Anda di halaman 1dari 75

Farmakognosi

• Scope/Ruang lingkup Farmakognosi


Chapter 2 Buku Pharmacognosi, 15
ed., Trease and Evans

• Pengertian Simplisia
http://blogkita.info/tag/simplisia/.

Definisi & Tata nama Simplisia


Materia Medika Indonesia Jilid 6,
1995, hal X
Farmakognosi
• Asal kata: Pharmacon: Bahan obat yang berasal
dari tumbuhan, hewan dan mineral
Gnosis: Ilmu
• Pengertian Farmakognosi http://id.wikipedia.org/wiki/Farmakognosi.

• Scope/Ruang lingkup Farmakognosi


Chapter 2 Buku Pharmacognosi, 15 ed., Trease and Evans
• Pengertian Simplisia
Materia Medika Indonesia Jilid 6

http://blogkita.info/tag/simplisia/.
Literature
• EDWARD P. CLAUS, PHARMACOGNOSY VI ED;
LEA & FEBIGER PHILADELPHIA, 1970
• TYLER. V,E. ETAL, PHARMACOGNOSY, 9th ED;
LEA & FEBIGER PHILADELPHIA, 1988
• TREASE AND EVANS, PHARMACOGNOSY, 15th
ED; W,B, SAUNDERS PHILADELPHIA, 2002
• MATERIA MEDIKA INDONESIA, DEPKES R.I.
• YOUNGKEN, ATEXTBOOK OF
PHARMACOGNOSY, 4th ED.
• FARMAKOPE INDONESIA, DEPKES R.I
Definisi Farmakognosi
• Berasal dari perkataan latin
• Pharmacon : obat
• Gnosis : pengetahuan
• Jadi Pharmacognosi adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki bahan–bahan
baik berasal dari tumbuh-tumbuhan maupun
hewan dan juga beberapa mineral yang
mempunyai khasiat sebagai obat.
SEJARAH

• Berkembang dari peradaban kuno  digunakan


bagian dari tumbuh-tumbuhan dan hewan untuk
penyembuhan,  dari mantera, ilmu sihir, dan
berkembang terus sebagai resep rahasia yang
tak tertulis .
• Berkembang terus dari zaman ke zaman
berdasarkan pengalaman (empiris) sampai
sekarang di kenal theraputik agents.
• Pelajaran farmakognosi sekarang tidak
berdasarkan tukang sihir/mistik melainkan
suatu spesialisasi dari ilmu pendidikan farmasi.
Dalam sejarah obat-obatan terkenal nama-nama:
• Hippocrates (460–370 SM)  sebagai Bapak pengobatan
dan banyak karangannya mengenai anatomi, fisiologi
manusia.
• Aristotle (370–322 SM) murid Plato, berusaha
memisahkan tahayul dari kenyataan dalam tulisannya
mengenai dunia hewan.
• Theophrastus (370–287 SM) murid Aristotle  mengenai
dunia tanaman.
• Dioscorides seorang dokter Yunani (78 SM) menulis “ De
Materia Medica “. Di dalamnya di tulis 600 tumbuh-
tumbuhan yang mengandung obat. Hal ini sangat
menakjubkan dan penting bagi pengobatan modern.
• Galen (131–200 M) seorang dokter dan juga
farmasis Yunani menulis tentang cara-cara
penyediaan dari bahan obat yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan hewan. Sebagai
penghormatan atas jasa-jasany penyelidikannya
 disebut Galenika. Dari sini ilmu farmasi di
mulai dan di pisahkan dari tugas dokter. Dokter
mendiagnosa dan menulis obat-obat
farmasis/apoteker mengkoleksi, menyediakan dan
mencampur bahan-bahan obat.
• C. A Seydler (1815) Pharmacognosy mulai di
kembangkan oleh Seydler. Pharmacognosi
memegang peranan penting sebagai penghubung
antara farmakologi, kimia farmasi, farmasetika.
RUANG LINGKUP

Dalam arti yang luas farmakognosi meliputi :


• Sejarah Perdagangan
• Penyebaran Identifikasi
• Kultivasi Evaluasi
• Koleksi Pengawetan
• Seleksi Pemakaian
• Preparasi Isi zat berkhasiat dan khasiatnya
Isolasi, sintesa zat yang berkhasiat yang terdapat dalam
tumbuhan dan cara isolasi berdasarkan darimana zat
berkhasiat lebih mendalam di pelajari dalam fitokimia.
Hubungan dengan ilmu lain

• Farmakognosi – metode untuk


identifikasi, evaluasi.
• Fitokimia – isolasi, sintesa.
• Farmakologi – Farmakognosi – kimia
farmasi.
• Farmasetika – farmakognosi –
farmasi klinik.

Perkembangan Obat Modern

Tidak dapat dipisahkan dari tanaman Obat


• Th 1513 Tanaman Cinchona
• Th 1638 bagian kulit dapat digunakan
sebagai obat panas (Peru)
• Th 1805 masuklah tanaman Cinchona ledgeriana dibawa
oleh Charles Ledger ke Indonesia.
• Pda perang dunia ke 2, kebutuhan dunia (90 %) dari Jawa
• 1834 Pelletier (Prancis)berhasil mengisolasi kuinin
• 1930 dengan makin berkurangnya perkebunan kina di
Indonesia, diupayakan sintesis obat malaria lain yang
berbasis pada struktur dasar kinin diperoleh
kloroquine, primaquine dan mefloquine (inti 8-aminokinolin)
mepakrine (quinakrine) merupakan turunan akridin yang tidak
berkhasiat terhadap malaria
Morfin, Papaferin  getah buah Papaver
somniferum, digunakan sebagai analgetik
Digoksin  Digitalis purpurea sbg obat jantung
Kinin  Chincona spp. sbg obat malaria
Coffein Coffea arabica, Thea sinensis sebagai
stimulant
Atropin  Atropa belladonna untuk obat mata
Efedrin  Ephedra sinica untuk pengobatan
gangguan pernafasan,
Ergomentrin  Claviceps purpurea untuk
pengobatan pada proses melahirkan.
Proses penemuan senyawa obat dari tanaman :
proses yang cukup panjang, melalui
1.Etnofarmakologi, (adanya informasi-informasi penggunaan
suatu tumbuhan untuk pengobatan suatu penyakit)
2. Diikuti dengan percobaan eksperimental untuk
membuktikan khasiat/ aktifitas biologi
3. Isolasi dan beberapa tahap fraksinasi yang diiiringi dengan
monitoring khasiat sehingga diperoleh senyawa murni
4. Elusidasi struktur guna menentukan struktur molekul.
5.Tahap selanjutnya adalah uji khasiat hasil isolasi
6. Mencari formula :suatu bentuk sediaan farmasi yang dapat
diterima oleh konsumen. Upaya lain yaitu dengan
melakukan sintesis beserta modofikasi-modifikasi molekul
untuk memperoleh senyawa obat tersebut, ataupun
senyawa lain yang serupa yang kemungkinan mempunyai
khasiat lebih potensial dan efek samping yang lebih
sedikit.
Artemisia annua (Asteraceae)

• Tanaman yang tumbuh di China, mengandung Artemisinin,


berkhasiat terhadap plasmodium falcifarum (penyebab
penyakit malaria) termasuk yang sudah resisten terhadap
kinin klorokuin.
• Telah sekitar 400 tahun rakyat china meggunakan tanaman
ini sebagai obat penyakit malaria tetapi baru pada tahun
1971 diisolasi senyawa aktifnya. Dalam bentuk turunan eter,
yaitu artemeter dan arteeter mempunyai sifat larut dalam
minyak yang dapat dibuat sediaan injeksi dan peroral. Dalam
tubuh semua turunan artemisinin dimetabolisme menjadi
dihidroartemisinin yang lebih potensial daripada artemisinin.
• Artemisinin juga aktif terhadap bentuk gametosis dari
parasit malaria, sehingga senyawa ini juga dapat mengurangi
penularan penyakit malaria.
• Perlu diketahui bahwa artemisinin mempunyai efek
samping embriotoksik sehingga tidak
direkomendasikan untuk pasien hamil.
• Artemisinin telah dicoba dibuat secara sintesis
(dari 1,2,4 trioksane) tetapi prosesnya amat
kompleks dan tidak ekonomis, sehingga masih lebih
menguntungkan dengan melakukan ekstraksi dari
tanaman asal yang telah dibudidayakan sehingga
kadar artemisinin mencapai 2% (tanaman liar
hanya mengandung artemisinin 0,06-0.5%) dan
apabila panen dilakukan pada waktu yang tepat
yaitu saat tanaman mulai bunga selesai mekar
Taxus brevifolia
• Kulit batangnya terdapat senyawa
taxol. Tanaman ini merupakan sejenis
cemara yang tumbuh di Canada dan
beberapa daerah di Amerika.
Pertumbuhan tanaman ini sangat
lambat, dapat dipanen setelah
berumur lebih kurang 100 tahun
(diameter batang mencapai 25 cm)
dengan kadar sekitar 0,01-0,02%.
• Guna memperoleh 1 gram taxol diperlukan 3
batang pohon yang berumur 100 tahun, apabila
panen (pada saat yang tepat yaitu pada bulan Mei-
Agustus). Untuk memperoleh 1 kg taxol diperlukan
9000 kg kulit batang dari sekitar 2000-3000
pohon. Jumlah taxol yang diperlukan untuk
pengobatan sebanyak 100-200 kg per tahun. Guna
memenuhi kebutuhan tersebut dicoba beberapa
cara menggunakan taxol :
• Semi sintetik yaitu dengan mengubah senyawa lain
yang terdapat dalam daun tanaman taxus sp.
dengan kadar yang lebih banyak, yaitu baccatin
III (0,2%) atau 10-deacetylbaccatin III
ditransformasi menjadi taxol.
• Semi sintetik dari geranylgeranyl
diphospat (GGPP) yang umum terdapat
dalam tanaman dengan berbagai reaksi
antara lain siklisasi, oksigenasi, dan
esterifikasi.
• Biotransformasi menggunakan jamur
Taxomyces adreanae yang berhasil diisolasi
dari kulit batang Taxus brevifolia atau
Pestalotiopsis microspora hasil isolasi dari
Taxus wallachiana.
• Taxol digunakan untuk pengobatan penyakit
kanker rahim, payudara.
Perkembangan obat herbal Indonesia

• Beberapa publikasi tanaman obat


antara lain De Indiae Utriusquere
Naturalis et Medika (1665), Herbarium
Amboinense (1741), Jamu asli Indonesia
(1940), Apotik Hijau (1980), Materia
Medika I – VI, Tanaman obat keluarga
sampai pada Fitofarmaka (2005).
• Farmakope Herbal Indonesia (2009)
• Penduduk Indonesia ± 200 juta jiwa, merupakan
unsur yang sangat potensial untuk obat herbal.
• Budaya bangsa Indonesia untuk mengkonsumsi jamu
guna pemeliharaan kesehatan merupakan salah satu
penunjang perkembangan obat herbal.
• Presiden RI mencanangkan Tahun ini
merupakan Tahun Kebangkitan Jamu (2008)
• Umumnya Tujuan masyarakat menggunakan tanaman
obat untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat,
mencegah maupun menyembuhkan penyakit,
memulihkan kondisi tubuh (rehabilitatif). Tidak
dapat dipungkiri penggunaan obat herbal di
Indonesia merupakan bagian dari budaya Indonesia,
dan makin lama makin berkembang, meskipun
umumnya efektivitas dan keamanannya belum
banyak didukung oleh penelitian yang memadai.
Faktor yang mendorong masyarakat
Indonesia menggunakan obat Herbal

• Efek samping yang lebih kecil


• Ketidakpuasan terhadap obat modern,
• Timbulnya kesadaran akan gaya hidup sehat yang
lebih cenderung pada unsur pencegahan dan harga
relative lebih murah,
• Persepsi masyarakat bahwa karena berasal dari
bahan alam, maka obat tradisional itu aman
perlu diluruskan.
• Di Indonesia terdapat 1046 industri di bidang
obat tradisional yang terdiri dari 129 industri
obat tradisional (IOT) dan 917 industri kecil
obat tradisional (IKOT), namun dari
keseluruhan industri tersebut baru 12 industri
yang telah memperoleh sertifikasi cara
pembuatan obat tradisional yang benar (CPOTB)
: 11 IOT dan 1 IKOT Sedangkan sebagian
IKOT adalah industri rumah tangga yang
dikelola secara sederhana termasuk alat-alat
yang digunakan tanpa memperhatikan produk
yang dihasilkan dilihat dari segi mutu,
keamanan dan khasiat,
• Dalam Industri obat herbal ada 3 pihak yang
terkait erat :petani, industri dan konsumen.
• Peran petani sangat menentukan untuk
menghasilkan suatu simplisia yang memenuhi
standar mutu sebagai bahan baku.
• Mengingat bahwa kandungan kimia aktif dalam
tanaman dipengaruhi oleh faktor eksternal
(tempat tumbuh meliputi: tanah, suhu, iklim, cuaca
panen dan pasca panen) dan internal.
SIMPLISIA (MMI)

• DEFINISI :
Simplisia adalah bahan alamiah yang
digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga
dan kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan.
1. SIMPLISIA NABATI
• Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,
bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman
ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau
isi sel yang dengan cara tertentu (disengaja) di keluarkan
dari selnya, atau zat nabati lainnya yang dengan cara
tertentu di pisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat
kimia murni.
• Contoh : Folium, Herba, Flos, Cortex, Radix, Lignum,
Fructus, Semen. Eksudat: Gummi arabicum, tragacan
2. SIMPLISIA HEWANI
• Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa hewan utuh,
bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh
hewan dan belum berupa zat kimia murni.
• Contoh : hormon, enzym, tulang dan lain-lain.

3. SIMPLISIA PELIKAN (MINERAL)


• Simplisia pelikan (mineral) ialah simplisia yang berupa
bahan pelikan (mineral) yang belum diolah atau telah
diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia
murni.

• Contoh : CaCO3, kaolin .


Tata Nama Simplisia
• Nama latin Simplisia ditetapkan dengan menyebut
nama Marga (Genus), atau nama Species (Jenis)
atau petunjuk lain dari Tanaman Asal, diikuti
bagian tanaman yang dipergunakan. Ketentuan ini
tidak berlaku untuk simpisia nabati yang diperoleh
dari beberapa macam tanaman yang berbeda
marganya maupun untuk eksudat tanaman
• Nama latin simplisia hewani dan pelikan ditetapkan
dengan menyebut nama latin yang paling umum bagi
simplisia
• Nama Indonesia: untuk semua jenis simplisia di
tulis dengan mentebutkan nama daerah yang paling
lazim. Bagian yang digunakan disebut sebelum
nama simplisia tersebut (di depan)
Tata nama Simplisia
• Nama latin :Orthosiphonis stamineus
• Bagian yang digunakan: Daun
• Latin Simplisia: Orthosiphonis Folium
• Indonesia: Daun Kumis kucing
• Nama latin : Curcuma xanthorrhiza
• Bagian yang digunakan: Rimpang
• Latin Simplisia: Curcumae Rhizoma
• Indonesia: Rimpang Temulawak
• Nama latin : Areca catecu
• Bagian yang digunakan: biji
• Latin Simplisia: Arecae semen
• Indonesia: biji pinang
• Nama latin : Caesalpinia sappan
• Bagian yang digunakan: Kayu
• Latin Simplisia: Sappan Lignum
• Indonesia: Kayu secang
• Nama latin : Chinchona succirubra
• Bagian yang digunakan: kulit kina
• Latin Simplisia: Chinae Cortex
• Indonesia: Kulit kina
Nama latin tan. Bag. Yg digunakan Latin simplisia
Indonesia

• Abrus precatorius Daun Abri Folium


Daun Saga
• Curcuma domestica Rimpang Curcumee domesticae Rhizoma
Rimpang kunyit
• Chincona Succirubra Kulit batang Chinconae Cortex
Kulit Kina Chinae Cortex
• Piper nigrum Biji Piperis nigri Semen
Lada hitam
• Rosa gallica Bunga Rosae Flos
Bunga mawar
• Tumbuhan:
- Radix = Akar
- Fructus = Buah
- Cortex = Kulit
- Semen = Biji
- Lignum = Kayu
- Herba = Seluruh bagian tumbuhan
- Flos = bunga
- Caulis = Batang
• Hewan; Hormon, enzim
• Mineral : CaCO3, Kaolin
Simplisia tanaman  makroskopis dan mikroskopis
Makroskopis: Morfologi Tanaman
Mikroskopis: Anatomi Tanaman
Morfologi Tanaman:
. Folium: bagian-bagian daun (petiolus, lamina dan vagina)
Bentuk/bangun daun (Apex folii, Basis folii, nervatio, margo
folii, warna, permukaan, daun majemuk atau tunggal)
• Caulis: bentuk permukaan,
• Radix: monokotyledonae atau dikotyledonae
• Metamorfosis akar, batang dan daun (Rhizome, tuber, bulbus)
• Fructus: ( buah semu, buah sejati)
• Semen
Simplisia untuk Perdagangan
Meliputi :
. Cara pengambilan simplisia (panen)
• Cara pengeringan
• Cara pengawetan
• Cara penyimpanan dll
Tekhnik Penyiapan Simplisia
untuk Perdagangan
TEKNOLOGI PENYIAPAN
SIMPLISIA doc.pdf

• Pharmacognosy, 1962, Claus P


Edward : Chapter 1, p. 9-38
Tekhnik Penyiapan Simplisia untuk
Perdagangan
• Pengambilan Simplisia (Panen)
Pengambilan simplisia sangat penting

Zat berkhasiat
Tehnik pengumpulan simplisia
(Good Collection Practise)
http://balittro.litbang.deptan.go.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=75
Zat berkhasiat tersebut paling banyak yang paling penting
yaitu musim dan umur apakah pagi atau sore dsb.
Secara jelas untuk bahan obat/ simplek, panen dapat pula
diartikan pengumpulan.
Beberapa simplisia dapat dikumpulkan
> sembarangan dari tumbuhan liar tanpa keahlian, misalnya
Ipecae Radix.
> Cara yang kedua yaitu cara panen yang memerlukan
keahlian berdasarkan ilmu pengetahuan dan biasanya dari
tanaman yang penanamannya teratur di kebun-kebun atau
tanaman yang di kultivasikan.
Contohnya : yang memerlukan keahlian yang berdasarkan ilmu
pengetahuan ialah Digitalis Folium, Belladonna Folium dan
Chinae Cortex.
• Di Eropa diadakan research-research khusus mengenai
penyebaran, kultivasi, panen, pengeringan, dan penyimpanan
simplisia.
Cara pengumpulan bagian-bagian tanaman yang di pergunakan
sebagai bahan obat sebagai berikut :
• Daun : dipanen waktu proses fotosintesis masih aktif, yaitu pada
waktu hampir berbunga
• Bunga : diambil dan dikumpulkan sesaat setelah terjadi
penyerbukan/pembuahan. Kadang-kadang diambil pada waktu bunga
belum mekar. Untuk yang mengandung minyak atsiri sebaiknya di
panen sebelum mekar
• Herba : diambil ketika tumbuhan sedang mencapai tumbuh
optimum. Lebih baik lagi kalau tumbuhan sedang berbunga.
• Buah : sebaiknya dilakukan sebelum buah masak benar. Umumnya
yang diambil dari buah ini adalah biji.
• Contoh yang diambil sebelum masak yaitu lateks, daging buah.
• Yang di ambil dari buah yang sudah masak benar contohnya
Formiculi Fructus, kopi coklat dll.
• Biji : di ambil kalau buah masak benar.
• Rhizoma-Radix : diambil setelah selesai proses vegetatif. Pada
tumbuhan terdapat zat penumbuh yaitu auxin. Jika
pertumbuhan telah selesai berarti tumbuhan sudah cukup tua.
Pada zingiberaceae umumnya di anggap cukup tua bila umurnya
kurang lebih setahun / 8 bulan.
• Rhizoma sangat penting karena kalau di ambil sudah tua/kering
: kadar amylumnya tinggi, kadar minyak atsiri tinggi, kadar air
rendah. Sebagai tanda dimana rhizome dapat diambil baik:
daun-daun sudah layu dan kering.
• Cortex : diambil bila tumbuhan sudah cukup besar umumnya zat
berkhasiat terdapat dalam serat terutama alkaloid.
• Lignum : diambil dari batang pohon yang sudah tua. Zat-zat
yang di ambil dari lignum antara lain :
• Zat warna misalnya : Santali Lignum, Santalini Lignum, Sasafras
Lignum, Quassiae Lignum, glikosida → makin tua makin tinggi.
Sebelum dikeringkan perlu di perhatikan :
• Pengotoran perlu dibersihkan, pada pengumpulan pengotoran organ-
organ lain harus dihilangkan sesuai dengan syarat-syarat
pengotoran suatu simplek yang di cantumkan dalam monografi
farmakope/MMI.

Contohnya :
• Daun tidak boleh lebih dari sekian prosen pengotoran
gagang/tangkai atau zat organik asing.
• Untuk Rhizoma dan Radix syarat pengotoran yang di perbolehkan
sampai sekian % adalah pengotoran dari bagian tanaman sebelah
atas tanah.Organ dibawah tanah harus bebas tanah, misalnya
dengan cara waktu panen tanaman digoyangkan sebelum di
keringkan. Rhizoma yang bercacing harus di buang. Akar-akar yang
kecil harus di potong. Sebelum di keringkan harus di iris-iris,
• Biji yang berasal dari buah berlendir harus di cuci dulu.

CARA PANEN
• Ada beberapa macam :
• Dengan tangan
• Secara mekanik

• Dengan tangan : contohnya Digitalis Folium, Nicotianae


Folium, karena harus dipetik secara teliti untuk
mendapatkan alkaloid yang tertinggi dan ini berdasarkan
pengalaman. Tidak dilakukan secara mekanik walaupun lebih
ekonomis.
• Secara mekanik : contohnya untuk simplisia yang
mengandung minyak atsiri, tapi harus diperhatikan misalnya
pisaunya, kulit batang biasanya dipanen dengan pisau
tertentu pula.
• Penanganan Pasca Panen harus diperhatikan karena dengan
penanganan yang salah akan berakibat terhadap kandungan kimia
tanaman. Harus dipahami betul kapan melakukan panen,
bagaimana cara pengeringan suatu simplisia, mengingat
kandungan kimia mempunyai sifat yang berbeda-beda, misalnya
mudah menguap, tidak tahan panas. Enzim-enzim dalam tanaman
masih dapat terus bekerja, yang kemungkinan akan mengubah
kandungan kimia aktif menjadi kandungan yang tidak aktif atau
bahkan menjadi senyawa yang toksik. Sampai saat ini mutu
simplisia umumnya kurang memadai persyaratan yang diperlukan,
karena penanganan pasca panen kurang tepat dan masih
terbatasnya IPTEK serta lemahnya kualitas sumber daya petani
tumbuhan obat.
• Tidak jarang terjadi problem di lapangan antara lain tentang
pengumpulan dari sumber dan kualitas yang berbeda, kelangkaan
suplai, penanganan pasca panen, proses pengeringan dan
kontaminasi, kandungan logam berat, dll
• Guna menjamin keamanan mutu dan khasiat (safety,
quality, efficacy) obat bahan alam, harus dilakukan
standarisasi meliputi standarisasi bahan baku (Simplisia
dan Ekstrak yang meliputi: kadar air, kadr abu, residu
pelarut, residu pestisida, kontaminasi mikroba, cemaran
logam berat, aflatoksin dan campuran dengan simplisia
lain, kandungan kimia dari suatu simplisia), produk,
proses dan metodologi.
• Kita semua paham: Indonesia mempunyai kekayaan bahan
alam luar biasa, tetapi lemah dalam :
- Pemanfaatan yang berkesinambungan
- Penyediaan dalam jumlah memadai,
- Standarisasi yang terkait dengan kualitas,
keamanan dan khasiat.
Pengeringan
Tujuan Pengeringan:
• Untuk membantu pengawetan bahan.
• Untuk mengurangi volume berat bahan.
• Untuk mempermudah pembuatan, bentuk-bentuk yang
umum digunakan dalam perdagangan.
• Untuk mencegah reaksi enzymatik
• Untuk mencegah perubahan-perubahan kimiawi
• Apa yang dimaksud dengan kering dari simplek : simplek
masih mengandung kadar air tertentu misal Digitalis
Folium kering, masih mengandung air < 5 %.

• Kadar air di perlukan terutama dalam pengolahan


simplisia, baik secara langsung sebagai obat atau sebagai
bahan obat. Kadar air di perlukan untuk menghitung
simplisia segar yang harus di ambil untuk membuat
sediaan .

• Misalnya untuk pembuatan infus/dekok dari simplisia


kering. Berapa yang harus diambil dari simplisia segar.
Ini dapat di perhitungkan.
CARA PENGERINGAN
• Secara alami : dengan sinar matahari.
• Secara buatan : - Penaikan suhu
• - Pengurangan tekanan
• - Vakum.
• Secara kimia : dengan menggunakan zat pengering.
• Secara fisik : dengan sinar I.R dan cara gelombang
radiasi.

Secara alami
– Matahari langsung
– Tidak langsung : - terbuka
- bangsal ditutup

Contoh :
Langsung : di udara terbuka pada cuaca baik untuk :
– Caryophylli Flos
– Cinnamomi Cortex , Cardamomi Fructus
• Tapi suatu pengeringan pada malam hari atau cuaca
lembab maka pengeringan dilakukan pada bangsal tertutup
atau dengan memberi penutup di atas bahan yang di
keringkan.
Tidak langsung
• Pengeringan tanpa pemanasan buatan sebaiknya dilakukan
dalam bangsal-bangsal kecuali :
– Mentha piperitae Folium : mula-mula pengeringan
dilakukan di ladang-ladang.
– Bunga dan buah dapat pula digunakan tempat dalam
bangsal yang dasarnya berupa anyaman kayu yang
kemudian dialasi dengan kertas penyerap (koran).
Pengeringan dengan panas buatan  lebih cepat dan sesuai untuk
tempat dalam udara dingin daripada udara terbuka.
• Untuk bahan obat yang dikeringkan dalam jumlah sangat
sedikit sangat sesuai bila dikeringkan menggunakan ruang
vakum dengan suhu serendah mungkin.
– Dengan menaikkan suhu : 400-600C tanpa pengurangan
tekanan : menggunakan lemari pengering.
Contoh : untuk simplisia tahan panas (termostabil).
– Dengan pengurangan tekanan (vakum) : untuk simplisia
mengandung minyak atsiri.
• Dan sering di bolak-balik, agar semua bagian rata.
• Kering sudah cukup bila daun diremas cukup rapuh.
• Cara pengeringan di daerah dingin, tropis, dan subtropis
berlainan.
Kimia (dengan penambahan zat-zat pengering)
• untuk bahan-bahan termolabil.

Contoh-contoh cara pengeringan :


- Bunga, daun : harus hati-hati dan secepat mungkin pada
suhu cukup rendah (400-600C), karena umumnya mengandung
minyak atsiri, warna akan tetap, bau tidak hilang.
- Rhizoma – Radix :
Radix dan rhizoma yang besar diiris membujur/
melintang dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan
Harus diperhatikan
> bila kurang hati-hati akan ditumbuhi
jamur, maka harus sering di aduk dan di bolak-balik.
> mengetahui pengeringan di bagian padat harus
dipatahkan, di potong dan di tengah harus kering.



- Cortex
• Biasanya dengan sinar matahari langsung/di tempat teduh.
• Sesudah di keringkan harus langsung di simpan di tempat
yang tertutup.
• Kulit kina mengandung alkaloid, kina yang mudah rusak bila
lembap, maka di keringkan dengan cara buatan

- Pengeringan buah dan biji


• Umumnya di panaskan dengan sinar matahari
langsung/dengan penteduhan.
• Sesudah di keringkan harus langsung di simpan di tempat
yang tertutup.
• Untuk vanili di perlukan pengeringan yang khusus. Proses
pengeringan “fermentasi” dimana zat di ubah menjadi wangi.
Hal-hal yang perlu di perhatikan pada waktu pengeringan :
• Bila enzym dalam simplek di perlukan maka pengeringan di
lakukan perlahan-lahan, misal pada :
– Vanilae Fructus
– Cacao Semen
– Gentionae Radix
• Bila enzym-enzym tidak di perlukan maka pengeringan di
lakukan segera setelah panen.
• Bahan-bahan yang mengandung minyak atsiri harus di
jaga agar aromanya tidak hilang – segera di suling untuk
di ambil minyak atsirinya.
• yang mengandung air dalam jumlah banyak/menyebabkan
tumbuh dan berkembangnya jamur, maka sangat mungkin
alat-alat pengering dekat dengan tempat panen.
PENGAWETAN
• Tujuan utama pengawetan simplisia adalah untuk :
– Mencegah agar simplisia tidak rusak (kandungan kimia
tidak rusak).
– Untuk mencegah terjadinya reaksi-reaksi terutama
• Reaksi enzymatis pada waktu simplek tidak di simpan
yang yang dapat menyebabkan :
» Kadar zat aktif turun.
» Mengurangi mutu morfologis simplek tersebut.
» Merusak sama sekali kadar-kadar mutu
simplek.
• Reaksi biokimia.
– Mencegah pembusukan akibat berkembangnya bakteri dan
jamur.
Cara Pengawetan
Dengan pengeringan (menghilangkan/mengurangi kadar air)
• Alasan :
• Adanya air merupakan :
– Medium yang baik untuk reaksi biokimia, reaksi
enzymatik – telah terbukti bahwa kadar air di bawah
5% dalam suatu simplisia akan menyebabkan aktivitas
enzymatik terhenti karena kadar air di bawah 5%
terlalu rendah untuk reaksi enzymatik.
– Adanya air merupakan media baik untuk tumbuh jamur
atau bakteri.
• Akibatnya : bahan rusak, beracun.
Cara menghilangkan/mengurangi kadar air :
– Penjemuran langsung di udara.
– Tidak langsung kena sinar matahari
– Dengan panas buatan

Cara lain :
Dengan menambahkan zat yg bersifat  fungisida dan
bakterisida
- pH yang rendah 2,5-4,5 ; misal menggunakan metil
bromida.
- Adanya tannin yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri.
Stabilisasi dengan pemanasan
• Perusakan enzym dalam bahan obat dapat di hilangkan
dengan pemanasan → hanya dapat di lakukan untuk
simplisia yang konstituen aktifnya termostabil.
• Caranya :
• Pemanasan pada suhu 800C
• Protein akan terendapkan dan enzym-enzym jadi tidak
aktif.
• Pemanasan dalam air mendidih/dengan uap air
• Bahan obat di masukkan dalam air mendidih sedikit-
sedikit. Suhu selama pemanasan simplisia di jaga terus
agar tidak berkurang dari titik didih. Pemanasan selama
30 menit, cukup untuk menghancurkan enzym secara
sempurna. Selain itu di ketahui tanaman-tanaman
tertentumengandung asam-asam organik yang
menyebabkan terhidrolisannya glukosida-glukosida atau
alkaloid ester. Untuk mencegah terhidrolisannya zat-zat
tersebut, pada pemanasan dengan air mendidih/uap air,
ditambahkan CaCO3 untuk menetralkan asam-asam
organik tersebut.
• Pemanasan dengan etanol (ethyl alkohol) dengan tekanan
lebih kurang dari 1 atm.
PENYIMPANAN DAN PENGEPAKAN
Penyimpanan
cara penyimpanan suatu bahan obat tidak ada suatu
keistimewaan.
- Tempat penyimpanan : tempat/gudang, dingin, di aliri
udara kering.
- Untuk jumlah sedikit : dalam wadah tertutup rapat dan
tahan sinar yang terbuat dari gelas, kaleng timah, gelas
coklat dll, suhu rendah (biologi 2-80C).
- Bila di simpan dalam kotak kayu dan kantong kertas –
akan mengabsorbsi kembali uap air udara 10-12% (>12%)
yang di sebut kekeringan udara karena uap airnya di
serap simplek. → selain itu akan di rusak oleh serangga,
tikus, bau simplisia akan campur aduk.
Pengepakan
- Bentuk dalam perdagangan.
- Melindungi bahan.
- Tidak banyak makan tempat.
Tujuan pengepakan :
Untuk melindungi terhadap ;
• Sinar dan uap air/kelembaban
• Gangguan serangga, tikus.

Alat yang di gunakan /Wadah : Dari kayu/kotak.


Kantong/anyaman.
• Gallon/drum baja.
• Bahan obat misalnya digitalis folium tidak boleh di biarkan
dalam kekeringan/kelembaban udara, hal ini akan
menyebabkan pengurangan aktivitas. Bahan ini harus di
simpan dalam tempat tertutup rapat dengan zat penarik
air dalam jumlah banyak, bagian bawah tempat digitalis
tersebut di beri kapur yang di pisahkan dari daun
digitalis dengan lubang-lubang (seperti pada exikator)
bila kapur telah basah harus segera di ganti
• Bahan obat yang mengandung minyak lemak atau minyak
atsiri harus di simpan dalam tempat tertutup rapat,
dingin, dan gelap.
• Untuk minyak lemak, udara diatasnya sebaiknya di ganti
dengan gas inert (untuk mencegah oksidasi yang
menyebabkan ketengikan).
• Syarat-syarat penyimpanan lihat Pharmacope.
Evaluasi Simplisa
• Mengidentifikasi kualitas, kemurnian dari bahan
obat.
• Identifikasi dalam prakteknya dapat di lakukan :
– Menurut cara yang telah ada
– Dapat juga dengan membandingkan suatu
simplek yang di periksa dengan bahan baku
yang telah diketahui kualitas/kemurniannya.
Kualitas terutama di tujukan terhadap
nilai/kadar dalam bahan obat tersebut.
Biasanya di sebut “intensive value”
Evaluasi dapat di lakukan menurut
beberapa metode/cara sbb:
• Organoleptik
• Makroskopik, mikroskopik
• Biologi
• Kimia
• Fisika
Organoleptik
• Pengamatan dilakukan dengan mempergunakan
organ-organ termasuk perasa, bau, peraba.
• Pemeriksaan meliputi :
– Bentuk dan ukuran
– Warna luar dan bentuk permukaan
– Warna dalam
– Bau dan rasa.
• Cara ini terutama di lakukan terhadap organ
tumbuh-tumbuhan misal : Folia, Cortex,
Lignum, dsb.
Makroskopik, mikroskopik
• Cara ini di lakukan terhadap bahan obat di mulai 1847:
C.A.Seydler memeriksa Sarsaparilla.
• Pemeriksaan meliputi mikroskopik
– Untuk mengetahui adanya jenis pengotoran/pemalsuan,
misal : Orthosiphonis Folia biasanya di campur
Eupatorini Folia.
– Untuk mengetahui kemurnian serbuk bahan obat
– Untuk mengetahui mikrophologi/histologi dari suatu
bagian tumbuhan.
• Prinsip pemeriksaan : bahwa untuk bagian tertentu dari
suatu species atau varietas mempunyai ciri khas.
Ragam pereaksi yang digunakan:
– Hydras Chlorali / Kloral Hidrat 70% untuk clearing
agent yang fungsinya melarutkan amylum dan
chlorophyl sehingga bentuk sel jelas
– Gliserin murni
– Anilin sulfat : mewarnai lignum → kuning
– Floroglucin HCl :mewarnai lignum → merah
– Sudan III : untuk minyak → merah
• Gabus dengan suberin → merah
– H2SO4 pekat, FeCl3, HCl, HAc
Selain cara di atas di kenal juga pemeriksaan jaringan secara kuantitatif ini di lakukan
terutama pada daun.Dalam pemeriksaan ini biasa di lakukan pemeriksaan
• Index stomata
• Index pallisade.

• Index Stomata (Is)


• Is : Prosentase dari perbandingan jumlah stomata persatuan luas tertentu
• dengan jumlah epidermis dan stomata pada jumlah yang sama.
Is : S/E X 100%
• I : Index Stomata.
• S : Jumlah stomata persatuan luas tertentu.
• E : Jumlah epidermis pada luas yang sama.

• Index Pallisade
• Ip : adalah jumlah rata-rata sel pallisade di bawah satu sel epidermis.
• Untuk memudahkan perhitungan dihitung jumlah sel pallisade di
• bawah 4 sel epidermis.

Tiap species atau varietas mempunyai Ip dan Is tidak sama. Data ini dapat di gunakan
sebagai pegangan menentukan kemurnian zat.Selain pemeriksaan mikromorfologi dapat
juga dengan mikroanalisa, ini termasuk mikrokimia, memeriksa bahan obat dengan
menggunakan pereaksi kimia dalam jumlah kecil.

Biologi
• Pemeriksaan dimana diperlukan organisme hidup sebagai
bahan pemeriksaan di sebut pemeriksaan biologi.
• Beberapa bahan obat kadang-kadang di perlukan
standarnya, terutama ditujukan terhadap konstituen yang
aktif.
• Contoh :
• Bakteri-bakteri hidup dari ragi serta jamur di gunakan
sebagai bahan pemeriksaan vitamin.
• Lactobacillus casei untuk Riboflavin,
• Lactobacillus arabinosus untuk asam nicotinat,
Kimia Kromatografi
• Yaitu suatu metoda analisa di mana dengan mengalirkan
suatu pelarut atau aliran terhadap suatu bahan obat,
dapat memisahkan konstituen aktif dari bahan obat
tersebut.
– Metoda ini di gunakan untuk menentukan kemurnian
dan identifikasi suatu zat yang biasa terdapat dalam
suatu bahan alam, juga untuk mengetahui jumlah
konstituen, memisahkan dan mengidentifikasinya.
• Menurut cara pengerjaan ada 4 macam Chromatografi :
• Column Chromatography (k. kolom)
• Paper Chromatography (k. kertas)
• Thin Layer Chromatography (k. Lapis tipis)
• Gas Chromatography (k. gas)


Fisika
• Cara ini meliputi penetuan-penentuan dari
konstituen yang telah di isolasi.
• Penentuan meliputi :
– Kelarutan
– B. J (pada penentuan minyak lemak dan
minyak atsiri)
– Pemutaran bidang polarisasi
– Indeks bias
– Tek. Cairan
– Kadar air.
KLASIFIKASI
Metoda yang di kenal sampai sekarang sbb :
1. Morfologi di susun atas organ tumbuhan misal Folia,
Flores, Radix, dsb
2.Taksonomi : simplisia di susun menurut keluarga genus,
species.
3. Khasiat : farmakologis di susun atas efek farmakologi
4. Chemis (kandungan kimia)
5. Chemotaksonomi – gabungan 2 dan 4, penyusunan atas
adanya zat kimia yang di kandung dengan tempatnya
dalam sistematis
6. Alfabetis di susun berdasar abjad.
Kandungan kimia
• Metabolit Primer  fotosintesis,
asam amino, gula, asetil koenzim A,
asam mevalonat, nukleotida
 bersifat esensial untuk kehidupan
• Metabolit Sekunder ;
- penyebaran lebih terbatas,
- memiliki karakteristik tiap genus atau strain tertentu
- di biosintesis dari metabolit primer atau
- dibentuk melalui pathway yang khusus dari metabolit
primer
• Alkaloid --------Endang Hanani
• Minyak atsiri –-- Katrin
• Minyak lemak --- Katrin
• Flavonoid --------Abdul Mun’im
• Karbohidrat ----- Abdul Mun’im
• Glikosida -------- Berna
• Tanin ------------ Berna
• Pengertian
• Deskripsi tanaman
• Penyebarannya
• Kegunaannya
• Analisis (kualitatif maupun kuantitatif)
• Terimakasih atas perhatiannya
Indonesia merupakan Negara kepulauan
terbesar di dunia
17.508 pulau terbentang sepanjang 5120 km
dari barat ke timur, dan 1760 km dari
utara ke selatan, dengan luas sekitar
2.000.000 km2.

memiliki keanekaragaman hayati


No.2 di Dunia setelah Brazil
(25 % dimanfaatkan sebagai bahan obat)
• Relatif belum dimanfaatkan oleh bangsa
Indonesia secara optimal.

• Sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan


untuk kesejahteraan manusia yaitu sebagai
bumbu (rempah), makanan minuman (zat
warna, food supplement), kosmetik
(parfum, shampoo), insektisida dan obat;
yang pada dasarnya meliputi produk
pangan, pakan, industri, farmasi dan
lingkungan

Anda mungkin juga menyukai