Anda di halaman 1dari 30

KERUSAKAN PRODUK OBAT DAN

MAKANAN SERTA PROSES


PENCEGAHANNYA
Oleh Yulis Adriana
1. PENILAIAN KERUSAKAN MAKANAN DAN OBAT

Keamanan produk terutama makanan, minuman, kosmetik, sediaan obat


atau obat tradisional(jamu) merupakan suatu tuntutan sejak munculnya
gangguan kesehatan manusia.
Produk yang tercemar mikroorganisme dapat memproduksi racun yang dapat
timbulnya penyakit .

Produk makanan atau obat tradisional (jamu) dikatakan rusak bila terjadi
perubahan warna, perubahan bentuk(pecah, terdapat kristal, lembab), perubahan
rasa, perubahan bau dan peruraian.
Umumnya kelembaban sangat mempercepat perubahan dan
kerusakan obat sehingga perlu penyimpanan ditempat yang kering.
Obat berbentuk padat seperti tablet, kapsul, serbuk atau puyer
mempunyai daya tahan lebih lama dibandingkan obat berbentuk
cairan.

Obat berbentuk cair perubahan dapat di lihat :


-Perubahan warna seperti pada obat cairan antibiotka tetrasiklin ,
kerusakan dapat dilihat terjadinya perubahan warna menjadi coklat
kehitaman. Ini berarti obat telah rusak dan harus dibuang karena
tidak ada khasiat juga kemungkinan sudah racun yang
membahayakan tubuh.
-Diamati kelarutan obat : jika sudah dikocok obat tidak tercampur
.
dengan baik, maka obat tersebut dikatakan rusak.

.
Kerusakan obat berbentuk salep :
Terjadinya perubahan warna . Jika salep awalnya tidak
berwarna menjadi bewarna. Jika telah bewarna pada awalnya
menjadi warnanya semakin tua.

Kerusakan obat berbentuk serbuk (puyer) :


Terjadinya perubahan warna akibat pengaruh kelembababn
udara atau terjadi reaksi antara-antara komponen-komponen
penyusunnya.
Akibat kontaminasi terhadap suatu produk :
-Kualitas produk menurun
- Produk menjadi membahayakan
-Kualitas produk menurun
Secara fisik maupun kimia
- Produk menjadi membahayakan :
Akibat senyawa toksik yang dihasilkan mikroorganisme atau
akibat banyaknya populasi mikroorganisme di dalam produk.
Produk makanan/obat/obat tradisional(jamu) dikatakan rusak
secara mikrobiologis apabila dijumpai :
1. mikroorganisme patogen dalam konsentrasi rendah
2. mikroorganisme yang berpotensi menjadi patogen dalam
konsentrasi tinggi.
3. metabolit mikroorganisme toksik yang tidak hilang dengan
kematian mikroorganisme kontaminannya.
4. Kerusakan fisik ataupun kimia pada produk obat yang
ditandai dengan perubahan bentuk, warna, rasa ataupun bau.
Obat yang rusak daya terapinya tidak hanya turun, tetapi
bahkan dapat menyebabkan efek yang membahayakan
kesehatan.
Kandungan senyawa aktifnya dapat teroksidasi atau terurai
membentuk senyawa lain yang mungkin bersifat lebih toksik
atau lebih beracun dibandingkan zat aslinya.
Kerusakan ini dapat berupa adanya biodegradasi ataupun
biosintesis, misalnya biodegradasi protein, biodegradasi
karbohidrat, serta biodegradasi lemak dan minyak.
Kerusakan obat akibat cemaran mikroorganisme dapat terjadi
pada setiap tahap produksi sehingga proses monitoring bahan
awal(bahan baku) berupa material maupun air, ekstrak, hingga
makanan akibat kontaminasi mikroorgansime dapat dibagi
menjadi dua yaitu :
1. Intoksikasi : Biasanya terjadi karena mengkomsumsi produk
yang telah mengandung toksin yang dikandung oleh
mikroorganisme bakteri atau kapang.
2. Infeksi : Mikroorganisme patogen langsung menimbulkan
penyakit.
A. Penampakan (organoleptis) yang tampak pada produk akibat
kerusakan mikroorganisme adalah :
1.Timbul rasa yang tidak enak(pahit,asam)
2.Timbuk bau tidak sedap akibat terbentuknya metabolit (tengik atau
busuk)
3. Timbul perubahan warna (bewarna atau kehilangan warna atau
memudar)
4. Timbulnya perubahan pH akibat tumbuhnya khamir atau kapang
yang menyebabkan pH turun menjadi pH yang disukai bakteri.
5. Terjadinya depolimerisasi (kehilangan viskositas) dan pengendapan
zat-zat tak larut
6.Terjadinya polimerisasi berupa penggumpalan.
Contoh : sediaan kosmetik yang mengandung ekstrak tanaman akan
tampak kasar.
7. Terjadinya pemisahan fase (antara fase minyak dan fase air)
8. Terbentuknya busa
B. Kerusakan kimia
1. Penurunan potensi sediaan antibiotika , produk biomedik dan
produk obat sintetik.
2. Degradasi fungsi dan struktur senyawa dalam produk misal
surfaktan, gula, pengental, pemanis, pewarna atau pengawet.
Mikroba yang paling umum mengkontaminasi produk farmasi
1. Bakteri gram negatif : Pseudomonas aeruginosa, Salmonella, Klebsiella, Serratia
2. Bakteri gram positif : Stapylococcus aureus, Bacillus subtilis, Clostridia
3. Fungi (ragi dan kapang ) : Candida albicans, Aspergillus flavus, Aspergillus niger,
Zygosaccharomyces rauxii
Aktivitas mikroba kontaminan
- Degradasi kualitas produk disebabkan oleh aktivitas enzimatik yang dilakukan oleh mikroba
kontaminan.

Aktivitas metabolisme utama


1. Metabolisme karbohidrat
- Amilum dan selulosa diubah menjadi senyawa lain (asam organik, aldehid, alkohol)
- Adanya oksigen CO2 dan air
- Produk asam membuat pH turun produk rusak
Lanjutan Aktivitas metabolisme utama

2. Metabolisme lemak
- Lemak diubah menjadi asam lemak dan gliserol(proses lipolisis oleh mikroba pengurai lemak)

3. Metabolisme protein dan asam amino


- Protein diuraikan menjadi asam amino, selanjutnya didekarbosilasi menghasilkan senyawa
amin yang berbau busuk ph produk menjadi lebih tinggi (basa)
Bentuk sediaan farmasi yang mungkin terkontaminasi
1. Sediaan dengan basis air : 35%
2. Sediaan gel : 34%
3. Sediaan berminyak ((oily) : 26%
4. Sediaan kering (tablet, bubuk) : 33%
5. Sediaan mengandung alkohol (spirit) : 3%
5. Sediaan lain : 32%
Sumber kontaminasi produk farmasi
1. Raw material : terutama bahan alama
2. Udara
3. Air
4. Proses produksi : human error, kondisi lingkungan dan
peralatan
5. Pengemasan
6.Penyimpanan
Kontaminasi lingkungan :
1. Kontaminasi yang berasal dari lingkungan : seperti alntai,
dinding, terutama mengandung bakteri gram positif (cocci),
spora fungi.
2. Alat yang berair seperti sink, drains terutama mengandung
Pseudomonas dan Acinetobacter
3. Dari udara : seperti debu, terutama bakteri cocci dan spora
fungi.
Bahan-bahan yang peka terhadap serangan mikroorgansime :
1. Polimer organik
Biasa digunakan sebagai zat pengental atau pensuspensi.
Adanya enzim menyebabkan depolimerisasi. Contoh polimer
organik adalah amilase, pektinase dan protease.
2. Minyak dan lemak
Serangan mikroorganisme terjadi terdapat kandungan air
walaupun hanya satu tetes dan terjadi proses lipolitik seperti
terjadi pada gliserol dan asam lemak yang mengalami oksidasi
sehingga menyebabkan timbulnya bau.
Faktor yang mempengaruhi kerusakan akibat mikroorgansime
adalah :
- Ukuran mikroorganisme
-tipe mikroorganisme
-pH
-kandungan kelembaban
-water activity (aw) atau kadar air
-potensial redoks
-struktur fisik
-keberadaan gas O2 dan CO2
-keberadaan substansi antimikroba alami
-faktor nutrisi
-desain pengepakan(pengemasan)
PROSES PENGAWETAN PRODUK

Untuk menghindari dan mengurangi kemungkinan pencemaran


suatu produk oleh mikroorganisme, dilakukan proses
pengawetan produk. Secara garis besar teknik pengawetan
dapat dibagi dalam tiga golongan :
1. Pengawetan secara alami
meliputi proses pemanasan dan pendinginan. Teknik liofilisasi
atau teknik pengeringan beku merupakan teknik
preservasi(pengawetan) yang sangat terkenal dan biasanya
digunakan untuk mikroorganisme dengan kisaran yang luas.
2. Pengawetan secara biologis
Dapat dilakukan secara fermentasi(peragian) yaitu proses
perubahan karbohidrat menjadi alkohol. Zat-zat yang bekerja pada
proses iniadalah enzim yang dibuat oleh sel-sel ragi. Lamanya
proses peragian tergantung pada bahan yang akan diragikan.
3. Pengawetan secara kimia
Digunakan bahan-bahan kimia yang bersifat dapat mencegah
pertumbuhan mikroorganisme . Contoh penggunaan gula pasir,
garam dapur, nitrat, nitrit, natrium benzoat, asam propionat, asam
sitrat, garam sulfat dan lain-lain. Proses pengasapan juga termasuk
cara kimia sebab bahan-bahan kimia dalam asap dimasukan ke
dalam bahan makanan yang akan diawetkan.
-Asam propionat digunakan untuk mencegah tumbuhnya
kapang atau khamir
-Asam sitrat digunakan untuk mengatur tingkat keasaman
dpada berbagai produk olahan dan berfungsi sebagai pengawet
pada sirup serta mencegah kristalisasi pada madu.
-Natrium metabisulfit digunakan untuk pengolahan bahan
pangan bertujuan untuk mencegah proses pencokelatan pada
buah sebelum diolah, menghilangkan bau dan rasa getir
terutama pada ubi kayu, serta mempertahankan warna agar
tetap menarik.
-Nitrit dan nitrat dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada daging dan ikandalam waktu singkat.
Keduanya sering digunakan untuk mempertahankan warna
daging agar tetap bewarna merah segar.
-zat pewarna ditambahkan ke produk untuk menarik selera
konsumen. Bahan pewarna alami yang sering digunakan adalah
kunyit, karamel dan pandan.Dibandingkan dengan pewarna lami
bahan pewarna sintetis memiliki lebih banyak kelebihan dalam
hal keanekaragaman warna, kestabilan, serta proses
penyimpanan yang lebih mudah dan tahan lama. Sebagai
contoh adalah carbon black yang sering digunakan untuk
memberi warna hitam, titanium oksida untuk memutihkan.
Penyimpanan obat
Untuk menjaga kualitas obat, pengetahuan mengenai bagaimana cara
penyimpanan obat yang baik sebaiknya tercantum dikemasan produk
tersebut.

Obat berbentuk sirup memiliki kandungan air yang cukup banyak . Pada
sirup biasanya ditambahkan gula yang cukup tinggi mempunyai sifat
pengawet. Walaupun kandungan gula yang tinggi tidak dapat mencegah
reaksi oksidasi yang mungkin terjadi.
Untuk mencegah proses kerusakan itu adalah
1. Botol cairan obat harus ditutup rapat-rapat untuk mencegah masuknya
udara yang membawa oksigen dan mikroorganisme selama penyimpanan.
Lanjutan penyimpanan obat
2.Simpan dalam wadah kedap cahaya(dalam wadah bewarna
gelap atau coklat atau botolnya dapat dimasukan dalam dus
atau kantong hitam ditempat atau ruang bersuhu 20 0C atau
lemari pendingin bersuhu 5-10 0C.
Penyimpanan dalam freezer sangat tidak dianjurkan karena
mempercepat rusaknya obat.
Obat juga tidak baik disimpan di lemari dekat dapur , karena
suhunya agak panas. Membawa obat di dalam mobil juga tidak
baik . Suhu di dalam mobil menjadi sangat panas ketika mobil
diparkir dan AC dimatikan.
Beberapa contoh produk farmasi yang terkontaminasi mikroorganisme

Jenis produk Perubahan Mikroba penyebab


Antasida (MgOH) Bau amoniak Coliform
Emulsi m/a Pemisahan fase Trichoderma viridae
Krim Calamine Hypha jamur Penicilium spp
Sirup obat batuk Populasi mikroba Kapang
Tablet predisolone Perubahan warna Aspergillus spp
Pengental sirup Viskositas berubah Khamir
-DETEKSI MIKROORGANISME KONTAMINAN
Deteksi mikroorganisme kontaminan dapat dilakukan secara
mikroskopis , metode kuantifikasi ataupun metode yang lebih
canggih misal teknik PCR probe berbasis DNA-RNA yang
mampu mendeteksi 10 jenis E.coli penghasil toksin dari 10.000
macam strain yang berbeda.
Metode kuantifikasi contohnya adalah metode penhitungan
jumlah kapang khamir maupun total plate count (TPC).
Kelamahan metode ini adalah media yang digunakan tidak
dapat cocok untuk seluruh macam mikroorganisme.
Untuk identifikasi toksin dapat digunakan metode uji
menggunakan HPLC, imunologi atau spektroskopi
-Toksin alfatoksin yang dihasilkan oleh Aspergilus flavus
mengkontaminasi kacang-kacangan, padi, jagung dan gandum.
Alfatoksin bersifat karsinogenik dan menyebabkan mutasi asam
nukleat. Persyaratan dari US Environmental protection Agency
adalah sebesar 20 ppb. Analisis dilakukan dengan ekstraksi
yang dilanjutkan dengan kromatografi.

Toksin toksoflavin dan asam bongkrek dihasilkan oleh


Pseudomonas cocovenans. Toksin α-toksin dihasilkan oleh
bakteri Clostridium botulinum yang mengkontaminasi makanan
kaleng dan bersifat anaerob.
-Racun yang dihasilkan oleh Pseudomonas cocovenans
bakteri yang mencemari tempe bongkrek yang bisa
menyebabkan kematian. Penyebabnya adalah racun yang
dikeluarkan oleh bakteri ini yang mencemari media tempe
bongkrek dan khususnya ampas kelapa. Bakteri mencemari
selama proses fermentasi karena tidak hygine..racun yang
dihasilkan adalam asam bongkrek yang tidak bewarna dan
toksoflavin yang bewarna kuning.
-Toksin yang diproduksi stapylococcus aureus
Mengeluarkan toksin pada makanan berprotein tinggi (daging,
telur susu, dan ikan). Toksin ini tahan panasdan tidak mudah
dimusnahkan dengan poemanasan nornal pada prosedur
pemasakan makanan. Bakteri ini memperoduksi enterotoksin
yang bersifat stabil terhadap pemanasan, tahan terhadap
aktivitas pemecahan oleh enzim-enzim pencernaan dan relatif
resisten terhadap pengeringan. Toksin jika masuk ke dalam
usus halus akan merusak dinding usus halus dan menimbulkan
sekresi jaringan usus.
-Toksin alfa toksin
Dihasilkann oleh kapang Aspergilus flavus. Alami terdapat
dalam tanah dan menyerang biji kacang tanah bila kondisi suhu
dan kelembababan mendukung (25-30 0C /85%). Juga merusak
jagung, beras, singkong, kacang-kacangan, cabai dan rempah-
rempah. Toksin ini merusak jaringan hati dan bersifat
karsinogenik dan menimbulkan kanker hati.

Anda mungkin juga menyukai