PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA
JURUSAN FARMASI
PERCOBAAN V
DISUSUN OLEH:
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
A. Latar Belakang
Perubahan kimia obat dalam tubuh terutama terjadi pada jaringan-jaringan
dan organ seperti hati, ginjal, paru dan saluran cerna. Hati merupakan
organ ubuh tempat utama metabolisme obat oleh karena mengandung
enzim-enzim metabolisme dibanding organ lain. Metabolisme obat dihati
terjadi pada membran retikulum endoplasma sel. Pemberian bersama-sama
suata senyawa obat dan memperpendek masa kerja obat. Hal ini
disebabkan senyawa tersebut dapat meningkatkan jumlah atau aktivitas
enzim metabolisme dan bukan karena permeabilitas mikrosom atau adanya
reaksi penghambatan (Mardjono:2011).
C. Tujuan
Dapat memahami cara pengamatan pengaruh pemberian suatu obat
melalui studi induksi dan inhibisi terhadap biotransformasi secara in vivo?
D. Manfaat
Dapat mengetahui cara pengamatan pengaruh pemberian suatu obat melali
studi induksi dan inhibisi terhadap biotransformasi secara in vivo
E. Prinsip Percobaan
Prinsip pada percobaan kali ini yaitu pengukuran waktu tidur pada hewan
uji tikus (Rattus norvegicus) yaitu dibagi atas hewan uji. Terdiri atas 2
kelompok dimana kelompok I diberi paracetamol secara oral sebagai
kontrol positif dan kelomok II diberi Nacl fisiologis 0,5% secara
intraperitoneal sebagai kontrol negatif. Pemberian Nacl fisiologis 0,5%
dan paracetamol diberikan selama 6 hari berturut-turut. Pada hari ke-7
diberi fenitoin untuk menggambarkan kecepatan biotransformasi suatu
obat.
F. Dasar Teori
Pada fase farmakokinetik, obat mengalami proses ADME yaitu absorbs,
distribusi, biotransformasi, (metabolism) dan ekskresi yang berjalan secara
simultan langsung atau tidak langsung meliputi perjalanan suatu obat
melintasi sel membrane. Biotransformasi yaitu istilah yang sering
digunakan untuk menggambarkan metabolisme obat di badan. Pokoknya
setiap obat adalah merupakan zat asing bagi badan dan tidak diingini oleh
karena itu badan berusaha merombak zat tadi menjadi metabolit sekaligus
bersifat hidrofil agar lebih lancer di ekskresi melalui ginjal. Jadi
biotransformasi adalah merupakan peristiwa detoksikasi. Biotransformasi
berlangsung terutama di hati, tetapi ada beberapa obat mengalami
biotransformasi dalam ginjal, plasma dam selapiut lender di usus. Reaksi
biotransformasi biasanya oksidasi, hidrolisa, dan konjugasi (Anief, 2018).
H. Uraian sampel
1. Natrium fenobarbital (AHFS; 2011)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Moridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
3. Sampel
a) Natrium fenobarbital
b) Natrium tiopental
4. Hewan uji
a) Tikus putih (Rattus norvegicus)
L. Cara kerja
1. Pembuatan larutan paracetamol
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Diambil lumpang yang telah dibersihkan dan dimasukkan
paracetamol tablet dan digerus menggunakan alu hingga homogen.
c) Diambil air hangat 10 ml dimasukkan kedalam lumpang dan
ditambahkan Na CMC
d) Digerus hingga terbentuk mucilago dan dimasukkan parasetamol
digerus hingga homogen
e) Dimasukkan kedalam gelas kimia dan ditambahkan hingga 50 ml
dengan air hangat.
2. Pemberian secara oral (Na CMC+Paracetamol)
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Diambil 6 tikus (Tikus nomor 7-12) yang telah di timbang
c) Diambil larutan Na CMC dan paracetamol dengan menggunakan
dispo yang ujungnya telah diganti dengan sonde
d) Diberikan pada setiap tikus secara oral selama 6 hari berturut-turut
e) Di dokumentasikan
Skema kerja
Kelompok 1 Kelompok 2
Nacl Fisiologis Paracetamol
(Intraperitoneal) (Oral)
Lakukkan perlakuan yang sama
selama 6 hari
Analisis Data
M. Hasil Pengamatan
1. Tabel pengamatan
a). Nacl fisiologis (Intraperitoneal)
2. Analisis Data
a). Nacl fisiologis (0,9%) (intraperitoneal)
Hari ke-1
BBtikus 1
VP= x x Vmax ( 2ml)
BBmax 2
246 g 1
VP 1= x x 2 ml=0,73 ml
333 g 2
255 g 1
VP 2= x x 2 ml=0,67 ml
333 g 2
246 g 1
VP 3= x x 2ml=0,73 ml
333 g 2
333 g 1
VP 4= x x 2 ml=1 ml
333 g 2
306 g 1
VP 5= x x 2ml=0,91 ml
333 g 2
290 g 1
VP 6= x x 2ml=0,87 ml
333 g 2
Hari ke-2
BBtikus 1
VP= x x Vmax ( 2ml)
BBmax 2
243 g 1
VP 1= x x 2 ml=0,73 ml
329 g 2
247 g 1
VP 2= x x 2 ml=0,75 ml
329 g 2
329 g 1
VP 3= x x 2 ml=1 ml
329 g 2
286 g 1
VP 4= x x 2 ml=0,86 ml
329 g 2
289 g 1
VP 5= x x 2 ml=0,67 ml
329 g 2
256 g 1
VP 6= x x 2 ml=0,77 ml
329 g 2
Hari ke-3
BBtikus 1
VP= x x Vmax ( 2ml)
B Bmax 2
385 g 1
VP 1= x x 2 ml=0,68 ml
566 g 2
248 g 1
VP 2= x x 2 ml=0,43 ml
566 g 2
566 g 1
VP 3= x x 2ml=1 ml
566 g 2
288 g 1
VP 4= x x 2 ml=0,50 ml
566 g 2
288 g 1
VP 5= x x 2 ml=0,50 ml
566 g 2
255 g 1
VP 6= x x 2 ml=0,45ml
566 g 2
Hari ke-4
BBtikus 1
VP= x x Vmax ( 2ml)
BBmax 2
247 g 1
VP 1= x x 2 ml=0,74 ml
332 g 2
244 g 1
VP 2= x x 2ml=0,73 ml
332 g 2
332 g 1
VP 3= x x 2 ml=1 ml
332 g 2
285 g 1
VP 4= x x 2 ml=0,85 ml
332 g 2
284 g 1
VP 5= x x 2 ml=0,85 ml
332 g 2
254 g 1
VP 6= x x 2 ml=0,76 ml
332 g 2
Hari ke-5
BBtikus 1
VP= x x Vmax ( 2ml)
BBmax 2
243 g 1
VP 1= x x 2 ml=0,74 ml
327 g 2
245 g 1
VP 2= x x 2 ml=0,74 ml
327 g 2
327 g 1
VP 3= x x 2ml=1 ml
327 g 2
285 g 1
VP 4= x x 2 ml=0,87 ml
327 g 2
280 g 1
VP 5= x x 2ml=0,85 ml
327 g 2
256 g 1
VP 6= x x 2 ml=0,78 ml
327 g 2
Hari ke-6
BBtikus 1
VP= x x Vmax ( 2ml)
BBmax 2
249 g 1
VP 1= x x 2 ml=0,74 ml
327 g 2
250 g 1
VP 2= x x 2 ml=0,74 ml
327 g 2
327 g 1
VP 3= x x 2ml=1 ml
327 g 2
285 g 1
VP 4= x x 2 ml=0,85 ml
327 g 2
280 g 1
VP 5= x x 2ml=0,8 ml
327 g 2
256 g 1
VP 6= x x 2 ml=0,7 ml
327 g 2
Hari ke-1
KD=Dosis x FK
500 mg 9 mg
¿ x 0,018=
70 kg BB 200 g
9 mg
x 325 g
KD X BBmax 200 g
Stok= = =5,85 mg/ml
1 1
x Vmax x 5 ml
2 2
9 mg
x 325 g
KD X BBtikus 200 g
VP 7= = =2,5 ml
Stok 5,85 mg/ml
9 mg
x 245 g
KD X BBtikus 200 g
VP 8= = =1,88 ml
Stok 5,85 mg/ml
9 mg
x 262 g
KD X BB tikus 200 g
VP 9= = =2,01 ml
Stok 5,85 mg/ml
9 mg
x 277 g
KD X BBtikus 200 g
VP 10= = =2,13ml
Stok 5,85 mg/ml
9 mg
x 278 g
KD X BBtikus 200 g
VP 11= = =2,13ml
Stok 5,85 mg/ml
9 mg
x 263 g
KD X BB tikus 200 g
VP 12= = =2,02 ml
Stok 5,85 mg/ml
Hari ke-2
9 mg
x 321 g
KD X BBmax 200 g
Stok= = =5,77 mg/ml
1 1
x Vmax x 5 ml
2 2
9 mg
x 276 g
KD X BBtikus 200 g
VP 7= = =2,15 ml
Stok 5,77 mg/ml
9 mg
x 255 g
KD X BBtikus 200 g
VP 8= = =1,98 ml
Stok 5,77 mg/ml
9 mg
x 241 g
KD X BB tikus 200 g
VP 9= = =1,87 ml
Stok 5,77 mg/ml
9 mg
x 323 g
KD X BBtikus 200 g
VP 10= = =2,5 ml
Stok 5,77 mg/ml
9 mg
x 257 g
KD X BBtikus 200 g
VP 11= = =2
Stok 5,77 mg/ml
9 mg
x 272 g
KD X BB tikus 200 g
VP 12= = =2,12 ml
Stok mg
5,77
ml
Hari ke-3
9 mg
x 323 g
KD X BBmax 200 g
Stok= = =5,8 mg/ml
1 1
x Vmax x 5 ml
2 2
9 mg
x 280 g
KD X BBtikus 200 g
VP 7= = =2,17 ml
Stok 5,8 mg/ml
9 mg
x 260 g
KD X BBtikus 200 g
VP 8= = =2ml
Stok 5,8 mg/ml
9 mg
x 225 g
KD X BB tikus 200 g
VP 9= = =1,74 ml
Stok 5,8 mg/ml
9 mg
x 323 g
KD X BBtikus 200 g
VP 10= = =2,5 ml
Stok 5,8 mg/ml
9 mg
x 210 g
KD X BBtikus 200 g
VP 11= = =1,6 ml
Stok 5,8 mg/ml
9 mg
x 270 g
KD X BB tikus 200 g
VP 12= = =2 ml
Stok 5 , mg/ml
Hari ke-4
9 mg
x 320 g
KD X BBmax 200 g
Stok= = =5,76 mg/ml
1 1
x Vmax x 5 ml
2 2
9 mg
x 246 g
KD X BBtikus 200 g
VP 7= = =1,9 ml
Stok 5,76 mg/ml
9 mg
x 256 g
KD X BBtikus 200 g
VP 8= = =2 ml
Stok 5,76 mg/ml
9 mg
x 244 g
KD X BB tikus 200 g
VP 9= = =1,9 ml
Stok 5,76 mg/ml
9 mg
x 320 g
KD X BBtikus 200 g
VP 10= = =2,5 ml
Stok 5,76 mg/ml
9 mg
x 255 g
KD X BBtikus 200 g
VP 11= = =2ml
Stok 5,76 mg/ml
9 mg
x 268 g
KD X BB tikus 200 g
VP 12= = =2,1 ml
Stok 5,76 mg/ ml
Hari ke-5
9 mg
x 330 g
KD X BBmax 200 g
Stok= = =5,9 mg/ml
1 1
x Vmax x 5 ml
2 2
9 mg
x 278 g
KD X BBtikus 200 g
VP 7= = =2,1ml
Stok 5,9 mg/ml
9 mg
x 248 g
KD X BBtikus 200 g
VP 8= = =1,8 ml
Stok 5,9 mg/ml
9 mg
x 272 g
KD X BB tikus 200 g
VP 9= = =2 ml
Stok 5,9 mg/ml
9 mg
x 330 g
KD X BBtikus 200 g
VP 10= = =2,5 ml
Stok 5,9 mg/ml
9 mg
x 255 g
KD X BBtikus 200 g
VP 11= = =1,9 ml
Stok 5,9 mg/ml
9 mg
x 259 g
KD X BB tikus 200 g
VP 12= = =1,9 ml
Stok 5,9 mg/ml
Hari ke-6
9 mg
x 322 g
KD X BBmax 200 g
Stok= = =5,79 mg/ml
1 1
x Vmax x 5 ml
2 2
9 mg
x 274 g
KD X BBtikus 200 g
VP 7= = =2,1 ml
Stok 5,79 mg/ ml
9 mg
x 256 g
KD X BBtikus 200 g
VP 8= = =1,98 ml
Stok 5,79 mg/ml
9 mg
x 245 g
KD X BB tikus 200 g
VP 9= = =1,9ml
Stok 5,79 mg/ml
9 mg
x 322 g
KD X BBtikus 200 g
VP 10= = =2,5 ml
Stok 5,79 mg/ml
9 mg
x 260 g
KD X BBtikus 200 g
VP 11= = =2ml
Stok 5,79 mg/ml
9 mg
x 274 g
KD X BB tikus 200 g
VP 12= = =2,1ml
Stok 5,79 mg/ml
N. Pembahasan
Biotransformasi adalah kemampuan organisme untuk mengubah bahan
kimia yang terakumulasi menjadi yang lain. Kemampuan biotransformasi
tergantung pada aktivitas enzimatik hewan dan hal ini sangat dipengaruhi
oleh karakteristik spesifik dari spesies organisme (Hertika; 2019).
Prinsip pada percobaan kali ini yaitu pengukuran waktu tidur pada hewan
uji tikus (Rattus norvegicus) yaitu dibagi atas hewan uji, terdiri atas 2
kelompok dimana kelompok I diberi paracetamol secara oral sebagai
kontrol positif dan kelompok II diberi Nacl fisiologis 0,5% secara
intraperitoneal sebagai kontrol negatif. Pemberian Nacl fisiologis 0,5%
dan paracetamol diberikan selama 6 hari berturut-turut. Pada hari ke-7
diberi fenitoin untuk menggambarkan kecepatan biotransformasi suatu
obat.
Cara kerja yang dilakukkan pada percobaan ini yaitu pertama hewan,
bahan dan alat disiapkan. Kemudian hewan uji dibagi menjadi dua
kelompok perlakuan yaitu kelompok I untuk pemberian Nacl fisiologis.
Kelompok II untuk pemberian larutan parasetamol. Setiap kelompok
terdiri dari 5 ekor hewan uji. Kemudian dibuat bahan larutan parasetamol
100 ml. Pada kntrol pemberian parasetamol dan Nacl fisiologis dilakukkan
pemberian yang sama selama 6 hari. Pada hari ke-7 diberikan masing-
masing kelompok fenioin sesuai dosis. Setelah iu diamati durasi dan onset
setiap kelompok.
Hewan uji yang digunakan adalah tikus outih, digunakkan tikus putih yang
mempunyai sistem metabolisme menyerupai manusia, lebih ekonomis dan
mudah di dapatkan.
Pada percobaan ini digunakkan kontrol negarif yaitu Nacl fisiologis dan
kontrol positif yaitu parasetamol. Di gunakkan Nacl fisiologis sebagai
kontrol negatif karena Nacl fisiologis merupakan larutan isotonis yang
memiliki kadar yang sama dengan cairan tubuh pada manusia dan tidak
mempengaruhi proses metabolisme obat lain serta tidak mempunyai
inhibisi maupun induksi enzim medisional pada hati (Rahmatin; 2015).
Dari percobaan yang telah dilakukkan di peroleh rata-rata onset obat dari
kelompok pemberian paracetamol + fenitoin adalah onset 249,16 detik dan
durasi 198,5 detik. Pada pemberian Nacl fisiologis + fenitoin di dapatkan
hasil pada onset 210,6 detik dan pada durasinya 70,5 detik.
Parameter yang paling banyak berpengaruh disini adalah durasi karena
yang dilihat adalah kadar obat di dalam plasma sehingga yang dilihat obat
tersebut berefek sampai obat tersebut tidak berefek. Jadi, bukan onsetnya
atau waktu mula kerja obat sampai obat tersebut memberikan efek.
O. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah di lakukkan maka dapat di tarik
kesimpulan yaitu :
1. Biotransformasi adalah kemampuan organisme untuk mengubah bahan
kimia yang terakumulasi menjadi yang lain. Kemampuan
biotransformasi tergantung pada aktivitas enzimatik hewan dan hal ini
sangat dipengaruhi oleh karakteristik spesifik dari spesies organisme.
2. Pada praktikum ini diperoleh hasil rata-rata onset dan durasi
paracetamol + fenitoin yaitu onset 249,16 detik dan durasi 198,5 detik.
Pada Nacl + Fenitoin onset 210,6 detik dan durasi 78,5 detik.
P. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah alat dan bahan di dalam lab
agar kiranya lebih lengkap serta praktikan lebih teliti dan memahami
prosedur pengerjaan agar tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Anief moh. 2018. Prinsip Umum Dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta. Gajah
Mada University Press
Indah Sari, dkk. 2015. Pengaruh Metabolisme Obat Ibuprofen dan Fenitoin Pada
Enzim Hati. Padang. Unversitas Andalas
Mardjono, dkk. 2010. Metabolisme Obat Dalam Tubuh. Jakarta. PT. Gramedia
Mawarsan. 2015. Uji Aktivitas Penyembuhan Luka Bakar Dengan Ekstrak Etanol
Umbi Talas Jepang. Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah.
Prihardjo, Robert. 2012. Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran. ECG
Tjay, H. Tan Dan Rahardja. 2015. Obat-Obat Penting. Jakarta. PT. Elex
Mediakomputindo