Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

” PENGEMBANGAN SEDIAAN OBAT TRADISIONAL DALAM


BENTUK SEDIAAN PADAT”

Disusun Oleh
Kelompok 2
Asrifa Mantang F201902001
Herman Maman F201802032
I Gusti Ketut Putra F201902006
Nurhayani F201902002
Suria F201902011

PROGRAM STUDI FARMASI S1


UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis telah menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan judul “Pengembangan sediaan obat tradisional
dalam bentuk sediaan padat”.
Lewat makalah ini penulis berharap dapat menambah wawasan dan
pengetahuan. Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah
ini, karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan, saran dan usulan dari para
pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini.
Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Kendari, 20 Oktober 2021

Kelompok II

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan............................................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................ 2

Bab II Tinjauan Pustaka.................................................................................... 3


A. Sediaan Padat............................................................................................. 3
B. Sediaan Obat Tradisional........................................................................... 5
C. Bentuk-Bentuk Sediaan Obat tradisional................................................... 7
D. Kelebihan dan Kekurangan Obat Tradisional............................................ 8
E. Sediaan Obat Tradisional Dalam Bentuk Sediaan Padat........................... 9
F. Pengembangan Obat Tradisional Dalam Bentuk Sediaan Padat............... 10

Bab III Penutup................................................................................................. 13


A. Kesimpulan ............................................................................................... 13

Daftar Pustaka................................................................................................... 14

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan berbagai macam jenis tanaman
yang bisa dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Perkembangan pemanfaatan
bahan alam sebagai obat tradisional dengan penggunaan yang lebih baik
sekarang lebih diminati, hal ini disebabkan karena obat tradisional relatif
mudah didapat. Bahan obat dari alam yang tumbuh melimpah di Indonesia
dapat menundukung usaha pengobatan dengan menggunakan obat tradisional
menjadi semakin meningkat dan berkembang luas di masyarakat. Obat
tradisional ini umumnya berasal dari tumbuhan asli Indonesia dan banyak
terdapat di sekitar rumah atau lingkungan pedesaan.
Seiring dengan berkembangnya ilmu dan tekhnologi di dunia farmasi .
Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit yang muncul.
Perkembangan pengobatan pun terus di kembangkan. Berbagai macam bentuk
sediaan obat, baik itu liquid, solid dan semisolid telah dikembangkan oleh ahli
farmasi dan industri. Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan
kebutuhan masyarakat, yang  bertujuan untuk memberikan efek terapi obat,
dosis yang sesuai untuk di konsumsi oleh masyarakat.
Peningkatan penggunaan obat tradisional perlu disikapi secara bijak
karena masih adanya pandangan yang keliru bahwa obat tradisional selalu
aman, tidak ada risiko bahaya bagi kesehatan konsumen. World Health
Organization (WHO) melaporkan bahwa terjadi efek yang tidak diinginkan
dari obat tradisional akibat kesalahan mengambil jenis tumbuhan obat yang
digunakan, ketidaktepatan dosis, dan kesalahan dalam penggunaan oleh
konsumen. Standarisasi keseragaman mutu produk sangat perlu dilakukan
untuk menjamin keseragaman mutu dari bahan alam yang akan diformulasikan
dalam suatu sediaan farmasi (Depkes RI, 2000).
Obat tradisional telah banyak dikenal dan digunakan oleh masyarakat
baik pada jaman dahulu maupun sekarang. Penggunaan obat tradisional oleh
masyarakat pada umumnya masih sebatas dalam bentuk jamu, yang cara

1
penyajiannya dengan cara direbus atau diseduh, sehingga kurang disukai
penggunanya. Selain itu sediaan jamu juga masih mempunyai kekurangan
seperti penyajian yang tidak praktis, bentuk sediaan yang kurang stabil dan
takaran yang tidak tetap.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sediaan padat?
2. Bagaimana sediaan obat tradisional dalam bentuk sediaan padat?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sediaan padat.
2. Mengetahui sediaan obat tradisional dalam bentuk sediaan padat.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sediaan Padat
Sediaan padat adalah sediaan yang mempunyai bentuk dan tekstur yang
padat serta kompak. Sediaan solida ini mempunyai bermacam-macam bentuk
(Kemenkes RI, 2018). Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam
bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih
dalam pembawa yang digunakan sebagai obat dalam ataupun obat luar. Ada
berbagai bentuk sediaan obat di bidang farmasi, yang dapat diklasifikasikan
menurut wujud zat dan rute pemberian sediaan. Berdasarkan wujud zat, bentuk
sediaan obat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sediaan bentuk cair (larutan
sejati, suspensi, dan emulsi), bentuk sediaan semipadat (krim, lotion, salep, gel,
supositoria), dan bentuk sediaan solida/padat (tablet, kapsul, pil, granul, dan
serbuk) (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).
Sediaan Padat merupakan bentuk sediaan obat tradisional dalam bentuk
rajangan, berupa potongan-potongan bahan alamiah yang dipergunakan sebagai
obat tradisional sebelum diolah (Simplisia), bisa berupa campuran simlisia,
ataupun campuran simplisia dengan bahan galenik. pada bahan padat ini
penggunaanya dilakukan dengan cara perebusan atau pendidihan dengan air
hangat. Selain dalam bentuk rajangan, sedian obat tradisional dalam bentuk
padat bisa berupa serbuk maupun pil (Wasito, 2011).
Macam-macam bentuk obat dalam sediaan padat yaitu diantaranya:
1. Tablet
Tablet merupakan sediaan padat yang kompak, dibuat secara kempa-
cetak berbentuk pipih dengan kedua permukaan rata atau cembung, dan
mengandung satu atau beberapa bahan obat, dengan atau tanpa zat tambahan
(Nanizar, 1990). Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Sebagian besar tablet dibuat dengan
cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak
digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada
serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Sedangkan tablet cetak

3
dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab tekanan rendah ke dalam
lubang cetakanmatahari (F ED V, 2014).
Persyaratan pembuatan tablet yaitu Keseragaman bobot dan waktu
hancur tidak lebih dari 20 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih
dari 60 menit untuk tablet bersalut, Penetapan dilakukan menurut cara yang
tertera pada Farmakope Indonesia. Kadar air tidak lebih dari 10 %, angka
lempeng total tidak lebih dari 104, angka kapang dan khamir tidak lebih dari
10, Mikroba patogen negative, Allatoksin tidak lebih dari 30 bpj, dan Bahan
tamhahan wadah dan penyimpanan (Ditjen POM, 2009).
2. Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang
keras atau lunak yang dapat larut. cangkang umumnya terbuat dari gelatin
tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. sesuai
(Depkes RI, 2014). Persyaratan pembuatan kapsul yaitu waktu hancur tidak
lebih dari 15 menit, penetapan dilakukan menurut cara yang tertera pada
Farmakope Indonesia lsi kapsul harus memenuhi persyaratan Keseragaman
bobot.Kadar air isi kapsul tidak lebih dari 10 %, angka lempeng total tidak
lebih dari 10, angka kapang dan khamir tidak lebih dari 10,mikroba patogen
negative, Aflatokin tidak lebih dari 30 bpj, Bahan tambahan wadah dan
penyimpanan dalam wadah tertutup baik disimpan pada suhu kamar
ditempat kering dan terlindung dari sinar matahari(FED V,2014).
3. Pil
Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk bulat sepeti kaleng
mengandung satu atau lebih bahan obatberat pil berkisar antar 100 mg
sampai 500 mg, Pil kecil yang beratnya kira-kira 30 mg disebut granul dan
pil besar yang beratnya lebih dari 500 mg disebut boli. Boli biasanya
digunakan untuk pengobatan hewan seperti sapi, kuda dan lain-lain.
Persyaratan pembuatan pil yaitu keseragaman bobot, Kadar air, Waktu
hancur tidak lebih dari 60 menit, Penetapan dilakukan menurut cara yang
tertera pada Farmakope Indonesia atau Materia Medika Indonesia. Angka
lempeng total tidak lebih dari 10,angka kapang dan khamir tidak lebih dari

4
10, Mikroba pathogen negative, Aflatoksin tidak lebih dari 30 bpj, bahan
tambahan berupa Pengawet tidak lebih dari 0,1 %, pengawet yang
diperbolehkan berupa Metil p - hidroksi benzoat (Nipagin); Propil p -
hidroksi benzoat (Nipasol): asam sorbat atau garamnya; garam natrium
benzoate. Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup baik disimpan
pada suhu kamar, ditempat kering dan terlindung dari sinar matahari(F Ed
V, 2014).

B. Sediaan Obat Tradisional


Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan
untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat (Supardi S, dkk , 2011). Andareto (2015) mendifinisikan obat
tradisional adalah tanamn atau bagian tanaman yang digunakan sebagai
pemberi aroma, perasa, atau untuk pengobatan. Saat ini obattradisional
cakupannya lebih luas, karena telah dapat digunakan pada binatang ataupun
organisme untuk tujuan pengobatan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional, bahan atau ramuan bahan
yang dimaksud berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, dan sediaan sarian
(galenik) dalam pengertian kefarmasian merupakan bahan yang digunakan
sebagai simplisia. Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang
digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali
dinyatakan lain suhu pengeringan tidak lebih dari 600°C.
Menurut Depkes (2014), simplisia dapat digolongkan menjadi tiga
kategori, yaitu:
1. Simplisia Nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat adalah isi sel yang keluar dari
tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari suatu tanaman dengan cara
tertentu dan belum berupa zat kimia.

5
2. Simplisia Hewani adalah simplisia yang berupa hewan atau bagian zat-zat
hewan yang berguna dan belum berupa zat kimia murni.
3. Simplisia pelikan (mineral) adalah simplisia yang berupa pelican atau
mineral yang belum diolah atau telah di olah dengan cara tertentu dan belum
berupa zat kimia.

Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor:


Hk.00.05.4.2411 tahun 2004 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan
Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia antara lain disebutkan obat tradisional
berdasarkan tingkat pembuktian khasiatnya dapat dikelompokkan menjadi
jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.
1. Jamu menurut Wasito (2011), merupakan ramuan-ramuan yang berasal dari
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, atau campuran dari bahan tersebut
yang secara turun-temurun telah digunakan unntuk pengobatan melalui
pengalaman. Menurut BPOM (2009), jamu juga harus memenuhi kriteria
aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan
berdasarkan data empiris, dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
Contoh : Tolak Angin®, Antangin®, Woods’ Herbal®, Diapet Anak®, dan
Kuku Bima Gingseng® .
2. Obat Herbal Terstandar adalah sediaan yang berasal dari alam yang sudah
terbukti khasiat dan keamannnya, yang diuji secara ilmiah dan
terstandarisasi. Obat herbal bersandast juga harus memenuhi kriteria: aman
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim kasiat dibuktikan secara
ilmiah/pra klinik, telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang
digunakan dalam produk jadi, dan memenuhi persyaratan mutu yang
berlaku (BPOM, 2009). Contoh : Diapet®, Lelap®, Fitolac®,
Diabmeneer®, dan Glucogarp® .
3. Fitofarmaka adalah sediaan obat yang berasal dari alam, yang telah teruji
secara klinis terhada hewan, juga telah teruji klinis untuk manusia dengan
bahan baku yang terstandarisasi. Dan Fitofarmaka juga harus memenuhi
kriteria: aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat

6
harus dibuktikan berdasarkan uji klinik (Wasito, 2011).Contoh: Stimuno®,
Tensigard®, Rheumaneer®, X-gra® dan Nodiar®.

C. Bentuk-Bentuk Sediaan Obat tradisional


Menurut Depkes (2014) Tentang Persyaratan Obat Tradisional
terdapat bentuk-bentuk sediaan obat tradisional dalam sediaan padat, antara
lain:
1. Rajangan yaitu sediaan obat tradisional berupa potongan simplisia,
campuran simplisia, atau campuran simplisia dengan sediaan galenik, yang
penggunaannya dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan dengan air
panas.
2. Serbuk yaitu sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan
derajat halus yang cocok, bahan bakunya berupa simplisia sediaan galenik,
atau campurannya.
3. Pil yaitu sediaan padat obat tradisional berupa massa bulat, bahan bakunya
berupa serbuk simplisia, sediaan galenik, atau campurannya.
4. Dodol atau Jenang yaitu sediaan padat obat tradisional bahan bakunya
berupa serbuk simplisia, sediaan galenik atau campurannya.
5. Pastiles yaitu sediaan padat obat tradisional berupa lempengan pipih
umumnya berbentuk segi empat, bahan bakunya berupa campuran serbuk
simplisia, sediaan galenik, atau campuran keduanya.
6. Kapsul yaitu sediaan obat tradisional yang terbungkus cangkang keras atau
lunak, bahan bakunya terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan
tambahan.
7. Tablet yaitu sediaan obat tradisional padat kompak dibuat secara kempa
cetak, dalam bentuk tabung pipih, silindris, atau bentuk lain, kedua
permukaannya rata atau cembung, dan terbuat dari sediaan galenik dengan
atau tanpa bahan tambahan.

7
D. Kelebihan dan Kekurangan Obat Tradisional
1. Kelebihan obat Tradisional
Kelebihan yang dimiliki obat tradisional jika dibandingkan dengan obat
modern, antara lain:
a. Efek samping obat tradisional relatif kecil
Obat tradisional akan bermanfaat dan aman jika digunakan dengan tepat,
baik takaran, waktu dan cara penggunaan, pemilihan bahan serta
penyesuai dengan indikasi tertentu.
b. Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam ramuan obat
tradisional atau komponen bioaktif tanaman obat.
Suatu ramuan obat tradisional umumnya terdiri dari beberapa jenis obat
tradisional yang memiliki efek saling mendukung satu sama lain untuk
mencapai efektivitas pengobatan.
c. Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi
Zat aktif pada tanaman obat umumnya dalam bentuk metabolit sekunder,
sedangkan satu tanaman bisa menghasilkan beberapa metabolit sekunder
sehingga memungkinkan tanaman tersebut memiliki lebih dari satu efek
farmakologi.
d. Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan
degeneratif
Sebagaimana diketahui bahwa pola penyakit di Indonesia telah
mengalami pergeseran dari penyakit infeksi (yang terjadi sekitar tahun
1970 ke bawah) ke penyakit-penyakit metabolik degeneratif (sesudah
tahun 1970 hingga sekarang). Yang termasuk penyakit metabolik antara
lain: diabetes, hiperlipidemia, asam urat, batu ginjal dan hepatitis.
Sedangkan penyakit degeneratif diantaranya : rematik, asma, ulser,
haemorrhoid dan pikun. Untuk menanggulangi penyakit tersebut
diperlukan pemakain obat dalam waktu lama sehinga jika menggunakan
obat modern dikhawatirkan adanya efek samping yang terakumulasi dan
dapat merugikan kesehatan. Oleh karena itu lebih sesuai bila

8
menggunakan obat tradisional karena efek samping yang ditimbulkan
relatif kecil sehingga dianggap lebih aman.
2. Kekurangan Obat Tradisional
Disamping berbagai keuntungan, bahan obat alam juga memiliki
beberapa kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan
obat tradisional (termasuk dalam upaya agar bisa diterima pada
pelayanan kesehatan formal). Adapun beberapa kelemahan tersebut
antara lain : efek farmakologisnya yang lemah, bahan baku belum
terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji
klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme (Katno dan
Pramono, 2010).

E. Sediaan Obat Tradisional Dalam Bentuk Sediaan Padat


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia:
661/Menkes/SK/VII/1994 Tentang Persyaratan Obat Tradisional terdapat
bentuk-bentuk sediaan obat tradisional, antara lain :
1. Pil
Sediaan padat obat tradisional berupa massa bulat, bahan bakunya berupa
serbuk simplisia, sediaan galenik, atau campurannya.
2. Kapsul
Sediaan obat tradisional yang terbungkus cangkang keras atau lunak, bahan
bakunya terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan tambahan.
3. Dodol atau Jenang
Sediaan padat obat tradisional bahan bakunya berupa serbuk simplisia,
sediaan galenik atau campurannya.
4. Pastiles
Sediaan padat obat tradisional berupa lempengan pipih umumnya berbentuk
segi empat, bahan bakunya berupa campuran serbuk simplisia, sediaan
galenik, atau campuran keduanya.

9
5. Tablet
Sediaan obat tradisional padat kompak dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih, silindris, atau bentuk lain, kedua permukaannya rata
atau cembung, dan terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan
tambahan.
6. Parem, Pilis, dan Tapel
Parem, pilis, dan tapel adalah sediaan padat obat tradisional, bahan bakunya
berupa serbuk simplisia, sediaan galenik, atau campurannya dan digunakan
sebagai obat luar.
 Parem adalah obat tradisional dalam bentuk padat, pasta atau seperti
bubuk yang digunakan dengan cara melumurkan pada kaki atau tangan
pada bagian tubuh lain.
 Pilis adalah obat tradisional dalam bentuk padat atau pasta yang
digunakan dengan cara mencoletkan pada dahi.
 Tapel adalah obat tradisional dalam bentuk padat, pasta, atau seperti
bubur yang digunakan dengan cara melumurkan pada seluruh
permukaan perut.

F. Pengembagan Obat Tradisional dalam bentuk sediaan padat


Penggunaan obat tradisional merupakan alternatif dalam pengobatan
yang dinilaicukup aman dari segi efek samping dan toksisitas. Salah satu
tanaman herbal yang memiliki khasiat dan dapat bermanfaat sebagai obat
tradisionalyaitu daun salam (Syzigium polyanthum) karena memiliki
kandungan minyak asiri (sitral, eugenol), tannin, dan flavonoida (Lajania dkk,
2018).
Ekstrak etanol daun salam (Syzigium polyanthum) dengan potensi
sebagai antihipertensi perlu dibuat bentuk sediaan. Sediaan tablet memiliki
beberapa keuntungan di antaranya mudah digunakan, pemakaian dosisnya
lebih tepat dan sediaan lebih stabil. Pembuatan sediaan tablet lebih praktis dan
ekonomis bila dibuat dalam skala besar di mana hal ini akan berdampak pada
harga obat yang lebih ekonomis (Setiawan dkk, 2020).

10
Nanopartikel merupakan partikel koloid padat dengan diameter 1-
1000 nm, mengandung material yang dapat digunakan untuk pengobatan
sebagai pembawa obat yang senyawa aktifnya telah terlarut dan terencapsulasi
(Kurniasari and Atun, 2017). Nanopartikel dianggap sebagai sistem pembawa
obat terbaik karena dapat memanipulasi ukuran partikel dan dapat
memodifikasi sifat dasar seperti kelarutan, difusivitas dan penyerapan. Dengan
ukuran partikel yang lebih kecil, nanopartikel memiliki luas permukaan yang
lebih besar dan sifat fisik dan kimia yang berbeda. Aplikasi teknologi nano
dalam bidang farmasi mempunyai berbagai keunggulan antara lain dapat
meningkatkan kelarutan senyawa, mengurangi dosis pengobatan dan
meningkatkan kelarutan senyawa, mengurangi dosis pengobatan dan
meningkatkan absorbsi (Ermina dkk, 2016).
Proses pembuatan tablet daun salam yaitu sebagai berikut:
1. Pembuatan Serbuk Simplisia Daun Salam
Sebanyak 3,5 kg dicuci bersih menggunakan air mengalir kemudian
dikeringkan menggunakan panas matahari selama 6 jam. Daun salam
kemudian diblender untuk mengecilkan ukuran.
2. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Salam
Sejumlah 200gram serbuk simplisia daun salam dimasukkan ke dalam
maserator, ditambahkan 2liter etanol 96%. Simplisia direndam selama 1 jam
pertama sambil sekali-sekali diaduk, dan didiamkan selama 24 jam. Semua
maserat dikumpulkan, kemudian diuapkan dengan rotary evaporator hingga
diperoleh ekstrak kental.
3. Pembuatan Nanopartikel Ekstrak Daun Salam
Ekstrak daun salam 100 mL ditempatkan dalam gelas beker 500 mL,
ditetesi perlahan dengan larutan kitosan 100 mL, terakhir ditetesi perlahan
larutan NaTTP 100 mL. Larutan tersebut selalu diaduk dengan magnetic
stirrer selama kurang lebih 2 jam pada kecepatan yang stabil. Kemudian
sampel diukur menggunakan Particle Size Analyzer (PSA).

11
4. Pembuatan Granul Nanopartikel Ekstrak Daun Salam (Syzygium
polyanthum)
Larutan nanopartikel yang sudah diukur dengan PSA kemudian
dipisahkan dengan menggunakan sentrifugasi. Endapan yang dihasilkan
kemudian dibekukan didalam freezer selama 24 jam. Kemudian
dikeringakan didalam oven dengan temperatur ±40⁰ C. Serbuk kering yang
diperoleh digerus menggunakan lumping ±2 jam.

5. Pembuatan Tablet
Formulasi sediaan tablet ekstrak nanopartikel daun salam dapat dilihat
pada Tabel 1. Timbang serbuk nanopartikel ekstrak daun salam, na alginat,
avicel PH 102, sodium starch glycolat, talkum dan magnesium stearat.
Granul kering nanopartikel ekstrak daun salam dan bahan tambahan lainnya.
6. Evaluasi Tablet
Keseragaman bobot dapat ditetapkan sebagai berikut: ditimbang 20
tablet, lalu dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Uji Kekerasan Tablet.
Sebanyak 6 tablet diambil secara acak, dan dimasukkan satu per satu ke
dalam alat hardness tester yang diset sesuai dengan jumlah tablet yang diuji
dan alat dinyalakan. Saat tablet pecah, pada alat akan tertera kekerasan
tablet yang dinyatakan dalam satuan Newton. Uji Kerapuhan Tablet.
Sebanyak 10 tablet diambil secara acak dibersihkan, ditimbang bobotnya
(W1) dan dimasukkan ke dalam alat friability tester. Alat dijalankan dengan
kecepatan 25 putaran/menit. Uji Waktu Hancur. Masing- masing tabung
ditempatkan satu tablet, dan alat dioperasikan. Sebagai medium digunakan
air yang dipertahankan pada 37±2°C. Tabung diangkat dari cairan, dan
diamati tabletnya: semua tablet hancur sepenuhnya. Jika 1 atau 2 tablet
gagal hancur seluruhnya, diulangi sudah dicampur, kemudian ditablet
menggunakan mesin tablet single punch. Berat total tablet adalah 220 mg.
pengujian pada 12 tablet tambahan: tidak kurang dari 16 dari total 18 tablet
yang diuji hancur seluruhnya.
7.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sediaan Padat merupakan bentuk sediaan obat tradisional dalam bentuk
rajangan, berupa potongan-potongan bahan alamiah yang dipergunakan sebagai
obat tradisional sebelum diolah (Simplisia), bisa berupa campuran simlisia,
ataupun campuran simplisia dengan bahan galenik. pada bahan padat ini
penggunaanya dilakukan dengan cara perebusan atau pendidihan dengan air
hangat. Selain dalam bentuk rajangan, sedian obat tradisional dalam bentuk
padat bisa berupa serbuk maupun pil (Wasito, 2011).
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan
untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat (Supardi S, dkk, 2011). Salah satu tanaman herbal yang memiliki
khasiat dan dapat bermanfaat sebagai obat tradisionalyaitu daun salam
(Syzigium polyanthum) karena memiliki kandungan minyak asiri (sitral,
eugenol), tannin, dan flavonoida (Lajania dkk, 2018).

13
DAFTAR PUSTAKA

BPOM . Badan POM RI. (2009). Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan di


Bidang Obat Tradisional, Biro Hukum dan Humas. Jakarta: BPOM.
Depkes, 2014. Farmakope Indonesia, V. ed. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Ermina Pakki, Sumarheni, Aisyah F, Ismail, S.S., 2016. Formulasi Nanopartikel
Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine americana (Aubl) Merr) dengan
Variasi Konsentrasi Kitosan - Tripolifosfat. J. Trop. Pharm. Chem 3,
251–263.
Hadisoewignyo, L. dan A. Fudholi, 2013, Sediaan Solid, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Kurniasari, D., Atun, S., 2017. Pembuatan dan Karakterisasi Nanopartikel Ekstrak
Etanol Temu Kunci (Boesenbergia pandurata) pada Berbagai Variasi
Komposisi Kitosan. J. Sains Dasar 6, 31.
https://doi.org/10.21831/jsd.v6i1.13610.
Lajania, H.S., Effendi, E.M., Indriani, L., Siam, S.L., 2018. Efektivitas Kombinasi
Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum) Dan Sari Labu Siam
(Sechium edule (Jacq.) Sw.) Sebagai Antihipertensi Pada Tikus Jantan. J.
Online Mhs. Bid. Farm. 1.
Setiawan, A., Naelaz Z.W.K., Tri C.W. 2020. Formulasi dan Evaluasi Sediaan
Tablet Nanopartikel Ekstrak Daun Salam (Syzygium Polyanthum)
dengan Variasi Konsentrasi Na Alginat dan Avicel PH 102. Jurnal
Farmasi Indonesia. Vol. 17, No. 1. 2685-5062.
Wasito, H. (2011). Obat Tradisonal Kekayaan Indonesia. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

14

Anda mungkin juga menyukai