FAKTOR RISIKO
2.2.1 Umur
Seiring dengan peningkatan umur, prevalensi sindrom metabolik semakin meningkat. Usia lanjut
dianjurkan untuk mengkonsumsi karbohidrat kurang dari 60% dari total energi sebab peningkatan
konsumsi karbohidrat akan meningkatkan resistensi insulin terutama dalam populasi usia lanjut.
2.2.1 Genetik
Besarnya pengaruh genetik bervariasi dari 5% – 70%. Pada beberapa orang faktor genetik merupakan
penentu utama. Kemungkinan seorang anak obesitas 40% bila salah seorang dari orangtuanya obesitas
dan sebesar 80% jika kedua orang tuanya obesitas serta 7% jika kedua orangtuanya tidak obesitas.
Pengaruh jenis kelamin terhadap prevalensi sindrom metabolik hampir sama antara pria dan wanita.
Namun prevalensi untuk pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Hal tersebut disebabkan pria
mempunyai lingkar pinggang yang lebih besar dibandingkan wanita yang merupakan salah satu tanda
adanya obesitas sentral.
Seseorang yang mempunyai lingkar pingang yang besar mempunyai total lemak tubuh yang tinggi serta
pengukuran lingkar pinggang diakui sebagai pengukuran yang baik untuk mengetahui lemak perut.
Pengaruh lingkar pinggang terhadap sindrom metabolik berkaitan dengan keadaan obesitas sentral yang
meningkatkan risiko sindrom metabolik.28 Sehingga Pengukuran lingkar pinggang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi sindrom metabolik. Pada pria ukuran lingkar pinggang ≥90 cm dan wanita ≥80
cm berisiko terhadap sindrom metabolik.
Konsumsi tinggi karbohidrat >60 % dari total kalori yang dikonsumsi meningkatkan risiko sindrom
metabolik. Konsumsi tinggi karbohidrat meningkatkan kadar trigliserida yang merupakan salah satu
kriteria sindrom metabolik. Hasil penelitian Esmaillzadeh (2006) di Tehran Iran diperoleh bahwa
konsumsi sayur yang tinggi dihubungkan dengan rendahnya risiko kejadian sindrom metabolik. Tidak
ada hubungan signifikan antara konsumsi buah dengan rendahnya kadar kolesterol HDL.30
Pada wanita, penurunan aktifitas fisik meningkatkan risiko 2 kali lipat sindrom metabolik. Aktivitas fisik
merupakan faktor yang menentukan perkembangan sindrom metabolik sebab mempengaruhi obesitas
dan distribusi lemak serta proses inflamasi yang berhubungan dengan risiko penyakit kardiovascular
pada usia lanjut. Aktivitas fisik tingkat moderat dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan pada
pasien hipertensi esensial ringan hingga sedang. The Pawtucket Study menyebutkan bahwa terdapat
hubungan signifikan antara aktivitas fisik dan peningkatan kadar HDL. Selain itu aktivitas fisik juga
berperan pada peningkatan sensitivitas reseptor insulin sehingga mencegah resistensi insulin.
2.2.6 Merokok
Penelitian yang dilakukan oleh Lipid Research Program Prevalence Study menunjukkan bahwa mereka
yang merokok 20 batang atau lebih perhari mengalami penurunan HDL sekitar 11% untuk laki-laki dan
14 % untuk perempuan, dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok. Orang yang merokok 20
batang atau lebih perhari dapat meningkatkan efek dua faktor utama risiko yaitu hipertensi dan
hiperkolesterol.36 Risiko kejadian penyakit kardiovaskuler secara signifikan 3 kali lebih besar pada orang
yang merokok dibandingkan dengan orang yang tidak merokok, dan juga 3 kali lebih besar pada orang
yang merokok kretek. Aktivitas fisik dapat meningkatkan metabolic rate sehingga dapat membantu
mengontrol berat badan namun, perokok cenderung untuk kurang beraktivitas dibanding yang tidak
merokok
Peningkatan pendapatan masyarakat pada kelompok sosial ekonomi tertentu, terutama di perkotaan
menyebabkan adanya perubahan pola makan dan pola aktivitas yang mendukung terjadinya
peningkatan jumlah populasi obesitas yang merupakan faktor risiko sindrom metabolik.39
2.2.8 Psikologis
Faktor psikologis dapat menimbulkan terjadinya obesitas karena adanya emosional yang tidak stabil. Hal
tersebut menyebabkan individu cenderung untuk melakukan pelarian diri (self mechanism defense).
Bentuk pelarian diri bisa berupa mengonsumsi makanan yang mengandung kalori dan kolesterol tinggi
dalam jumlah yang berlebihan
3. Script Patofisiologi SM
Resistensi insulin
Resistensi insulin yang dimediasi dalam sirkulasi Free Fatty acid (FFA) memegang peran penting dalam
patofisiologi sindrom metabolik. Free fatty acid menghambat aktivasi protein kinase di otot yang
menyebabkan penurunan uptake glukosa. Free fatty acid akan meningkatkan aktivasi protein kinase di
hati yang meningkatkan glukoneogenesis dan lipogenesis. Efeknya adalah keadaan hiperinsulinemia
sebagai kompensasi untuk mencapai kadar gula darah yang normal (euglikemia). Akhirnya, mekanisme
kompensasi gagal dan sekresi insulin menurun. Free fatty acid juga bersifta toksik terhadap sel beta
pankreas yang menyebabkan penurunan sekresi insulin.
Aktivasi Neurohormonal
- Obesitas meningkatkan kadar leptin yang lebih tinggi secara langsung berkorelasi dengan
peningkatan risiko kardiovaskular. Adiponektin adalah adipokin anti-inflamasi dan anti-
aterogenik dan efeknya melawan leptin. Adiponektin memiliki sifat anti-aterogenik dan
menurunkan reaktivitas vaskular dan proliferasi otot polos, serta meningkatkan stabilitas plak.
Peningkatan jaringan adiposa berhubungan dengan penurunan adiponektin dan peningkatan
leptin, sehingga pada akhirnya meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
- Aktivasi sistem renin-angiotensin (RAAS) juga penting dalam patofisiologi sindrom metabolic.
Angiotensin II (Ang II), yang terbentuk sebagai hasil aktivasi angiotensin converting enzyme serta
diproduksi oleh jaringan adiposa. Obesitas dan resistensi insulin dikaitkan dengan peningkatan
produksi Ang II. Angiotensin 2 akan mengaktivasi reseptor tipe 1, yang menyebabkan
pembentukan reactive oxygen species (ROS). Renin angiotensin system (RAAS) , (ROS) , LOX-1
(Low-density lipoprotein receptor 1) akan menyebabkan siklus inflamasi, kerusakan endotel,
serta proliferasi fibroblast yang menyebabkan hipertensi, dislipidemia, diabetes, hipertrofi
jantung, dan pada akhirnya penyakit kardiovaskular.
Inflamasi
Inflamasi merupakan proses akhir dari patofisiologi sindrom metabolik yang selanjutnya akan
menyebabkan manifestasi klinis yang ada. Inflamasi disebabkan oleh aktivasi berbagai jalur
proaterogenik ditambah dengan stres oksidatif sistemik yang disebabkan oleh obesitas dan resistensi
insulin. Keduanya akan mempermudah atherogenesis dan fibrosis jaringan.
- TNF-a menyebabkan fosforilasi dan inaktivasi reseptor insulin di jaringan adiposa serta di otot
polos. Peningkatan kadar TNF-α serum berhubungan dengan obesitas dan resistensi insulin,
keduanya merupakan komponen utama sindrom metabolic.
- Interleukin 6 and C-reactive protein adalah citokin yang dihasilakn oleh sel adiposa, immuneted
cell yang mempunyai mekanisme regulasi yang kompleks. Produksi IL-6 meningkat seiring
dengan peningkatan lemak tubuh dan resistensi insulin, Yang bekerja pada hati, sumsum tulang,
dan endotel
4.ALUR DIAGNOSIS
KELUARGA GEMUK
Seorang pria 40 tahun memeriksakan diri ke dokter dengan keluhan berat badan 90 kg, tinggi badan 165
cm dan perut yang buncit. Pada pemeriksaan tekanan darah didapatkan 150/90 mmHg. Keluarga pasien
rata-rata gemuk dan menderita Diabetes Mellitus tipe 2.
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
Untuk menegakan diagnosis setelah Anamnesis diperlukan untuk melakukan pemeriksaan fisik, antara
lain:
5. Pemeriksaan IMT
IMT = BB (kg) : [TB (m) x TB (m)]
Keterangan :
BB = Berat badan
TB = Tinggi badan
Keterangan:
LPe = Lingkar perut atau pinggang
LPa = Lingkar panggul.
RADIOLOGI
1. Chest X-ray: untuk mendeteksi adanya kelainan jantung atau paru-paru.
GEJALA KLINIS
Sindrom Metabolik merupakan kumpulan dari gejala dan tanda - tanda risiko untuk terjadinya
penyakit kardiovaskular yang ditemukan pada seorang individu.
Keadaan metabolik sindrom akan memperlihatkan gejala:
1. Resistensi insulin dan meningginya kadar insulin
2. Kegemukan di perut atau obesitas sentral,
3. Meningkatnya kadar trigliserida di atas 150 mg/dL,
4. Turunnya kadar kolesterol HDL (high density lipoprotein) di bawah 40 mg/dL pada laki-laki dan
di bawah 50 mg/dL pada perempuan,
5. Meningkatnya meningkatnya tekanan tekanan darah di atas 130 mm Hg sistolik dan di atas 85
mm/Hg diastolik, serta
6. Meningkatnya glukosa plasma di atas 100 mg/dL atau telah didiagnosis terkena kencing manis
tipe II.
6. PENCEGAHAN
• jadi untuk mencegah terjadinya sindrom metabolik ini, kita bisa mulai membiasakan diri untuk
menerapkan pola hidup yang sehat, misalnya mulai menerapkan pola makan yang sehat, dimana
kita harus tau mana makanan yg bagus untuk dikonsumsi dan mana makanan yang harus
dihindari
• -misalnyaa sayuran, utamanya sayuran hijau seperti bayam, kubis, brokoli, dan juga wortel.
• - kemudian jg ada buah-Buahan, seperti pisang, apel, jeruk, pir, anggur, dll.
• - kemudian ada Gandum utuh, seperti oatmeal, beras merah, dan roti gandum.
• - kemudian makan Makanan kaya protein : Ikan kaya omega 3 , salmon dan tuna, telur, kacang,
biji-bijian, dan produk-produk kedelai.
• - makanan yg mengandung lemak baik,. Minyak dan makanan dengan lemak mono-saturated
dan poly-saturated. Karena dapat menurunkan kadar kolesterol darah dan penyakit
kardiovaskular. Contoh : minyak zaitun, minyak kedelai,
• Makanan yang harus dihindari (dikurangi), yaitu seperti garam, lemak jenuh, gula tambahan dan
alkohol
• - Garam, dimana konsumsi garam normal untuk orang dewasa adalah < 2300 mg/hari. Pada
penderita hipertensi penurunan intake garam sebanyak 100 meg/hari dapat menurukan
tekanan darah sistolik sebesar 3.2 mmHg.
• - kemudian contoh lemak jenuh yg tharus dikurangi adalah daging merah spt daging kambing,
daging babi, kemudian jg makanan cepat saji
• - Gula tambahan, merupakan tambahan kalori dan tidak memberikan nutrisi esensial bagi tubuh,
Contoh gula tambahan yg perlu dikurangi misalnya Snack , pudding, ice cream, kue, donat, soda,
kopi, teh dan air berasa
• - Alkohol, tidak boleh dikonsumsi oleh penderita sindrom metabolik. Dampak dari alkohol
adalah kenaikan tekanan darah, menambah intake kalori yang mengakibatkan kenaikan berat
badan, memperburuk penyakit hati akibat perlemakan hati.
• 2. kemudian cara pencegahan yg kedua bisa dengan Mencapai berat badan yang sehat dan ideal
• - karena dimana yg kita ketahui Peningkatan berat badan sekitar 10% saja mampu menaikkan
tekanan darah sekitar 2 mmHg. Kemudian jg blm lagi Berat badan yang berlebihan dpt
meningkatkan resiko hipertensi, DM tipe 2, dll. Jika berat badan dikontrol pengurangan 3-5 %
dari berat badan bisa menurunkan kadar trigliseralida dan glukosa darah.
• Dimana yg kita ketahui Stress merupajan salah satu faktor resiko dari hipertensi. kemudian cara-
cara sescorang dalam menghadapi stress seperti meminum alkolhol, merokok dan juga makan
dalam jumlah banyak untuk menghilangkan stressnya, hal tersebut juga mempertinggi resiko
sindrom metabolik. Oleh karna itu kira harus bisa mengendalikan stres
• 4. kemudian cara pencegahan berikutnya ada meningkatkan Aktivitas Fisik atau berolahraga
dengan teratur dan meninggalkan gaya sedentary lifestyle,
PENANGANAN
• Langkah awal dalam menangani sindrom metabolic adalah dengan perubahan gaya hidup, yaitu
mengubah pola makan, memperbanyak aktivitas fisik, menghentikan konsumsi alcohol dan
berhenti merokok.
• Semua pasien yang didiagnosis Sindrom Metabolik harus dimotivasi untuk merubah kebiasaan
makan dan latihan fisiknya sebagai pendekatan terapi utama. Karena penurunan berat badan
dapat memperbaiki semua aspek Sindrom Metabolik, Namun kebanyakan pasien mengalami
kesulitan dalam mencapai penurunan berat badan
• Manfaat paling besar diperoleh apabila pasien menjalani latihan fisik sedang secara teratur
dalam jangka panjang karena menurunkan kadar lipid dan resistensi insulin didalam otot
rangka.
• Misalnya Jalan kaki dan jogging selama 1 jam perhari dapat menurunkan lemak viseral tanpa
mengurangi jumlah kalori yang dibutuhkan
• 2. selanjutnya diet
• Jadi Sasaran utama dari diet terhadap Sindrom Metabolik adalah menurunkan risiko penyakit
kardiovaskular dan diabetes melitus
• Diet yg dianjurkan ialah diet rendah lemak dan diet tinggi karbohidrat karena dapat menurunkan
resiko komplikasi penyakit kardiovaskular dan diabetes militus
• Kemudian juga diet rendah sodium dapat membantu mempertahankan penurunkan tekanan
darah
• Jd dalam hal edukasi sindrom metabolik ini yg berperan ialah Dokter dan keluarga pasien,
karena dapat mengetahui dengan pasti tentang si gaya hidup pasien dan mereka jg tau apa aja
hambatan2 yang bisa dialami si pasien dalam usahanya merubah pola hidupnya
• Edukasi yg diberikan dapat berupa pengetahuan tentang hubungan gaya hidup dengan
kesehatan si pasien, juga tentang peranan diet dan latihan fisik yang teratur dalam menurunkan
risiko penyulit dari Sindrom Metabolik
• Terapi farmakologis ini diberikan kepada pasien2 yang memiliki faktor risiko dan tidak dapat
ditatalaksana hanya dengan perubahan gaya hidup,