Anda di halaman 1dari 7

TP Skenario 2 BLOK 10

1. Definisi dan Epidemiologi Obesitas


Definisi
- Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang berlebihan di
jaringan adiposa (McPhee et al., 2011).Obesitas dapat didefinisikan berdasarkan IMT (WHO-
SEARO, 2011). Obesitas merupakan salah satu bentuk malnutrisi yang terjadi akibat
ketidakseimbangan antara masukan dan keluaran energi dalam waktu lama.

- World Health Organization menetapkan nilai IMT ≥ 30 kg/m2 sebagai obesitas dan nilai IMT 25-
29,9 kg/m2 sebagai overweight. Namun, meta-analisis beberapa kelompok etnik berbeda dengan
kosentrasi lemak tubuh, usia dan gender yang sama, menunjukkan adanya perbedaan nilai cut-
offpoint IMT untuk obesitas untuk populasi yang berbeda sehingga wilayah Asia Pasifik pada saat
ini telah mengusulkan kriteria dan klasifikasi obesitas sendiri

- Kriteria risiko penyakit dan kematian terutama penyakit kardiovaskuler pada obesitas ditentukan
berdasarkan lingkar pinggang (waist circumference).Lingkar pinggang lebih menggambarkan
jumlah lemak visceral dibandingkan dengan IMT.Nilai cut-off lingkar pinggang dipengaruhi oleh
jenis kelamin dan etnik (WHO, 2008)
Epidemiologi
- Prevalensi obesitas di seluruh dunia meningkat, terutama di negara industri di belahan bumi
utara, seperti Amerika Serikat, Kanada, dan sebagian besar negara di Eropa. Data yang tersedia
dari proyek Pemantauan Multinasional Tren dan Penentu dalam Penyakit Kardiovaskular
(MONICA) menunjukkan bahwa setidaknya 15% pria dan 22% wanita di Eropa mengalami
obesitas. [82, 83
- Data serupa dilaporkan di bagian lain dunia, termasuk dari banyak negara berkembang. Laporan
dari negara-negara seperti Malaysia, Jepang, Australia, Selandia Baru, dan Cina telah merinci
epidemi obesitas dalam 2-3 dekade terakhir. Data dari negara-negara Timur Tengah seperti
Bahrain, Arab Saudi, Mesir, Yordania, Tunisia, dan Lebanon, antara lain, menunjukkan
kecenderungan yang sama mengganggu, dengan tingkat obesitas seringkali melebihi 40%.
- Secara internasional, tingkat obesitas lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria. Tingkat yang
agak lebih tinggi diharapkan, mengingat persentase lemak tubuh wanita yang secara biologis
lebih tinggi.
- Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, secara nasional menunjukkan
bahwa masalah overweight dan obesitas pada anak umur 5 sampai 12 tahun berturut-turut
sebesar 10,8% dan 8,8%, sudah mendekati perkiraan angka dunia di tahun 2020. Peningkatan
obesitas tersebut di sertai dengan peningkatan ko-morbiditas yang berpotensi menjadi penyakit
degeneratif di kemudian hari misalnya penyakit jantung koroner, hipertensi, DM Tipe 2,

2. Etiologi Obesitas

Obesitas dapat terjadi bila kalori yang masuk lebih besar daripada kalori yang digunakan. Berat
badan akan meningkat bila jumlah energi dalam bentuk makanan yang masuk ke dalam tubuh lebih
besar daripada yang digunakan, dan sebagian besar energi yang berlebih itu disimpan dalam bentuk
lemak. Setiap 9,3 kalori dari kelebihan energi yang masuk ke dalam tubuh, disimpan dalam 1 gram
lemak (Hall, 2011).

Obesitas merupakan penyakit multifaktor. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas


adalah faktor genetik, faktor lingkungan, dan gaya hidup (Hall, 2011; McPhee et al., 2011).
Peningkatan angka kejadian obesitas terjadi karena adanya perubahan gaya hidup menjadi
sedentarisme, aktivitas fisik menurun, disertai peningkatan asupan kalori yang tinggi (Obreagon,
2010).

Genetika
Dua kelompok utama faktor, genetik dan lingkungan, memiliki keseimbangan yang saling terkait
dalam perkembangan obesitas. Faktor genetik dianggap menjelaskan 40-70% varian obesitas, dalam
kisaran BMI yang terbatas (18-30 kg / m2).

Sebuah studi di mana kembar monozigot diberi makan berlebih 1000 kkal per hari, 6 hari
seminggu, selama periode 100 hari menemukan bahwa jumlah kenaikan berat badan bervariasi
secara signifikan antara pasangan (4,3 hingga 13,3 kg). Namun, kesamaan dalam setiap pasangan
signifikan dalam hal berat badan, persentase lemak, massa lemak, dan perkiraan lemak subkutan,
dengan variasi sekitar 3 kali lebih banyak di antara pasangan dibandingkan di dalamnya. [65]
Pengamatan ini menunjukkan bahwa faktor genetik secara signifikan terlibat dan dapat mengatur
kecenderungan untuk menyimpan energi.

Heritabilitas

Heritabilitas obesitas yang kuat telah dibuktikan dalam beberapa studi kembar dan adopsi, di
mana individu obesitas yang dibesarkan secara terpisah mengikuti pola berat badan yang sama
seperti orang tua kandung dan kembar identik mereka. Laju metabolisme, aktivitas fisik spontan, dan
respons termal terhadap makanan tampaknya dapat diwariskan ke tingkat yang bervariasi.

Sebuah studi oleh Freeman dkk menemukan bahwa memiliki ayah yang kelebihan berat
badan atau obesitas dan ibu dengan berat badan yang sehat secara signifikan meningkatkan
kemungkinan obesitas pada masa kanak-kanak; Namun, memiliki ibu yang obesitas dan ayah yang
berat badannya sehat tidak dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas di masa kanak-kanak. [66]
Perbedaan ini menunjukkan peran faktor epigenetik dalam risiko keturunan.

Faktor inflamasi

Data yang berkembang menunjukkan bahwa penyebab inflamasi, dan kemungkinan infektif,
mungkin ada untuk obesitas. Jaringan adiposa dikenal sebagai tempat penyimpanan berbagai sitokin,
terutama interleukin 6 dan tumor necrosis factor alpha. Satu studi menunjukkan hubungan antara
obesitas dan prokalsitonin plasma tingkat tinggi, variabel dependen yang mencerminkan keadaan
tertekan atau peradangan. [77]

Data telah menunjukkan bahwa infeksi adenovirus-36 dikaitkan dengan obesitas pada ayam dan
tikus. Dalam penelitian pada manusia, prevalensi infeksi adenovirus-36 adalah 20-30% pada orang yang
mengalami obesitas, dibandingkan 5% pada orang yang tidak obesitas. Terlepas dari temuan provokatif
ini, peran infeksi dan inflamasi dalam patogenesis obesitas masih belum jelas.

3. Klasifikasi Obesitas (Grade dihubungkan dengan IMT)


Tanda dan gejala

Meskipun beberapa klasifikasi dan definisi derajat obesitas diterima, klasifikasi yang paling diterima
secara luas adalah klasifikasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), berdasarkan indeks massa tubuh
(BMI). Sebutan WHO adalah sebagai berikut:

- Kelebihan berat badan tingkat 1 (biasa dan disebut kelebihan berat badan) - BMI 25-29,9 kg / m2
- Kelebihan berat badan kelas 2 (biasa disebut obesitas) - BMI 30-39,9 kg / m2
- Kelebihan berat badan tingkat 3 (biasa disebut obesitas parah atau tidak sehat) - BMI ≥40 kg / m2

Beberapa otoritas menganjurkan definisi obesitas berdasarkan persentase lemak tubuh, sebagai berikut:

- Pria: Persentase lemak tubuh lebih dari 25%, dengan batas 21-25%
- Wanita: Persentase lemak tubuh lebih dari 33%, dengan 31-33% berada di garis batas

Lihat Presentasi Klinis untuk lebih detil.

- Diagnosa
- Studi laboratorium
- Panel lipid puasa
- Studi fungsi hati
- Tes fungsi tiroid
- Glukosa puasa dan hemoglobin A1c (HbA1c)

Evaluasi derajat lemak tubuh

- Perhitungan BMI, lingkar pinggang, dan rasio pinggang / pinggul adalah ukuran umum dari
derajat lemak tubuh yang digunakan dalam praktik klinis rutin. Prosedur lain yang digunakan di
beberapa pusat klinis meliputi:
- Pengukuran ketebalan lipatan kulit yang diturunkan dari kaliper
- Absorptiometri radiografi energi ganda (DEXA)
- Analisis impedansi bioelektrik
- Ultrasonografi untuk menentukan ketebalan lemak
- Penimbangan bawah air

4. Patofisiologi Obesitas (+metabolisme lemak)

5. Komplikasi Obesitas (+Sindrom metabolik dan dislipidemia)

6. Faktor resiko Obesitas

7. Tatalaksana (Farmakologi dan Non-Farmako) dan Pencegahan Obesitas

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/bbe0fd49a97566da30eb53d7528813c2.pdf

Tatalaksana obesitas bersifat komprehensif mencakup penanganan obesitas dan dampak yang terjadi.
Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi
dan mencakup pengaturan diet, peningkatan aktivitas fisik, merubah pola hidup, dan keterlibatan
keluarga dalam proses terapi

Pengobatan obesitas dimulai dengan penatalaksanaan gaya hidup yang komprehensif yaitu :


Diet
Pengaturan diet Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan
Recommended Daily allowance (RDA). Kalori yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan
normal. Pengurangan kalori berkisar 200-500 kalori sehari dengan target penurunan berat
badan 0,5 kg per minggu. Penurunan berat badan ditargetkan sampai mencapai kira-kira 10% di
atas berat badan ideal atau cukup dipertahankan agar tidak bertambah, karena pertumbuhan
linier masih berlangsung
 Aktivitas fisik 
Cara yang dilakukan adalah melakukan latihan dan meningkatkan aktivitas harian. Peningkatan
aktivitas fisik dapat menurunkan nafsu makan dan meningkatkan laju metabolisme. Latihan
aerobik teratur yang dikombinasikan dengan pengurangan energi akan menghasilkan penurunan
berat badan yang lebih besar dibandingkan hanya dengan diet. Aktivitas sehari-hari
dioptimalkan seperti berjalan kaki dan bersepeda ke sekolah, mengurangi lama menonton
televisi dan bermain games komputer, atau bermain di luar rumah. Aktivitas fisik sedang
dianjurkan selama 20-30 menit
 Modifikasi perilaku
Prioritas utama dalam tatalaksana obesitas adalah perubahan perilaku dan perlu menghadirkan
peran orangtua sebagai komponen intervensi. Beberapa cara pengubahan perilaku misalnya
dengan pengawasan sendiri terhadap berat badan, masukan makanan, dan aktivitas fisik;
kontrol terhadap rangsangan/stimulus terhadap keinginan untuk makan, mengubah perilaku
makan, mekanisme penghargaan dan hukuman, pengendalian diri dalam mengatasi masalah
 Terapi intensif
Terapi intensif diterapkan pada obesitas anak dan remaja yang disertai penyakit penyerta dan
tidak memberikan respons terhadap terapi konvensional. Terapi intensif terdiri dari diet berkalori
sangat rendah (very low calorie diet), farmakoterapi, dan terapi bedah (Sjarif, 2011). Diet
berkalori sangat rendah Terapi ini diindikasikan bila berat badan >140% dari berat badan ideal
(superobesitas). Diet yang paling sering diterapkan adalah protein sparing modified fast (PSMF).
Diet ini membatasi asupan kalori hanya 600-800 kalori/hari. Selain itu dianjurkan juga ditambah
protein hewani 1,5- 2,5 g/kg berat badan ideal, suplementasi vitamin dan mineral serta minum
lebih dari 1,5 liter cairan per hari. Diet ini hanya boleh diterapkan selama 12 minggu di bawah
pengawasan dokter (Sjarif, 2011; Rekomendasi IDAI, 2014).

Tiga fase utama dari setiap program penurunan berat badan yang berhasil adalah sebagai berikut:

 Fase skrining pre-inklusi Fase


 penurunan berat badan Fase
 pemeliharaan - Ini dapat berlangsung selama sisa hidup pasien tetapi idealnya berlangsung
setidaknya selama 1 tahun setelah berat badan Program kerugian telah selesai

Pengobatan

3 kelompok utama obat yang digunakan untuk menangani obesitas adalah sebagai berikut:

 Obat yang bekerja secara terpusat yang mengganggu asupan makanan (sibutramin)
 Obat yang bekerja secara perifer untuk mengganggu penyerapan makanan (orlistat)
 Obat yang meningkatkan pengeluaran energy

- Sibutramin berfungsi menimbulkan rasa kenyang dan meningkatkan pengeluaran energi dengan
menghambat ambilan ulang (reuptake) noraderenalin dan serotonin. Penggunaan obat tersebut
pernah diijinkan oleh U.S. Food and Drug Administration pada remaja yang berusia ≥ 16
tahun.10,79 Sebagian besar studi, review, dan penelitian yang menggunakan sibutramin pada
remaja dan anak menunjukkan manfaat jangka pendek yang terbatas.80 Studi SCOUT
(Sibutramine Cardiovasular Outcomes) menunjukkan peningkatan kejadian efek simpang mayor
kardiovaskular sebesar 16% pada pasien yang diterapi sibutramin dibandingkan pasien yang
mendapat plasebo. Pemberian sibutramin juga tidak menghasilkan penurunan berat badan yang
bermakna dibandingkan plasebo. Berdasarkan penelitian ini, pada tahun 2010 FDA
merekomendasikan penghentian pemberian sibutramin dan menginstruksikan produsen agar
menarik sibutramin dari pasar
- Metformin merupakan obat yang digunakan pada diabetes melitus tipe-2 tetapi sering
disalahgunakan sebagai farmakoterapi untuk obesitas. Review sistematik mengenai penggunaan
metformin untuk obesitas pada anak dan remaja memperoleh hasil penggunaan metformin
jangka pendek memberikan efek penurunan IMT dan resistensi insulin pada anak dan remaja
obes dengan hiperinsulinemia81 , tetapi belum cukup bukti untuk menyatakan bahwa obat
tersebut dapat berperan dalam tata laksana overweight atau obesitas tanpa hyperinsulinemia
PENCEGAHAN

Pencegahan terjadinya gizi lebih dan obesitas terdiri dari 3 tahap, pencegahan primer dengan
menerapkan pola makan dan aktivitas fisis yang benar sejak bayi, pencegahan sekunder dengan
mendeteksi early adiposity rebound, dan pencegahan tersier dengan mencegah terjadinya komorbiditas

- Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan menggunakan dua strategi pendekatan yaitu strategi pendekatan
populasi untuk mempromosikan cara hidup sehat pada semua anak dan remaja beserta orang
tuanya, serta strategi pendekatan pada kelompok yang berisiko tinggi mengalami obesitas. Anak
yang berisiko mengalami obesitas adalah seorang anak yang salah satu atau kedua orangtuanya
menderita obesitas dan anak yang memiliki kelebihan berat badan semenjak masa kanak-kanak.
Usaha pencegahan dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan di Pusat Kesehatan
Masyarakat.
- Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan dengan mendeteksi early adiposity rebound. Anak mengalami
peningkatan IMT pada tahun pertama kehidupan. Indeks massa tubuh menurun setelah usia 9-12
bulan dan mencapai nilai terendah pada usia 5-6 tahun, dan selanjutnya meningkat kembali pada
masa remaja dan dewasa. Nilai IMT paling rendah adalah disebut sebagai adiposity rebound.
Waktu terjadinya adiposity rebound merupakan periode kritis untuk perkembangan obesitas
pada masa anak.
- Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dilakukan dengan mencegah komorbiditas yang dilakukan dengan menata
laksana obesitas pada anak dan remaja. Prinsip tata laksana obesitas pada anak berbeda dengan
orang dewasa karena faktor tumbuh kembang pada anak harus dipertimbangkan. Tata laksana
obesitas pada anak dan remaja dilakukan dengan pengaturan diet, peningkatan aktivitas fisis,
mengubah pola hidup (modifikasi perilaku), dan terutama melibatkan keluarga dalam proses
terapi.10,79 Sulitnya mengatasi obesitas menyebabkan kecenderungan untuk menggunakan
jalan pintas, yaitu diet rendah lemak dan kalori, diet golongan darah atau diet lainnya serta
berbagai macam obat. Penggunaan diet rendah kalori dan lemak dapat menghambat tumbuh
kembang anak terutama di masa emas pertumbuhan otak, sedangkan diet golongan darah
ataupun diet lainnya tidak terbukti bermanfaat untuk digunakan dalam tata laksana obesitas
pada anak dan remaja. Penggunaan obat dipertimbangkan pada anak dan remaja obes dengan
penyakit penyerta yang tidak memberikan respons pada terapi konvensional.

Anda mungkin juga menyukai