Anda di halaman 1dari 60

FORMULASI DAN EVALUASI KOMBINASI KAPSUL

EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa Oleifera Lam) DAN DAUN


KARUK (Piper Sarmentosum Roxb. ex. Hunter)

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar


Ahli Madya Farmasi Pada Program Studi D3 Farmasi

Oleh :
LISA ANDRIANI
NIM. 1804277059

PROGRAM STUDI D 3 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
ii

2021
PERSETUJUAN

JUDUL : FORMULASI DAN EVALUASI KOMBINASI KAPSUL


EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa Oleifera Lam) DAN
DAUN KARUK (Piper Sarmentosum Roxb. Ex. Hunter)

NAMA : LISA ANDRIANI


NIM : 1804277059
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui oleh pembimbing
Program Studi D 3 Farmasi
Untuk diujiankan
Menyetujui,

Pembimbing I

apt. Nia Kurniasih., M.Sc. Ciamis, Juni 2021


NIK. 0432778208050

Pembimbing II

apt. Marlina Indriastuti., M.Sc. Ciamis, Juni 2021


NIK. 0432778117125

Mengetahui,
Ketua Program Studi D 3 Farmasi

apt. Nia Kurniasih., M.Sc.


NIK. 0432778208050

i
PENGESAHAN

JUDUL : FORMULASI DAN EVALUASI KOMBINASI KAPSUL


EKSTRAK DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA LAM)
DAN DAUN KARUK (PIPER SARMENTOSUM ROXB. EX.
HUNTER)
NAMA : LISA ANDRIANI
NIM : 1804277059
KTI ini telah dipertahankan dan diperbaiki sesuai dengan masukan
Dewan Penguji Program Studi D 3 Farmasi
Pada Tanggal ….
Mengesahkan,

Penguji I

NIK. (……………………………………..)
Penguji II

(………………………………… ….)
NIK.
Penguji III

NIK. (……………………………………..)

Mengetahui,

Ketua Ketua
STIKes Muhammadiyah Ciamis Program Studi D 3 Farmasi

H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes apt. Nia Kurniasih., M.Sc.
NIK. 0432777295008 NIK. 0432778208050

ii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “FORMULASI


DAN EVALUASI KOMBINASI KAPSUL EKSTRAK DAUN KELOR
(Moringa Oleifera Lam) DAN EKSTRAK DAUN KARUK (Piper Sarmentosum
Roxb. Ex. Hunter)” ini, sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian
didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak
melakukan pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam penulisan Karya Ilmiah.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang telah ditentukan
institusi STIKes Muhammadiyah Ciamis apabila dikemudian hari ditemukan
adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.

Ciamis, Juni 2021


Yang membuat pernyataan

Lisa Andriani
1804277059

iii
PERSETUJUAN AKSES

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Lisa Andriani
NIM : 1804277059
Email : andrianilisa105@gmail.com
Program Studi : D 3 Farmasi
Judul KTI : Formulasi dan Evaluasi kombinasi kapsul ekstrak daun kelor
(Moringa oleifera Lam) dan ekstrak daun karuk (Piper
Sarmentosum Roxb. Ex. Hunter).
Dengan ini menyatakan hak sepenuhnya kepada perpustakaan STIKes
Muhammadiyah Ciamis untuk menyimpan, mengatur akses serta melakukan
pengelolaan terhadap Karya Tulis Ilmiah saya dengan mengacu pada ketentuan
akses sebagai berikut (diberi tanda apabila menyetujui):
Saya mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repository
Perpustakaan STIKes Muhammadiyah Ciamis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Ciamis, Juni 2021

Materai

Lisa Andriani

Mengetahui,
Pembimbing I

apt. Nia Kurniasih., M.Sc.

iv
INTISARI

“FORMULASI DAN EVALUASI KOMBINASI KAPSUL EKSTRAK


DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA LAM) DAN DAUN KARUK
(PIPER SARMENTOSUM ROXB. EX. HUNTER)’’
Lisa Andriani1 Nia Kurniasih2 Marlina Indriastuti3

Kelor dan Karuk adalah tanaman obat tradisional yang pemanfaatannya sangat
tinggi bahkan tanaman kelor sekarang disebut sebagai tanaman ajaib karena dia
bisa digunakan sebagai pengobatan dari semua bagian tanamannya atau bisa
mengobati berbagai macam penyakit. Tujuan penelitian untuk mendapatkan
formulasi sediaan kapsul ekstrak daun kelor (Moringa Oleifera Lam) dan ekstrak
daun karuk (Piper sarmentosum Roxb. Ex. Hunter) sehingga dapat mempermudah
dalam mengkonsumsi ekstrak daun kelor (Moringa Oleifera Lam) dan ekstrak
daun karuk (Piper sarmentosum Roxb. Ex. Hunter) . Metode penelitiannya adalah
Eksperimental dibuat tiga formulasi kapsul dengan variasi penambahan zat
tambahan zat pengisi yaitu formula A ditambah Avicel PH 102 dengan
konsentrasi 10%, formulasi B ditambah Avicel PH 102 dengan konsentrasi 20% ,
dan formulasi C ditambah Avicel PH 102 dengan konsentrasi 30%. Formulasi
dievaluasi meliputi uji keseragaman bobot, uji waktu hancur. Analisis data
dilakukan secara kualitatif dengan membandingkan hasil uji kualitas dengan
standar farmakope V 2014. Berdasarkan hasil Kombinasi ekstrak daun kelor
(Moringa oleifera Lam) dan daun karuk (Piper sarmentosum roxb.ex.hunter)
dapat dibuat menjadi sediaan kapsul. Hasil Evaluasi keseragaman bobot
Formulasi A dan B memenuhi standar keseragaman bobot sedangkan formulasi C
tidak memenuhi keseragaman bobot, dan untuk uji waktu hancur semua formulasi
A, B, dan C memenuhi standar waktu hancur, formulasi yang paling baik yaitu
formulasi A dan B karena memenuhi standar uji keseragaman bobot dan uji waktu
hancur.

Kata Kunci : Formulasi, Evaluasi, Kapsul, Daun Kelor, Daun Karuk.

Keterangan : 1. Peneliti, 2. Pembimbing 1, 3. Pembimbing 2

v
ABSTRACT

FORMULATION AND EVALUATION OF COMBINATION CAPSULE


EXTRACT LEAVES Moringa (MORINGA OLEIFERA LAM) AND KARUK
LEAVES (PIPER SARMENTOSUM ROXB. EX. HUNTER)
Lisa Andriani1 Nia Kurniasih2 Marina Indriastuti3

Moringa and Karuk are traditional medicinal plants whose utilization is very high
even the Moringa plant is now called a miracle plant because it can be used as a
treatment for all parts of its plant or can treat various diseases. The aim of
research was to obtain a capsule formulation for Moringa leaf extract (Moringa
Oleifera Lam). ) and karuk leaf extract (Piper sarmentosum Roxb. Ex. Hunter) so
that it can make it easier to consume Moringa Oleifera Lam) and karuk leaf
extract (Piper sarmentosum Roxb. Ex. Hunter). The research method is
Experimental made three capsule formulations with variations in the addition of
additional fillers, namely formula A plus Avicel PH 102 with a concentration of
10%, formulation B plus Avicel PH 102 with a concentration of 20%, formulation
C Avicel PH 102 with a concentration of 30%. The formulations evaluated
included weight uniformity test, disintegration time test. The data analysis was
conducted qualitatively by comparing the quality test results with the 2014
pharmacopoeia standard. Based on the results, the combination of Moringa leaf
extract (Moringa oleifera Lam) and karuk leaf (Piper sarmentosum
roxb.ex.hunter) can be made into capsules. Evaluation results of weight
uniformity Formulation A and B met the standard for weight uniformity, while
formulation C did not meet the weight uniformity, and for the disintegration time
test all formulations A, B, and C met the disintegration time standard, the best
formulation was formulation A and B because it met the standard. weight
uniformity test and disintegration time test.

Keywords
: Formulation, Evaluation, Capsules, Moringa Leaves,
Karuk Leaves.

vi
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullohi Wabarokatuh


Puji syukur panjatkan ke hadirat Illahirabbi atas Taufik, Rahmat dan
Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Formulasi dan Evaluasi Kombinasi Kapsul Ekstrak Daun Kelor (Moringa
Oleifera Lam) dan Ekstrak Daun Karuk (Piper Sarmentosum Roxb. Ex. Hunter)’’ .
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk melakukan penelitian sebagai syarat
memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Ciamis.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, membimbing dan
memberi masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu kepada yang
terhormat :
1. H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes., selaku Ketua STIKes
Muhammadiyah Ciamis.
2. apt. Nia Kurniasih., M.Sc., selaku Ketua Program Studi DIII Farmasi STIKes
Muhammadiyah Ciamis selaku pembimbing 1 yang telah memberikan arahan
dan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
3. apt. Nur Hidayati Harun., M. Farm., selaku sekretaris Program Studi DIII
Farmasi STIKes Muhammadiyah Ciamis.
4. apt. Marlina Indriastuti., MSc., Selaku Dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan dan semangat sehingga dapat
menyelesaikan Karya Ilmiah Ini.
5. H. Iif Taufiq El Haque., S.Kep., Ners., M.H.Kes Selaku dosen pembimbing
Al Islam dan Kemuhammadiyyahan (AIK) yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan semangat sehingga dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini.

vii
6. Keluarga dan sahabat yang telah memberikan dukungan serta dorongan baik
moril maupun materil serta yang senantiasa mencurahkan do’an-Nya disetiap
keadaan secara tulus dan ikhlas.
7. Rekan-rekan sejawat Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis yang telah
membantu dan memberikan dukungan dalam penyusunan proposal Karya
Tulis Ilmiah ini.
Teriring do’a tulus, semoga segala bantuan dana mal baik yang telah
diberikan mendapat ridho dan imbalan yang berlimpah dari Allah SWT. Amiin.
Akhir kata, semoga penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
dibidang kefarmasian.
Wassalamualaikum Warahmatullohi Wabarokatuh

Ciamis, Juni 2021

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN.....................................................................................................i
PENGESAHAN......................................................................................................ii
PERNYATAAN....................................................................................................iii
PERSETUJUAN AKSES.....................................................................................iv
INTISARI...............................................................................................................v
ABSTRACT............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
RIWAYAT HIDUP.............................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Batasan Masalah...............................................................................................3
C. Rumusan Masalah.............................................................................................3
D. Tujuan Penelitian..............................................................................................4
E. Manfaat Penelitian............................................................................................4
F. Keaslian Penelitian............................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................6
A. Kajian Teori......................................................................................................6
1. Klasifikasi Tanaman Kelor...............................................................................6
2. Klasifikasi Tanaman Karuk..............................................................................9
3. Simplisia.........................................................................................................10
4. Ekstrak............................................................................................................11
5. Metode Ekstraksi............................................................................................12
6. Kapsul.............................................................................................................14

ix
7. Eksipien Tambahan.........................................................................................17
B. Hasil Penelitian yang Relevan........................................................................19
C. Kerangka Berpikir...........................................................................................20
D. Hipotesis.........................................................................................................20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................21
A. Rancangan Penelitian......................................................................................21
B. Variabel dan Definisi Operasional..................................................................22
C. Bahan Dan Alat Yang Digunakan...................................................................22
1. Bahan..............................................................................................................22
2. Alat..................................................................................................................23
D. Cara Kerja.......................................................................................................23
1. Pembuatan Simplisia.......................................................................................23
2. Pembuatan Ekstrak daun kelor dan daun karuk..............................................23
3. Formula dan Pembuatan sediaan....................................................................23
4. Pengisian Cangkang Kapsul...........................................................................24
5. Evaluasi Sediaan Kapsul.................................................................................25
E. Analisis Data...................................................................................................25
F. Lokasi Dan Waktu Penelitian.........................................................................25
1. Tempat Penelitian...........................................................................................25
2. Jadwal Penelitian............................................................................................25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................26
A. Penyiapan Simplisia........................................................................................26
B. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Kelor dan Daun Karuk...............................27
C. Pembuatan kapsul ekstrak daun kelor dan daun karuk...................................27
D. Pengisian Cangkang Kapsul...........................................................................28
E. Evaluasi Sediaan Kapsul.................................................................................28
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................30
A. Simpulan.........................................................................................................30
B. Saran...............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31
LAMPIRAN..........................................................................................................34

x
xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Tanaman Kelor.....................................................................................6
Gambar 2.2 Tanaman Karuk....................................................................................9
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir...............................................................................20
Gambar 3.1 Skema Penelitian................................................................................21

xii
DAFTAR TABEL

Halama

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian...................................................................................5


Tabel 2.1 Ukuran Kapsul.......................................................................................15
Tabel 3.1 Variabel dan Definisi operasional..........................................................22
Tabel 3.2 Formula sediaan Kapsul.........................................................................24
Tabel 3.3 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Formulasi dan Evaluasi
Kombinasi Kapsul Ekstrak Daun Kelor dan Daun Karuk.....................25
Tabel 4.1 Pembuatan Simplisia..............................................................................26
Tabel 4.2 Pembuatan Simplisia..............................................................................26
Tabel 4.3 Hasil Pembuatan Ekstrak.......................................................................27
Tabel 4.4 Hasil Uji Keseragaman Bobot...............................................................28
Tabel 4.5 Hasil Uji Wakti Hancur Kapsul.............................................................29

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Perhitungan Penyusutan Kadar Air....................................................34
Lampiran 2 Perhitungan Rendemen Ekstrak.........................................................34
Lampiran 3 Perhitungan Keseragaman Bobot.......................................................34
Lampiran 4 Uji Waktu Hancur...............................................................................37
Lampiran 5 Gambar Hasil dan Foto Alat-alat yang Digunakan............................37
Lampiran 6 Alat Uji Waktu Hancur.......................................................................40
Lampiran 7 Alat Uji Keseragaman Bobot..............................................................41

xiv
RIWAYAT HIDUP

Nama : Lisa Andriani


Tempat Tanggal Lahir : Ciamis, 13 Oktober 1999
Alamat : Dsn Desa Jelat Rt/Rw
03/09 kec Baregbeg kab
Ciamis 46213

Pendidikan
1. TK Seruni : Tahun 2005-2006

2. SD Negeri 1 Jelat : Tahun 2006-2012

3. SMP Negeri 1 Baregbeg : Tahun 2012-2015

4. SMK Bhaktikencana Ciamis Tahun 2015-2018

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman obat sebenarnya sudah ada sejak jaman dahulu kala, bahkan
sebelum ditemukannya obat kimia. Tanaman obat bersifat aman dan tidak
menimbulkan efek samping bila dikonsumsi. Penggunaan obat herbal di Indonesia
lebih di kenal sebagai jamu. Di Indonesia ada banyak sekali jenis tanaman obat
yang dapat kita manfaatkan, tanaman obat ini tentunya memiliki banyak jenis,
manfaat dan khasiat yang berbeda-beda.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Allah SWT tidak menciptakan segala
sesuatu yang ada di alam semesta ini dengan sia-sia, melainkan dengan
manfaatnya masing-masing.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Shaad ayat 27 yang berbunyi :

artinya : “Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang
kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.”
(QS. Shaad: 27)
Dalam surat di atas allah menjelaskan bahwa dia telah menciptakan segala
sesuatu yang ada dimuka bumi dengan manfaatnya masing-masing dan Allah
SWT tidak menciptakan sesuatu tanpa ada hikmahnya.
Dari Jabir bin ‘Abdullah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:

1
Artinya : “Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai
dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa
Ta’ala.” (HR. Muslim)
3

Dari hadist diatas dijelaskan bahwa Allah selalu menurunkan suatu persoalan
sekaligus dengan jalan keluarnya. Begitu pula dengan penyakit. Apabila seorang
hamba sedang ditimpa suatu penyakit, baik penyakit ringan maupun berat, maka
hendaknya berupaya mencari pengobatan dengan optimis dan mengharapkan
pertolongan Allah SWT. Karena telah dijelaskan dalam hadist diatas bahwa Allah
menurunkan penyakit sekaligus dengan obatnya. Dan bila sebuah obat sesuai
dengan penyakitnya maka dengan izin Allah SWT,dia akan sembuh.
Salah satu tanaman obat tersebut adalah Kelor (Moringa Oleifera Lam). Daun
Kelor (Moringa oleifera Lam) dianggap sebagai salah satu tumbuhan dengan
kandungan nutrisi terkaya yang pernah ditemukan manusia (Liu, 2002). Salah satu
efek dari daun kelor dapat bersifat sebagai anti alergi (Kawai, 2007). Pengolahan
kelor dengan adanya pemanasan dengan cara direbus atau diseduh dalam bentuk
teh secara signifikan mengurangi kandungan protein, serat, Na, K, Ca, senyawa
fenolik dan flavonoid dalam daun kelor (Yasara, 2020).
Salah satu proses yang dapat dilakukan untuk menjaga kestabilan senyawa
dalam daun kelor adalah diekstraksi dengan cara maserasi karena hanya dengan
perendaman. Walaupun ada penguapan ekstrak namun suhu dijaga dan tidak
terlalu tinggi. Selain itu, umur daun kelor juga berpengaruh terhadap aktivitas
daun kelor yaitu daun kelor dengan umur 60 hari menghasilkan aktivitas yang
paling tinggi (Pierre, 2018).
Penelitian sebelumnya memformulasi daun kelor sebagai tablet dengan
campuran permen karet untuk menutupi bau dan rasa yang kurang enak dari
ekstrak daun kelor tapi efek zat tambahan permen karet kurang efektif menutupi
bau dan rasa yang tidak enak (Panda, 2008).
Kapsul merupakan satu jenis sediaan yang dapat menutupi rasa dan bau yang
kurang enak. Salah satu kekurangan dari kapsul yang berisi ekstrak adalah dapat
terjadinya kapsul yang lembab. Vivapur 101 merupakan salah satu zat pengering
yang dapat digunakan pada pembuatan kapsul yang berisi ekstrak. (Yichao, 2017).
Avicel PH 102 digunakan sebagai pengikat (binder) pada konsentrasi 20-90 %
(Rowe et al., 2009). Avicel memiliki kompresibilitas dan sifat alir yang baik dan
4

dapat meningkatkan waktu hancur (Sulaiman, 2007). Avicel PH-102 merupakan


pengikat kering yang paling efektif dalam pencampuran kering (Yudha, 2016).
Kombinasi tablet daun kelor dan spirulina dapat menghasilkan tablet yang
memenuhi standar kualitas dengan Perbandingan ekstrak daun kelor dan ekstrak
spirulina adalah 7:3 (Yichao, 2017). Daun karuk merupakan tanaman yang dapat
mengobati batuk berdahak dengan cara mengencerkan dahak sehingga akan dibuat
formulasi kombinasi kapsul ekstrak daun kelor daun karuk dengan variasi zat
pengisi tambahan yang kemudian akan diuji kualitasnya.
B. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah :


1. Sampel yang digunakan daun Kelor (Moringa oleifera Lam) dan daun Karuk
(Piper Sarmentosum Roxb. Ex. Hunter)
2. Metode Ekstraksi yang digunakan Maserasi
3. Formulasi yang dibuat kapsul dengan tiga formulasi yaitu formulasi A
ditambahan Avicel PH 102 dengan konsentrasi 10%, formulasi B ditambahan
Avicel PH 102 dengan konsentrasi 20%, dan formulasi C ditambahan Avicel
PH 102 dengan konsentrasi 30%.
4. Uji kualitas kapsul meliputi uji keseragaman bobot dan uji waktu hancur.
C. Rumusan Masalah

1. Apakah Formulasi kombinasi ekstrak daun kelor (Moringa oleifera Lam) dan
daun karuk (Piper Sarmentosum Roxb. Ex. Hunter)’’dapat dibuat menjadi
sediaan kapsul ?
2. Bagaimana Evaluasi Sediaan kapsul ekstrak daun kelor (Moringa oleifera
Lam) kombinasi ekstrak daun karuk (Piper Sarmentosum Roxb. Ex.
Hunter)’’?
3. Formulasi manakah yang paling memenuhi standar kualitas untuk kapsul
ekstrak daun kelor (Moringa oleifera Lam) dan ekstrak daun karuk (Piper
Sarmentosum Roxb. Ex. Hunter) ?
5

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan formulasi sediaan kapsul ekstrak daun kelor (Moringa
Oleifera Lam) kombinasi ekstrak daun karuk (Piper Sarmentosum Roxb. Ex.
Hunter)’’ sehingga dapat mempermudah dalam mengkonsumsi ekstrak daun kelor
(Moringa Oleifera Lam) dan ekstrak daun karuk (Piper Sarmentosum Roxb. Ex.
Hunter)’’.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui cara formulasi Sediaan kapsul ekstrak daun kelor (Moringa
oleifera Lam) kombinasi ekstrak daun karuk (Piper Sarmentosum Roxb. Ex.
Hunter)
b. Mengetahui Evaluasi Sediaan kapsul ekstrak daun kelor (Moringa oleifera
Lam) kombinasi ekstrak daun karuk (Piper Sarmentosum Roxb. Ex. Hunter)
c. Mengetahui formulasi kombinasi kapsul ekstrak daun kelor (Moringa
oleifera Lam) dan ekstrak daun karuk (Piper Sarmentosum Roxb. Ex.
Hunter) yang memenuhi standar kualitas.
E. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai
kefarmasian, khususnya dapat memberikan informasi tentang formulasi sediaan
kapsul, ekstraksi dan optimasi ekstrak daun kelor (Moringa oleifera Lam) dan
ekstrak daun karuk (Piper Sarmentosum Roxb. Ex. Hunter)’’.
2. Secara Praktis
a. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan dalam pelaksanaan kefarmasian, dan memiliki keahlian dalam
mengaplikasikan kefarmasian terutama dalam hal teknik formulasi dan
ekstraksi.
6

b. Bagi dosen, hasil penelitian ini diharapkan mendapat masukan mengenai


teknik-teknik dan pengembangan produk khususnya dalam hal ekstraksi dan
formulasi.
c. Bagi Sekolah Tingggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyan Ciamis, hasil
penelitian ini dapat menambah referensi di perpustakaan. Selanjutnya dapat
dijadikan kajian bagi mahasiswa dalam memperluas pengetahuannya.
F. Keaslian Penelitian

Berikut beberapa penelitian yang memiliki kesamaan dengan penelitian yang


akan dilakukan diantaranya terlihat pada tabel 1.1
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Judul Tahun Persamaan Perbedaan
Formulasi Kapsul 2012 Sama-sama Sampel penelitiannya berbeda
Kombinasi Ekstrak menggunakan pada penelitian ini
Herba Seledri (Apium ekstraksi dari simplisia menggunakan ekstrak daun
graveolens L.) dan daun herba seledri dan daun
tempuyung (Sonchus tempuyung
arvensis L.)

Ekstraksi Daun Sirsak 2013 Sama-sama Sampel penelitiannya berbeda


(Annonaa Muricata L,) menggunakan pada penelitian ini
menggunakan pelarut ekstraksi dari simplisia menggunakan ekstrasi daun
Etanol sirsak dan menggunakan
pelarut etanol

Ekstrak Daun papaya 2014 Sama-sama Sampel penelitiannya berbeda


(Carica papaya L) dan menggunakan pada penelitian ini
buah mengkudu ekstraksi dari simplisia menggunakan ekstraksi daun
(Morinda citrifolia L) papaya dan daun mengkudu
menggunakan kombinasi pvp dan laktosa
kombinasi pvp dan
laktosa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Klasifikasi Tanaman Kelor


a. Klasifikasi Kelor

Gambar 2.1 Tanaman Kelor


(Sumber : Berawi, Wahyudo and Pratama 2019)

Kingdong : Plantae
(Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobiontal (Tumbuhan Berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan Biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkembang Dua/Dikotil)
Subkelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa Oleifera Lam
b. Morfologi Tanaman Kelor
1) Akar (Radix)
Pohon kelor memiliki sistem perakaran tunggang dengan perakaran yang
cukup rapat dan kuat, berwarna putih membesar seperti lobak sehingga sangat
baik sebagai tanaman penahan longsor, konservasi tanah dan terasiring sehingga

7
8

pada musim hujan jatuhan air dapat ditahan oleh sistem akar kelor dan pada
musim kemarau cadangan air disekitar akar kelor akan menjadi sumber air bagi
tanaman lain (Berawi, Wahyudo and Pratama 2019).
2) Batang (Caulis)
Pada pohon kelor tampak batang pokok atau batang utamanya, memiliki
batang yang jauh dari permukaan tanah, merupakan jenis batang berkayu
(Lignosus) memiliki percabangan dengan sistem percabangan batang simpodial,
arah tumbuh lurus/tegak, berwarna putih kotor, berkulit tipis, permukaan kasar,
bercabang jarang dan mudah patah, bentuk batang bulat (Berawi, Wahyudo and
Pratama 2019).
3) Daun (folium)
Daun Moringa oleifera merupakan daun majemuk menyirip gasal rangkap
tiga, dengan tata letak daun berseling, memiliki ibu tangkai daun, anak tangkai
daun, rakhis, rakhila, dan rakhiolus. Daun kelor mempunyai tangkai daun Petiolus
berwarna hijau muda, memiliki helaian daun berwarna hijau muda dan akan
berwarna hijau gelap tua ketika sudah tua dengan bangun daun yang bulat telur
(Ovatus) susunan tulang daunnya menyirip (Penninervis) pangkal daunnya
membulat (Rotundatus) ujung-ujung daunnya terbelah (Retatus), tepi daun rata
(Integer), daging daun tipis lunak (Herbaceus), serta permukaan daun yang
berlilin (Pruinosus), (Nisa, 2019).
4) Bunga
Bunga daun kelor merupakan bunga majemuk berbatas dengan bangun bunga
malai rata, letak bunga berada pada ketiak daun atau disebut dengan bunga
aksilaris. Terdiri atas 2 tenda bunga, dengan satu tenda bunga terdapat 5 daun
tenda yang saling berlekatan, tenda bunga berwarna putih kekuning-kuningan,
terdapat 5 benang sari berwarna kuning kecoklatan, dan 1 putik serta 1 bakal buah
(Berawi, Wahyudo and Pratama 2019).
5) Buah atau Polong
Buah kelor (Moringa oleifera) merupakan buah sejati tunggal yang berbentuk
panjang bersegi tiga termasuk kedalam jenis polong-polongan, panjang berkisar
20 - 45 cm, buah pada saat muda berwarna hijau, setelah tua menjadi cokelat.
9

6) Biji
Bentuk biji bulat, berwarna coklat kehitaman bersayap tiga, berisi 15-25 biji
c. Kandungan Kimia
The Miracle Tree : Moringa oleifera : Natural Nutrition for the Tropics.
Buku yang memicu gelombang penelitian ilmiah lanjutan tentang kelor ini,
kemudian direvisi tahun 2001 dan dipublikasikan kembali dalam The Miracle
Tree: The Multiple Attributes of Moringa. Menurut hasil penelitiannya, daun
kelor ternyata mengandung vitamin A, vitamin C, vitamin B, Kalsium, kalium
besi, dan protein, dalam jumlah yang sangat tinggi yang mudah dicerna dan
diasimilasi oleh tubuh manusia (Nisa, 2019).
d. Khasiat
Dari hasil analisa kandungan nutrisi dapat diketahui bahwa daun kelor
memiliki potensi yang sangat baik untuk melengkapi kebutuhan nutrisi dalam
tubuh. Dengan mengonsumsi daun kelor maka keseimbangan nutrisi dalam tubuh
akan terpenuhi sehingga orang yang mengonsumsi daun kelor akan terbantu untuk
meningkatkan energi dan ketahanan tubuhnya. Selain itu, daun kelor juga
berkhasiat untuk mengatasi berbagai keluhan yang diakibatkan karena kekurangan
vitamin dan mineral seperti kekurangan vitamin A (gangguan penglihatan),
kekurangan Choline (penumpukan lemak pada liver), kekurangan vitamin B1
(beri-beri), kekurangan vitamin B2 (kulit kering dan pecah-pecah), kekurangan
vitamin B3 (dermatitis), kekurangan vitamin C (pendarahan gusi), kekurangan
kalsium (osteoporosis), kekurangan zat besi (anemia), kekurangan protein (rambut
pecah-pecah dan gangguan pertumbuhan pada anak) (Nisa, 2019) .
10

2. Klasifikasi Tanaman Karuk


a. Klasifikasi daun karuk

Gambar 2.2 Tanaman Karuk


(Sumber : Gholib, 2015)

Tinjauan botani tanaman karuk (Piper Sarmentosum Roxb. Ex. Hunter.)


meliputi klasifikasi tanaman, nama lain, morfologi tanaman, kandungan kimia,
bagian yang digunakan, khasiat dan kegunaan, info lainnya. Klasifikasi Tanaman
Daun Karuk (Piper Sarmentosum Roxb. Ex. Hunter) sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Piperales
Suku : Piperaceae
Marga : Piper
Jenis : Piper Sarmentosum Roxb. Ex. Hunter
b. Morfologi Tanaman
Tanaman Karuk termasuk family sirih-sirihan (Piperaceae). Sosok tanaman
berupa herba tegak dan memanjat dengan tinggi sekitar 25 cm - 1 m. Daun
meruncing berbentuk jantung mirip dengan daun sirih. Warna daun hijau sampai
hijau muda mengkilap. Panjang daun berkisar an tara 7-12 cm dan lebar antara 5-
10 cm. Daun memiliki 3-7 urat daun dengan panjang tangkai daun 0,3-0,5 cm.
Pinggir dan permukaan daun rata sedangkan bagian daun agak kasar. Batang agak
membulat dan berbuku-buku dan pada setiap buku terdapat akar sebanyak 4-7
buah. Bunga berumah satu, berbentuk tanduk tegak dengan panjang 1-2 cm.
11

Mempunyai buah agak lonjong dan berwarna putih kehijauan. Penyebaran


tanaman karuk dapat dilakukan secara vegetative dengan menggunakan stek. Stek
satu ruas berdaun dengan panjang sekitar 15-20 cm, dipotong dari tanaman induk
lalu disemai dalam polibeg yang berisi campuran tanah dengan pupuk kandang ( 2
: 1), atau bahan organik lainnya (kompos abu dari pembakaran sampah) sebagai
campuran media tumbuhannya. Tanaman dapat dipindah kelapangan setelah 3
bulan peliharaan di persemaian (Ismail, 2016).
c. Kandungan Kimia
Di dalam tanaman karuk (Piper Sarmentosum Roxb. Ex. Hunter) buah dan
akar, mengandung saponin dan polipenol, disamping itu buah dan daunnya juga
mengandung saponin, flavonoid dan minyak astiri.
d. Bahan yang Digunakan
Bagian tanaman yang digunakan dalam pemanfaatannya yaitu seluruh bagian
karuk dapat digunakan sebagai obat .
e. Khasiat dan Kegunaan
Tanaman daun karuk ini berkhasiat sebagai obat batuk, menjernihkan suara,
asma, susah kencing, (paruh dan air seni), sakit perut, malaria, nyeri gigi, nyeri
tulang, panu, radang saluran napas, (bronchitis), memulihkan tenaga sehabis
melahirkan, dan biasa digunakan sebagai pembersih kewanitaan.
3. Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain berupa bahan yang
telah dikeringkan (Rahayu, & Teruna, 2011).
Menurut “Materia Medika Indonesia” Simplisia dibedakan menjadi tiga yaitu,
simplisia nabati, simplisia, hewani dan simplisia pelican (mineral). Simplisia
nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau
eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan ialah isi sel yang secara spontan keluar dari
tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau
senyawa nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya
dan belum berupa senyawa kimia murni (Rahayu, & Teruna, 2011).
12

Simplisia sebagai produk hasil pertanian atau pengumpulan dari tumbuhan


liar (wild crop) memiliki kandungan kimia yang tidak terjamin selalu konstan
karena adanya variabel bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi (umur dan cara)
panen, serta proses pasca panen dan preparasi akhir. Variasi kandungan senyawa
dalam produk hasil panen tumbuhan obat disebabkan oleh beberapa aspek sebagai
berikut (Rahayu, & Teruna, 2011).
a. Genetik (bibit)
b. Lingkungan (tempat tumbuh, iklim)
c. Rekayasa Agronomi (fertilizer, perlakuan selama massa tumbuh)
d. Panen (Waktu dan pasca panen)
Besarnya variasi senyawa kandungan meliputi baik jenis ataupun kadarnya,
sehingga timbul jenis (species) lain yang disebut kultivar (Rahayu, & Teruna,
2011). Proses pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses pemanenan
dan preparasi simplisia merupakan proses yang dapat menentukan mutu simplisia
dalam artian yaitu komposisi senyawa kandungan, kontaminasi dan stabilitas
bahan (Rahayu, & Teruna, 2011)..
Karakteristik suatu simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia akan
digunakan untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam monografi terbitan resmi Departemen Kesehatan (Materia Media
Indonesia). Sedangkan produk yang langsung dikonsumsi (serbuk jamu dsb)
masih harus memenuhi persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan peraturan
yang berlaku (Rahayu, & Teruna, 2011).
4. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
(Andjani, 2016).
Berdasarkan konsistensinya, ekstrak dapat dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu
ekstrak cair (extracta fluida/ liquida), ekstrak kental (extracta spissa), ekstrak
kering (extracta sicca). Ekstrak cair biasanya masih mengandung sejumlah pelarut
13

tertentu (kadar air >20%, ekstrak kental merupakan ekstrak yang pelarutnya telah
diuapkan sampai batas tertentu (kadar air 1020%). Ekstak tumbuhan obat yang
dibuat dari simplisia nabati dapat digunakan sebagai bahan awal, bahan antara
atau bahan produk jadi. Ekstrak sebagai bahan awal dianalogkan dengan komoditi
bahan baku obat yang dengan teknologi fitofarmasi diproses menjadi produk jadi.
Sedangkan ekstrak sebagai bahan antara merupakan bahan yang dapat diproses
lagi menjadi fraksi-fraksi, isolat senyawa tunggal ataupun sebagai pencampuran
dengan ekstrak lain. Adapun sebagai produk jadi berarti ekstrak yang berada
dalam sediaan obat jadi siap digunakan (Andjani, 2016).
Maserasi adalah proses pengekstrakkan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokkan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar) (Andjani, 2016). Cara ini sesuai, baik untuk sekala kecil maupun
skala industri. Proses paling sederhana hanyalah menuangkan pelarut pada
simplisia. Sesudah mengatur waktu sehingga sesuai untuk tiap-tiap bahan tanaman
(simplisia), ekstrak dikeluarkan dan ampas hasil ekstraksi dikunci dengan pelarut
yang segar sampai didapat berat yang sesuai (Ristiani,2019).
5. Metode Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu proses penyarian suatu senyawa kimia dari suatu
bahan alam dengan menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bisa dilakukan
dengan metode yang sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi. Pada proses
ekstraksi ini dapat digunakan sampel dalam keadaaan segar atau yang telah
dikeringkan terlebih dahulu, tergantung pada sifat tumbuhan dan senyawa yang
akan di isolasi (Restiani, 2019). Metode ekstraksi yang sering digunakan adalah :
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan.
Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat (Tilong, 2012).
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Dasar dari
maserasi adalah melarutnya simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk pada
saat penghalusan, ekstraksi (difusi) bahan kandungan yang masih utuh. Setelah
selesai waktu maserasi, artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada
14

bagian dalam sel dengan masuk ke dalam cairan telah tercapai maka proses difusi
segera berakhir. Selama maserasi atau proses perendaman dilakukan pengocokan
berulang-ulang. Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan
pengekstraksi, semakin benyak hasil yang diperoleh (Kiswandono, 2017).
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut sampai sempurna (Exhaustive
extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses ini terdiri
dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi
sebenarnya (penetasan/ penampungan ekstrak).
Perkolasi dilakukan dalam wadah berbentuk silindris atau kerucut, yang
memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan pengekstraksi yang dialirkan
terus-menerus, akan tetapi proses maserasi bertahap banyak. Jika pada maserasi
sederhana, tidak terjadi ekstraksi yang sempurna dari simplisia karena akan terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan dalam sel dengan cairan disekelilingnya,
maka pada perkolasi melalui suplai bahan pelarut segar, perbedaan konsentrasi
tadi selalu dipertahankan. Dengan demikian ekstraksi total secara teoritis
dimungkinkan (praktis jumlah bahan yang dapat diekstraksi mencapai 95%
(Kiswandono, 2017).
c. Soxhletasi
Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilarutkan dengan alat khusus hingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Biomasa
ditempatkan dalam wadah soxhlet yang dibuat dari keras saring, melalui alat ini
plarut akan di refluks. Alat soxhlet akan mengosongkan isinya kedalam labu dasar
bulat setelah pelarut mencapai kadar tertentu. Setelah pelarut segar melewati alat
ini melalui pendingin refluks, ekstraksi berlangsung sangat efisien dan senyawa
dari biomasa secara efektif ditarik kedalam pelarut karna konsentrasi awalnya
rendah dalam pelarut (Kiswandono, 2017).
15

6. Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga
terbuat dari pati atau bahan lain yang cocok (Roselyndiar, 2012).
Kapsul keras biasanya terbuat dari gelatin yang terdiri dari cangkang kapsul
bagian badan dan bagian tutup kapsul. Kedua bagian ini saling menutupi bila
dipertemukan dan bagian tutupnya akan menyelubungi bagian badan kapsul
(Roselyndiar, 2012).
Keuntungan bentuk sediaan kapsul :
a. Bentuk menarik dan praktis
b. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang berasa
dan berbau tidak enak.
c. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam lambung sehingga obat
cepat diabsorbsi
d. Dokter dapat mengombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pasien.
e. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat
tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil.
Kerugian bentuk sediaan kapsul :
a. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori
kapsul tidak dapat menahan penguapan.
b. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang higroskopis.
c. Tidak dapat untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.
d. Tidak dapat diberikan untuk balita.
e. Tidak dapat dibagi-bagi.
Umumnya kapsul gelatin keras dipakai untuk menampung isi antara 65 mg-1
g bahan serbuk, termasuk bahan obat dan bahan pengencer lainnya. Variasi
kapasitas ukuran kapsul dapat dilihat pada Tabel 2.1
16

Tabel 2.2 Ukuran Kapsul


Ukuran Kapsul Volume (ml) Bobot isi pada densitas 0,8g/cm
000 1,37 1,096
00 0,95 0,760
0 0,68 0,544
1 0,50 0,400
2 0,37 0,296
3 0,30 0,240
4 0,21 0,168
5 0,13 0,104
Sumber : Roselyndiar, 2012

Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk atau granul. Pada
formulasi masa kapsul, bila dosis obat atau jumlah obat yang akan dimasukkan
tidak memenuhi untuk mengisi volume kapsul, maka diperlukan penambahan
bahan pengisi yang cocok dalam jumlah yang tepat. Bila jumlah obat yang akan
diberikan dalam satu kapsul cukup besar untuk mengisi penuh kapsul, bahan
pengisi tidak dibutuhkan.
Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk, butiran atau granul,
butiran gula inert dapat dilapisi dengan komposisi bahan aktif dan penyalut yang
dapat memberikan profil lepas lambat.
Bahan tambahan di tambahkan untuk membantu proses pembuatan atau
penyerapan. Alasan lain yang penting adalah untuk peningkat penampilan atau
kualitas. Bahan tambahan sangat jarang memiliki aktivitas farmakologi, namaun
bahan tambahan dapat berpartisipasi dalam interaksi kimia atau interaksi fisik
dengan zat aktif yang mungkin menyebabkan kualitasnya terancam atau
kinerjanya obat.
Beberapa bahan tambahan pada formulasi massa kapsul diantaranya yaitu :
a. Bahan pengisi
Bahan pengisi diperlukan untuk mencukupkan massa kapsul sampai pada
bobot yang diinginkan. Bahan pengisi harus inert, tidak boleh mempengaruhi
biofarmasetik, sifat kimia zat aktif, dan fisik sediaan. Contoh pengisi adalah,
amilum jagung, kalsium difosfat, dan lain-lain (Roselyndiar, 2012).
b. Bahan lubrikan dan glidan
Bahan lubrikan berfungsi untuk mengurangi gesekan antara serbuk dengan
alat. Glidan berfungsi untuk meningkatkan aliran serbuk atau granul sehingga
17

memperbaiki sifat alir serbuk dengan cara memperkecil gesekan antara sesame
partikel. Contoh lubrikan dan glidan adalah talk, aerosil, Magnesium stearat .
c. Adsorben
Digunakan untuk melindungi bahan berkhasiat dari pengaruh kelembaban,
membantu meningkatkan homogenitas campuran dan menghindari lembab akibat
reaksi antara bahan. Contoh adsorben adalah Mg oksida, Mg karbonat, aerosil.
Untuk pencampuran massa kapsul (serbuk) dapat dilakukan dengan beberapa
cara, diantaranya adalah .
a. Spatulasi adalah suatu metode dimana sejumlah serbuk dapat digerus
selembar kertas atau tatakan pembuat pil dengan gerakan spatula obat.
Metode ini umumnya tidak cocok untuk serbuk dalam jumlah besar.
b. Triturasi adalah proses menggerus obat dalam lumping untuk mengecilkan
ukuran.
c. Tumbling (penggulingan) adalah mengguling-gulingkan serbuk dalam suatu
wadah besar yang biasanya diputar dengan mesin.
d. Penggiling serbuk adalah untuk mencampur serbuk dengan gerakan jungkir
balik. Pencampuran dengan cara ini merata tetapi memerlukan waktu. Alat
penggiling semacam ini digunakan secara luas dalam industri, demikian juga
terdapat alat-alat pencampur atau pengaduk serbuk dengan volume besar dan
pisau-pisaunya digerakkan oleh mesin untuk mengaduk serbuk dalam bejana
pencampur yang besar.
Penyimpanan sediaan kapsul yaitu disimpan dalam wadah tertutup rapat,
tidak tembus cahaya, dan pada suhu kamar terkendali. Evaluasi sediaan kapsul
meliputi evaluasi terhadap sediaan jadi.
a. Uji keseragaman bobot
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian keragaman bobot sediaan
kapsul yang dihasilkan dengan persyaratan keragaman bobot (Depkes RI, 2014).
Mengandung zat aktif 25 mb atau lebih yang merupakan 25% atau lebih
terhadap bobot, satuan sediaan atau dalam kasus kapsul keras, kandungan kapsul,
kecuali keseragaman dari zat aktif lain yang tersedia dalam bagian yang lebih
kecil memenuhi persyaratan keseragaman kandungan.
18

1) Kapsul Lunak
Timbang seksama 10 kapsul satu persatu untuk memperoleh bobot kapsul,
beri identitas tiap kapsul. Kemudian buka kapsul dengan alat pemotong bersih dan
kering yang sesuai seperti gunting atau pisau tajam, keluarkan isi, dan bilas
dengan pelarut yang sesuai. Biarkan sisa pelarut menguap dari cangkang kapsul
pada suhu ruang dalam waktu lebih kurang 30 menit, lindungi terhadap penarikan
atau kehilangan kelembaban. Timbang tiap cangkang kapsul dan hitung bobot
bersih isi kapsul. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap kapsul dari hasil penetapan
kadar kadar masing-masing isi kapsul. Hitung nilai penerimaan.
2) Kapsul Keras
Timbang seksama 10 kapsul satu persatu, beri identitas masing-masing
kapsul. Keluarkan isi masing-masing kapsul dengan cara yang sesuai. Timbang
seksama tiap cangkang kapsul kosong dan hitung bobot bersih dari isi tiap kapsul
dengan cara mengurangkan bobot cangkang kapsul dari masing-masing bobot
bruto. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap kapsul dari hasil penetapan kadar
masing-masing isi kapsul. Hitung nilai penerimaan (Depkes RI, 2014).
b. Uji Waktu Hancur
Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang
tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa
tablet atau kapsul digunakan untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap
dalam jangka waktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua periode berbeda
atau lebih dengan jarak waktu yang jelas diantara periode pelepasan tersebut. Uji
waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut
sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan yang tertinggal
pada kasa alat uji merupakan massa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas,
kecuali bagian dari penyalut atau cangkang kapsul yang tidak larut (Depkes RI,
2014).
7. Eksipien Tambahan
a. Avicel PH 102 (Microcrystalline Cellulose)
Avicel PH 102 merupakan nama lain dari Microcrystalline Cellulose,
Emcocel, Fibrocel, Vivapur, dan Tabulose. Pemeriannya berupa serbuk putih,
19

tidak berbau, tidak berasa. Kelarutannya larut dalam 5% b/v larutan NaOH,
praktis tidak larut dalam air, larutan asam, dan sebagian pelarut organik. Avicel
digunakan sebagai pengikat (binder) pada konsentrasi 20-90 % (Rowe et al.,
2009). Avicel memiliki kompresibilitas dan sifat alir yang baik dan dapat
meningkatkan waktu hancur (Sulaiman, 2007). Avicel PH-102 merupakan
pengikat kering yang paling efektif dalam pencampuran kering (Yudha, 2016).
b. Aerosil (SiO2)
Aerosil atau colloidal silicon dioxid merupakan serbuk amorf silica dengan
ukuran partikel sekitar 15 mm berwarna putih, ringan, tak berasa. Aerosol
memiliki rumus bangun SiO2 dengan berat molekul 60,08. Bahan ini berbentuk
serbuk keputih-putihan, ringan, tidak berbau, dan tidak berasa, dan praktis tidak
larut dalam pelarut organic, air, dan asam, kecuali asam hidrofluorat. Larut
dengan larutan hangat hidroksida alkali. Aerosol digunakan sebagai adsorben
karena dapat mengabsorpsi lembab terutama yang berasal dari ekstrak sehingga
akan mempermudah pencampuran bahan pada konsentrasi 0,1%-0,5% (Kibbe,
2000). Aerosil tidak hanya akan meningkatkan sifat alir ekstrak tetapi juga
menyalut permukaannya dengan lapisan film yang tipis. Penggunaan aerosil
sebagai adsorben pada sediaansediaan ekstrak bisa mencapai 10%. Penambahan
aerosil yang cukup besar akan menurunkan higroskopis ekstrak ekstrak dan
melonggarkan serbuk (Veronica, 2016).
c. Laktosa
Laktosa memiliki pemerian serbuk putih, mengalir bebas. Nama lainnya
adalah 4-O-beta-D-Galaktopiranosil-D-glukosa. Laktosa memiliki berat molekul
360,31 g/mol dan titik leleh 2140 C. Laktosa mudah larut dalam air secara
perlahan-lahan, praktis tidak larut dalam etanol (Dirjen POM, 2014). Laktosa
memiliki stabilitas yang baik dan merupakan zat yang dapat memberikan
pelepasan dan laju disolusi zat aktif dengan baik. Laktosa adalah salah satu jenis
carrier material yang termasuk golongan sakarida. Laktosa monohidrat dikenal
sebagai gula susu. Laktosa mempunyai daya larut dan kemanisan laktosa lebih
rendah daripada gula lainnya (Dewi, 2010).
20

Formulasi dengan laktosa biasanya menunjukkan kecepatan pelepasan zat


aktif dengan baik, mudah dikeringkan, harganya murah dan tidak peka terhadap
variasi moderat dalam kekerasan tablet pada pengempaan. Laktosa cocok
digunakan dalam tablet yang mengandung zat aktif dalam konsentrasi kecil karena
mudah melakukan pencampuran yang homogen (Siregar, 2008).
d. Magnesium Stearat
Magnesium Stearat berupa serbuk halus, putih dan voluminous, bau lemah
khas, magnesium stearate tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter
(Depkes RI, 2014). Magnesium stearate umumnya digunakan sebagai pelicin
(lubricant) pada konsentrasi 0,25%-5% (Siregar, 2008).
e. Talk
Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung
sedikit aluminium silikat. Pemerian serbuk hablur sangat halus, putih atau putih
kelabu, berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran (Anonim,
1995). Kelarutan tidak larut dalam hampir semua pelarut. Khasiat dan penggunaan
sebagai zat tambahan (Anonim, 1979).
B. Hasil Penelitian yang Relevan

Pada penelitian yang dilakukan oleh Veronica pada tahun 2016 yang berjudul
Formulasi dan Optimasi Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Kelor dengan Eksipien
vivapur 101 sebagai Adsorben menyatakan bahwa semakin besar perbandingan
vivapur 101 terhadap sampel, kadar air pada serbuk ekstrak semakin kecil. Hal ini
menunjukan semakin banyak vivapur 101 yang digunakan makin mampu
menyerap lebih air yang berada dalam ekstrak, sehingga serbuk ekstrak yang
didapat semakin kering.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Roselyndiar pada tahun 2012 yang
berjudul Formulasi kapsul kombinasi ekstrak herba seledri (Apium Graveolens L.)
dan daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) menyatakan kadar air paling kecil
adalah pada perbandingan 1:1 dengan bentuk serbuk yang halus yang akan
digunakan dalam formulasi selanjutnya.
21

C. Kerangka Berpikir

Ekstrak Daun kelor (Moringa Oleifera Lam) dan


Input
Ekstrak Daun Karuk (Piper Sarmentosum Roxb.
Ex. Hunter)

Formulasi kapsul Proses

Evaluasi Kapsul :
1. Uji keseragaman bobot
2. Uji waktu hancur

Output

Memenuhi standar Tidak memenuhi standar

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir

D. Hipotesis

Kapsul kombinasi ekstrak daun kelor (Moringa Oleifera Lam) dan daun
karuk (Piper sarmentosum Robx. Ex. Hunter) dapat diformulasi menjadi kapsul
yang memenuhi standar kualitas.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dikatakan eksperimental


karena ada pembuatan tiga formulasi dengan variasi zat tambahan yang bervariasi
yaitu formulasi A ditambah Avicel PH 102 dengan konsentrasi 10%, formulasi B
ditambah Avicel PH 102 dengan konsentrasi 20%, dan formulasi C ditambah
Avicel PH 102 dengan konsentrasi 30%. Dan dilakukan evaluasi terhadap kapsul
untuk menilai kualitasnya meliputi uji keseragaman bobot, uji waktu hancur.
Skema rancangan penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1

Daun Kelor dan Daun Karuk Meliputi :


1. Pemanenan
2. Sortasi basah
3. Pencucian
Pembuatan simplisia 4. Perajangan
5. Pengeringan
6. Sortasi kering
7. Pembuatan serbuk
Proses Ekstrasi maserasi
menggunakan Etanol 70%

1. Formulasi A ditambahan Avicel


PH 102 dengan konsentrasi 10%
Pembuatan Formulasi 2. Formulasi B ditambahkan Avicel
PH 102 dengan konsentrasi 20%
3. Formulasi C ditambahkan Avicel
PH 102 dengan konsentrasi 30%

Pengisian Cangkang Kapsul

Evaluasi Kapsul

Meliputi :
1. Uji keseragaman bobot
2. Uji waktu hancur

Gambar 3.4 Skema Penelitian

22
23

B. Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 3.3 Variabel dan Definisi operasional


Jenis Variabel Definisi Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
variabel Konseptual Operasional Variabel
Bebas Kapsul Zat Kapsul Timbangan Gram Rasio
Ekstrak tambahan kombinasi
Daun Kelor pengisi ekstrak daun
(Moringa adalah bahan kelor dan
oleifera L.) selain zat daun karuk
dan Ekstrak aktif yang yang dibuat
Daun Karuk ditambahkan empat
(Piper dalam formulasi
Sarmentosu formulasi yaitu
m Roxb. Ex. suatu Formulasi A
Hunter) sediaan ditambahan
dengan untuk Avicel PH
variasi berbagai 102 dengan
penambahan tujuan atau konsentrasi
zat tambahan fungsi 10%
pengisi Formulasi B
ditambahkan
Avicel PH
102 dengan
konsentrasi
20%
Formulasi C
ditambahkan
Avicel PH
102 dengan
konsentrasi
30%

Terikat Evaluasi Evaluasi Uji Timbangan % Rasio


sediaan Sediaan Keseragaman
Kapsul kapsuk bobot
Ekstrak adalah
Daun Kelor serangkaian Uji Waktu Disintegratio Menit Rasio
(Moringa cara untuk Hancur n tester
oleifera L.) menentukan
Kombinasi kualitas
Ekstrak sediaan
Daun Karuk kapsul
(Piper
Sarmentosu
m Roxb. Ex.
Hunter)

C. Bahan Dan Alat Yang Digunakan

1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah : Ekstrak daun kelor, ekstrak
daun karuk, Vivapur 101, Avicel PH 102, laktosa, aerosol, talk, magnesium,
etanol 70%, aquadest.
24

2. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah : Timbangan analitik ,
disintegrator tester , beaker glass , stopwach , lemari pengering , water bath ,
kompor listrik , pipet tetes , batang pengaduk , spatel , mortar dan stemper ,
ayakan , kertas perkamen , kertas saring.
D. Cara Kerja

1. Pembuatan Simplisia
Daun kelor dan daun karuk ditimbang sebanyak 5 kg, dicuci bersih dengan
air mengalir, lalu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan diruangan terbuka
dan ditutup dengan kain hitam. Simplisia yang kering yang diperoleh digiling
dengan blender sehingga menjadi serbuk.
2. Pembuatan Ekstrak daun kelor dan daun karuk
Pembuatan ekstrak daun kelor dan daun karuk dilakukan dengan metode
maserasi. Simplisia daun kelor sebanyak 750 gram dan daun karuk 3000 gram
diekstraksi secara maserasi menggunakan etanol 70% sebagai pelarut. Masing-
masing simplisia daun kelor sebanyak 750 gram dimaserasi dengan 15 L etanol
70% dan simplisia daun karuk sebanyak 3kg dimaserasi dengan 100 L etanol
70%. Maserasi dilakukan dengan pengocokan selama 6 jam kemudian didiamkan
semalaman. Maserasi dilakukan sebanyak 3 kali. Ekstrak hasil maserasi
dipekatkan dengan evaporator vacuum kemudian ekstrak dikentalkan di dalam
oven suhu 50° sampai memperoleh ekstrak yang kental.
3. Formula dan Pembuatan sediaan
Formulasi kapsul kombinasi ekstrak kelor dan karuk dibuat dalam 3 formula
yaitu formula A, B, dan C dengan variasi bahan untuk melihat pengaruhnya
terhadap ketiga formulasi sedangkan bahan tambahan lainnya tetap.
25

Tabel 3.4 Formula sediaan Kapsul


Komponen Kegunaan Formula
A B C
Serbuk Ekstrak Daun Zat aktif 140 mg 140 mg 140 mg
Kelor
(ekstrak kental-vivapur
101 1:1)
Serbuk Ekstrak Daun Zat aktif 40 mg 40 mg 40 mg
Karuk (ekstrak kental
vivapur 101 1:1)
Avicel PH 102 Pengikat 10% 20% 30%

Aerosil Adsorben 3% 3% 3%
Talk Zat tambahan 2% 2% 2%
Mg. Stearat Pelicin 1% 1% 1%
Laktosa Pengisi Ad 350 mg Ad 350 mg Ad 350 mg

a. Formula A
Timbang masing-masing serbuk kering ekstrak daun kelor sebanyak 42 g,
dan ekstrak daun karuk sebanyak 12 g. Kemudiam avicel PH 102 ditimbang
sebanyak 10,5 g, timbang laktosa sebanyak 43,20 g aerosil ditimbang sebanyak
3,15 g. Magnesium stearate 1,05 g, dan talk 2,10 g. Serbuk ekstrak kering, aerosil,
magnesium stearate dan talk dicampur homogen.
b. Formula B
Timbang masing-masing serbuk kering ekstrak daun kelor
sebanyak 42 g, dan ekstrak daun karuk sebanyak 12 g. Kemudiam avicel PH 102
ditimbang sebanyak 21 g, timbang laktosa sebanyak 23,70 g, aerosil ditimbang
sebanyak 3,15 g. Magnesium stearate 1,05 g, dan talk 2,10 g. Serbuk ekstrak
kering, aerosil, magnesium stearate dan talk dicampur homogen.
c. Formula C
Timbang masing-masing serbuk kering ekstrak daun kelor sebanyak 42 g, dan
ekstrak daun karuk sebanyak 12 g. Kemudiam avicel PH 102 ditimbang sebanyak
31,5 g, timbang laktosa sebanyak 13,20 g, aerosil ditimbang sebanyak 3,15 g.
Magnesium stearate 1,05 g, dan talk 2,10 g. Serbuk ekstrak kering, aerosil,
magnesium stearate dan talk dicampur homogen.
4. Pengisian Cangkang Kapsul
Cara pengisian kapsul ekstrak daun kelor dilakukan tanpa bantuan alat atau
dengan tangan. Siapkan cangkang kapsul sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
26

Serbuk dibagi menjadi dua bagian besar kemudian bagi lagi menjadi beberapa
bagian kecil. Masukkan serbuk dalam cangkang kapsul lalu tutup. Bersihkan
kapsul dengan tissue.
5. Evaluasi Sediaan Kapsul
Evaluasi sediaan kapsul meliputi:
a. Uji Keseragaman Bobot
Dua puluh kapsul ditimbang. Timbang lagi kapsul satu per satu. Isi kapsul
dikeluarkan, ditimbang seluruh bagian cangkang kapsul, bobot isi kapsul dan
bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari ±7,5 % dan untuk setiap 2
kapsul tidak boleh dari ±15% (Kemenkes RI, 2014).
b. Uji Waktu Hancur
Enam kapsul dimasukkan ke dalam keranjang, keranjang diturun-naikkan
secara teratur 30 kali tiap menit. Digunakan media air bersuhu 37±2ºC. dilakukan
pengamatan terhadap kapsul, semua kapsul harus hancur, kecuali bagian dari
cangkang kapsul. Kecuali dinyatakan lain waktu yang diperlukan untuk
mennghancurkan keenam kapsul tidak boleh lebih dari 15 menit (Kemenkes RI,
2014).
E. Analisis Data

Analisis data bersifat kualitatif yaitu dengan membandingkan hasil uji


kualitas sediaan kapsul dengan standar Farmakope V 2014.
F. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Teknologi Sediaan Solid Program
Studi DIII Farmasi STIKes Muhammadiyah Ciamis.
2. Jadwal Penelitian
Tabel 3.5 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Formulasi dan Evaluasi Kombinasi Kapsul Ekstrak
Daun Kelor dan Daun Karuk
2020 2021
No Kegiatan
Sep Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni
1 Pengajuan judul proposal
KTI
2 Uji sidang proposal KTI
3 Persiapan penelitian
4 Pelaksanaan penelitian
27

5 Pengolahan data hasil


penelitian
6 Ujian sidang KTI
7 Perbaikan draft KTI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penyiapan Simplisia

Penelitian dilakukan di laboratorium Teknologi Sediaan Solid Di Program


Studi D III Farmasi STIKES Muhammadiyah Ciamis. Bahan yang digunakan
untuk pembuatan ekstrak adalah daun kelor (Moringa oliefera Lam) dan daun
karuk (Piper Samentosum Roxb. Ex. Hunter) Yang di dapatkan dari Daerah
Ciparay Kecamatan Cidolog Kabupaten Ciamis Jawa Barat Indonesia dengan
daun yang masih segar dan pengambilan daun dilakukan pada pagi hari.
Tabel 4.6 Pembuatan Simplisia
Nama Bahan Penimbangan Perlakuan Hasil
Daun Kelor (Moringa 6 kg Pencucian, pengeringan 1 kg
Oleifera Lam)
Daun Karuk (Piper 3 kg Pencucian pengeringan 500 gram
Sarmentosum Roxb. Ex.
Hunter)

Sampel daun kelor (Moringa Oleifera Lam) dan daun karuk (Piper
Sarmentosum Roxb. Ex. Hunter) yang sudah di tetapkan di cuci. Pada proses
pencucian harus menggunakan air mengalir hal ini karena pencucian bertujuan
untuk menghilangkan kotoran yang menempel daun. Kemudian daun ditiriskan
proses selanjutnya yaitu proses pengeringan dilakukan dengan cara diangin-
anginkan diruangan terbuka dan ditutupi dengan kain hitam. Proses pengeringan
berlangsung selama 14 hari. Metode pengeringan ini sangat bergantung pada
kondisi cuaca.
Tabel 4.7 Kadar air
Simplisia Bobot basah Bobot kering Kadar air
Daun Kelor (Moringa 6 kg 1 kg 16,6%
Oleifera Lam)
Daun Karuk (Piper 3 kg 500 gram 16,6%
Sarmentosum Roxb. Ex.
Hunter)

Penyusutan kadar air simplisia dilakukan untuk melihat kualitas dari simplisia
yang akan berpengaruh terhadap simplisia. Hasil Penyusutan kadar air simplisia
kelor dan karuk adalah 16,6% hal ini menunjukan bahwa penyusutan kadar air

28
29

simplisia daun kelor dan daun karuk masih kurang baik pada saat pengeringan
atau pada saat pengangkatan simplisia seharusnya simplisia dihitung nilai
rendemennya terlebih dahulu, jika nilai rendemennya masih diatas 10%
seharusnya melakukan pengeringan kembali karena batas rendemennya simplisia
tidak boleh lebih dari 10% hal ini akan mempengaruhi mutu simplisia (Purwanti
et al., 2018).
B. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Kelor dan Daun Karuk

Daun kelor dan daun karuk diekstraksi dengan menggunakan metode


maserasi. Maserasi merupakan penyari sederhana digunakannya metode ini karena
daun kelor mempunyai senyawa flavonoid yang tidak tahan terhadap panas.
Maserasi dilakukan dengan cara meredam simplisia yang sudah kering ke dalam
cairan penyari. Pelarut yang digunakan yaitu etanol 70% karena dapat
menghasilkan flavonoid yang optimum dibanding dengan etanol yang lain.
Tabel 4.8 Hasil Pembuatan Ekstrak
Simplisia Banyak simplisia Hasil ekstrak kental Rendemen
ekstrak
Daun Kelor (Moringa 1 kg 220 gram 22 %
Oleifera Lam)
Daun Karuk (Piper 500 gram 35 gram 7%
Sarmentosum Roxb. Ex.
Hunter)

Rendemen ini dilakukan untuk melihat kualitas dari suatu ekstrak. Hasil
rendemen dari ekstrak daun kelor adalah 22% sedangkan hasil rendemen dari
ekstrak daun karuk adalah 7%. Pada hasil rendemen ekstrak daun kelor yang
didapat masih kurang baik karena batas rendemen tidak boleh lebih dari 10%
sedangkan untuk hasil ekstrak daun karuk yang didapat baik karena tidak lebih
dari 10%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa dalam ekstrak kental daun kelor ini
tidak optimal seharusnya pada proses penguapan dilakukan kembali supaya
mendapatkan hasil yang optimal (Purwanti et al., 2018).
C. Pembuatan kapsul ekstrak daun kelor dan daun karuk

Berdasarkan hasil optimasi pengeringan serbuk ekstrak diperoleh hasil yang


paling baik digunakan adalah dengan perbandingan ekstrak kental : Vivapur 101 1
: 1 untuk serbuk ekstrak daun kelor dan daun karuk. Formulasi dicoba dengan
30

menggunakan zat tambahan yang bervariasi yaitu formulasi A ditambah Avicel


PH 102 dengan konsentrasi 10%, formulasi B ditambah Avicel PH 102 dengan
konsentrasi 20%, dan formulasi C ditambah Avicel PH 102 dengan konsentrasi
30%. Hasil formulasi ketiga formula menunjukkan serbuk halus berwarna hijau
dan memiliki bau yang khas.
Pemilihan laktosa sebagai pengisi adalah karena Laktosa memiliki stabilitas
yang baik dan merupakan zat yang dapat memberikan pelepasan dan laju disolusi
zat aktif dengan baik. Laktosa digunakan sebagai zat pengisi karena merupakan
pengisi umum yang banyak digunakan karena mudah didapatkan.
D. Pengisian Cangkang Kapsul

Kapsul yang digunakan untuk Ekstrak daun kelor (moringa Oleifera Lam)
dan daun karuk (Piper sarmentosum roxb.ex.hunter) ini berwarna transparan, dan
memiliki ukuran no 0 alasan memakai cangkang kapsul no 0 karena bobot
kapsulnya lebih dari 300 mg. Proses pengisian cangkang kapsul dilakukan secara
manual dengan cara memasukan serbuk ekstrak daun kelor dan daun karuk ke
dalam cangkang kapsul satu per satu. Proses pengkapsulan harus dilakukan
dengan kondisi tangan yang tidak lembab dan harus menggunakan sarung tangan
agar cangkang kapsul tidak mudah meleleh dan rusak.
E. Evaluasi Sediaan Kapsul

1. Uji Keseragaman Bobot


Uji keseragaman bobot ini bertujuan untuk mengetahui besarnya
penyimpangan bobot per kapsul dan penyimpangan ini berhubungan dengan
penyimpangan dosis per kapsul. Keseragaman bobot kapsul harus sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, jika penyimpangan terlalu besar maka dosisnya pun akan
semakin berbeda jauh.
Tabel 4.9 Hasil Uji Keseragaman Bobot
Formulasi Bobot rata-rata kapsul 7,5% 15%
Formulasi A 0,47 - -
Formulasi B 0,38 - -
Formulasi C 0,38 4 4
Hasil yang didapat dari penelitian ini keseragaman bobot kapsul formulasi A
dan B memenuhi standar uji keseragaman bobot, sedangkan yang formulasi C
tidak memenuhi standar uji keseragam bobot karena ada beberapa kapsul yang
31

bobotnya menyimpang. Pengujian 20 kapsul yang di uji tidak lebih dari 2 kapsul
yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari
harga yang ditetapkan dalam kolom A (7,5%) dan tidak satu pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam
kolom B (15%).
Faktor yang mempengaruhi keseragaman bobot sediaan adalah sifat aliran
massa serbuk, semakin lembab masa serbuk maka akan mengakibatkan kurang
bebasnya massa serbuk mengalir. Dengan penambahan zat tambahan vivapur 101
kelembaban massa serbuk berkurang sehingga memperbaiki laju alir yang
berpengaruh penting terhadap keseragaman bobot.
2. Uji Waktu Hancur
Uji waktu hancur penting dilakukan untuk mengetahui
waktu hancur sediaan tablet atau kapsul. Untuk memberikan efek terapi, tablet
harus hancur terlebih dahulu hancur menjadi partikel yang lebih kecil, begitu pula
untuk kapsul agar isi kapsul dapat terabsorbsi pada saluran cerna. Uji waktu
hancur untuk ketiga formula kapsul menunjukkan waktu hancur rata-rata ± 3
menit.
Tabel 4.10 Hasil Uji Wakti Hancur Kapsul
No Formula A Formula B Formula C
1 03.10 03.10 03.18
2 03.12 03.15 03.20
3 03.18 03.20 03.25
4 03.20 03.22 03.30
5 03.22 03.30 03.36
6 03.25 03.38 03.40
Hasil uji waktu hancur menunjukn bahwa semua formula memenuhi syarat
uji waktu hancur kapsul Farmakope Indonesia edisi III yaitu waktu hancur
dibawah 15 menit.
Salah satu sifat dari vivapur 101 yaitu sebagai lubrikan dan desintegran yang
dapat memperbaiki waktu hancur.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Kombinasi ekstrak daun kelor (Moringa oleifera Lam) dan daun karuk (Piper
sarmentosum roxb.ex.hunter) dapat dibuat menjadi sediaan kapsul.
2. Hasil Evaluasi keseragaman bobot Formulasi A dan B memenuhi standar
keseragaman bobot sedangkan formulasi C tidak memenuhi keseragaman
bobot, dan untuk uji waktu hancur semua formulasi A, B, dan C memenuhi
standar waktu hancur.
3. Hasil formulasi yang paling baik yaitu formulasi A dan B karena memenuhi
standar uji keseragaman bobot dan uji waktu hancur.
B. Saran

Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan adanya uji higroskopisitas


kapsul kombinasi ekstrak daun kelor (Moringa oleifera Lam) dan daun karuk
(Piper sarmentosum roxb.ex.hunter) yang harus dilakukan selama 7 minggu dan
juga perlu dilakukan uji disolusi dan uji farmakologi yang di ujikan ke hewan uji.

32
DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an surat Shaad ayat 27


Hadist Riwayat Muslim
A. D. Tilong. 2012 “Ternyata KelorPenakluk Diabetes” DIVA Press, Yogyakarta
A. Nahdhiyati and A. Krisna. 2014 “Ekstraksi Dan Karakteristik Enzim Protease
Dari Daun Kelor (Moringa Oleifera Lam),”Teknol, pertan., vol, 15,no,3,
pp, 191-200.
Afriani, R & Gaffar. 2009. Aktivitas sitotoksik Fraksi Etil Asetat Daun Kelor
(Moringa Oleifera Lam) dan pengaruhnya terhadap kanker payudara.
Agoes, G. 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung : Penerbit ITB.
Agoes, G. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung : Penerbit ITB.
Andjani, 2016. Efek Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa Oleifera Lam)
terhadap nucklear factor Kappa Betta (Nf-Kb) aktif dan apoptosis cellLine
Kanker.
Diana M., Joao G., Lara L., Mariana H., and Jorge M. 2020 review of properties,
nutrional and pharmaceutical application of moringa oleifera: Integrative
approach onconventional tradisional Asian medicine. Nature Public Healthy
Emergency collection.
Augsburger, L.L. (2000). Modern pharmaceutics : Hard and Soft Gelatin capsule.
(Ed.2). New York: Mercell Dekker.
Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Depkes RI
H. Restiani Sih Harsanti. 2019 ”Pengaruh jenis pelarut pada ekstrak daun kelor
(Moringa Oleifera Lam) terhadap mortalitas larva aedes
aegypti,”Edubiotik,I,Pendidikan,Biol. Dan Terap.vol.4,no.2.
Jaenine Velez-Gavilan. 2019 University of Puerto Rico-Recinto Universitario de
Mayaguez Puerto Rico, “Moringa Oleifera Lam, “ CABI.
Khairun Nisa Berawi, 2019. Potensi Terapi Moringa oleifera Lam pada penyakit
Denegeneratif.

33
34

Purwanti,N. U., Yuliana, S., & Sari, N. (2018). Pengaruh Cara Pengeringan
Simplisia Daun Pandan Terhadap aktifitas Penangkal. Jurnal
FarmasiMedica/Pharmacy Medical Jurnal (PM), 1(2),63-72.
R. Ismail, V. Vitria, and D. Nugraha. 2016 Uji Aktivitas Mukolitik Infusa Daun
Karuk (Piper Sarmentosum Roxb.Ex.Hunter) pada Mukus Sapi Secara In
Vitro.
Rina. Wahyuni, 2014, “Pengaruh cara pengeringan dengan oven, kering, angina,
dan cahaya matahari langsung terhadap mutu simplisia.” Fakultas farmasi
universitas andalas.
Risnanita, Ririn. 2015, “Formulasi dan evaluasi sediaan kapsul ekstrak daun
bayam (Amaranthus hybridus L.) berdasarkan keseragaman bobon dan uji
waktu hancur”.
Roselyndiar, 2012, Formulasi Kapsul Kombinasi Ekstrak Herba Seledri (Apium
graveolens L.) dan Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.), Skripsi,
Fakultas MIPA, Universitas Indonesia
Rowe, R.C., Sheskey, P.J.,&Quinn, M.E. 2009. Handbook of pharmaceutical
Excipient (6th ed). Washington : Pharmaceutical Press and American
Pharmacist associate.
Syamsuni, H.A., 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Ulbricth, C & Seamon, E. 2010. An Evidence Baser Approach Natural Standar
Herba pharmacoteraphy. Canada : Mosby, Inc.
Veronica, 2016. Formulasi dan Optimasi Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Kelor
dengan Eksipien Vivapur 101 sebagai Adsorben
Y. Muttaqin, “Berobat dalam Pandangan Islam,” 2018.
Available:https://islam.nu.or.id/post/read/85544/berobat-dalam-
pedaganga-islam.
Y. Wiranta, 2011 “Optimasi Proses Pencampuran,“Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Nur Z., Endang K., Malina J., Jamia A., Kok W., and Khairana H. 2019, In vitro
anti-allergic activity of Moringa oleifera Lam. extracts and their isolated
compounds. BMC Complement Medicine and Therapies.
35

Abdul H., Zakaria Z., Amom Z., Adenan Mohd., Megat M., and Abdullah M.
2010, Piper sarmentosum as an antioxidant on oxidative stress in human
umbilical vein endothelial cells induced by hydrogen peroxide. Journal of
Zhejiang University Science B.
Liu C.F., Li G.H. 2002 Actuality of study on Moringa oleifera and their exploitive
foreground. J. Yunnan Trop. Crops Sci. Technol. 25:20–24.
Kawai M, Hirano T, Higa S, Arimitsu J, Maruta M, Kuwahara Y, et al. 2007
Flavanoids and related compounds as anti-allergic substances. Allergol Int.
56:113–123. doi:10.23 2/allergolint.R-06-135. [PubMed] [CrossRef]
Yasara W., Indira W., and Isuru W. 2020, Effect of Steam Blanching,
Dehydration Temperature & Time, on the Sensory and Nutritional
Properties of a Herbal Tea Developed from Moringa oleifera Leaves.
International Journal Food Science.
Pierre N., Edith N., and Carl M. 2018, Effects of age and extraction solvent on
phytochemical content and antioxidant activity of fresh Moringa oleifera L.
Leaves. Food Science Nutritio.
Yudha Adi, 2016 Formulasi sediaan tablet liquisolid glibenklamid dengan pelarut
PEG 400 dan laktosa sebagai carrier material. Fakultas Farmasi Universitas
sanata dharma Yogyakarta.
D. S. Panda,* N. S. K. Choudhury,1 M. Yedukondalu., and R. Gupta. 2008,
Evaluation of Gum of Moringa oleifera as a Binder and Release Retardant
in Tablet Formulation. Indian Journal Pharmaceutical Sciences.
Yi Z., Fan Z. Dan L., Jun W., Yichao Z., and Bohn M. 2017, Optimization of
formulation and processing of Moringa oleifera and spirulina complex
tablets. Saudi Journal Biological Science.
Kemenkes RI., Farmakope Indonesia Edisi V, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta,
2014.halaman 49.
36

LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan Bahan
Komponen Kegunaan Formula
A B C
Serbuk Ekstrak Daun Zat aktif 42 mg 42 mg 42 mg
Kelor
(ekstrak kental-vivapur
101 1:1)
Serbuk Ekstrak Daun Zat aktif 12 mg 12 mg 12 mg
Karuk (ekstrak kental
vivapur 101 1:1)
Avicel PH 102 Pengikat 10,5 g 21 g 31,5 g

Aerosil Adsorben 3,15 g 3,15 g 3,15 g


Talk Zat tambahan 2,10 g 2,10 g 2,10 g
Mg. Stearat Pelicin 1,05 g 1,05 g 1,05 g
Laktosa Pengisi Ad 43,20 g Ad 23,70 g Ad 13,20 mg

Lampiran 2 Perhitungan Penyusutan Kadar Air


Perhitungan susut pengeringan :
bobot simplisia (akhir )
Penyusutan kadar air = x 100 %
Bobot simplisia(Awal)
1000
Kelor x 100 %
6000
= 16,6%
500
Karuk x 100 %
3000
=16,6%
Lampiran 3 Perhitungan Rendemen Ekstrak
bobot ekstrak
Rendemen ekstrak = x 100%
bobot simplisia
220
Kelor x 100%
1000
= 22 %
35
Karuk x 100%
500
=7%
Lampiran 4 Perhitungan Keseragaman Bobot
Formulasi A
37

Rata-rata kapsul = 0,47 g = 470 mg


7,5
7,5% = 470 x = 35,25  470 – 35,25 = 434,75 mg
100
470 + 35,25 = 505,25 mg
15
15% = 470 x = 70,5  470 – 70,5 = 399,5 mg
100
470 + 70,5 = 540,5 mg
No Bobot kapsul (mg) 7,5% 15%
1 500  
2 500  
3 500  
4 500  
5 500  
6 500  
7 400  
8 500  
9 500  
10 400  
11 400  
12 400  
13 500  
14 500  
15 500  
16 500  
17 500  
18 500  
19 400  
20 500  

Formulasi B
Rata – rata kapsul = 0,38 g = 380 mg
7,5
7,5% = 380 x = 28,5  380 – 28,5 = 351,5 mg
100
380 + 28,5 = 408,5 mg
15
15% = 380 x = 57  380 – 57 = 323 mg
100
380 + 57 = 437 mg
No Bobot kapsul (mg) 7,5% 15%
1 400  
2 300  
3 300  
4 400  
5 400  
6 400  
7 300  
38

8 300  
9 400  
10 400  
11 400  
12 400  
13 400  
14 400  
15 400  
16 400  
17 400  
18 400  
19 400  
20 400  

Formulasi C
Rata – rata kapsul = 0,8 g = 380 mg
7,5
7,5% = 380 x = 28,5  380 – 28,5 = 351,5 mg
100
380 + 28,5 = 408,5 mg
15
15% = 380 x = 57  380 – 57 = 323 mg
100
380 + 57 = 437 mg
No Bobot kapsul (mg) 7,5% 15%
1 400  
2 400  
3 300  
4 300  
5 400  
6 400  
7 300  
8 300  
9 300  
10 400  
11 400  
12 400  
13 500 x x
14 500 x x
15 500 x x
16 300  
17 500 x x
18 400  
19 300  
20 300  

Lampiran 5 Uji Waktu Hancur


No Formula A Formula B Formula C
1 03.10 03.10 03.18
2 03.12 03.15 03.20
39

3 03.18 03.20 03.25


4 03.20 03.22 03.30
5 03.22 03.30 03.36
6 03.25 03.38 03.40
Syarat :  15 menit
Kesimpulan : memenuhi persyaratan yang ditetapkan dari Farmakope Indonesia
Edisi III.

Lampiran 6 Gambar Hasil dan Foto Alat-alat yang Digunakan

Gambar 3.2 Moringa Oleifera Lam

Gambar 3.3 Piper Sarmentosum Roxb. Ex. Hunter


40

Gambar 3.4 Hasil Maserasi

(a) (b)
Gambar 3.5 Hasil Ekstrak daun Kelor dan daun Karuk. (a) ekstrak daun kelor (b)
ekstrak daun karuk
41

Gambar 3.6 Hasil sediaan kapsul daun kelor dan daun karuk

(a) (b)
42

(c)
Gambar 3.7 Hasil sediaan Formula (a) Formula A, (b) Formula B, dan (c) Formu
la C

Lampiran 7 Alat Uji Waktu Hancur


43

Lampiran 8 Alat Uji Keseragaman Bobot

Anda mungkin juga menyukai