Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

FAKTOR RESIKO TERJADINYA OBESITAS

Disusun dalam rangka mata kuliah Metabolic Syndrom

Oleh :

KELOMPOK 10 Program SAP GIZI 2019

Rina Apriliya Mumpuni ( 195070309111001 )


Alvionita Rambu Katarina ( 195070309111002 )
Angga Galih Luhur Wicaksono (195070309111003 )
Rina Eva Febriana (195070309111004 )

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obesitas atau kegemukan adalah kelebihan berat badan karena adanya
penimbunan lemak yang berlebihan. Obesitas merupakan suatu keadaan kekurangan
gizi atau kekurangan makanan yang sehat. Keadaan ini merupakan masalah yang
umum bagi sebagian besar masyarakat sosial menengah ke atas, yang mengalami
perubahan gaya hidup khususnya pola makan yang kurang sehat.
Dari hasil pengamatan, ada beberapa penyebab lainnya yang mengakibatkan
obesitas, seperti akibat samping dari beberapa macam obat anti depresi dan
kontrasepsi, Orang yang mengurangi rokok juga dapat mengalami peningkatan berat
badan. Obesitas merupakan masalah yang serius dalam kesehatan karena banyak
penyakit serius yang muncul diawali dari kelebihan berat badan.
Kegemukan bisa berakibat timbulnya beberapa penyakit seperti gangguan
pernafasan, gangguan kardiovaskular yang antara lain berupa hipertensi yang bisa
menyebabkan stroke, penyakit kantung empedu, diabetes tipe II, gangguan hormonal,
radang tulang dan sendi, asam urat dll. Kegemukan seringkali dihubungkan dengan
pola makan dan kurangnya aktivitas fisik. Pernyataan tersebut mungkin benar, namun
ada penjelasan lain yang menyangkut kasus kegemukan atau obesitas, yaitu ada gen
yang bertanggung jawab atas kegemukan tersebut. Orang-orang yang tidak aktif
memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan
kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami
obesitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor yang menyebabkan obesitas ?
2. Apakah ada hubungan antara perilaku makan dengan terjadinya obesitas?

C. Tujuan
1. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan obesitas
2. Mengetahui adanya hubungan antara perilaku makan dengan terjadinya
obesitas?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Obesitas
Obesitas adalah suatu keadaan yang melebihi dari berat badan relatif
seseorang, sebagai akibat penumpukan zat gizi terutama karbohidrat, lemak dan
protein. Kondisi ini disebabkan oleh ketidak seimbangan antara konsumsi kalori
dan kebutuhan energi, dimana konsumsi terlalu banyak dibandingkan dengan
kebutuhan atau pemakaian energi (Krisno, 2002).
Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak
pada jaringan adiposa. Obesitas tidak hanya berupa kondisi dengan jumlah
simpanan kelebihan lemak, namun juga distribusi lemak di seluruh tubuh.
Distribusi lemak dapat meningkatkan risiko yang berhubungan dengan berbagai
macam penyakit degeneratif (WHO 2000).
Obesitas adalah suatu keadaan ketidakseimbangan antara energi yang
masuk dengan energi yang keluar dalam jangka waktu yang lama. Banyaknya
konsumsi energi dari makanan yang dicerna melebihi energi yang digunakan untuk
metabolisme dan aktivitas sehari-hari. Kelebihan energi ini akan disimpan dalam
bentuk lemak dan jaringan lemak sehingga dapat berakibat pertambahan berat
badan.
Obesitas yang muncul pada remaja cenderung berlanjut hingga dewasa
sampai 50-70%. Ukuran untuk menentukan seseorang obesitas umumnya dipakai
indeks berdasarkan berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter
kwadrat, disebut dengan indeks massa tubuh (IMT) atau body mass index (BMI)
(WHO,2006).

B. Pengukuran dan Klasifikasi Obesitas


Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan indeks pengukuran sederhana untuk
kekurangan berat (underweight), kelebihan berat (overweight), dan
kegemukan/obesitas dengan membandingkan berat badan dengan tinggi badan
kuadrat. Cut off point dalam pengklasifikasian obesitas adalah IMT _ 30.00.
Berdasarkan IMT, obesitas dibagi menjadi tiga kategori, yakni: obesitas tingkat I
dengan IMT 30.00-34.99; obesitas tingkat II dengan IMT 35.00-39.99; dan obesitas
tingkat III dengan IMT _ 40.00. Cut off point obesitas di Asia Pasifik memiliki kriteria
lebih rendah daripada kriteria WHO pada umumnya. Cut off point obesitas pada
penduduk Asia Pasifik adalah IMT ≥ 25.00. Berdasarkan cut off point obesitas pada

2
penduduk Asia Pasifik, obesitas dibagi menjadi dua kategori, yaitu: obesitas tingkat
I dengan IMT 25.00-29.99 dan obesitas tingkat II dengan IMT ≥ 30.00.
Berdasarkan distribusi lemak, obesitas dibedakan menjadi dua jenis, yakni
obesitas sentral dan obesitas umum (WHO 2000). Mengukur lemak tubuh secara
langsung sangat sulit dan sebagai pengukur pengganti dipakai body mass index
(BMI) atau indeks massa tubuh (IMT) untuk menentukan berat badan lebih dan
obesitas pada remmaja dan dewasa. IMT merupakan indikator yang paling sering
digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obes
pada orang dewasa.

C. Penyebab Terjadinya Obesitas


Obesitas terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk
dengan energy yang keluar dan merupakan akumulasi simpanan energy yang berubah
menjadi lemak (Pritasari, 2006). Dengan meningkatnya usia kecepatan metabolism
juga mulai menurun mulai usia 30 tahun, bila aktivitas fisik juga berkurang maka
timbunan lemak menjadi kegemukan. Penyebab lain obesitas menurut Syarif (2002)
adalah multifaktorial, genetik dan lingkungan yang berinteraksi terus menerus:
a. Faktor Genetik
Parental fatness merupakan factor genetic yang berperanan besar. Bila
kedua orangtua obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas; bila salah satu
orang tua obesitas, kejadian obesitas menjadi 40% dan bila kedua
orangtua tidak obesitas, kejadian obesitas 14%.
b. Faktor Lingkungan
1. Faktor Nutrisi
Peranan nutrisi dimulai sejak dalam kandungan yaitu jumlah lemak
tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi oleh berat badan ibu.
Sedangkan kenaikan berat badan dan lemak anak dipengaruhi oleh:
waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari
karbohidrat dan lemak serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang
mengandung energy tinggi seperti makanan siap saji dan camilan.
2. Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik penderita obesitas saat ini cenderung menurun karena
lebih banyak bermain di dalam rumah dibandingkan di luar rumah.
3. Sosial Ekonomi
Perubahan pengetahuan, sikap, pperilaku dan gaya hidup serta
peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah
makanan yang dikonsumsi.

3
D. Hubungan perilaku makanan dengan Obesitas
Obesitas terjadi karena pola makan yang kurang baik. Meningkatnya
ketersediaan makanan berdampak semakin murahnya harga makanan di
pasaran sehingga kecenderungan seseorang untuk makan akan
meningkat. Masyarakat bisa memilih makanannya sendiri sehingga lebih
mudah mengalami kelebihan asupan makanan dan kelebihan berat badan
pun susah untuk di hindari. (Freitag, 2010)
Menurut Hendro,(2014) menyatakan Dari 40 responden anak obesitas
(kasus) dan anak Normal (Kontrol) Konsumsi makanan >AKG/hari paling
banyak di konsumsi anak obesitas. Sedangkan konsumsi <AKG/hari paling
banyak dikonsumsi anak Normal (kontrol) dan Hasil Uji chi-Square (X²)
pada tingkat kemaknaan 95% menunjukan nilai p=0,007. Jika
dibandingkan dengan nilai signifikan α=0,05 Nilai p ini lebih kecil sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pola makan
dengan kejadian Obesitas.

4
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas adalah : Faktor
Genetik dan Faktor Lingkungan yang didalamnya terdapat Faktor
Nutrisi,Aktifitas Fisik dan Sosial Ekonomi
2. Adanya hubungan antara perilaku makan dengan terjadinya obesitas.

B. Saran
Perilaku makan yang menjadi penyebab obesitas hendaknya menjadi perhatian
bagi penderita obesitas. Penderita obesitas sebaiknya lebih membatasi dan
mengawasi kebiasaan makan yang berlebihan, tinggi kalori namun rendah serat
agar dapat mengkonsumsi makanan tersebut tidak berlebihan.Selain itu juga perlu
membiasakan hidup sehat yaitu mengajak anak untuk lebih banyak beraktivitas
atau berolah raga.

5
DAFTAR PUSTAKA

Devison, Reinhard John. 2009. “Pengukuran Tinggi Badan Berdasarkan


Panjang Lengan Bawah”. Tesis Program Pendidikan Dokter Spesialis,
Universitas Sumatera Utara.s

Triya Ulva Kusuma dan Ali Rosidi 2018, “Reliabititas Kaliper Tinggi Lutut dalam
Penentuan Tinggi Badan”. (JheS, Vol 2 No 1, Maret 2018, Hal 96-102.

Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012 Asuhan Gizi; Nutritional Care Process.


Yogyakarta; Graha Ilmu.
I Dewa Nyoman Supariasa, dkk. 2002. “Penilaian Status Gizi”. EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai