OLEH:
KELOMPOK LIMA
STIFA B 2020
ASISTEN : KRISTIANTI KESIA MADAUN
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Batang (caulis) merupakan bagian tubuh tumbuhan yang sangat
penting dan mengingat tempat serta kedudukan batang bagi tubuh
tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh untuk
tumbuhan itu batang merupakan salah satu bagian dari tubuh
tumbuhan. Selain sebagai tempat pelekatan daun, bunga dan buah,
batang juga berfungsi sebagai jalan pengangkutan air dan zat-zat
mineral yang terlarut di dalamnya. Pada beberapa tumbuhan, batang
digunakan sebagai tempat menyimpan makanan cadangan.Batang
tumbuh pada titik tumbuh, yakni pada meristem apeks (pucuk). Dari
meristem tersebut dihasilkan pula bakal daun yang mula-mula
berbentuk tonjolan, kemudian berkembang lebih cepat dari ujung
batang itu sendiri, sehingga bakal daun menutupi meristem apeks
(Gembong, 2005).
Umumnya batang berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat
pula memiliki bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf, artinya
dapatdengan jumlah bidang dibagi menjadi doa bagian yang setangkup.
Tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya atau matahari (bersifat
fototrop atau heliotrop). Selalu mengadakan percabangan, dan selamat
hidup tumbuhan tidak digugurkan, kecuali kadang-kadang cabang atau
mengomel yang kecil. struktur padatumbuhan batang ini merupakan
struktur pokok tumbuhan yang tidak kalah penting dari daun. Sifat-sifat
umum batang yang dapat dikatakan sebagai karakteristik, antara lain
adalah tumbuh selalu ke atas daun dan menjauhi pusat bumi. istilah ini
dikenal sebagai fototrofi positif dan geotrofi negatif. Selain itu, batang
biasanya berwarna coklat. Batang ini memiliki bentuk yang beragam,
walaupun pada umumnya berbentuk bulat (Aziz, 2012).
Batang merupakan sumbu dengan daun yang menempel dia, batang
berperan untuk mendukung bagian tumbuhan di atas tanah, selain itu itu
juga sebagaialat transportasi yaitu jalan transportasi udara dan zat
makanan dari akar ke daundan jalan transportasi hasil asimilasi dari daun
ke bagian lain, baik ada yang di bawah maupun di atas tanah (Savitri,
2008)
I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari laporan praktikum yang telah dilakukan ini
adalah:
1. Mengenal bentuk batang cabai, arah tumbuh batang, permukaan dan
modifikasi.
2. Mengetahui perbedaan batang tumbuhan monokotil dan dikotil
3. Mengetahui bentuk-bentuk jaringan pada batang.
I.3 Prinsip percobaan
Adapun prinsip dilakukan percobaan adalah:
1. Prinsip pengamatan morfologi batang yaitu dimulai dari mengamati
bentuk batang, permukaan batang, arah tumbuh batang dan
percabangan pada batang, kemudian ditentukan termasuk daun
lengkap atau tidak.
2. Prinsip pengamatan anatomi batang yaitu dibuat preparat daun secara
melintang dan membujur dengan medium aquades, fluoroglusin, dan
klorahidratkemudian diamati dengan mikroskop menggunakan
pembesaran tertentu hingga didapatkananatomi batang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori umum
Batang merupakan organ dasar pada tumbuhan berpembuluh.
Keberadaan batang adalah untuk mendukung bagian-bagian lain dari
tumbuhan seperti daun, bunga, dan buah. Batang memiliki struktur yang
kompleks dari pada akar tumbuhan karena memiliki ruas dan antar ruas.
Ruas batang akan memunculkan bunga dan tunas daun. Pertumbuhan
batang pada umumnya tidak terbatas. Pada tumbuhan monokotil batang
memiliki ruas-ruas yang jelas sedangkan pada tumbuhan dikotil ruas yang
dimiliki batang tidak terlihat dengan jelas. Sebagai bagian terpenting
dalam tumbuhan, batang memiliki fungsi yang amat sentral Tjitrosoepomo
( 1985)
Batang adalah bagian dari tubuh tanaman yang menghasilkan daun
dan struktur reproduktif. Daerah pada batang yang menumbuhkan daun
disebut nodus (buku), sedangkan daerah antara dua nodus disebut
internodium (ruas). Berdasarkan kenampakan batang, tumbuhan
dibedakan menjadi tumbuhan yang tidak berbatang (Planta acaulis),
seperti lobak (Rhapanus sativus L.), dan sawi (Brassica juncea L.), dan
tumbuhan yang jelas berbatang, yang terdiri atas batang basah
(herbaceus), batang berkayu (lignosus), batang rumput (calmus), dan
batang mendong (calamus) (Savitri, 2008).
II.2 Sifat-sifat batang.
Pada umumnya batang mempunyai sifat-sifat berikut (Tjitrosoepomo,
1985):
Gambar 1.1 Batang
a. Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat
pulamempunyai bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf
artinya dapat dengan sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian yang
setangkup.
b. Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku
inilah terdapat daun.
c. Tumbuhanya biasanya ke atas, menuju cahaya atau matahari ( bersifat
fototrop atau heliotrop).
d. Selalu bertambah panjang di ujungnya. Oleh sebab itu, sering
dikatakan bahwa batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
e. Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan tidak
digugurkan, kecuali kadang- kadang cabang atau ranting yang kecil
f. Umumnya tidak berwarnah hijau, kecuali tumbuhan yang umunya
pendek, misalnya rumput dan waktu batang masih muda.
II.3 Fungsi Batang
Sebagai bagian tubuh tumbuhan, batang juga mempunyai tugas
untuk (Tjitrosoepomo, 1985):
a. Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, yaitu:
daun, bunga dan buah.
b. Dengan percabangan memperluas bidang asimilasi dan menempatkan
bagian- bagian tumbuhan di dalam ruang sedemikian rupa, hingga dari
segi kepentingan tumbuhan bagian-bagian tadi terdapat dalam posisi
yang paling menguntungkan.
c. Jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas dan
jalanpengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas kebawah.
d. Menjadi tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan.
II.4 Jenis-jenis Batang
Jika kita membandingkan berbagai jenis tumbuhan ada di antaranya
yang jelas kelihatan batangnya, tetapi ada pula yang tampaknya tidak
berbatang. Batang biasanya digunakan untuk proses percabangan bagian
tumbuhan yang terletak di atas tanah. Namun, ditinjau dari sudut botani,
pagian batang yang tumbuh keudara, melainkan hanya bagian yang
berdaun. Bagian ini dapat dibagi menjadi buku (yaitu tempat daun
melekat) dan ruas (yaitu bagian di antara dua buku). Sebuah penampang
melintang yang dilengkapi dengan penampang membujur melalui ruas
muda yang telah berhenti memanjang, memberi gambaran yang tepat dari
susunan batang dikotil pada tahap pertumbuhan (Kamajaya, 1996).
II.4.1 Tumbuhan yang tidak berbatang (planta acaulis)
Tumbuh-tumbuhhan yang benar tidak barbatang sesungguhnya tidak
ada hanya tampaknya saja tidak berbatang sesungguhnya tidak ada
hanya tampaknya saja tidak ada. Hal itu disebabkan karena batang amat
pendek. Sehingga semua daunya seakan-akan keluar dari bagian atas
akarnya dan tersusun rapat satu sama lain merupakan suatu roset (
rosula ), seperti misalnya lobak (Raphanus sativus L), sawi (Brassica
juncea L). Tumbuhan semacam ini akan memperlihatkan batang dengan
nyata pada waktu berbunga. Dari tengah- tengah roset daun akan muncul
batang yang tumbuh cepat dengan daun-daun yang jarang-jarang,
bercabang-cabang dan mendukung bunga-bunganya (Kamajaya, 1996).
II.4.2 Tumbuhan yang jelas berbaring
Batang tumbuhan dapat dibedakan seperti berikut (Kamajaya, 1996):
a. Batang basah (herbaceous), yaitu batang yang lunak dan berair,
misalnya pada bayam (Amaranthus spinosus L), krokot (portulaca
oleracea L)
b. Batang berkayu (Lignosus), yaitu batang yang biasa keras dan kuat,
karena sebagian besar terdiri atas kayu, yang terdapat pada pohon-
pohon (arbores) dan semak-semak (frutices) pada umumnya
II.4.3 Pohon
Pohon adalah tumbuhan yang tinggi besar, batang berkayu dan
percabang jauh dari permukaan tanah, sedang semak adalah tumbuhan
yang tak seberapa besar, batang berkayu, bercabangcabang dekat
permukaan tanah atau malahan dalam tanah. Contoh pohon mangga
(Mangifera indica L.) (Tjitrosoepomo, 1986).
a. Batang rumput (calmus), yaitu batang yang tidak keras, mempunyal
fuas-ruas yang nyata dan seringkali berongga, misalnya pada padi
(Oryza sativa L.)
b. Batang mendong (calamus), seperti batang rumput, tetapi memnpunyai
ruas-ruas yang lebih panjang, misalnya pada tumbuhan sebangsa teki
(Cyperaceae) dan yang lainnya
II.5 Batang Monokotil
b. Batang
Internodus 3
1
Keterangan :
1. Tunas
2. Nodus
3. Internodus
Deskripsi :
Bentuk batang : Bulat memanjang
Permukaan batang : Berusuk (costatus)
Percabangan pada batang : Tidak beraturan
Ara tumbuh batang : Tegak lurus
IV.1.2 Tabel Pengamatan Anatomi
Preparat : Batang cabai
Medium : Aquades
Pembesaran : 4x
Deskripsi :
1. Epidermis
2. Berkas pembuluh
Irisan melintang
Deskripsi :
1. Epidermis
2. Kortex
3. Xylem
Irisan membujur
Preparat : Batang cabai
Medium : Aquades
Pembesaran : 10x
Deskripsi :
1. Epidermis
2. Floem
Irisan melintang
Deskripsi :
1. Epidermis
2. Korteks
3. Xylem
Irisan membujur
Preparat : Batang cabai
Medium : Kloralhidrat
Pembesaran : 4x
Deskripsi :
1. Epidermis
2. Serabut Floem
Irisan melintang
Deskripsi :
1. Epidermis
2. Korteks
Irisan membujur
Preparat : Batang cabai
Medium : Kloralhidrat
Pembesaran : 10x
Deskripsi :
1. Epidermis
2. Xylem
3. Floem
Irisan melintang
Deskripsi :
1. Epidermis
2. Kolenkim
3. Parenkim
Irisan membujur
Preparat : Batang cabai
Medium : Fluoroglosin
Pembesaran : 4x
Deskripsi :
1. Epidermis
2. Xylem
Irisan melintang
Deskripsi :
1. Epidermis
2. Floem
Irisan membujur
Preparat : Batang cabai
Medium : Fluoroglosin
Pembesaran : 10x
Deskripsi :
1. Epidermis
2. Xylem
Irisan melintang
Deskripsi :
1. Epidermis
2. Floem
Irisan membujur
IV.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengmatan morfologi dan anatomi
batang cabai. Pada medium aquades dengan irisan meintang
pembesaran 4 kali terdapat epidermis dan berkas pembuluh namun tidak
terlihat jelas karena terdapat bayangan seperti serabut-serabut halus
bewarna hitam pada sampel dan terdapat beberapa factor kesalahan yaitu
irisan sampel yang terlalu tebal dan keterbatasannya mikroskop. Pada
pembesaran 10x terlihat jelas jaringan epidermis dan floem pada sampel.
Berdasarkan literatur dari jurnal (Mulyani Sri, 2006) Pada organ batang
bentuk sel penyusun epidermis yaitu trikoma, Trikoma berambut sel satu.
Pada organ batang bentuk sel penyusun epidermis yaitu trikoma, stomata
dan lenti sel. Trikoma berkelenjar dengan jenis trikoma dengan berambut
sel satu. Pada sel epidermis, selnya berbentuk memanjang. Setelah itu
dilakukan irisan membujur dengan sampel aquades dan diamati dengan
pembesaran 4x terhadap epidermis, korteks, dan xilem tetapi tidak terlihat
jelas karena terdapat bayangan seperti serabur bewarna hitam pada
sampel dan terdapat factor kesalahan yaitu irisan sampel yang terlalu
tebal dan kurang telitinya praktikan. Pada pembesaran 10 kali terlihat jelas
jaringan epidermis, korteks dan xilem pada sampel. Berdasarkan literatur
dari jurnal (Mulyani Sri, 2006) irisan batang cabai dengan 10x10 dapat
terlihat epidermis korteks floem, kambium, xilem dan floem. Batang cabe
termasuk tipe bikolateral dan mempunyai berkas pembuluh tipe kolateral
terbuka dan berkas pengangkutnya berada teratur di dalam lingkaran.
Yang kedua pada medium kloralhidrat pembesaran 4x dengan irisan
melintang terlihat epidermis pada sampel dan juga terdapat serabut floem
namun tidak jelas karena terdapat faktor kesalahan yaitu irisan sampel
yang tebal dan kurang telitinya paktikan. Pada pembesaran 10 kali
terdapat jaringan epidermis dan pada sampel terlihat jelas xilem dan floem
pada sampel. Kemudian pada irisan membujur pembesaran 4x dan yang
terlihat pada sampel hanya jaringan epidermis dan konteks namun tidak
terlihat jelas dan terdapat faktor kesalahan yaitu irisan sampel yang tebal
sehingga tidak terlihat jelas jaringan pada sampel. Menurut literatur
(Hidayat, 1995) Pada pengamatan sayatan tipis Batang Cabe (Capsium
frustacens) dengan perbesaran 4x10 dan 10x10, dapat terlihat epidermis,
korteks, floem, kambium, xylem dan empulur. Batang cabe (Capsium
frustacens) termasuk tipe bikolateral dan mempunyai berkas pembuluh
tipe kolateral terbuka dan berkas pengangkutnya berada teratur di dalam
lingkaran. Epidermis pada batang adalah sel hidup yang mampu
bermitosis, hal ini penting dalam upaya memperluas permukaan apabila
terjadi tekanan dari dalam akibat pertumbuhan sekunder. Korteks adalah
kawasan diantara epidermis dan sel silinder pembuluh paling luar, korteks
batang terdiri dari parenkim yang berisi kloroplas. Di tepi luar sering
terdapat kolenkim dan sklerenkim. Batas antara korteks dan daerah
pembuluh atau pengangkut tidak jelas karena sering tidak ditemukan
endodermis apalagi pada batang yang masih muda. Dan pada
pembesaran 10x terlihat jelas jaringan epidermis dan tidak terlihat jelas
kolenkim serta parenkim pada sampel karena terdapat beberapa factor
kesalahan yaitu sampel yang di paparasi terlalu tebal sehingga tidah
terlihat jelas strus anatomi pada sampel.
Yang ketiga pada medium fluroglusin. Pada pembesaran 4x dengan
irisan melintang terlihat jelas jaringan epidermis dan xilem pada sampel.
Pada pembesaran 10x terlihat sangat jelas jaringan epidermis dan xilem
pada sampel. Kemudian pada irisan membujur pembesaran 4x terlihat
jaringan epidermis dan floem pada sampel namun tidak terlihat jelas
karena adanya bayangan seperti serabut-serabut halus bewarna hitam
dan terdapat faktor kesalahan yaitu irisan sampel yang tebal dan kurang
telitinya praktikan. Pada pembesaran 10 kali terlihat sangat jelas jaringan
epidermis serta terdapat floem pada sampel. Menurut Jurnal Struktur
Anatomi Batang (Hidayat, 1995) Di dalam jaringan epidermis ini terdapat
korteks. Korteks pada batang meliputi dua macam jaringan, yakni jaringan
korteks luar dan korteks dalam. Sel kolenkim dan sel parenkim adalah
penyusun korteks luar. Korteks dalam hanya disusun dari sel-sel parenkim
saja dan korteks dalam (endodermis) dimiliki oleh semua tumbuhan.
Adapun alasan penggunaan fluoroglusin yaitu untuk mengidentifikasi
fragmen-fragmen yang mengandung lignin seperti sklerenkim dan sklereid
(Yuniarti, 2008). Sedangkan penggunaan aquades agar kita dapat melihat
struktur anatomi batang dengan jelas. Selain itu adapun faktor kesalahan
pada percobaan ini adalah kesalahan saat membuat preparasi sampel,
waktu yang tidak cukup, alat yang sangat terbatas (mikroskop) serta
kurangnya ketelitian praktikan dalam mengamati
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan kali ini adalah :
1. Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan batang tidak
berkayu. Batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian
membentuk banyak percabangan. Batang tanaman cabai berwarna
hijau, hijau tua atau hijau muda. Pada batang yang lebih tua, pada
umumnya yang paling bawah, akan muncul warna coklat seperti kayu
yang diperoleh dari pengerasan jaringan parenkim.
2. Tumbuhan monokotil umumnya batangnya tidak bercabang, tidak
memiliki kambium serta terus tumbuh meninggi. Sedangkan batang
tumbuhan dikotil umumnya bercabang serta memiliki kambium pada
perbatasan antara jaringan xilem dan floem.
3. Pada pengamatan sayatan tipis Batang Cabe (Capsium frustacens)
dengan perbesaran 10x10, dapat terlihat epidermis, korteks, floem,
kambium, xylem dan empulur. Batang cabe (Capsium frustacens)
termasuk tipe bikolateral dan mempunyai berkas pembuluh tipe
kolateral terbuka dan berkas pengangkutnya berada teratur di dalam
lingkaran.
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
Sebaiknya dosen hadir di laboratorium saat praktikum berlangsung
untuk mendampingi asisten dan praktikan
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Sejauh ini asisten sudah baik dalam memberikan materi dan
membimbing saat praktikum sedang perlangsung
V.2.3 Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya alat-alat laboratorium agar lebih dilengkapi lagi dan alat
laboratorium yang sudah rusak agar dapat segera diganti
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz. 2012. Pengertian, Tujuan, Fungsi dan Manfaat Hasil Belajar.
Trans Media : Jakarta
Adiwaldi. 2010. Jaringan Tumbuhan. Bandung : ITB Press
Hidayat E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB Press
Rosanti D. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga
Savitri E.S. 2008. Rahasia Tumbuhan Berkasiat Obat Perspektif Islam.
Malang: UIN-Malang Perss.
Setiadi. 2006. Cabai Rawit Jenis dan Budaya. Jakarta : Penebar Swadaya
Sri Mulyani. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : Kanisius
Kamajaya. 1996. Sains biologi. Ganesa Exact. Bandung.
Tjitrosoepomo Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Tjitrosoepomo Gembong. (2005). Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta:
Gadja Mada University Press.
Yuniarti. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Pertama
Medpress: Yogyakarta
SlKEMA KERJA