DOSEN:
DOSEN : Prof. Dr. Teti Indrawati, MS.Apt
Disusun Oleh :
1. Apakah yang dimaksud waktu paruh absorpsi dari suatu obat dan bagaimana ditentukan ?
Jawab :
Waktu paro eliminasi adalah waktu yang diperlukan agar kadar obat dalam sirkulasi
sistemik berkurang menjadi separonya.
Untuk obat yang diabsopsi melalui suatu proses orde kesatu, waktu paruh absopsi
adalah 0,693/ka. Meskipun absopsi obat melibatkan beberapa tahap stokastik (system
berbasis acak), keseluruhan proses laju sering didekati dengan sutau proses orde
kesatu, terutama pada larutan oral dan produk obat pelepasan segera (immediate
release) seperti tablet kompresi atau kapsul. Penentuan tetapan laju absopsi , Ka,
paling sering dihitung dengan metode Wagner-Nelson untuk obat-obat yang
mengikuti suatu model kompartemen satu dengan absorpsi orde kesatu dan eliminasi
orde kesatu.
2. Kapan seseorang mensimulasi absopsi obat dengan model kompertemen satu oral,
apakah tetapan laju absospsi yang lebih besar akan mengakibatkan jumlah obat
terabsopsi lebih besar ?
Jawab :
Fraksi obat terabsopsi F dan tetapan laju absopsi (Ka), adalah parameter bebas
(independen). Suatu obat dalam larutan oral mungkin memiliki laju absorpsi yang lebih
cepat dibandingkan dengan suatu produk obat padat. Jika obat dilepaskan dari produk
obat secara lambat atau diformulasikan agar obat ini diabsorpsi secara lambat, obat
mungkin mengalami efek lintas pertama, terdegradasi dalam saluran pencernaan, atau
dieliminasi dalam fase sehingga sedikit obat (F yang lebih kecil) dapat diabsopsi secara
sistemik dibandingkan dengan obat yang sama yang diformulasikan untuk diabsorpsi
secara lebih cepat dari produk obat.
3. Bagaimanakah anda menjelaskan bahwa ka sering lebih besar dari k pada sebagian besar
obat?
Jawab :
Suatu obat dengan laju absorpsi lebih lambat dari laju eliminasinya tidak akan mampu
memperoleh konsentrasi obat sistemik yang optimal untuk mencapai kemanjuran. Obat-
obat tersebut biasanya tidak dikembangkan menjadi produk.
4. Klirens obat bergantung pada dosis dan area bawah kurva konsentrasi obat-waktu.
Apakah klirens obat dipengaruhi oleh laju absorpsi?
Jawab :
Klirens obat umumnya tidak dipengaruhi oleh absorpsi obat dari sebagian besar site
absorpsi. Dalam saluran pencernaan, suatu obat diabsorpsi melalui vena portal hepatica
menuju hati dan dapat mengalami klirens hepatik.
5. Pada pergantian suatu obat dari pendosisan IV ke oral, pertimbangan apakah yang
terpenting?
Jawab :
Fraksi obat terabsorpsi mungkin kurang dari 1 (yaitu, 100% tersedia dalam sistemik)
setelah pemberian oral.
PERTANYAAN PEMBELAJARAN
1. Sampel plasma dari seseorang pasien di kumpulkan setelah dosis bolus oral 10 mg suatu
larutan benzodiazepine baru sebagai berikut
t ( jam ) Konsentrasi ( mg/ml )
0,25 2,85
0,50 5,43
0,75 7,75
1,00 9,84
2,00 16,20
4,00 22,15
6,00 23,01
10,00 19,09
14,00 13,90
20,00 7,97
2
y = -0.038x +
1. 1.667
1 PROF
F.
0. ELIMIN
0
0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 fs
abs2o5r.p0
- s0
abs
Linear (F.
-1
ELIMIN)
y = -0.152x +
Linear
- 1.667
-2
Jawab :
b(Slope) e = - 0.038
b(Slope) a = - 0.152
a) Ke = -2.303 X Slope
= - 2.303 X (-0.038 )
= 0.087514 jam-1 ~ 0,1 jam-1
a) Ka = -2.303 X Slope
= - 2.303 X (- 0.152 )
= 0.350056 jam-1
b) Persamaan yang menggambarkan konsentrasi obat dalam plasma : intercep y teramati
menjadi 60 mg/ml, oleh karena itu persamaan yang sesuai dengan data yang diamati
adalah Cp = 60 (e-0,1t – e-0,3t).
c)
2. Konsentrasi Anggap obat dalam soal 1 terabsorpsi 80%,hitung (a) tetapan absorpsi ka (b)
waktu paruh eliminasi,t1/2 (c) tmax atau obat puncak dan (d) volume distribusi
Jawab :
t( Jam) Cp Log Cp
0.25 3 0.477
1 5.7 0.756
2 4.8 0.681
3 3.2 0.505
4 2 0.301
5 1.2 0.079
6 0.75 - 0.125
7 0.46 - 0.337
Peny :
b(Slope) e = - 0.215
b(Slope) a = - 0.708
a) Ke = -2.303 X Slope
= - 2.303 X (0.215 )
= 0.495
t1/2 = 0.693/Ke
= 0.693 /1.630
= 0.425 Jam-1
Ka = 2.303 X Slope
= 2.303 X 0.708
= 1.630
Tmax = In ( Ka / K )
Ka – K
= In ( 1.630 / 0.495 )
1.630 – 0.495
= In 3.293
1.135
= 1.192
1.135
= 1.05 Jam
3. Bedakan metode persen tak terabsopsi untuk penentuan tetapan laju absorpsi ka, dalam hal
(a) metode farmakokinetika, (b) rute pemberian obat dan (c) kemungkinan sumber
kesalahan.
Jawab :
Metode persen obat tidak diabsorpsi berlaku untuk berbagai model dengan eliminasi orde
kesatu, terlepas dari proses masukan obat. Jika obat diberikan melalui injeksi iv, tetapan
laju eliminasi (k) dapat ditentukan secara akurat jika obat diberikan secara oral, k dan ka
dapat flip-flop,mengakibatkan suatu kesalahan kecuali tersedia data iv untuk menentukan
k. Untuk suatu obat yang mengikuti model kompartemen-dua, suatu injeksi IV bolus
digunakan untuk menentukan tetapan laju untuk distribusi dan eliminasi.
4. Kesalahan apa yang melekat yang terjadi dalam pengukuran ka untuk suatu pemberian
obat secara oral yang mengikuti suatu model kompartemen-dua, jika suatu model
kompartemen satu dipakai dalam perhitungan?
Jawab :
Setelah suatu injeksi iv bolus, suatu obat seperti teofilin mengikuti model kompartemen-
dua dengan suatu fase distribusi yang cepat. Suatu absorpsi oral, obat disitribusikan
selama fase absorpsi dan tidak teramati fase distribusi. Analisis farmakokinetik dari data
konsentrasi obat dalam plasma yang diperoleh setelah pemberian obat oral akan
menunjukkan bahwa obat mengikuti suatu model kompartemen-satu.
6. Sebutkan suatu metode pemberian obat yang akan menghasilkan masukan orde nol
Jawab :
Suatu produk obat yang dapat memberikan suatu masukan orde nol adalah suatu tablet
controlled release oral atau suatu sistem penghantaran obat transdermal (patch). Suatu
infusi obat IV juga akan memberikan masukan obat orde nol.
7. Dosis oral tunggal 100 mg dari suatu antibiotik kepada seseorang pasien pria dewasa 45
Thn, 72 kg. Dari kepustakaan Farmakokinetika obat ini sesuai model Kompartemen satu
terbuka persamaan yang paling sesuai dari Farmakokinetika obat adalah
Cp = 45 (e -0,17 t- e-1,5 t )
Dari persamaan di atas, hitung (a) t maks (b) C maks dan (C) t ½ pada pasien ini dianggap
Cp dalam Mg/ml dan tetapan laju orde satu dalam Jam -1
Diketahui : K = 0,17 Jam -1
Ka = 1,5 Jam -1
Cp = 45 (e-0,17t- e-1,5 t)
45 = FkaD0
VD(ka-k)
Ditanya : a. t maks
b. C maks
c. t ½
Jawab :
a. t maks = In(ka/k) = In (1,5/0,17) = 1,637 Jam ̰ ̴ 1.64 jamka-
k 1,5-0,17
b. C maks = 45 (e-0.17 (1.64) - c -(1.5) (1.64)
= 45 (e-2788- e-2.46)
= 45 (0.7567- 0.0854)
= 45 (0.6713)
a. t ½ = 0,693 = 4.076 Jam
0,17
8. Dua Obat A & B mempunyai parameter Farmakokinetika berikut setelah dosis oral
tunggal 500 mg obat
Obat Ka (jam-1) K (jam-1) VD (ml)
A 1,0 0,2 10.000
B 0,2 1,0 20.000
Kedua obat mengikuti model kompartemen 1 dan 100 % dapat tersedia dalam sistemik
Hitung t maks untuk tiap obat
Hitung c maks untuk tiap obat
Jawab :
Diketahui :
Ka obat A = 1.0 Jam -1 VD obat A = 10 ml
K obat A = 0.2 Jam -1
Ka obat B = 0.2 Jam -1 VD obat B = 20 ml
K obat B = 1.0 Jam -1
Do = 500 mg
F = 1 (Kompartemen)
Ditanya :
a. t maks obat A
t maks obat B
b. C maks obat A
C maks obat B
Jawab :
a. t maks Obat A = In (1,0/0,2) = 2,01Jam
1,0-0,2
t maks Obat B = In (0,2/1,0) = 2,01Jam
0,2/1,0
b. C maks = FkaDO (e–Ka maks-e–Ktmaks)
VD(ka-k)
C maks obat A = (1)(500)(1)/(10)(1-0,2) (0.670-0.135)=33.44mcg/ml
C maks obat B = (1)(500)(0,2)/(20)(0,2-1,0) (0.135-0.67) =3.34 mcg/ml
9. Bioavailabilitas fenil propanol amin hidroklorida diteliti pada 24 subjek pria dewasa. Data
berikut menyatakan konsentrasi fenilpropanol amin hidroklorida rata – rata dalam darah
(ng/ml) setelah pemberian oral dosis tunggal 25 mg larutan fenilpropanol amin
hidroklorida.
Waktu (jam) Konsentrasi (mg/ml) Waktu (jam) Konsentrasi (mg/ml)
0 0 3 62,98
0,25 51,33 4 52,32
0,5 74,05 6 36,08
1,0 82,91 8 24,88
1,5 81,76 12 11,83
2 75,51 24 1,27
a. Dari data, dapatkan tetapan laju absorbsi, ka, dan tetapan laju eliminasi, k, dengan
metode residual.
b. Apakah beralasan untuk menganggap bahwa ka>k untuk suatu obat dalam suatu larutan?
bagaimanakah anda menentukan dengan tegas tetapan laju merupakan tetapan eliminasi
k?
c. Dari data, metode manakah, Wagner Nelson dan Loo-Riegelman, yang lebih tepat untuk
menentukan order tetapan laju absorpsi ?
d. Dari harga yang anda peroleh hitung tmaks teoritis. Bagaimana harga yang ada peroleh
berkaitan dengan tmaks teramati pada subjek ?
e. Apakah anda menganggap farmakokinetika fenilpropanol amin HCl mengikuti model
kompartemen satu? mengapa ?
Jawab :
a. Metode residual menggunakan metode grafik manual dapat memberikan jawaban yang
agak berbeda tergantung pada keterampilan pribadi dan kualitas kertas grafik. Nilai
yang diperoleh dengan program komputer ESTRIP. Member pemikiran berikut :
ka = 2,84 jam-1 k = 0,186 jam-1 t1/2 = 3,73 jam
b. Suatu obat dalam suatu larutan air adalah bentuk paling mudah diabsorpsi dibandingkan
dengan pelepasan segera (immediate release) seperti tablet dan kapsul kompresi.
Absorbsi obat dari sediaan extended – release mungkin ka>k. Untuk menunjukkan tegas
mana bentuk sediaan oral lainnya. Asumsi bahwa ka>k umumnya benar untuk larutan
obat dan bentuk sediaan slop yang menyatakan k sebenarnya, obat harus diberikan
melalui IV bolus atau infusan IV, dan slop kurva eliminasi didapat.
c. Metode Loo-Riegelman membutuhkan data IV. Oleh karena itu, hanya metode Wagner
dan Nelson dapat digunakan pada data ini.
TUGAS DARI POWER POINT ABSORPSI ORAL
Jawaban :
Diketahui :
t( Jam) Cp Log Cp
0.25 3 0.477
1 5.7 0.756
2 4.8 0.681
3 3.2 0.505
4 2 0.301
5 1.2 0.079
6 0.75 - 0.125
7 0.46 - 0.337
Ditanya :
b. T1/2 Absorpsi
c. Ka
d. Tmax
e. Cp 1KOMPARTEME
max N
0 1 2 3 4 5 6 7 8
10
LURUS
0.1
Fase Eliminasi
1 5.7 0.756
Fase absorpsi
t( Jam) Cp Log Cp
a = 1,13
5 1.2 b(Slope) = - 0.708 R =
0.079
-0,999
6 0.75 - 0.125
a) Ke = -2.303 X Slope
= - 2.303 X (0.215 )
= 0.495
t1/2 = 0.693/Ke
= 0.693/0.495
= 1.4 Jam-1
b) t1/2 a = 0.693 / ka
= 0.693 /1.630
= 0.425 Jam-1
c) Ka = 2.303 X Slope
= 2.303 X 0.708
= 1.630
d) Tmax Grafik 1 jam
Tmax = In ( Ka / K )
Ka – K
= In ( 1.630 / 0.495
1.630 – 0.495
= In 3.293
1.135
= 1.192
1.135
= 1.05 Jam
= e(2.701) = e(2.701)
= 14.595 = 14.595
A = 14.595 a = Ka = 1.630
B = 14.595 b = Ke = 0.495
t max = 1.00 Maka
didapatkan :
(-0,495 x ( 1.00) (-1.630 x (1.00)
Cpmax = (14.595 x e ) – (14.595 x e )
= 5.70 mg%
cPE
elmns LogCp=
- 0.2111t+1.14
Plasma concentration
7
6
1,
51.7.5,
5
2,
0.5,
4
Plasma
3, concentration
3 0.25,
2 4,
5,
1
6,
7,
0
0 2 4 6 8
TABEL 2.2
1 2.2
1.5 5.38
2 6.8
3 6.91
4 6.32
6 4.25
8 3.6
10 2.72
12 2.3
24 0.67
Ditanya :
a. T1/2 Eliminasi
b. K eliminasi
c. T1/2 absorpsi
d. K Absorpsi
e. T max
f. Cp max
cPE CPa
elmns Log Cp= Log Cpe =
- 0.155x + 4.772 - 0.0164x + 0.5106
Cp log Cp Cpe y = - 0.155x + y = - 0.0164x +
4.772 0.5106
0.5 0.12 -0.920819 4.6945 0.5024
1 2.2 0.342423 4.617 0.4942
1.5 5.38 0.730782 4.5395 0.486
2 6.8 0.83250891 4.462 0.4778
3 6.91 0.83947805 4.307 0.4614
7
y = -0.155x
6 + 4.772
5
Cp (25
4
LOG
3 SCALE
Linear (LOG
2
0
0 5 1 15 2 2 3
Time
Jawab :
b(Slope) e = - 0.155
b(Slope) a = - 0.0164
a) Ke = -2.303 X Slope
= - 2.303 X (- 0.155 )
= 0.3569
t1/2 = 0.693/Ke
= 0.693/0.3569
= 1.94 Jam-1
b) t1/2 a = 0.693 / ka
= 0.693 / 0.0377
= 18.34 Jam-1
c) Ka = 2.303 X Slope
= 2.303 X - 0.0164
= 0.0377
Tmax = In ( Ka / K )
Ka – K
= In ( 0.0377 / 0.3569)
0.0377 - 0.3569
= In 0.1056
- 0.3192
= - 2.2480
- 0.3192
= 7.04 Jam
Plasma concentration
8 25
Tmax
7 2,
3,
4,
6
1.5,
5
6,
4 4.25 LO
G
8,
3
10,
2.72
1,
2 12,
1
24,
0 0.5, 0.12
05 1 1 2 2 3
cPE CPa
- 0.71595
0.5 0.26 7.72365
0.585026652
8
Cp (50
Plasma
Concentration
4 Linear (Plasma
2
y = - 0.0095x
0 +
0 5 1 15 2 2 3
Time
Plasma Concentration
1
Tmax
3, 12.54
1
4,
11.2
1
6,
8
1.5, 8, Plasma
6
10, 4.85
4 12,
1,
2
24,
0 0.5, 0.26
05 1 1 2 2 3
Jawab :
b(Slope) e = -0.2155
b(Slope) a = - 0.0095
a) Ke = -2.303 X Slope
= - 2.303 X (- 0.2155 )
= 0.4962
t1/2 = 0.693/Ke
= 0.693/0.4962
= 1.39 Jam-1
b) t1/2 a = 0.693 / ka
= 0.693 / 0.0218
= 31.78 Jam-1
c) Ka = 2.303 X Slope
= 2.303 X - 0.0095
= 0.0218
Tmax = In ( Ka / K )
Ka – K
= In ( 0.0218 / 0.4962)
0.0218 – 0.4962
= In 0.0439
- 0.4744
= - 3.1250
- 0.4744
= 6.58 Jam