Anda di halaman 1dari 25

Nutrasetikal Untuk Obesitas

Disusun Oleh :

Sulistiyawati 135011020

Lina Ramadhani A. A 135011026

UNIVERSITAS WAHID HASYIM

SEMARANG

2016
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................1


1.2 Tujuan Umum.................................................................................2
1.3 Tujuan Khusus................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
BAB III KESIMPULAN...................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obesitas merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah global yang
melanda masyarakat dunia, baik di negara maju dan negara berkembang
(Gustafsson, 2005). Obesitas adalah penumpukan massa jaringan lemak tubuh
yang berlebihan ataupun abnormal yang terjadi akibat asupan energi lebih besar
dibandingkan keluaran energi dan dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2011).
Obesitas merupakan gangguan metabolic komplek yang disebabkan oleh
beberapa factor seperti faktor genetik. Obesitas cenderung diturunkan,
sehingga diduga memiliki penyebab genetic. Tetapi juga makanan dan
kebiasaan gaya hidup bisa mendorong terjadinya obesitas. Sehingga sulit untuk
memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetic sebagai penyebab
obesitas (Brakenhiem et al, 2004).
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab
utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas. Orang-orang yang tidak
aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung
mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang
seimbang, akan mengalami obesitas (Claudio et al,2001).
Kontrol asupan makanan merupakan salah satu pilar utama dalam
manajemen pasien overweight dan obese. pentingnya peran kontrol makanan
harus disadari oleh setiap individu yang mengalami kegemukan. Perubahan dan
modifikasi perilaku jangka panjang dalam hal memilih makanan dan kebiasaan
makan lebih dibutuhkan dibandingkan dengan pembatasan makanan tertentu.
Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah mengukur lemak tubuh
dengan cara menghitung BMI. Berdasarkan klasifikasi BMI dan factor resiko,
BMI dengan 27 – 30 mempunyai faktor resiko menengah, BMI 30 -35
tergolong resiko tinggi dan BMI 35 – 40 mempunyai factor resiko yang sangat
tinggi. Pada BMI ≥ 40 mempunyai resiko yang paling tinggi timbulnya
penyakit-penyakit seperti diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi (hipertensi),

1
stroke (infark miokardium), kanker, gout dan artritis gout, osteoartritis, tidur
apneu, sindroma Pickwickian (Moayyedi, 2008)
Obesitas merupakan keadaan yang perlu ditangani dengan profesional.
Manajemen pengobatan obesitas sebaiknya terkait nutrisi dan bertujuan untuk
mempromosikan diet yang lebih sehat melalui asupan energi moderat dan
aktivitas yang makin tinggi.

1.2 Tujuan Umum


Memberikan penjelasan tentang pengendalian dan pengobatan obesitas
antara lain pengendalian diet, pengendalian aktifitas fisik, dan pengobatan
obesitas secara nutrasetikal

1.3 Tujuan Khusus


a) Mengetahui definisi obesitas dan patofisiologi-nya
b) Mengetahui dampak dari obesitas
c) dan, mengetahui terapi gizi medis pada obesitas beserta penatalaksanaan
nutrisi untuk obesitas

2
BAB II

PEMBAHASAN

I. Obesitas
Obesitas adalah keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan
lemak yang berlebih daripada yang dibutuhkan oleh tubuh. kelebihan
lemak dalam tubuh umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah
kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan kedalam jaringan
organya.
Obesitas merupakan keadaan yang menunjukan ketidakseimbangan
antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga
terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal. terjadinya
obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya
aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya. perhatian lebih besar
mengenai kedua hal ini terutama diperlukan bagi mereka yang kebetulan
berasal dari keluarga obesitas, berjenis kelamin wanita, pekerjaan banyak
duduk, tidak senang melakukan olahraga serta emosionalnya labil.
Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan status gizi
berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh (IMT)
merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh dan
dinyatakan sebagau berat badan dalam kilogram yang dibagi dengan
kwadrat tinggi badan dalam ukuran meter

Rumus menentukan IMT Dimana :


BB
IMT = BB : Berat Badan
TB2
TB : Tinggi Badan

3
II. Patofisiologi
Energi yang masuk tidak sesuai dengan energi yang keluar (dipengaruhi
oleh sedentary life, yaitu gaya hidup dengan aktivitas fisik yang sedikit tetapi
asupan makanan cukup banyak) sehingga menyebabkan penumpukan lemak
di sel lemak. konsumsi energi yang berlebihan, pengeluaran energi yang
kurang, ataupun keduanya, mencetuskan akumulasi lemak dalam sel lemak
sehingga terjadi hipertropi sel lemak/ adiposity. terjadi rangsangan
diferensiasi preadiposit menjadi adiposity dan terjadi hyperplasia jaringan
lemak, sehingga timbul obesitas. terjadinya obesitas melibatkan beberapa
faktor
1. Faktor genetik
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki
penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi
gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa
mendorong tejadinya obesitas.
Penelitian terbaru menunjukan bahwa rata-rata faktor
genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan
seseorang

2. Faktor lingkungan
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus
obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan
yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/ pola gaya
hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang
makan serta bagaimana aktivitasnya)
seseorang tentu tidak dapat mengubah pola genetiknya,
tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya

4
3. Faktor psikis
Apa yang ada di pikiran seseorang bisa mempengaruhi
kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi
terhadap emosinya dengan makan. Makan berlebihan dapat terjadi
sebagai respon terhadap keadaan kesepian, berduka, depresi, atau
rangsangan dari luar
salah satu bentuk gangguan emosi adalah presepsi diri yag
negatif . Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada
banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa
menimbulkan kesadaran yang berlebiha tentang kegemukannya
serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial

4. Faktor makanan

Jika seseorang mengkonsumsi makanan dengan kandungan


energi sesuai yang dibutuhkan tubuh, maka tidak ada energi yang
disimpan. Sebaliknya jika mengkonsumsi makanan dengan energi
melebihi yang dibutuhkan tubuh, maka kelebihan energi akan
disimpan

Makanan faktor terpenting penyebab obesitas Bouchard (


1991 ) :

a) Penyebab utama 95 % karena gangguan pola makan : makan


dalam jumlah yang banyak, sering ngemil terutama terjadi di sore
dan malam hari sekitar jam 18.00-24.00 saat nonoton tv, rakus
makanan tertentu : kacang, coklat, es krim, bakso yang ternyata
kaya karbohidrat dan lemak.

b) Tak seimbangnya bahan makanan bergeser ke arah lemak hampir


50 % dan dari tepung ke bahan yang mudah diserap yaitu gula.

5
5. Faktor Hormon

Menurunya hormon tyroid dalam tubuh akibat menurunya


fungsi kelenjar tyroid akan mempengaruhi metabolisme dimana
kemampuan menggunakan energi akan berkurang.

6. Faktor kesehatan

Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:

a) Hipotiroidisme

b) Sindroma Cushing

c) Sindroma Prader-Willi

d) Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan


seseorang banyak makan.

7. Faktor perkembangan

Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya)


menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh.

Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa


kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak
dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel
lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya
dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap
sel.

8. Aktivitas fisik

Kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu penyebab utama


dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang
makmur.

6
Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori.
Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan
tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.

9. Pemakaian Obat-obatan

Efek samping beberapa obat dapat menyebabkan meningkatnya


berat badan, misalnya obat kontrasepsi.

III. Dampak Obesitas

Obesitas bukan hanya tidak enak dipandang mata tetapi merupakan


dilema kesehatan yang mengerikan. Obesitas secara langsung berbahaya bagi
kesehatan seseorang. Overweight dan obesitas dapat dimulai pada usia
berapapun. Beberapa periode usia menunjukkan kemungkinan yang besar
terhadap terjadinya Overweight dan obesitas. Overweight dan obesitas sejak
usia belia cenderung lebih berat dan berisiko tinggi menjadi obesitas di masa
dewasa. Karena itu, pencegahan Overweight dan obesitas pada masa anak
sangat penting.

Obesitas tiga kali lebih banyak dijumpai pada wanita, keadaan ini
disebabkan metabolisme pada wanita lebih rendah apalagi pada
pascamenopouse

Obesitas meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit menahun


seperti:

a) Jantung Koroner
Semakin banyak konsumsi lemak, semakin meningkat pula kadar
kolesterol dalam darah. Penumpukan kolesterol tersebut dapat
menyebabkan (arteriosklerosis) atau penebalan pada pembuluh nadi koroner
(arteria koronaria). Kondisi ini mengakibatkan kelenturan pembuluh nadi
menjadi berkurang. Serangan jantung koroner pun akan lebih mudah terjadi
ketika pembuluh nadi koroner mengalami penyumbatan

7
b) Kencing Manis ( Diabetes Mellitus )

Penyakit diabetes mellitus ( DM ) terjadi karena hormon insulin


yang diproduksi oleh pankreas tidak memadai lagi jumlahnya untuk proses
metabolisme karbohidrat secara normal. Akibatnya, sebagian besar glukosa
yang dikonsumsi tidak dapat diubah menjadi glikogen. Akibatnya, gula
darah bertambah tinggi ( hiperglikemia ). Sedangkan sebagian dari
kelebihan glukosa dalam darah tersebut akan dibuang melalui urin (
glikosuria ).

c) Kanker

Kanker ( jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker


usus besar ). Obesitas dihubungkan dengan jenis kanker tertentu, dan
beberapa ahli percaya bahwa kontrol berat badan yang efektif bagi anak-
anak dan dewasa dapat mengurangi kejadian kanker 30-40 %. Obesitas
dapat meningkatkan risiko kanker dalam hubungannya dengan kadar
hormon yang tinggi yang disebut growth factor, yang mana dapat
merangsang pertumbuhan sel yang menyebabkan kanker

d) Sindroma Metabolik ( Sindroma X )

Sindroma metabolik terdiri dari obesitas yang ditandai dengan


penumpukan lemak pada daerah perut, gangguan kolesterol, hipertensi, dan
resistensi insulin. Tampaknya faktor genetik berperanan, walaupun obesitas
dan makan yang cepat memegang peranan penting di dalam perkembangan
sindroma ini. Sindroma metabolik secara signifikan dihubungkan dengan
penyakit jantung dan angka kematian yang lebih tinggi

e) Penyakit Jantung dan Stroke

Meningkatnya lemak pada daerah perut secara spesifik dihubungkan


dengan kekakuan pembuluh darah aorta, yaitu pembuluh darah arteri utama
yang memberikan darah ke organ-organ tubuh.

8
f) Gangguan Hormonal
Semakin gemuk, jumlah testosteron yang mengalir ke otak dan
darah akan semakin menurun. Ini menyebabkan nafsu seks akan turun dan
ereksi tidak bisa optimal. Dampaknya, membuat penderita tidak percaya
diri, ragu akan potensi diri

g) Masalah Persendian

Kalau pria semakin gemuk maka beban tulang akan semakin berat.
Karena menyangga beban di luar porsi, maka akan muncul gangguan sendi

IV. Terapi Gizi Medis Penurunan Berat Badan


Salah satu strategi untuk mengurangi asupan energi yaitu memilih program
penurunan berat badan yang aman dan efektif. Unsur-unsur yang harus
dipertimbangkan dalam memilih suatu program penurunan berat badan adalah
1. Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan
(vitamin, mineral dan protein). Diet untuk menurunkan berat badan harus
rendah kalori.
2. Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat
badan secara perlahan dan stabil.
3. Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan
pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.
4. Program yang diikuti harus meliputi pemeliharaan berat badan setelah
penurunan berat badan tercapai. Pemeliharaan berat badan merupakan bagian
tersulit dari pengendalian berat badan. Program yang dipilih harus meliputi
perubahan kebiasaan makan dan aktivitas fisik yang permanen, untuk merubah
gaya hidup yang pada masa lalu menyokong terjadinya penambahan berat
badan. Program ini harus menyelenggarakan perubahan perilaku, termasuk
pendidikan dalam kebiasaan makan yang sehat dan rencana jangka panjang
untuk mengatasi masalah berat badan (Broberger, 2005).
Beberapa diet manipulasi zat gizi utama sumber energi seperti diet tinggi
karbohidrat rendah lemak, tinggi protein rendah karbohidrat, tinggi lemak
rendah karbohodrat, dan lain sebagainya. American Heart Association

9
mengidentifikasikan gambaran fad diet yaitu : makanan ajaib yang dapat
membakar lemak, jumlah yang besar dari satu makanan atau berbagai jenis
makanan, kombinasi makanan khusus, menjanjikan penurunan berat badan
yang cepat, tidak ada anjuran aktifitas fisik, dan tidak ada peringatan untuk
mereka dengan kondisi kesehatan tertentu

A. Diet Rendah Lemak


Mekanisme penurunan berat badan dapat dilakukan dengan diet rendah
lemak melalui perubahan sitokin inflamasi dan stress oksidatif. Obesitas
berhubungan dengan inflamasi kronik yang dipengaruhi oleh adipokin dan
sitokin yang dihasilkan oleh sel lemak. Terjadinya penurunan jumlah lemak
berhubungan dengan penurunan reaksi inflamasi. Hasil penelitian yang
menggunakan subyek wanita obes menunjukkan bahwa ada penurunan berat
badan yang disebabkan oleh pengurangan diet. Penurunan berat badan ini
berhubungan dengan penurunan factor inflamasi seperti TNF dan CRP-1
(Fain et al,2004).
Peningkatan sitokin inflamasi menyebabkan peningkatan resistensi
insulin, dan mengganggu proses pencernaan normal yang menggunakan
glukosa untuk metabolisme. Ketika metabolisme glukosa diperlambat, dan
kadar insulin dan glukosa tetap tinggi maka glukosa diubah menjadi lemak
sehingga terjadi kelebihan berat badan. Jaringan adiposa adalah jaringan yang
sangat aktif menghasilkan adipokin seperti sitokin inflamasi TNF dan sitokin
lain yang meningkatkan peradangan sistemik. Reaksi ini terus terjadi sehingga
akan menyebabkan resistensi insulin
Sitokin ini bekerja untuk mengganggu metabolisme glukosa, terutama
di hati dan otot. Sehingga terjadi peningkatan jumlah dan ukuran sel lemak
yang disebut obesitas. Apabila keadaan ini dibalik dimana pemberian diet
rendah lemak akan menyebabkan penurunan reaksi inflamasi, penurunan
resistensi insulin, peningkatan metabolism glukosa, terjadi penurunan glukosa
darah sehingga tidak terjadi glukogenesis, sel adiposit terjadi mobilisasi
lipolisis berupa glukoneogenesis yang mengakibatkan ukuran sel lemak

10
menjadi kecil. Mekanisme tersebut menghasilkan penurunan berat badan.
(gambar 2)( Bahceci et al, 2007).

Diet rendah lemak

Glukogenesis 

Hipertropi dan hiperplasi Sel adipose 

Penurunan inflamasi (TNF dan


CRP-1, IL-6, IL10)

Penurunan Berat Badan

Gambar 2. Mekanisme diet rendah lemak dalam mempengaruhi penurunan berat badan (Bahceci et
al, 2007; Ferranti et al, 2008).

B. Diet Rendah Karbohidrat


Pada keadaan dimana asupan karbohidrat sangat terbatas
(Carbohydrate deficiency) seperti pada Atkins diet, maka asam lemak menjadi
sumber energi, yang beresiko terjadinya ketosis dengan segala kerugiannya.
Ketosis terjadi akibat dari asam lemak yang dirubah menjadi Acetyl co-enzym
A tak dapat masuk kedalam siklus Kreb untuk pembentukan ATP, karena
ketiadaan Oxaloacetat yang berasal dari karbohidrat. Keton bodies sendiri
berfungsi sebagai anorektik yang menghambat selera makan (Larsen et al,
2003).
Pada keadaan dimana asupan kalori sangat terbatas (seperti pada low
calorie diet / LCD), Glycogen akan dimobilisasi dan bersamaan dengan itu
tubuhpun kehilangan air. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan
berat badan yang cepat pada awal LCD. Namun selanjutnya tubuh akan
melakukan kompensasi berupa penurunan Basal Metabolic Rate (BMR) yang
pada gilirannya akan menurunkan energy expenditure dan dengan demikian
percepatan penurunan berat badan melambat bahkan berhenti. Perlu diketahui,
bahwasanya BMR merupakan 50 – 70% dari total energy expenditure (TEE)

11
(Heymsfield et al,2000). Bilamana LCD berlanjut, maka proses
gluconeogenesis dimulai dengan resiko terjadinya mobilisasi protein dan
penurunan free fat body mass.
Diet rendah karbohidrat akan mempengaruhi sel beta pancreas untuk
menurunkan resistensi insulin sehingga dapat mengurangi apoptosis sel beta
pancreas. Pada hepatosit, diet rendah karbohidrat mengakibatkan terjadi
penurunan glukogenesis sehingga terjadi penurunan lipogenesis dan
peningkatan lipolisis serta resistensi insulin meningkat. Mekanisme tersebut
berpengaruh terhadap sel adiposity sehingga terjadi penurunan factor inflamasi
seperti TNF, IL-6, IL-10 dan CRP-1. (Gambar 3 ) (Bahceci et al, 2007;
Ferranti et al, 2008).

Gangguan keseimbangan energi

Diet Rendah Karbohidrat Diet Rendah Karbohidrat

ADIPOSIT HEPATOSIT
SEL BETA
Reticulum endoplasmik Lipolisis 
stress oksidatif  Lipogenesis 
Insulin resistance 
Sel normal

Penurunan inflamasi (TNF dan


CRP-1, IL-6, IL10)
Gambar 3. Mekanisme gangguan keseimbangan energi akibat diet rendah karbohidrat (Bahceci et al,
2007; Ferranti et al, 2008).

C. Diet Rendah Energi


Salah satu strategi untuk mengurangi asupan energi adalah untuk
mengurangi kandungan lemak. Studi ini menemukan korelasi yang signifikan
antara penurunan lemak dari makanan dengan meningkatkan konsumsi buah
dan sayuran maka akan terjadi penurunan berat badan. Pendekatan rendah
lemak berasal dari National Weight Control Registry (Greenway et al, 2006;
McMillen et al, 2005). Kepadatan Energi adalah rasio energi yang terdapat
pada makanan keseluruhan. Makanan dengan kepadatan energi yang rendah

12
seperti buah-buahan dan sayuran memberikan asupan energi yang cukup
dengan energi minimal.
Mengurangi lemak dalam diet dapat menurunkan kebutuhan energi dari
makanan. Makanan dengan densitas energi yang rendah seperti buah-buahan
dan sayuran memberikan jumlah yang cukup dengan asupan energi minimal
(mengisi tetapi tidak menggemukkan).
Jadi dalam jangka panjang penurunan berat badan dan pemeliharaan
berat badan dapat dilakukan dengan cara mengurangi asupan energi. Ini adalah
manajemen terbaik dengan kombinasi pengurangan asupan lemak total,
mengurangi ukuran porsi, mengurangi densitas energi, dan asupan buah dan
asupan sayuran lebih banyak. Namun, tanpa adanya modifikasi perilaku dan
masukan lanjutan dari profesional kesehatan, diet yang tidak efektif pada
pasien. Konseling tentang modifikasi perilaku yang berhasil akan mengurangi
lemak dan asupan energi. Sebagian besar dari penderita resistensi insulin
ditemukan pada mereka yang obes, oleh karena itu penatalaksanaan adalah
meliputi bagaimana menurunkan berat badan, dan selain itu bagaimana
memperbaiki adanya resitensi insulin (Ferranti dan Mozaffarian, 2008).

V. Strategi Pengobatan Obesitas dengan Herbal


Flavonoid merupakan bahan alami yang mempunyai
struktur fenolik dan ditemukan dalam buah-buahan, sayuran, biji-bijian,
kulit kayu, akar, batang, bunga, teh, dan anggur. Produk alami ini
dikenal karena efek yang menguntungkan pada kesehatan sebelum
flavonoid diisolasi sebagai senyawa yang efektif. Penelitian tentang peranan
dalam menurunkan angka kematian kardiovaskular dihubungkan dengan
konsumsi anggur merah dan asupan tinggi lemak jenuh pada populasi
Mediterania. Diketahui studi epidemiologi menunjukkan peran diet flavonoid
mencegah penyakit jantung koroner (Graf et al, 2005). Hubungan antara
asupan flavonoid dan efek jangka panjang terhadap mortalitas dipelajari
kemudian dan itu menyarankan bahwa asupan flavonoid berkorelasi
berbanding terbalik dengan tingkat kematian karena penyakit jantung koroner.

13
Quercetin ditemukan dalam jumlah besar di bawang, apel, brokoli, dan berries.
Kelompok kedua adalah flavanones, yang terutama ditemukan dalam buah
jeruk. Contoh dari flavonoid kelompok ininarigin. Flavonoid katekin terutama
ditemukan dalam teh hijau dan hitam dan anggur merah, sedangkan
anthocyanin ditemukan di stroberi dan berry lainnya, buah anggur, anggur, dan
teh. Efek penting dari flavonoid adalah mengambil oksigen yang berasal dari
radikal bebas. Eksperimental sistem in vitro juga menunjukkan bahwa
flavonoid berperan sebagai antiinflamasi, antiallergic, antivirus, dan
mempunyai sifat antikarsinogenik (Murphy dan Bloom, 2004).
A. Ephedra Sinica.
E. Sinica adalah cemara yang tumbuh di Asia Tengah, dan bahan pokok
adalah efedrin. Efedrin dengan kafein telah terbukti untuk menghasilkan
penurunan berat badan di acak, plasebo-terkontrol uji klinis (Astrup et al.,
1992). Alkaloid ephedra ma huang yang dari mengandung efedrin, dan tiga uji
klinis acak terkontrol plasebo, satu untuk 2 bulan, satu untuk 3 bulan, dan satu
untuk 6 bulan menunjukkan penurunan berat badan secara signifikan lebih
besar dibandingkan dengan plasebo (Boozer et al, 2001).

B. Ekstrak teh hijau


Ekstrak teh hijau adalah bahan umum dalam suplemen herbal diet untuk
menurunkan berat badan, dan mengandung Catechin dan kafein. Catechin teh
hijau seperti epigallocatechin gallate menghambat transferase katekol-O-metil,
enzim yang merusak norepinefrin. Penelitian sel lemak cokelat secara in vitro
menunjukkan Catechin dan kafein bersinergi dalam mendorong thermogenesis
(Dulloo et al., 2000). Subyek yang diberi teh hijau kapsul tiga kali sehari
dengan total 150 mg kafein dan 375 mg katekin yang 270 mg epigallocatechin
gallate mengalami peningkatan 4,5% pada tingkat metabolisme 24-jam dalam
ruang metabolik dan kenaikan 3,2% dengan kafein sendiri dibandingkan
dengan plasebo. Ekstrak teh hijau meningkatkan oksidasi lemak sekitar 328 kJ
/ hari selama 24 jam (~ 80 kkal / hari) (Dulloo et al, 2000). Studi lain oleh Belza
dan Jessen (2005) menunjukkan peningkatan oksidasi lemak secara signifikan

14
yaitu 200 kJ / hari dengan pemberian kombinasi capsaicin, ekstrak teh hijau,
tirosin, dan kalsium.
Kovacs et al. (2004) menemukan bahwa ekstrak teh hijau tidak lebih baik
daripada plasebo dalam menjaga berat badan 7,5% selama 13 minggu. Hasil
ini dikonfirmasi dalam studi pemeliharaan berat badan serupa oleh Westerterp
et al. (2005).Dengan demikian, ekstrak teh hijau tampaknya memiliki sedikit
potensi sebagai pengobatan untuk obesitas.

C. Garcinia cambogia.
G.cambogia mengandung asam hidroksisitrat, inhibitor enzim
pembelahan sitrat (lyase ATP-sitrat) yang menghambat sintesis asam lemak
dari karbohidrat. Hydroxycitrate diteliti oleh Hoffmann-LaRoche pada 1970-
an dan terbukti mengurangi asupan makanan dan menyebabkan penurunan
berat badan pada hewan pengerat. Meskipun ada laporan penurunan berat
badan yang sukses dengan penelitian kecil pada manusia, beberapa di
antaranya termasuk tumbuh-tumbuhan lain, penelitian terbesar dan terbaik
plasebo-terkontrol dirancang tidak menunjukkan perbedaan dalam berat badan
dibandingkan dengan plasebo (Pittler dan Ernst, 2004).

D. Yohimbine dari yohimbe Pausinystalia.


Yohimbine adalah antagonis reseptor α2-adrenergik yang terisolasi dari
yohimbe P..Ketiga uji klinis acak yang Pittler dan Ernst (2005) diidentifikasi
memberikan hasil yang bertentangan, apakah ada penurunan berat badan yang
signifikan dengan ekstrak tumbuhan ini dibandingkan dengan plasebo.

E. Hoodia.
Hoodia Gordonii adalah kaktus yang tumbuh di Afrika.Telah dimakan
oleh Bushmen untuk mengurangi nafsu makan dan haus pada treks panjang di
padang pasir. Bahan aktif adalah glikosida steroid P57AS3 atau hanya disebut
P57. P57 disuntikkan ke dalam ventrikel ketiga binatang meningkatkan konten
ATP jaringan hipotalamus sebesar 50 150% dan penurunan asupan makanan

15
sebesar 40 sampai 60% lebih dari 24 jam (MacLean dan Luo, 2004). Sebuah
percobaan 15-hari-buta ganda di mana 19 laki-laki obesitas secara acak P57
atau plasebo.Sembilan mata pelajaran dalam setiap kelompok menyelesaikan
studi.Ada penurunan secara statistik signifikan pada asupan kalori dan lemak
tubuh dan tidak ada efek samping yang serius. Karena Hoodia adalah kaktus
langka di alam liar dan budidaya sulit, belum jelas suplemen herbal diet Hoodia
yang efektif dalam menyebabkan penurunan berat badan.

F. Ayurvedic.
Ayurvedic obat adalah obat tradisional India.preparat mengandung
herbal Ayurvedic guggul Triphala telah dinilai dalam satu uji klinis acak.
Terbukti terjadi penurunan berat badan antara 7,9 dan 8,2 kg, yang secara
signifikan lebih besar daripada placebo melalui penurunan serum kolesterol
dan trigliserida (Pittler dan Ernst, 2005).

G. Quercetin
Quercetin dapat diperoleh melalui anggur merah dan sumber makanan
lain seperti Curly kale, Leek, Cherry tomat, Brokoli, Apple, Hijau dan teh
hitam, anggur hitam, blueberry.apel, bawang, jeruk, teh, sayuran hijau, dan
kacang-kacangan (Parul lakhanpal et al, 2007). Flavonoid dibagi menjadi tujuh
kelompok besar.

16
KELOMPOK KOMPONEN SUMBER MAKANAN
Flavonols Quercetin bawang kuning, Curly kale,
Kaempferol Leek, tomat Cherry, Brokoli,
Myricetin Apple, Hijau dan teh hitam,
Isorhamnetin anggur hitam, Blueberry
Querctagetin

(Lakhanpal et al, 2007)


Potensi Quersetin sebagai suatu cara untuk membatasi akumulasi
lemak. Sel adiposit menghasilkan berbagai hormon, sitokin inflamasi, dan
molekul lain yang mempengaruhi trigliserida lemak, dan proses apoptosis.
Masing-masing proses dapat dipengaruhi oleh berbagai komponen diet alami,
Terapi yang menggunakan senyawa dengan target [sel lemak] adipocyte hidup
mungkin terbukti bermanfaat untuk mengurangi volume jaringan adiposa
dengan menginduksi apoptosis atau dengan menghambat adipogenesis
[akumulasi lemak] atau keduanya.
Quersetin menghambat akumulasi lemak dalam sel-sel lemak. seperti
menekan pematangan sel-sel lemak baru, secara simultan memicu apoptosis.
Quersetin sebenarnya menghambat penyerapan glukosa dari darah sehingga
tidak terjadi glukogenesis dan adipogenesis. Penelitian tahun 2008 Universitas
Georgia menemukan bahwa mereka bisa memblokir produksi sel lemak dan
meningkatkan apoptosis sel lemak secara dramatis dengan menggunakan
quercetin (Rivera et al, 2008).
Quersetin dapat bekerja dengan meniru efek pembatasan kalori. Selain
itu Quersetin juga berkompetisi dengan sindrom metabolik untuk menghalangi
penyerapan glukosa ke dalam sel lemak. Quersetin bahkan memiliki efek
langsung pada sel-sel lemak, menghambat produksi sel lemak baru (Lakhanpal
dan Kumar, 2007).

17
H. Serat
Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa serat berguna dalam
menjaga berat badan. Data penelitian menunjukkan bahwa asupan serat
berbanding terbalik dengan berat badan.Pria lebih banyak serat makan
memiliki berat badan rendah.Data epidemiologis menunjukkan bahwa individu
memiliki konsumsi serat lebih tinggi memiliki prevalensi berat badan lebih
rendah.

I. Minyak Atsiri
Telah dilakukan penelitian terhadap beberapa minyak atsiri dan
dilaporkan bahwa minyak atsiri dapat menurunkan berat badan dan memelihara
berat badan. Mekanismenya dengan cara menekan nafsu makan, meningkatkan
metabolisme tubuh, membantu dalam pelepasan asam lemak, mengurangi
peroksidasi lipid (kerusakan oksidatif) dan menurunkan kolesterol.
Beberapa minyak atsiri tersebut adalah :

a. Basil essential oil


Daun kemangi secara tradisional telah banyak digunakan untuk mengobati
infertilitas, diabetes mellitus, dan infeksi mikroba. Juga digunakan untuk
hepatoprotektif, kardioprotektif dan anti-hyperlipidemik. Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa suplementasi bubuk daun kemangi yang
diujikan pada serum lipid yang dibarengi dengan diet yang ketat dapat
mengobati penyakit diabetes (Suanarunsawat dan Songsak 2005). Demikian
pula, pengobatan dengan 1-2 g dari daun kemangi segar dalam diet selama
empat minggu secara signifikan dapat menurunkan lemak dalam serum pada
kelinci albino normal. Menurut penelitian yang sudah dilakukan oleh
Thamolwan Suanarunsawa, et., al minyak atsiri daun kemangi (Basil essential
oil) dapat menurunkan kadar kolesterol pada tikus wistar.

18
b. Grapefruit essential oil
Grepafruit merupakan salah satu minyak atsiri terbaik untuk menurunkan
berat badan karena kandungan d-limonene nya. D- limonene ini membantu
dalam pelepasan asam lemak ke dalam aliran darah saat tubuh istirahat. Sebuah
studi tentang efek protektif d-limonene dilakukan terhadap hewan yang
menunjukkan bahwa d-limonene dapat membantu mengurangi berat badan
dengan cara mengurangi peroksidasi lipid (kerusakan oksidatif) dan
menurunkan kolesterol. Grapefruit essential oil juga memiliki manfaat
kesehatan yang lain seperti meningkatkan metabolisme, detoksifikasi limfa dan
pembakaran lemak.
Cara penggunaan:
a. Teteskan 1 sampai 2 tetes Grapefruit essential oil ke dalam 1 gelas air
minum. Diminum sebelum sarapan.
b. Teteskan 1 sampai 2 tetes Grapefruit essential oil ke dalam minyak
pembawa sepert minyak kelapa mentah atau minyak zaitun. Pijat selama
minimal 30 menit pada daerah di mana lemak terakumulasi. Jangan dicuci
selama beberapa jam.
c. Teteskan 5 tetes Grapefruit essential oil kedalam bak mandi air hangat, bisa
juga dikombinasikan dengan 5 tetes minyak jahe, 5 tetes minyak jeruk, 5
tetes minyak cendana dan 5 tetes Lemon essential Oil. Rendam badan kita
selama sekitar 30 menit.

c. Peppermint essential oil


Peppermint essential oil memiliki manfaat untuk menurunkan berat badan
dengan cara membantu mengurangi nafsu makan. Peppermint merangsang
otak untuk memicu rasa kenyang ketika kita makan. Telah dilakukan studi
tentang efek aroma peppermint dalam mengontrol nafsu makan dengan cara
menghirup Peppermint essential oil, dan hasilnya adalah Peppermint essential
oil dapat menekan rasa lapar pada orang yang menghirupnya

19
Cara penggunaan:
a. Teteskan 1 - 2 tetes Peppermint essential oil pada sebuah kain. Lalu hirup
essential oil tersebut sebelum makan agar dapat mengurangi nafsu makan.
b. Teteskan 1 sampai 2 tetes Peppermint essential oil ke dalam 1 gelas air
minum. Diminum sebelum sarapan.

d. Lemon essential oil


Seperti Grapefruit essential oil, Lemon essential oil juga mengandung d-
limonene, mineral dan beberapa vitamin khususnya vitamin C. Mekanisme
Lemon essential oil dalam membantu menurunkan berat badan adalah dengan
mengatasi parasit usus yang sering menjadi penyebab masalah pencernaan,
menyeimbangkan metabolisme tubuh dan meningkatkan energi
Cara penggunaan:
a. Memijat bagian tubuh yang terdapat timbunan lemak dengan menggunakan
beberapa tetes Lemon essential oil.
b. Menambahkan 1 - 2 tetes Lemon essential oil kedalam 1 gelas air minum
sebelum sarapan
c. Menghirup Lemon essential oil sebelum makan.

e. Bergamot essential oil


Bergamot essential oil dapat membantu mengendalikan nafsu makan.
Minyak ini sangat efektif dalam mengontrol berat badan karena mengandung
polifenol dalam jumlah yang sangat besar. Polifenol sangat bagus untuk
mengontrol oksidasi lemak, meningkatkan metabolisme dan mencegah
penyerapan kolesterol. Bergamot menghambat enzim yang terkait dengan
kadar gula darah.
Cara penggunaan:
a. Meneteskan beberapa tetes Bergamot essential oil pada kain dan menghirup
uap tersebut untuk rileksasi ketika kita sedang stres dan sangat tergoda untuk
makan yang banyak.

20
b. memijat bagian tubuh dengan menambahkan beberapa tetes kedalam
minyak pembawa seperti minyak zaitun atau minyak kelapa.

f. Sandalwood essential oil


Seperti Bergamot essential oil, Sandalwood essential oil memiliki pengaruh
yang besar dalam menekan nafsu makan. Dengan cara membantu mengatasi
perasaan kita untuk tidak lagi merasa tergoda untuk makan lebih banyak.
Cara penggunaan:
a. Hirup Sandalwood essential oil sebelum makan atau oleskan langsung pada
perut.

g. Garlic essential oil


Garlic essential oil (GEO) merupakan hasil dari proses distilasi uap atau
ekstraksi menggunakan pelarut organik dari bawang putih. Garlic essential oil
telah dilaporkan mengandung lebih dari 30 organosulfur compounds (OSCs),
diallyl sulfide (DAS), diallyl disulfide (DADS), dan diallyl trisulfide (DATS).
Menurut penelitian yang sudah dilakukan oleh Yi-Syuan Lai, et., al. dari
Institute of Food Science and Technology, National Taiwan University, garlic
dapat dianggap sebagai suplemen diet ampuh untuk mencegah Non Alcoholic
Fatty Liver Disease NAFLD terkait penyakit metabolik
Penelitian ini menggunakan hewan tikus sebagai objek percobaan. Hasil
disimpulkan bahwa adanya penurunan kadar trigliserida, lemak hati dan
kolesterol. Semakin banyak kadar GEO dan DADS yang dikonsumsi, semakin
turun pula kadar dari trigliserida, lemak hati dan kolesterolnya.

21
BAB III
KESIMPULAN

Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan jumlah makanan yang masuk


dibanding dengan pengeluaran energi oleh tubuh dan penggunaan energi. Ada
beberapa metode managemen untuk penatalaksanaan obesitas seperti pengaturan
diet, aktivitas fisik, bahan obat alami
Terapi gizi medis dan penatalaksanaan nutrisi untuk obesitas secara
nutrasetikal dilakukan dengan strategi preventif obesitas yaitu dapat dilakukan
dengan berbagai cara pengaturan diet diantaranya diet rendah lemak, diet rendah
karbohidrat, dan diet rendah energi serta dibutuhkan pengobatan dari bahan alam
diantaranya Ephedra Sinica, Ekstrak teh hijau, Garcinia cambogia, Yohimbine dari
yohimbe Pausinystalia, Hoodia, Jeruk aurantium (Bitter Orange), Ayurvedic,
Quercetin {Curly kale, Leek, Cherry tomat, Brokoli, Apple, Hijau dan teh hitam,
anggur hitam, blueberry.apel, bawang, jeruk, teh, sayuran hijau, dan kacang-
kacangan (Parul lakhanpal et al, 2007)},dan bahan alam yang mengandung Serat
dan Minyak Atsiri (Basil essential oil, Grapefruit essential oil, Peppermint essential
oil, Lemon essential oil, Bergamot essential oil, Sandalwood essential oil, Garlic
essential oil)

22
DAFTAR PUSTAKA
1. Astrup A, Caterson I, Zelissen P, Guy-Grand B, Carruba M, Levy B, Sun
X, and Fitchet M. Topiramate: long-term maintenance of weight loss
induced by a low-calorie diet in obese subjects. Obes Res 2004.,12: 1658
–1669.
2. Barkeling B, Elfhag K, Rooth P, and Rossner S. Short-term effects of
sibutramine (Reductil) on appetite and eating behavior and the long-
term therapeutic outcome. Int J Obes Relat Metab Disord 2003.,27:693–
700.
3. Belza A and Jessen AB. Bioactive food stimulants of sympathetic
activity: effect on 24-h energy expenditure and fat oxidation. Eur J Clin
Nutr 2005.,59:733–741
4. Bessesen, DH. Update obesity. J.Clin Endocrinol Metab. 2008.,93:2027-
2027
5. Boozer CN, Nasser JA, Heymsfield SB, Wang V, Chen G, and Solomon JL.
An herbal supplement containing ma huang-guarana for weight loss: a
randomized, double-blind trial. Int J Obes Relat Metab Disord 2001., 25:
316 –324.
6. Brakenhielm E, Cao R, Gao B, Angelin B, Cannon B, Parini P, and Cao Y.
Angiogenesis inhibitor TNP-470, prevents diet-induced and genetic
obesity in mice. Circ Res 2004.,94:1579–1588.
7. Bray GA. Obesity is a chronic, relapsing neurochemical disease. Int J
Obes Relat Metab Disord 2004.,28: 34-38. CrossRefMedlineWeb of
Science
8. Bray GA, Blackburn GL, Ferguson JM, Greenway FL, Jain AK, Mendel
CM, Mendels J, Ryan DH, Schwartz SL, Scheinbaum ML, et al.
Sibutramine produces dose-related weight loss. Obes Res 1999., 7: 189-
198. MedlineWeb of Science
9. Chantre P and Lairon D. Recent findings of green tea extract AR25
(Exolise) and its activity for the treatment of obesity. Phytomedicine
2002.,9:3–8.
10. Christou NV, Sampalis JS, Liberman M, Look D, Auger S, McLean AP &
MacLean LD. Surgery decreases long-term mortality, morbidity, and
health care use in morbidly obese patients. Annals of Surgery 2004.,240:
416–423
11. Claudio Maffeis, Yves Schutz, Alessandra Grezzani, Silvia Provera,
Giorgio Piacentini, and Luciano Tatò. Meal-Induced Thermogenesis and
Obesity: Is a Fat Meal a Risk Factor for Fat Gain in Children?.Colonic
leptin: source of a novel proinflammatory cytokine involved in de Souza
CJ and Burkey BF. 3-Adrenoceptor agonists as anti-diabetic and anti-
obesity drugs in humans. Curr Pharm Des 2001.,7:1433–1449
12. Dulloo AG, Seydoux J, Girardier L, Chantre P, and Vandermander J . Green
tea and thermogenesis: interactions between catechin-

23

Anda mungkin juga menyukai