Anda di halaman 1dari 11

2.

FAKTOR RISIKO

2.2.1 Umur

Seiring dengan peningkatan umur, prevalensi sindrom metabolik semakin meningkat. Usia lanjut
dianjurkan untuk mengkonsumsi karbohidrat kurang dari 60% dari total energi sebab peningkatan
konsumsi karbohidrat akan meningkatkan resistensi insulin terutama dalam populasi usia lanjut.

2.2.1 Genetik

Besarnya pengaruh genetik bervariasi dari 5% – 70%. Pada beberapa orang faktor genetik merupakan
penentu utama. Kemungkinan seorang anak obesitas 40% bila salah seorang dari orangtuanya obesitas
dan sebesar 80% jika kedua orang tuanya obesitas serta 7% jika kedua orangtuanya tidak obesitas.

2.2.2 Jenis Kelamin

Pengaruh jenis kelamin terhadap prevalensi sindrom metabolik hampir sama antara pria dan wanita.
Namun prevalensi untuk pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Hal tersebut disebabkan pria
mempunyai lingkar pinggang yang lebih besar dibandingkan wanita yang merupakan salah satu tanda
adanya obesitas sentral.

2.2.3 Lingkar Pinggang

Seseorang yang mempunyai lingkar pingang yang besar mempunyai total lemak tubuh yang tinggi serta
pengukuran lingkar pinggang diakui sebagai pengukuran yang baik untuk mengetahui lemak perut.
Pengaruh lingkar pinggang terhadap sindrom metabolik berkaitan dengan keadaan obesitas sentral yang
meningkatkan risiko sindrom metabolik.28 Sehingga Pengukuran lingkar pinggang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi sindrom metabolik. Pada pria ukuran lingkar pinggang ≥90 cm dan wanita ≥80
cm berisiko terhadap sindrom metabolik.

2.2.4 Asupan Gizi

Konsumsi tinggi karbohidrat >60 % dari total kalori yang dikonsumsi meningkatkan risiko sindrom
metabolik. Konsumsi tinggi karbohidrat meningkatkan kadar trigliserida yang merupakan salah satu
kriteria sindrom metabolik. Hasil penelitian Esmaillzadeh (2006) di Tehran Iran diperoleh bahwa
konsumsi sayur yang tinggi dihubungkan dengan rendahnya risiko kejadian sindrom metabolik. Tidak
ada hubungan signifikan antara konsumsi buah dengan rendahnya kadar kolesterol HDL.30

2.2.5 Intensitas Aktivitas fisik

Pada wanita, penurunan aktifitas fisik meningkatkan risiko 2 kali lipat sindrom metabolik. Aktivitas fisik
merupakan faktor yang menentukan perkembangan sindrom metabolik sebab mempengaruhi obesitas
dan distribusi lemak serta proses inflamasi yang berhubungan dengan risiko penyakit kardiovascular
pada usia lanjut. Aktivitas fisik tingkat moderat dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan pada
pasien hipertensi esensial ringan hingga sedang. The Pawtucket Study menyebutkan bahwa terdapat
hubungan signifikan antara aktivitas fisik dan peningkatan kadar HDL. Selain itu aktivitas fisik juga
berperan pada peningkatan sensitivitas reseptor insulin sehingga mencegah resistensi insulin.

2.2.6 Merokok

Penelitian yang dilakukan oleh Lipid Research Program Prevalence Study menunjukkan bahwa mereka
yang merokok 20 batang atau lebih perhari mengalami penurunan HDL sekitar 11% untuk laki-laki dan
14 % untuk perempuan, dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok. Orang yang merokok 20
batang atau lebih perhari dapat meningkatkan efek dua faktor utama risiko yaitu hipertensi dan
hiperkolesterol.36 Risiko kejadian penyakit kardiovaskuler secara signifikan 3 kali lebih besar pada orang
yang merokok dibandingkan dengan orang yang tidak merokok, dan juga 3 kali lebih besar pada orang
yang merokok kretek. Aktivitas fisik dapat meningkatkan metabolic rate sehingga dapat membantu
mengontrol berat badan namun, perokok cenderung untuk kurang beraktivitas dibanding yang tidak
merokok

2.2.7 Sosial Ekonomi

Peningkatan pendapatan masyarakat pada kelompok sosial ekonomi tertentu, terutama di perkotaan
menyebabkan adanya perubahan pola makan dan pola aktivitas yang mendukung terjadinya
peningkatan jumlah populasi obesitas yang merupakan faktor risiko sindrom metabolik.39

2.2.8 Psikologis

Faktor psikologis dapat menimbulkan terjadinya obesitas karena adanya emosional yang tidak stabil. Hal
tersebut menyebabkan individu cenderung untuk melakukan pelarian diri (self mechanism defense).
Bentuk pelarian diri bisa berupa mengonsumsi makanan yang mengandung kalori dan kolesterol tinggi
dalam jumlah yang berlebihan
3. Script Patofisiologi SM

Resistensi insulin

Resistensi insulin yang dimediasi dalam sirkulasi Free Fatty acid (FFA) memegang peran penting dalam
patofisiologi sindrom metabolik. Free fatty acid menghambat aktivasi protein kinase di otot yang
menyebabkan penurunan uptake glukosa. Free fatty acid akan meningkatkan aktivasi protein kinase di
hati yang meningkatkan glukoneogenesis dan lipogenesis. Efeknya adalah keadaan hiperinsulinemia
sebagai kompensasi untuk mencapai kadar gula darah yang normal (euglikemia). Akhirnya, mekanisme
kompensasi gagal dan sekresi insulin menurun. Free fatty acid juga bersifta toksik terhadap sel beta
pankreas yang menyebabkan penurunan sekresi insulin.

Aktivasi Neurohormonal

- Obesitas meningkatkan kadar leptin yang lebih tinggi secara langsung berkorelasi dengan
peningkatan risiko kardiovaskular. Adiponektin adalah adipokin anti-inflamasi dan anti-
aterogenik dan efeknya melawan leptin. Adiponektin memiliki sifat anti-aterogenik dan
menurunkan reaktivitas vaskular dan proliferasi otot polos, serta meningkatkan stabilitas plak.
Peningkatan jaringan adiposa berhubungan dengan penurunan adiponektin dan peningkatan
leptin, sehingga pada akhirnya meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

- Aktivasi sistem renin-angiotensin (RAAS) juga penting dalam patofisiologi sindrom metabolic.
Angiotensin II (Ang II), yang terbentuk sebagai hasil aktivasi angiotensin converting enzyme serta
diproduksi oleh jaringan adiposa. Obesitas dan resistensi insulin dikaitkan dengan peningkatan
produksi Ang II. Angiotensin 2 akan mengaktivasi reseptor tipe 1, yang menyebabkan
pembentukan reactive oxygen species (ROS). Renin angiotensin system (RAAS) , (ROS) , LOX-1
(Low-density lipoprotein receptor 1) akan menyebabkan siklus inflamasi, kerusakan endotel,
serta proliferasi fibroblast yang menyebabkan hipertensi, dislipidemia, diabetes, hipertrofi
jantung, dan pada akhirnya penyakit kardiovaskular.

Inflamasi

Inflamasi merupakan proses akhir dari patofisiologi sindrom metabolik yang selanjutnya akan
menyebabkan manifestasi klinis yang ada. Inflamasi disebabkan oleh aktivasi berbagai jalur
proaterogenik ditambah dengan stres oksidatif sistemik yang disebabkan oleh obesitas dan resistensi
insulin. Keduanya akan mempermudah atherogenesis dan fibrosis jaringan.

- TNF-a menyebabkan fosforilasi dan inaktivasi reseptor insulin di jaringan adiposa serta di otot
polos. Peningkatan kadar TNF-α serum berhubungan dengan obesitas dan resistensi insulin,
keduanya merupakan komponen utama sindrom metabolic.

- Interleukin 6 and C-reactive protein adalah citokin yang dihasilakn oleh sel adiposa, immuneted
cell yang mempunyai mekanisme regulasi yang kompleks. Produksi IL-6 meningkat seiring
dengan peningkatan lemak tubuh dan resistensi insulin, Yang bekerja pada hati, sumsum tulang,
dan endotel
4.ALUR DIAGNOSIS

KELUARGA GEMUK

Seorang pria 40 tahun memeriksakan diri ke dokter dengan keluhan berat badan 90 kg, tinggi badan 165
cm dan perut yang buncit. Pada pemeriksaan tekanan darah didapatkan 150/90 mmHg. Keluarga pasien
rata-rata gemuk dan menderita Diabetes Mellitus tipe 2.

ANAMNESIS

1. Identitas pasien : Seorang pria berumur 40 tahun


2. Keluhan utama: Pada skenario Pasien datang untuk memeriksakan diri ke dokter dengan keluhan
berat badan 90 kg, tinggi badan 165 cm dan perut yang buncit.
3. Riwayat penyakit sekarang
 Adakah banyak makan, minum, dan banyak kencing?
 Adakah kesemutan, sakit maag, dan impotensi?
 Apakah ada keluhahan pada bagian mata seperti buram, katarak, retinopati, dan glaucoma?
 Adakah bengkak pada kaki, urin yang berkurang, dan lemas?
 Adakah nyeri dada kiri? Adanya luka yang sukar sembuh, jaringan parut pada kulit dan luka yang
baru?
 Aktivitas fisik dan kebiasaan sehari-hari
4. Riwayat penyakit dahulu
Dalam riwayat penyakit dahulu dapat ditanyakan
 Apakah pasien memiliki riwayat Diabetes Mellitus?
 Apakah ada riwayat sakit jantung dan hipertensi.
5. Riwayat Penyakit Keluarga:
Bisa ditanyakan
 apakah ada keluhan yang sama pada keluarga
 apakah ada keturunan pada keluarga seperti diabetes melitus
Didalam skenario dikatakan bahwa keluarga pasien rata-rata gemuk dan menderita diabetes
mellitus type 2.

6. Riwayat Pribadi Sosial


Dapat ditanyakan tentang pola makan pasien (misalkan intake makanan dan cairan, minum
minuman bersoda), sanitasi pasien, tempat tinggal serta lingkungan tempat tinggal pasien. Juga
ditanyakan mengenai aktivitas sehari-hari pasien tersebut, apakah dia rutin melakukan olahraga
atau senam untuk diabetesnya.

PEMERIKSAAN FISIK
Untuk menegakan diagnosis setelah Anamnesis diperlukan untuk melakukan pemeriksaan fisik, antara
lain:

1. Pemeriksaan Tanda Vital


 Pemeriksaan tekanan darah:
 Didapatkan pemeriksaan tekanan darahnya adalah 150/90 mmHg, yaitu menunjukkan
peningkatan tekanan darah (hipertensi class I)
 Pemeriksaan nadi:
 disertai frekuensi denyut jantung (pulsus defisit)
 Perhatikan  perhatikan tekanan tekanan nadi pada pasien.
Adakah pasien mengalami mengalami takikardi atau tidak.
 Pemeriksaan suhu tubuh:
 Pemeriksaan kadar nafas:
Perhatikan :
 Frekuensi/ laju pernapasan
 Tipe/ pola
 Kedalaman
 Irama/ keteraturan
2. Pemeriksaan Tinggi badan
Merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal dan relative kurang
sensitif pada masalah kekurangan gizi. Alat yang dapat digunakan adalah Microtoise Staturmeter. 
Setelah memperoleh TB dan BB  pasien,  pasien, langsung langsung dapat dihitung dihitung Body
Mass Index(BMI) Index(BMI) dengan rumus kg/m 2 untuk mempermudah diagnosis. BMI pasien
adalah untuk mempermudah diagnosis. BMI pasien adalah 90kg/(1.65m)2  = 33.81
3. Pemeriksaan berat badan
Merupakan parameter yang paling baik, dan mudah terlihat perubahan dalam waktu yang singkat
karena perubahan konsumsi makanan dan kesihatan. Ianya  juga dapat memberikan memberikan
gambaran gambaran status sekarang sekarang dan jika dilakukan dilakukan periodik periodik dapat
memberikan gambaran pertumbuhan. Berat badan pasien adalah 88kg.
4. Pemeriksaan lingkar pinggang – panggul
Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan metabolisme, termasuk
terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam lemak bebas, dibanding dengan banyaknya lemak
bawah kulit pada kaki dan tangan, oleh itu pengukuran ini umum dilakukan untuk membantu
diagnosis suatu penyakit.

5. Pemeriksaan IMT
IMT = BB (kg) : [TB (m) x TB (m)]
Keterangan :
BB = Berat badan
TB = Tinggi badan

Nilai sindrom metabolik berdasarkan AACE adalah nilai IMT ≥ 25 Kg/m2

6. Pemeriksaan rasio pinggang dan panggul


Tujuannya adalah untuk menentukan distribusi lemak tubuh central di daerah abdomen
Rasio LPe-Lpa = lingkar pinggang / lingkar panggul

Keterangan:
LPe = Lingkar perut atau pinggang
LPa = Lingkar panggul. 

Nilai normal LPe dan LPa yang terdapat pada tabel 4


PEMERIKSAAN PENUNJANG
 LABORATORIUM
Merupakan sekelompok pemeriksaan laboratorium yang disarankan untuk mengetahui
disarankan untuk mengetahui adanya sindrom metabolik beserta komplikasinya.
1. Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Trigliserida, HDL Kolesterol, Glukosa Puasa
Manfaat : Mendeteksi adanya sindrom metabolik berdasarkan kriteria IDF.
- Nilai normal kolesterol HDL adalah >40 mg/dl.
Jika kadar kolesterol HDL ini rendah, maka akan mengakibatkan penumpukan kolesterol
di pembuluh darah. Sedangkan kolesterol LDL mempunya kerja yang berlawanan
dengan HDL, dan dapat menyebabkan terjadinya  penimbunan plak  penimbunan plak di
pembuluh darah.
- Nilai normal untuk kolesterol total adalah <200 mg/dl.
- Nilai normal trigliserida adalah <200 mg/dl.
2. Apo B dan LDL Kolesterol Direk 
Manfaat : Melihat adanya small dense LDL. Small dense LDL merupakan faktor risiko penting
untuk Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan lebih aterogenik bila dibandingkan dengan LDL
biasa. Dengan menentukan konsentrasi apo B plasma, kita dapat menentukan jumlah
partikel small dense LDL, di mana dengan menggunakan rasio kolesterol LDL/ApoB
(konsentrasi kolesterol LDL diukur dengan metode direk) dapat ditentukan adanya small
dense LDL. Pada rasio kolesterol LDL direk/ApoB < 1,2, terdapat small dense LDL dalam
sirkulasi sirkulasi tubuh.
3. Adiponektin
Manfaat : Melihat apakah terjadi penurunan konsentrasi adiponektin
(hipoadiponektinemia), di mana peningkatan jaringan adiposa viseral akan mengakibatkan
penurunan konsentrasi adiponektin dan peningkatan sitokin  proinflamasi yang berperan
penting dalam efek kardiovaskular sindrom metabolik .
4. Glukosa Puasa, Glukosa 2 jam post prandial dan HbA1c
Manfaat : Mendiagnosis dan memantau pengendalian hiperglikemia (glukosa darah puasa
terganggu, toleransi glukosa terganggu dan T2DM).
Pemeriksaan glukosa bisa dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan darah, urin.
Salah satunya adalah pemeriksaan gula darah puasa, yaitu pemeriksaan yang diambil
setelah  pasien  pasien berpuasa berpuasa selama 8-10 jam. Nilai normalnya normalnya
adalah 70-110mg/dl. Atau bisa juga dengan gula darah 2 jam post prandial dan gula darah
sewaktu
5. CRP
Manfaat : Menilai kondisi inflamasi kronis pada individu sindrom metabolik. Studi cross
sectional   yang dilakukan oleh Santos menunjukkan bahwa sindrom metabolik merupakan
suatu kondisi yang dikaitkan dengan peningkatan konsentrasi CRP dan evaluasi prospektif
menunjukkan bahwa konsentrasi CRP yang tinggi akan memprediksi perkembangan sindrom
metabolik.
6. NT-proBNP
Manfaat : Melihat risiko gagal jantung pada individu obes. Peningkatan indeks massa tubuh
merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi, T2DM dan dislipidemia, sehingga
meningkatkan risiko infark miokardial yang mendahului terjadinya gagal jantung. Selain itu,
hipertensi dan T2DM secara independen akan meningkatkan risiko gagal jantung.
7. Albumin Urin Kuantitatif (Sewaktu)
Manfaat : Membantu menentukan pengobatan yang dapat mencegah atau memperlambat
onset penyakit ginjal kronik (PGK) dan penyakit kardiovaskular (PKV). Albumin Urin
Kuantitatif merupakan penanda prognosis untuk risiko PKV pada individu dengan diabetes
maupun tanpa diabetes, sebagai penanda risiko mortalitas pada individu infark miokardial,
dan merupakan prediktor PKV  pada individu dengan hipertensi tidak terkontrol.
8. SGPT dan Collagen Type IV
Manfaat : Melihat risiko NASH pada individu dengan sindrom metabolik. NASH merupakan
bagian dari spektrum luas nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) dan ditandai dengan
hepatomegali, peningkatan serum aminotransferase dan gambaran histologi yang
menyerupai hepatitis alkoholik tanpa adanya  penggunaan  penggunaan alkohol alkohol
berlebihan. berlebihan. Terjadinya fatty liver  (yang dideteksi dideteksi melalui melalui
ultrasonografi) yang disertai dengan adanya inflamasi (ditandai dengan  peningkatan
peningkatan hsCRP dan hipoadiponektinemia), hipoadiponektinemia), proses fibrosis
(ditandai dengan  peningkatan collagen type IV ) serta adanya kematian sel (ditandai dengan
peningkatan enzim SGPT) merupakan kondisi yang terjadi pada NASH.

 RADIOLOGI
1. Chest X-ray: untuk mendeteksi adanya kelainan jantung atau paru-paru.
GEJALA KLINIS
Sindrom Metabolik merupakan kumpulan dari gejala dan tanda - tanda risiko untuk terjadinya
penyakit kardiovaskular yang ditemukan pada seorang individu.
Keadaan metabolik sindrom akan memperlihatkan gejala:
1. Resistensi insulin dan meningginya kadar insulin
2. Kegemukan di perut atau obesitas sentral,
3. Meningkatnya kadar trigliserida di atas 150 mg/dL,
4. Turunnya kadar kolesterol HDL (high density lipoprotein) di bawah 40 mg/dL pada laki-laki dan
di  bawah 50 mg/dL pada perempuan,
5. Meningkatnya meningkatnya tekanan tekanan darah di atas 130 mm Hg sistolik dan di atas 85
mm/Hg diastolik, serta
6. Meningkatnya glukosa plasma di atas 100 mg/dL atau telah didiagnosis terkena kencing manis
tipe II.

6. PENCEGAHAN

• jadi untuk mencegah terjadinya sindrom metabolik ini, kita bisa mulai membiasakan diri untuk
menerapkan pola hidup yang sehat, misalnya mulai menerapkan pola makan yang sehat, dimana
kita harus tau mana makanan yg bagus untuk dikonsumsi dan mana makanan yang harus
dihindari

• contoh makanan Makanan yang bagus untuk dikonsumsi:

• -misalnyaa sayuran, utamanya sayuran hijau seperti bayam, kubis, brokoli, dan juga wortel.

• - kemudian jg ada buah-Buahan, seperti pisang, apel, jeruk, pir, anggur, dll.

• - kemudian ada Gandum utuh, seperti oatmeal, beras merah, dan roti gandum.

• - kemudian ada susu dan produknya spt yoghurt, keju.

• - kemudian makan Makanan kaya protein : Ikan kaya omega 3 , salmon dan tuna, telur, kacang,
biji-bijian, dan produk-produk kedelai.

• - makanan yg mengandung lemak baik,. Minyak dan makanan dengan lemak mono-saturated
dan poly-saturated. Karena dapat menurunkan kadar kolesterol darah dan penyakit
kardiovaskular. Contoh : minyak zaitun, minyak kedelai,

• Makanan yang harus dihindari (dikurangi), yaitu seperti garam, lemak jenuh, gula tambahan dan
alkohol
• - Garam, dimana konsumsi garam normal untuk orang dewasa adalah < 2300 mg/hari. Pada
penderita hipertensi penurunan intake garam sebanyak 100 meg/hari dapat menurukan
tekanan darah sistolik sebesar 3.2 mmHg.

• - kemudian contoh lemak jenuh yg tharus dikurangi adalah daging merah spt daging kambing,
daging babi, kemudian jg makanan cepat saji

• - Gula tambahan, merupakan tambahan kalori dan tidak memberikan nutrisi esensial bagi tubuh,
Contoh gula tambahan yg perlu dikurangi misalnya Snack , pudding, ice cream, kue, donat, soda,
kopi, teh dan air berasa

• - Alkohol, tidak boleh dikonsumsi oleh penderita sindrom metabolik. Dampak dari alkohol
adalah kenaikan tekanan darah, menambah intake kalori yang mengakibatkan kenaikan berat
badan, memperburuk penyakit hati akibat perlemakan hati.

• 2. kemudian cara pencegahan yg kedua bisa dengan Mencapai berat badan yang sehat dan ideal

• - karena dimana yg kita ketahui Peningkatan berat badan sekitar 10% saja mampu menaikkan
tekanan darah sekitar 2 mmHg. Kemudian jg blm lagi Berat badan yang berlebihan dpt
meningkatkan resiko hipertensi, DM tipe 2, dll. Jika berat badan dikontrol pengurangan 3-5 %
dari berat badan bisa menurunkan kadar trigliseralida dan glukosa darah.

• 3. kemudian cara pencegahan yg selanjutnya adalah Mengendalikan stress

• Dimana yg kita ketahui Stress merupajan salah satu faktor resiko dari hipertensi. kemudian cara-
cara sescorang dalam menghadapi stress seperti meminum alkolhol, merokok dan juga makan
dalam jumlah banyak untuk menghilangkan stressnya, hal tersebut juga mempertinggi resiko
sindrom metabolik. Oleh karna itu kira harus bisa mengendalikan stres

• 4. kemudian cara pencegahan berikutnya ada meningkatkan Aktivitas Fisik atau berolahraga
dengan teratur dan meninggalkan gaya sedentary lifestyle,

PENANGANAN

• Langkah awal dalam menangani sindrom metabolic adalah dengan perubahan gaya hidup, yaitu
mengubah pola makan, memperbanyak aktivitas fisik, menghentikan konsumsi alcohol dan
berhenti merokok.

• Semua pasien yang didiagnosis Sindrom Metabolik harus dimotivasi untuk merubah kebiasaan
makan dan latihan fisiknya sebagai pendekatan terapi utama. Karena penurunan berat badan
dapat memperbaiki semua aspek Sindrom Metabolik, Namun kebanyakan pasien mengalami
kesulitan dalam mencapai penurunan berat badan

• 1. jd yg pertama ada aktivitas fisik/ latihan fisik


• Dimana yg kita ketahui Latihan fisik dan perubahan pola makan dapat menurunkan tekanan
darah dan memperbaiki kadar lipid, sehingga dapat memperbaiki resistensi insulin

• Manfaat paling besar diperoleh apabila pasien menjalani latihan fisik sedang secara teratur
dalam jangka panjang karena menurunkan kadar lipid dan resistensi insulin didalam otot
rangka. 

• Misalnya Jalan kaki dan jogging selama 1 jam perhari dapat menurunkan lemak viseral tanpa
mengurangi jumlah kalori yang dibutuhkan

• 2. selanjutnya diet

• Jadi Sasaran utama dari diet terhadap Sindrom Metabolik adalah menurunkan risiko penyakit
kardiovaskular dan diabetes melitus

• Diet yg dianjurkan ialah diet rendah lemak dan diet tinggi karbohidrat karena dapat menurunkan
resiko komplikasi penyakit kardiovaskular dan diabetes militus

• Kemudian juga diet rendah sodium dapat membantu mempertahankan penurunkan tekanan
darah

• 3. kemudian selanjutnya ada edukasi

• Jd dalam hal edukasi sindrom metabolik ini yg berperan ialah Dokter dan keluarga pasien,
karena dapat mengetahui dengan pasti tentang si gaya hidup pasien dan mereka jg tau apa aja
hambatan2 yang bisa dialami si pasien dalam usahanya merubah pola hidupnya

• Edukasi yg diberikan dapat berupa pengetahuan tentang hubungan gaya hidup dengan
kesehatan si pasien, juga tentang peranan diet dan latihan fisik yang teratur dalam menurunkan
risiko penyulit dari Sindrom Metabolik

• Selanjutnya Terapi famakologi

• Terapi farmakologis ini diberikan kepada pasien2 yang memiliki faktor risiko dan tidak dapat
ditatalaksana hanya dengan perubahan gaya hidup,

• - Metformin dan tiazolidinedione untuk menangani hiperglikemia,

• - Statin, fibrate, dan nicotinic acid untuk menangani dislipidemia,

• - ACE – inhibitor, Ca – Channel blocker, HCT untuk menangani hipertensi, dan

• - Orlistat atatu sibutramine untuk menangani obesitas.

Anda mungkin juga menyukai