi obesitas lainnya adalah mulai rutin berolahraga atau
sekadar sering bergerak. Banyak orang yang telah terbukti berhasil mempertahankan diet
penurunan berat badan mereka dengan olahraga teratur.
Anda tidak perlu langsung berolahraga dengan intensitas berat guna mendapatkan hasil yang instan.
Olahraga yang disarankan untuk penyandang obesitas dapat dimulai secara perlahan dan sedikit
demi sedikit.

Berikut hal yang perlu diperhatikan ketika mulai aktif bergerak dan rutin berolahraga ketika
mengalami kegemukan :

Olahraga
Umumnya, para penyandang obesitas perlu melakukan aktivitas intensitas sedang
setidaknya 150 menit dalam seminggu. Hal ini bertujuan mencegah kenaikan berat badan atau untuk
mempertahankan berat badan yang turun.Bila Anda ingin angka timbangan semakin turun, usahakan
untuk berolahraga 300 menit atau lebih dalam seminggu. Anda bisa melakukannya secara bertahap
dengan meningkatkan jumlah olahraga saat daya tahan dan kebugaran meningkat.

Aktivitas fisik
Berbeda dengan olahraga, aktivitas fisik meliputi kegiatan rumah tangga sederhana seperti
menyapu, mengepel, atau lebih sering berjalan kaki. Dengan lebih banyak bergerak, tubuh akan
membakar lemak dan kalori lebih banyak.

Anda mungkin bisa mengubah kebiasaan sederhana yang dapat memberikan manfaat, meliputi:
 memarkir kendaraan lebih jauh dari pintu masuk,
 menyelesaikan pekerjaan rumah tangga,
 berkebun dan bangun pagi secara rutin, dan
 memakai alat pelacak langka kaki.
Jumlah langkah kaki yang disarankan untuk menjaga tubuh tetap fit yaitu 10.000 langkah setiap hari.
Anda bisa meningkatkan jumlah langkah secara bertahap untuk mencapai angka tersebut sebagai
cara mengatasi obesitas

3. Perubahan perilaku
Baik pola makan dan aktivitas fisik adalah bagian dari perubahan menuju gaya hidup yang
sehat. Keduanya juga dimaksudkan sebagai cara untuk mengatasi obesitas agar lemak dan berat
badan turun.Meski begitu, pola makan dan aktivitas fisik ini juga perlu dibarengi dengan perubahan
perilaku terhadap diri sendiri. Metode ini ditujukan untuk memeriksa kebiasaan Anda saat ini untuk
mengenali faktor, stres, dan situasi apa yang menjadi penyebab obesitas.
Terapi perubahan perilaku ini biasanya meliputi berbicara dengan psikolog untuk mengatasi masalah
emosional dan berbicara dengan kelompok pendukung. Anda bisa mencari program ini ketika
obesitas dari rekomendasi dokter atau rumah sakit.

4. Obat resep penurun berat badan


Dokter mungkin akan meresepkan obat untuk mengobati obesitas atau kelebihan berat
badan. Perlu diingat bahwa cara mengatasi obesitas ini harus digunakan bersamaan dengan pola
makan, olahraga, dan perilaku.Tujuan utama dari obat penurun berat badan (anti-obesitas) yakni
membantu pasien menjalani diet rendah kalori. Obat ini berfungsi menghentikan rasa lapar dan
membantu memperlama sinyal kenyang yang muncul.

Tidak hanya itu, ada kriteria khusus yang dibutuhkan oleh pasien untuk mendapatkan resep
obat anti-obesitas dari dokter, yaitu:
 indeks massa tubuh 30 atau lebih besar,
 mengalami komplikasi obesitas, seperti diabetes, darah tinggi, atau sleep apnea,
 mempertimbangkan riwayat kesehatan dan efek samping,
 tidak sedang hamil, atau
 menggunakan obat-obatan tertentu.

5. Operasi bariatrik
Bila Anda termasuk pasien obesitas yang parah, dokter mungkin akan merekomendasikan
operasi bariatrik. Operasi bariatrik yaitu gabungan dari beberapa prosedur untuk menurunkan berat
badan dengan membuat perubahan pada sistem pencernaan.Prosedur ini juga dapat dijalani oleh
pasien obesitas dengan tingkat keparahan yang lebih rendah, tetapi memiliki masalah kesehatan
yang serius.
Cara mengatasi obesitas ini dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain:
 membatasi ruang pada organ lambung,
 memanipulasi lambung (sleeve gastrectomy),
 membagi organ pencernaan menjadi lebih kecil (gastric bypass), atau
 biliopancreatic diversion dan duodenal switch.
Bila cara mengatasi obesitas yang disebutkan berhasil, jangan lupa untuk menerapkan upaya
pencegahannya pula. Pencegahan obesitas sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pola makan sehat
dan rutin beraktivitas fisik.
Dengan begitu, tubuh akan mendapatkan nutrisi yang seimbang dan berat badan ideal, sehingga
terhindar dari masalah obesitas. Bila memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan konsultasikan dengan
dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat.

Pengendalian Obesitas Pada Pekerja


Obesitas pada pekerja juga berdampak buruk bagi perusahaan sehingga perlu adanya beberapa
program pengendalian yang bisa dilakukan :
a. Penyediaan fasilitas olah raga di perusahaan merupakan salah satu pendukung
untuk menurunkan angka obesiatas pada pekerja diperusahaan.
b. Peningkatan kualitas pangan oleh perusahaan mengacu pada syarat-syarat makanan sehat
rendah kolesterol yang akan mencegah obesitaas pada pekerja
c. Program traveling
Pada perusahaan dengan aktivitas yang tinggi dengan intensitas pekerjaan yang
tinggi pula sangat berpotensi menimbulkan stress pada pekerja dan dapat
menimbulkan obesitas. Sehingga program ini sangat sesuai jika banyak pekerja yang
mengalami stress akibat pekerjaannya.
d. Penyediaan Pelayanan Kesehatan beserta dengan tenaga kesehatannya akan sangat
membantu dalam menurunkan angka obesitas dalam perusahaan. Karena konsultasi
tentang masalah obesitas bagi pekerja sangat diperlukan.

Kebiasaan Konsumsi Makanan Kebiasaan konsumsi adalah cara individu atau kelompok
individu memilih pangan apa yang dikonsumsi sebagai reaksi terhadap pengaruh psikologis, fisiologi
dan sosial budaya. Perubahan kebiasaan makan dapat disebabkan karena faktor pendidikan gizi dan
kesehatan serta aktivitas pemasaran dan distribusi pangan. Namun dapat dipengaruhi pula oleh
beberapa faktor lingkungan seperti lingkungan budaya, alam dan populasi.
Kebiasaan konsumsi buah Konsumsi buah contoh berkisar antara 3.6-998.5 gram per hari.
Rata-rata konsumsi buah contoh sebesar 143.7±202.6 gram per hari. Rata-rata konsumsi buah
contoh per hari ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Setiowati (2000) yang
menyebutkan bahwa usia dewasa di Pamekasan biasa mengonsumsi buah per hari 76.1 gram. Buah
yang paling banyak dikonsumsi contoh adalah jeruk (64.4%), pepaya (49.2%), dan pisang (37.3%).
Frekuensi konsumsi buah jeruk, pepaya dan pisang contoh adalah 3 kali seminggu. Berdasarkan

peneliti an Zulaika (2011) persentase frekuensi konsumsi buah jeruk, pepaya dan pisang usia
dewasa adalah 1-2 kali per minggu. Hal ini menunjukkan frekuensi konsumsi buah contoh dalam
seminggu lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian sebelumnya.

Tabel 9 menunjukkan contoh yang gemar mengonsumsi buah sebanyak 93.2% dan hanya
6.8% contoh yang tidak terbiasa mengonsumsi buah. Menurut pedoman gizi seimbang (2014)
konsumsi buah per orang per hari sebaiknya (≥ 150 gram per hari) atau setara dengan 3 buah pisang
ambon ukuran sedang atau 1.5 potong pepaya ukuran sedang atau 3 buah jeruk ukuran sedang.
Hasil penelitian ini menemukan contoh yang mengonsumsi buah lebih dari (≥ 150 gram per hari)
hanya 18.6% dan sisanya sebanyak 81.4% contoh mengonsumsi buah kurang dari 150 gram per hari.
Burhan et al. (2013

Mengonsumsi buah-buahan merupakan salah satu kebiasaan yang menyenangkan sekaligus


menyehatkan. Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari konsumsi buah-buahan setiap
harinya (Kusumo 2010). Komponen terbesar buah-buahan adalah air. Oleh karena itu, kandungan
serat makanan dalam buah-buahan lebih rendah. Komponen terbesar dari serat makanan pangan
pada buah-buahan adalah senyawa pektin dan lignin.

Selain sebagai sumber serat makanan, buah-buahan juga merupakan sumber vitamin yang
sangat baik (khususnya vitamin B dan C) dan mineral (Astawan dan Wresdiyati 2004). Kebiasaan
konsumsi sayur Kisaran rata-rata konsumsi sayur contoh per hari sebesar 58.3±63.3 gram,
sedangkan menurut penelitian Setiowati (2000) mengatakan bahwa rata-rata konsumsi sayur
perempuan usia dewasa di Pamekasan sebesar 90.4±80.2 gram, sehingga dapat disimpulkan jika
konsumsi sayur contoh lebih rendah dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Sayur yang paling
banyak dikonsumsi contoh meliputi bayam (66.1%), wortel (62.7%), dan kangkung (52.4%).

Kebiasaan konsumsi makanan berlemak Total kontribusi makanan berlemak contoh adalah 18.64%
(Tabel 11). Hal ini menjelaskan bahwa total kontribusi makanan berlemak contoh terhadap
kecukupan lemak per hari masih kurang. Berikut disajikan tabel frekuensi dan jumlah konsumsi
makanan berlemak contoh.

Kontribusi terbesar diberikan oleh jenis makanan gorengan (7.7%) dan yang terkecil udang
(0.02%). Penelitian yang dilakukan oleh Guallar-Castillon et al. (2007) terhadap 33 542 orang Spanyol
berumur 29-69 tahun menunjukkan bahwa makanan gorengan (fried food) berhubungan positif
dengan obesitas dengan obesitas umum dan obesitas sentral karena dapat menghasilkan asupan
energi yang tinggi. Oleh karena itu pembatasan konsumsi gorengan dapat dilakukan untuk
mencegah kelebihan berat badan.

Jenis makanan berlemak yang paling sering dikonsumsi contoh adalah telur ayam dengan
frekuensi 2.6 kali per minggu. Selain itu jenis makanan lainnya yaitu gorengan dengan frekuensi 2.4
kali per minggu dengan jumlah konsumsi 176 gram/minggunya. Jenis gorengan yang sering
dikonsumsi contoh antara lain tahu, tempe dan bakwan. Jeroan yang sering dikonsumsi contoh ati,
ampela dan usus ayam. Jeroan-jeroan tersebut merupakan jeroan yang sering disajikan di warung
makan dan biasa dibeli pekerja ketika sedang istirahat makan siang. Secara keseluruhan frekuensi
konsumsi makanan berlemak contoh masih tergolong dalam kategori jarang

Kontribusi terbesar diberikan oleh jenis makanan gorengan (7.7%) dan yang terkecil udang
(0.02%). Penelitian yang dilakukan oleh Guallar-Castillon et al. (2007) terhadap 33 542 orang Spanyol
berumur 29-69 tahun menunjukkan bahwa makanan gorengan (fried food) berhubungan positif
dengan obesitas dengan obesitas umum dan obesitas sentral karena dapat menghasilkan asupan
energi yang tinggi. Oleh karena itu pembatasan konsumsi gorengan dapat dilakukan untuk
mencegah kelebihan berat badan.

Jenis makanan berlemak yang paling sering dikonsumsi contoh adalah telur ayam dengan
frekuensi 2.6 kali per minggu. Selain itu jenis makanan lainnya yaitu gorengan dengan frekuensi 2.4
kali per minggu dengan jumlah konsumsi 176 gram/minggunya. Jenis gorengan yang sering
dikonsumsi contoh antara lain tahu, tempe dan bakwan. Jeroan yang sering dikonsumsi contoh ati,
ampela dan usus ayam. Jeroan-jeroan tersebut merupakan jeroan yang sering disajikan di warung
makan dan biasa dibeli pekerja ketika sedang istirahat makan siang. Secara keseluruhan frekuensi
konsumsi makanan berlemak contoh masih tergolong dalam kategori jarang
https://asriantidrg.wordpress.com/2012/02/11/pengaruh-obesitas-terhadap-produktivitas-kerja/

https://hellosehat.com/nutrisi/obesitas/cara-mengatasi-obesitas/

file:///C:/Users/Dell/Downloads/faktor-risiko-obesitas-pada-pekerja-garmen-perempuan-karera-
aryatika.pdf

Pada tingkat individu, pencegahan obesitas dapat dilakukan dengan hal berikut, seperti :

 Terkait asupan makanan: membatasi asupan makanan tinggi lemak dan gula, meningkatkan
konsumsi buah dan sayuran, mencukupi kebutuhan air putih, serta mendukung pemberian ASI
eksklusif

 Terkait aktivitas fisik: tingkatkan aktivitas fisik (45-60 menit per hari intensitas sedang), pilih aktivitas
yang dapat membakar kalori (misalnya dengan berjalan di sekitar blok atau naik turun tangga di
tempat kerja), batasi menonton TV (durasi kurang dari 2 jam)

 Timbang berat badan secara berkala [3,5,23,27,28]

Anda mungkin juga menyukai