FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI II
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
KELAS I/ 2019
KELOMPOK 4…
FAKULTAS FARMASI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya berupa nikmat dan kesehatan, iman dan ilmu
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Obat Antelmintik dan Amubisid.
dalam menyusun makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu apt. SUNARTI, M.Si selaku
Dosen Farmakologi Toksikologi II semester ini atas ide dan sarannya, serta menilai
dan memeriksa makalah ini, juga kepada para penulis dan penerbit yang materinya
dari Tuhan Yang Maha Esa dan dapat memberikan manfaat bagi kami dan kepada
para pembaca.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................. 29
B. Saran ....................................................................................................... 29
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berupa cacing kedalam tubuh manusia karena menelan telur cacing. Penyakit
ini paling umum tersebar dan menjangkiti banyak manusia di dunia. Sampai
saat ini penyakit infeksi cacing masih tetap merupakan masalah karena
kondisi sosial dan ekonomi di beberapa bagian dunia serta perlu penanganan
Walaupun tersedia obat-obat baru yang lebih spesifik dangan kerja lebih
efektif, pembasmian penyakit ini masih tetap merupakan salah satu masalah
1
Terdapat tiga golongan cacing yang menyerang manusia yaitu cestoda,
ditujukan pada target metabolik yang terdapat dalam parasit tetapi tidak
antelmintik diberikan secara oral, pada saat makan atau sesudah makan.
Beberapa senyawa antelmintik yang lama, sudah tergeser oleh obat baru
furoat, dan sebagainya. Oleh karena itu, pokok pembahasan makalah ini akan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
manusia
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Antelmintik
a. Sejarah
2009).
3
• Stabil pada keadaan tertentu dalam waktu yang cukup lama;
b. Struktur Kimia
(Siswandono, 2016).
peningkatan aktivitas
4
mempunyai toksisitas lebih besar dibanding gugus
metilkarbamat
senyawa induk
c. Pengertian
manusia dan hewan. Dalam istilah ini termasuk semua zat yang
5
2. Amubisid
a. Sejarah
6
c. Klasifikasi
yakni dapat cacing pipih dan cacing bundar (Tjay dan Kirana, 2015).
Ciri-ciri cacing ini adalah bentuknya yang pipih dan tidak memiliki
rongga tubuh.
7
b. Cacing pipih (Trematoda): Schistosoma, Fasciola dll
Kirana, 2015).
Trichuris.
dapat terjadi melalui telur, larva atau cacingnya sendiri, melalui mulut
tubuh dengan saluran erna nyata dan kelamin terpisah. Siklus hidup
cacing ini cukup kompleks dan sering kali membutuhkan tuan rumah
Pada manu sia, tergantung dari jenisnya, cacing tetap bermukim dalam
saluran cerna atau menem bus hingga jaringan. Untuk penyakit, cara
8
infeksi, penyebaran dan pengobatannya, lihat tabel berikut ini (Tjay dan
Kirana, 2015).
- Siklus hidup kedua cacing mirip. Cacing dewasa hidup di usus halus
9
betina bertelur di dalam feses berkembang menjadi larva. Orang akan
infeksi.
enterobiasis dan trikuriasis. Dosis dewasa dan anak >2 tahun 100mg
10
- Terapi pilihan adalah Mebendazol. Dosis dewasa dan anak >2 tahun
100g sehari 2 kali selama 3 hari. Obat lain adalah albendazol 400 mg
dosis tungga.
- Infeksi cacing kremi adalah infeksi yang paling umum di dunia yang
- Gejala: Perut terasa tidak enak ringan dan gatal di perianal karena
cacing yang dapat diperoleh dari swab (apusan) perianal dengan tape
mg sebagai dosis tunggal (dewasa dan anak >2 tahun) yang dapat
4. Strongiloidiasis
11
Selatan. Penderita HIV-AIDS dan keganasan darah cenderung mudah
mengalami strongiloidiasis.
dan keluar bersama feses. Larva yang keluar bersama feses akan
masuk ke intestin.
betis, eosinofilia.
kali 7 hari.
eliminasi larva.
12
5. Infeksi Cacing Pita
- Gambaran klinik
tidak enak di ulu hati, mual, sensasi lapar,berat badan turun lemah,
- Diagnosis
IgE.
13
D. Obat-Obat Untuk Pengobatan Parasit Cacing Pada Manusia
1. Obat Antelmintik
a. Albendazol
14
larva maupun cacing dewasa, sehingga
(Gunawan, 2016).
2011).
tunggal
minggu
kali, 3 hari
15
Kontra indikasi : anak < 6 bulan. pasien dengan ocular
b. Mebendazol
(Gunawan, 2016).
16
meningkat bila diberikan bersama dengan
Indikasi : trikuriasis,..askariasis,..enterobiasis,
17
c. Prazikuantel
(Rahardjo, 2009).
inaktif
18
- 80% berikatan dengan protein plasma,
dalam urine
(Rahardjo, 2009).
Indikasi : - Skistosomiasis
- Paragonimiasis
- Taniasis
(Rahardjo, 2009).
- Sistiserkosis okuler
antikonvulsan
(Rahardjo, 2009).
dosis pemberian
19
- Pada neurosistiserkosis dapat terjadi
(2-3 hari)
(Rahardjo, 2009).
(Rahardjo, 2009).
d. Pirantel
dosis tunggal.
2-4 minggu.
20
- Trikinelosis: anak dan dewasa; 10 mg/kg,
2. Obat Amubisid
2009).
21
Mekanisme Kerja : Obat ini bekerja menghambat perpanjangan
(Rahardjo, 2009).
2009).
- Wanita hamil
(Rahardjo, 2009).
22
berat biasanya berupa gangguan
b. Derivat 8-hidroksikuinolin
2009).
23
Indikasi : - infeksi amebiasis asimptomatik bentuk
kiste
(Rahardjo, 2009).
(Rahardjo, 2009).
2009).
24
c. Metronidazol
(Rahardjo, 2009).
(Rahardjo, 2009).
25
Indikasi - Infeksi amebiasis intestinal dan
ekstraintestinal
(Rahardjo, 2009).
- Ketergantungan alcohol
(Rahardjo, 2009).
26
menimbulkan gejala mirip disulfiram yang
2009).
(Rahardjo, 2009).
d. Diloksanid furoat
(Rahardjo, 2009).
27
Farmakokinetik : Obat ini secara cepat di absorbsi di saluran
(Rahardjo, 2009).
(Rahardjo, 2009).
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
berupa cacing kedalam tubuh manusia karena menelan telur cacing. Terdapat
dan cestoda. Antelmintika atau obat cacing adalah obat yang dapat
memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan hewan. Obat-obat yang dapat
B. Saran
farmasi, dengan mencari beberapa referensi selain yang ada pada makalah ini.
Selain itu, sebagai seorang farmasis sebaiknya kita dapat mengetahui Obat-
29
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Sulistia Gan. 2016. “Farmakologi dan Terapi Edisi 6”. FKUI : Jakarta.
Rahardjo, Rio. 2009. “Kumpulan Kuliah Farmakologi Edisi 2”. EGC : Jakarta.
Siswandono. 2016. “Kimia Medisinal Edisi Kedua”. Airlangga University Press :
Surabaya.
Sukandar, Elin Yulinah, dkk. 2011. “Iso Farmakoterapi 2”. Ikatan Apoteker
Indonesia : Jakarta Barat.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2015. “Obat-Obat Penting Edisi Ke 7”. PT
Elex Media Komputindo : Jakarta.
30