Anda di halaman 1dari 6

Wanda Destiarani

140210150076

Mekanisme Transduksi Sinyal


Serotonin, Glutamat dan Glisin

 Serotonin
Sintesis Serotonin
Serotonin disintesis melalui jalur metabolisme dua langkah: pertama, triptofan
dihidroksilasi menjadi 5-hidroksitriptofan (5-HTP) oleh enzim triptofan hidroksilase
(TPH), kemudian dilakukan dekarboksilasi 5-HTP membentuk serotonin (5-HT) oleh
enzim asam amino aromatik dekarboksilase (El-Merahbi et al., 2015).
Fungsi Serotonin
Serotonin bertindak sebagai neurotransmiter di dalam sistem saraf pusat, ia
disintesis oleh neuron di batang otak, selain itu serotonin juga berperan sebagai
hormon, faktor parakrin, dan disintesis oleh neuron usus dan sel-sel enterochromaffin
yang terletak di sistem pencernaan (Jenkins et al., 2016).

Gambar 1. Mekanisme Neurotransmiter Serotonin (Aan het Rot et al., 2009).


Mekanisme Neurotransmiter Serotonin
Serotonin disintesis dari triptofan oleh enzim triptofan hidroksilase. Serotonin
kemudian dikemas ke dalam vesikel untuk dilepaskan ke celah sinaptik, yang terbentuk
ketika ada stimulus yang cukup pada pre-sinaptik neuron. Serotonin yang dilepaskan ke
celah sinaptik mengalami beberapa jenis mekanisme (Aan het Rot et al., 2009):

1) Serotonin berikatan dengan reseptornya pada post-sinaptik neuron. Aktivasi


reseptor ini menghasilkan transduksi sinyal yang merangsang neuron, seperti
stimulus yang terjadi pada pre-sinaptik neuron.
2) Serotonin juga berikatan dengan reseptor yang berada pada pre-sinaptik neuron
tempat ia dilepaskan, yang memberikan umpan balik dan mengatur plastisitas
neuron. Plastisitas neuron adalah kemampuan neuron untuk berubah secara
struktural dan fungsional sebagai akibat dari pengaruh lingkungannya.
3) Serotonin dibawa kembali ke pre-sinaptik neuron oleh serotonin transporter.
Kemudian didaur ulang untuk dilepaskan di masa yang akan datang atau diurai oleh
monoamin oksidase dan diekskresikan melalui urin.

Gambar 2. Mekanisme Transduksi Sinyal Serotonin.


Pada gambar 2. terdapat 5 jenis reseptor serotonin yang berbeda yaitu : 5-HT 1A, 5-HT1d,
5-HT2A,2C, 5-HT3 dan 5-HT4. Mekanisme transduksi sinyalnya terbagi menjadi dua (2) :

1) Reseptor 5-HT1A, 5-HT1d, 5-HT2A,2C dan 5-HT4 melalui mekanisme kopling oleh protein
G yaitu protein Gq, Gi dan Gs. Protein Gi dan Gs akan teraktivasi dan meregulasi
enzim AC (adenilil siklase) untuk memproduksi second messanger berupa cAMP.
Sedangkan protein Gq akan meregulasi enzim fosfolipase C untuk mengubah PIP2
menjadi IP3 dan DAG yang juga merupakan second messanger.
2) Reseptor 5-HT3 melalui mekanisme gated ion channel, serotonin akan berikatan
pada reseptorya sehingga channel terbuka dan Na + dapat masuk ke dalam sel
neuron.

 Glutamat
Sintesis Glutamat
Di otak, glutamin adalah unsur pembentuk dasar bagi glutamat. Glutamat disintesis
dari glutamin menggunakan enzim glutaminase. Glutamat juga dapat diproduksi dari
glukosa melalui jalur metabolisme yang dimulai dengan konversi glukosa menjadi
piruvat (proses glikolisis). Piruvat kemudian masuk ke dalam siklus Krebs atau siklus
asam sitrat. Siklus Krebs ini membentuk beberapa zat perantara penting. Salah satu dari
zat perantara ini adalah α-ketoglutarat (α-KG). α-KG dapat digunakan untuk
menghasilkan glutamat oleh enzim glutamat dehidrogenase, dengan vitamin B3 (NAD +)
sebagai koenzim. Enzim ini juga dapat mengubah kembali glutamat menjadi α-KG
(Hassel et al., 2012).
Fungsi Glutamat
Glutamat memainkan peran penting dalam sirkuit saraf yang terlibat dengan
plastisitas sinaptik, dan kemampuan untuk memperkuat atau melemahkan pensinyalan
di antara neuron seiring waktu untuk membentuk pembelajaran dan memori (Purves,
2011).
Mekanisme Transduksi Sinyal Glutamat
Pada gambar 3., glutamat yang disintesis dari glutamin akan dikemas ke dalam
vesikel, kemudian dilepaskan oleh pre-sinaptik neuron ke celah sinapti. Selanjutnya
akan terjadi pengikatan antara glutamat dengan reseptor glutamat pada post-sinaptik
neuron. Ada dua jenis reseptor glutamat. Salah satu jenisnya disebut reseptor
ionotropik; pengikatan glutamat pada reseptor ini memungkinkan masuknya ion (yaitu
mineral yang bermuatan listrik seperti natrium atau kalsium) ke dalam sel. Ada tiga
kelas reseptor ionotropik glutamat: (1) N-metil-D-aspartat (NMDA), (2) α-amino-3-
hidroksi-5-metil-4-isoksazol propionat asam (AMPA), dan (3) reseptor kainat. Jenis
reseptor yang kedua adalah reseptor metabotropik atau yang dikopling oleh protein G.
Protein G akan meregulasi enzim – enzim yang memproduksi second messanger
(contohnya cAMP yang diproduksi oleh enzim adenilil siklase). Reseptor metabotropik
glutamat (mGluR) nantinya akan memodulasi transmisi sinaptik dengan mengatur
aktivitas berbagai saluran ion, termasuk reseptor glutamat ionotropik, serta reseptor
untuk neurotransmiter lainnya (Meldrum, 2000; Purves, 2011).
Gambar 3. Mekanisme Transduksi Sinyal Glutamat.

Pada gambar 4, lutamat yang dilepaskan ke celah sinaptik didaur ulang dari oleh
transporter asam amino (EAATs) yang diekspresikan terutama pada astroglia. Dalam
astroglia, glutamat dikonversi menjadi glutamin oleh glutamin sintetase dan diekspor
secara ekstraseluler untuk diambil kembali oleh neuron. Selain itu, sistem XC adalah
antiporter sistein / glutamat yang diekspresikan pada glia yang juga berkontribusi
terhadap daur ulang glutamat (Niciu et al., 2012).

Gambar 4. Mekanisme Daur Ulang Glutamat


 Glisin
Sintesis Glisin
Glisin disintesis dari asam amino serin oleh enzim serin hidroksimetiltransferase
(SHMT). Glisin, seperti GABA (asam γ-aminobutirat), dilepaskan dari ujung saraf dengan
bergantung pada ion Ca2+. Glisin dapat didaur ulang dan diambil kembali melalui
transporter glisin berafinitas tinggi, yang bergantung pada ion Na+/Cl- (Paul, 2000).
Fungsi Glisin
Glisin adalah neurotransmiter utama dari banyak interneuron penghambat di
sumsum tulang belakang dan batang otak, ia juga memiliki peran penting dalam
metabolisme zat perantara, misalnya sebagai prekursor molekul karbon satu untuk
pembentukan asam folat yang mendasar bagi banyak reaksi sintetik (Kikuchi et al.,
2008).

Gambar 5. Mekanisme Transduksi Sinyal Glisin (Benarroch, 2011).

Mekanisme Transduksi Sinyal Glisin


Glisin dikemas ke dalam vesikel melalui transporter asam amino inhibitor vesikular
(VIAAT/VGAT), yang juga memediasi pengambilan GABA (asam γ-aminobutirat). Konsentrasi
glisin pada proses sinapsis diregulasi oleh transporter yang bergantung pada ion natrium
(Na+) dan ion klor (Cl-) yaitu GlyT1, yang terletak terutama di astrosit, dan GlyT2, yang
terletak di terminal neuron pre-sinaptik. Glisin akan diterima oleh reseptor glisin (GlyR),
yang berada pada membran neuron post-sinaptik yang juga berinteraksi dengan gephyrin.
Glisin mengikat GlyR dan membuka channel Cl - sesuai dengan mekanisme gated ion channel,
perubahan potensial pada membran juga ditentukan oleh aktivitas kotransporter K +/Cl-
(KCC2). Aktivasi GlyR memunculkan penghambatan post-sinaptik yang cepat. Banyak neuron
penghambat di sumsum tulang belakang dan batang otak melepaskan glisin dan GABA, yang
dapat bertindak sebagai koagonis dalam aktivasi GlyR. Glisin juga koagonis bagi glutamat, ia
diperlukan untuk membantu aktivasi reseptor NMDA (NMDAR) (Benarroch, 2011).

Daftar Pustaka
Aan het Rot, M., Mathew, S. J., & Charney, D. S. (2009). Neurobiological mechanisms in
major depressive disorder. Canadian Medical Association Journal. Vol 180(3), pp
305–313.

Benarroch, E. E. (2016). Signaling molecules of the CNS as targets of autoimmunity.


Autoimmune Neurology. pp 17–38.

El-Merahbi R, Loffler M, Mayer A, Sumara G. (2015) The roles of peripheral serotonin in


metabolic homeostasis. FEBS Letter . Vol 589, pp 1728– 1734.

Hassel B, Dingledine R. In: Brady ST, Siegel GJ, eds. (2012). Basic Neurochemistry. Elsevier.
pp 342-366.

Jenkins TA, Nguyen JC, Polglaze KE, Bertrand PP. (2016). Influence of tryptophan and
serotonin on mood and cognition with a possible role of the gut-brain Axis.
Nutrients. p 8.

Kikuchi G, Motokawa Y, Yoshida T, Hiraga K. (2008). Glycine cleavage system: reaction


mechanism, physiological significance, and hyperglycinemia. Proc Jpn Acad Ser B
Phys Biol Sci. Vol 84, pp 246–263

Meldrum BS. (2000). Glutamate as a neurotransmitter in the brain: review of physiology and
pathology. Journal Nutrition. Vol 130(4), pp 1007S-1015S.

Niciu, M. J., Kelmendi, B., & Sanacora, G. 2012. Overview of glutamatergic


neurotransmission in the nervous system. Pharmacology Biochemistry and
Behavior. Vol 100(4), pp 656–664.

Paul, S.M. (2000). Basic Neurochemistry: Molecular, Cellular and Medical Aspects. 6th
edition.

Purves, D. (2011). Neuroscience. 5th edition. Sinauer Associates

Anda mungkin juga menyukai