Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN LENGKAP BOTANI FARMASI

“MORFOLOGI DAN ANATOMI BATANG”

OLEH:
KELOMPOK LIMA
STIFA B 2020
ASISTEN : KRISTIANTI KESIA MADAUN

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI


PROGRAM STUDI STRATA SATU FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMUFARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Batang (caulis) merupakan bagian tubuh tumbuhan yang sangat
penting dan mengingat tempat serta kedudukan batang bagi tubuh
tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh untuk
tumbuhan itu batang merupakan salah satu bagian dari tubuh
tumbuhan. Selain sebagai tempat pelekatan daun, bunga dan buah,
batang juga berfungsi sebagai jalan pengangkutan air dan zat-zat
mineral yang terlarut di dalamnya. Pada beberapa tumbuhan, batang
digunakan sebagai tempat menyimpan makanan cadangan.Batang
tumbuh pada titik tumbuh, yakni pada meristem apeks (pucuk). Dari
meristem tersebut dihasilkan pula bakal daun yang mula-mula
berbentuk tonjolan, kemudian berkembang lebih cepat dari ujung
batang itu sendiri, sehingga bakal daun menutupi meristem apeks
(Gembong, 2005).
Umumnya batang berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat
pula memiliki bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf, artinya
dapatdengan jumlah bidang dibagi menjadi doa bagian yang setangkup.
Tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya atau matahari (bersifat
fototrop atau heliotrop). Selalu mengadakan percabangan, dan selamat
hidup tumbuhan tidak digugurkan, kecuali kadang-kadang cabang atau
mengomel yang kecil. struktur padatumbuhan batang ini merupakan
struktur pokok tumbuhan yang tidak kalah penting dari daun. Sifat-sifat
umum batang yang dapat dikatakan sebagai karakteristik, antara lain
adalah tumbuh selalu ke atas daun dan menjauhi pusat bumi. istilah ini
dikenal sebagai fototrofi positif dan geotrofi negatif. Selain itu, batang
biasanya berwarna coklat. Batang ini memiliki bentuk yang beragam,
walaupun pada umumnya berbentuk bulat (Aziz, 2012).
Batang merupakan sumbu dengan daun yang menempel dia, batang
berperan untuk mendukung bagian tumbuhan di atas tanah, selain itu itu
juga sebagaialat transportasi yaitu jalan transportasi udara dan zat
makanan dari akar ke daundan jalan transportasi hasil asimilasi dari daun
ke bagian lain, baik ada yang di bawah maupun di atas tanah (Savitri,
2008)
I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari laporan praktikum yang telah dilakukan ini
adalah:
1. Mengenal bentuk batang cabai, arah tumbuh batang, permukaan dan
modifikasi.
2. Mengetahui perbedaan batang tumbuhan monokotil dan dikotil
3. Mengetahui bentuk-bentuk jaringan pada batang.
I.3 Prinsip percobaan
Adapun prinsip dilakukan percobaan adalah:
1. Prinsip pengamatan morfologi batang yaitu dimulai dari mengamati
bentuk batang, permukaan batang, arah tumbuh batang dan
percabangan pada batang, kemudian ditentukan termasuk daun
lengkap atau tidak.
2. Prinsip pengamatan anatomi batang yaitu dibuat preparat daun secara
melintang dan membujur dengan medium aquades, fluoroglusin, dan
klorahidratkemudian diamati dengan mikroskop menggunakan
pembesaran tertentu hingga didapatkananatomi batang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori umum
Batang merupakan organ dasar pada tumbuhan berpembuluh.
Keberadaan batang adalah untuk mendukung bagian-bagian lain dari
tumbuhan seperti daun, bunga, dan buah. Batang memiliki struktur yang
kompleks dari pada akar tumbuhan karena memiliki ruas dan antar ruas.
Ruas batang akan memunculkan bunga dan tunas daun. Pertumbuhan
batang pada umumnya tidak terbatas. Pada tumbuhan monokotil batang
memiliki ruas-ruas yang jelas sedangkan pada tumbuhan dikotil ruas yang
dimiliki batang tidak terlihat dengan jelas. Sebagai bagian terpenting
dalam tumbuhan, batang memiliki fungsi yang amat sentral Tjitrosoepomo
( 1985)
Batang adalah bagian dari tubuh tanaman yang menghasilkan daun
dan struktur reproduktif. Daerah pada batang yang menumbuhkan daun
disebut nodus (buku), sedangkan daerah antara dua nodus disebut
internodium (ruas). Berdasarkan kenampakan batang, tumbuhan
dibedakan menjadi tumbuhan yang tidak berbatang (Planta acaulis),
seperti lobak (Rhapanus sativus L.), dan sawi (Brassica juncea L.), dan
tumbuhan yang jelas berbatang, yang terdiri atas batang basah
(herbaceus), batang berkayu (lignosus), batang rumput (calmus), dan
batang mendong (calamus) (Savitri, 2008).
II.2 Sifat-sifat batang.
Pada umumnya batang mempunyai sifat-sifat berikut (Tjitrosoepomo,
1985):
Gambar 1.1 Batang
a. Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat
pulamempunyai bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf
artinya dapat dengan sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian yang
setangkup.
b. Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku
inilah terdapat daun.
c. Tumbuhanya biasanya ke atas, menuju cahaya atau matahari ( bersifat
fototrop atau heliotrop).
d. Selalu bertambah panjang di ujungnya. Oleh sebab itu, sering
dikatakan bahwa batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
e. Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan tidak
digugurkan, kecuali kadang- kadang cabang atau ranting yang kecil
f. Umumnya tidak berwarnah hijau, kecuali tumbuhan yang umunya
pendek, misalnya rumput dan waktu batang masih muda.
II.3 Fungsi Batang
Sebagai bagian tubuh tumbuhan, batang juga mempunyai tugas
untuk (Tjitrosoepomo, 1985):
a. Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, yaitu:
daun, bunga dan buah.
b. Dengan percabangan memperluas bidang asimilasi dan menempatkan
bagian- bagian tumbuhan di dalam ruang sedemikian rupa, hingga dari
segi kepentingan tumbuhan bagian-bagian tadi terdapat dalam posisi
yang paling menguntungkan.
c. Jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas dan
jalanpengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas kebawah.
d. Menjadi tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan.
II.4 Jenis-jenis Batang
Jika kita membandingkan berbagai jenis tumbuhan ada di antaranya
yang jelas kelihatan batangnya, tetapi ada pula yang tampaknya tidak
berbatang. Batang biasanya digunakan untuk proses percabangan bagian
tumbuhan yang terletak di atas tanah. Namun, ditinjau dari sudut botani,
pagian batang yang tumbuh keudara, melainkan hanya bagian yang
berdaun. Bagian ini dapat dibagi menjadi buku (yaitu tempat daun
melekat) dan ruas (yaitu bagian di antara dua buku). Sebuah penampang
melintang yang dilengkapi dengan penampang membujur melalui ruas
muda yang telah berhenti memanjang, memberi gambaran yang tepat dari
susunan batang dikotil pada tahap pertumbuhan (Kamajaya, 1996).
II.4.1 Tumbuhan yang tidak berbatang (planta acaulis)
Tumbuh-tumbuhhan yang benar tidak barbatang sesungguhnya tidak
ada hanya tampaknya saja tidak berbatang sesungguhnya tidak ada
hanya tampaknya saja tidak ada. Hal itu disebabkan karena batang amat
pendek. Sehingga semua daunya seakan-akan keluar dari bagian atas
akarnya dan tersusun rapat satu sama lain merupakan suatu roset (
rosula ), seperti misalnya lobak (Raphanus sativus L), sawi (Brassica
juncea L). Tumbuhan semacam ini akan memperlihatkan batang dengan
nyata pada waktu berbunga. Dari tengah- tengah roset daun akan muncul
batang yang tumbuh cepat dengan daun-daun yang jarang-jarang,
bercabang-cabang dan mendukung bunga-bunganya (Kamajaya, 1996).
II.4.2 Tumbuhan yang jelas berbaring
Batang tumbuhan dapat dibedakan seperti berikut (Kamajaya, 1996):
a. Batang basah (herbaceous), yaitu batang yang lunak dan berair,
misalnya pada bayam (Amaranthus spinosus L), krokot (portulaca
oleracea L)
b. Batang berkayu (Lignosus), yaitu batang yang biasa keras dan kuat,
karena sebagian besar terdiri atas kayu, yang terdapat pada pohon-
pohon (arbores) dan semak-semak (frutices) pada umumnya
II.4.3 Pohon
Pohon adalah tumbuhan yang tinggi besar, batang berkayu dan
percabang jauh dari permukaan tanah, sedang semak adalah tumbuhan
yang tak seberapa besar, batang berkayu, bercabangcabang dekat
permukaan tanah atau malahan dalam tanah. Contoh pohon mangga
(Mangifera indica L.) (Tjitrosoepomo, 1986).
a. Batang rumput (calmus), yaitu batang yang tidak keras, mempunyal
fuas-ruas yang nyata dan seringkali berongga, misalnya pada padi
(Oryza sativa L.)
b. Batang mendong (calamus), seperti batang rumput, tetapi memnpunyai
ruas-ruas yang lebih panjang, misalnya pada tumbuhan sebangsa teki
(Cyperaceae) dan yang lainnya
II.5 Batang Monokotil

Gambar 1.2 Batang Monokotil


Pada batang Monokotil, epidermis terdiri dari satu lapis sel, batas
antara korteks dan stele umumnya tidak jelas. Pada stele monokotil
terdapat ikatan pembuluh yang menyebardan bertipe kolateral tertutup
yang artinya di antara xilem dan floem tidak diternukan kambium. Tidak
adanya cambium pada monokotil menyebabkan batang monokotil tidak
Yapat tumbuh membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi
pertumbuhan menebal sekunder. Meskipun demikian, ada monokotil yang
dapat mengadakan pertumbuhan menebal sekunder, misalnya pada
pohon Hanjuang (Cordyline sp) dan pohon Nenas seberang (Agave sp)
(Adiwaldi, 2010).
Pertumbuhan sekunder pada monokotil basah tak terdapat atau
sedikit sekali terdapat pertumbuhan yang menambah tebal batang.
Kebanyakan monokotil yang berbatang tebal dengan ruas pendek dan
dedaunan yang merapat memilki meristem penebalan primer. Meristem itu
perada didaerah perisikel tepat dibawah apeks, dan terdiri dari suatu
kawasan meristematik yang menghasilkan derivate radial. Derivat itu
biasanya berupa parenkim kearah luar (sentripugal) dan kearah dalam
(sentripetal), dibentuk baik oleh parenkim maupun berkas pembuluh
kolateral ( Hidayat, 1995).
II.6 Batang Dikotil

Gambar 1.3 Batang Dikotil


Pada batang dikotil terdapat lapisan-lapisan dari luar ke dalam
(Hidayat, 1995):
a. Epidermis
Jaringan ini terdiri dari selapis sel yang menyelubungi batang dan
sering kali ditutupi oleh kutikula. Pada beberapa jenis tumbuhan,
epidermis dapat lebih dari satu lapis sel (epidermis ganda dan muttiple
epidermis) (Iserep. 1993). Terdiri atas selaput sel yang tersusun rapat,
tidak mempunyai ruang antar sel. Fungsi epidermis untuk melindungi
jaringan di bawahnya. Pada batang yang mengalami pertumbuhan
sekunder, lapisan epidermis digantikan oleh lapisan gabus yang
dibentuk dari kambium gabus
b. Kortek
Korteks merupakan daerah diantara epidermis dan silinder pembuluh
paling luar. Korteks batang sebagian besar terdiri dari parenkim yang
dapat berisi kloroplas (Hidayat.1996). Korteks batang disebut juga kulit
Pertama, terdiri dari beberapa lapis sel, yang dekat dengan lapisan
epidermis tersusun atas jaringan kolenkim, makin ke dalam tersusun
atas jaringan parenkim.
c. Endodermis
Endodermis batang disebut juga kulit dalam, tersusun atas selapis sel,
merupakan lapisan pemisah antara korteks dengan stele. Endodermis
yumbuhan Angiospermae mengandung zat tepung, tetapi tidak terdapat
pada endodermis tumbuhan Gymnospermae
d. Stele/ Silinder Pusa
Pada batang tumbuhan dikotil, stele tersusun atas perisikel
(perikambium), berkas pengangkut dan empulur. Tipe stele yang
dikenal dapat dibagi menjadi dua kelompok dasar yaitu protostele
dengan sumbu xylem padat tanpa empulur, dikelilingi floem dan
sifonostele dengan xylem tidak padat, melainkan memiliki silender
parenkim di tengah (Fahn. 1991). Merupakan lapisan terdalam dari
batang. Lapis terluar dari stele disebut perisikel atau perikambium.
Ikatan pembuluh pada stele disebut tipe kolateral yang artinya xilem
danfloem. Letak saling bersisian, xilem di sebelah dalam dan floem
sebelah luar. Antara xilem dan floem terdapat kambium intravasikuler,
pada perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang terdapat di
antara berkas pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang
disebut kambium intervasikuler. Keduanya dapat mengadakan
pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan bertambah besarnya
diameter batang. Pada tumbuhan Dikotil, berkayu keras dan hidupnya
menahun, pertumbuhan menebal sekunder tidak berlangsung
terusmenerus, tetapi hanya pada saat air dan zat hara tersedia cukup,
sedang pada musim kering tidak terjadi pertumbuhan sehingga
pertumbuhan menebainya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap
lapis menunjukkan aktivitas pertumbuhan selama satu tahun, lapislapis
lingkaran tersebut dinamakan Lingkaran Tahun.
II.7 Arah Tumbuh Batang
Untuk arah tumbuh batang, walaupun seperti telah dikemukakan,
batang umumnya tumbuh ke arah cahaya, meninggalkan tanah dan air,
tetapi mengenai arahnya dapat memperlihatkan variasi, dan bertalian
dengan sifat ini dibedakan batang yang tumbuhnya (Hidayat, 1995):
a. Tegak lurus (erectus), yaitu jika arahnya lurus ke atas, misalnya papaya
(Carica papaya L.).
b. Menggantung (dependens, pendulus), ini tentu saja hanya mungkin
untuk tumbuhan-tumbuhan yang tumbuhnya di lereng-lereng atau tepi
jurang, misalnya Zebrina pendula Schnitzl.
c. Berbaring (humifusus), jika batang terletak pada permukaan tanah,
hanya ujungnya saja yang sedikit membengkok ke atas, misalnya pada
semangka (Citrullus vulgans).
d. Menjalar atau merayap (repens), batang berbaring, tetapi dari buku-
bukunya keluar akar-akar, misalnya batang ubi jalar (Ipomoea batatas).
e. Serong ke atas atau condong (ascendens), pangkal batang seperti
hendak berbaring, tetapi bagian lainnya lalu membelok ke atas,
misalnya pada kacang tanah (Arachis hypogaea)..
f. Mengangguk (nutans), batang tumbuh tegak lurus ke arah atas, tetapi
ujungnya lalu membengkok kembali ke bawah, misalnya pada bunga
matahari (Helianthus annuus).
g. Memanjat (scandens), yaitu jika batang tumbuh ke atas dengar!
menggunakan penunjang. Penunjang dapat berupa benda mati
ataupun tumbuhan lain, dan pada waktu naik ke atas batang
menggunakan alat-alat khusus untuk berpegangan pada penunjangnya
ini, misalnya dengan akar pelekat, akar pembelit, cabang pembelit, dan
lain sebagainya.
h. Membelit (volubilis), jika batang naik ke atas dengan menggunakan
penunjang seperti batang yang memanjat, akan tetapi tidak
dipergunakan alat-alat yang khusus, melainkan batangnya sendiri naik
dengan melilit penunjangnya.
Cara percabangan ada bermacam-macam, biasanya dibedakan tiga
macam cara percabangan, yaitu secara monopodial, simpodial, dan
menggarpu. Cara menentukan percabangan pada batang adalah dengan
melihat posisi batang pokok terhadap cabang-cabangnya (Rosanti, 2013):
a. Percabangan secara monopodial, jika batang pokok selalu tampak
jelas. Ini disebabkan karena batang pokok lebih besar dan lebih
panjang (lebih cepat pertumbuhannya) daripada cabang-cabangnya,
misalnya cemara (Casuarna eguisetifolia) dan pinus (Pinus merkusii).
b. Percabangan simpodial, batang pokok sukar ditentukan. Hal ini
disebabkan oleh batang pokok menghentikan pertumbuhannya,
sehingga pertumbuhan cabang lebih dominan. Dengan kata lain
pertumbuhan batang pokok kalah cepat dibandingkan dengan
pertumbuhan cabang, sehingga batang pokok hanya terlihat di bagian
bawah saja, karena pada bagian atas tumbuhan sudah merupakan
cabang-cabang. Percabangan simpodial dapat ditemukan pada sawo
manila (Achras zapota)
c. Percabangan menggarpu atau dikotom, memiliki cara percabangan
dimana setiap kali bercabang akan terbagi menjadi dua cabang yang
sama besarnya.
II.8 Morfologi dan Anatomi Sampel
Tumbuhan cabai terdiri atas bagian akar, batang, daun, bunga, dan
buah sebagai bagian terpenting dari hasil utama produk. Bagian-bagian
tumbuhan tersebut berperan dalam aktivitas hidup tumbuhan, seperti
penyerapan air, pernapasan, fotosintesis, pengangkutan zat makanan,
dan perkembangan (Setiadi,2006).
a. Akar
Gambar 1.4 Akar Cabai
Akar tumbuhan merupakan struktur tumbuhan yang terdapat dalam
tanah. Akar sebagai tempat masuknya mineral (zat-zat hara) dari tanah
menuju keseluruh bagian tumbuhan (Setiadi,2006)

b. Batang

Gambar 1.5 Batang Cabai


Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan batang tidak
berkayu. Batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian
membentuk banyak percabangan. Batang tanaman cabai berwarna hijau,
hijau tua atau hijau muda. Pada batang yang lebih tua, pada umumnya
yang paling bawah, akan muncul warna coklat seperti kayu yang diperoleh
dari pengerasan jaringan parenkim (Setiadi,2006).
3 Fungsi batang pada tumbuhan cabai secara umum adalah sebagai
berikut (Setiadi,2006):
a) Batang merupakan organ lintasan air dan mineral dari akar ke daun dan
lintasan zat makanan hasil fotosintesis dari daun keseluruh bagian
tumbuhan.
b) Batang merupakan organ pembentuk dan penyangga daun
c. Daun

Gambar 1.6 Daun Cabai


Bentuk daun tumbuhan cabai bervariasi menurut spesies dan
varietasnya, yaitu berbentuk oval dan lonjong. Warna permukaan daun
bagian atas biasanya hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan.
Permukaan daun bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau
pucat atau hijau. Permukaan daun cabai ada yang halus ada pula yang
berkerut-kerut. Ukuran panjang daun cabai antara 3-11 cm, dengan lebar
antara 1-5 cm (Setiadi,2006).
d. Bunga

Gambar 1.7 Bunga Cabai


Bunga tanaman cabai bervariasi, namun memiliki bentuk yang sama,
yaitu bentuk bintang yang menunjukkan bahwa tanaman cabai termasuk
dalam sub kelas asteridae (berbunga bintang). Bunga biasanya tumbuh
pada ketiak daun, dalam keadaan tunggal atau bergerombol dalam
tandan. Dalam satu tandan biasanya terdapat 2-3 bunga saja
(Setiadi,2006).
Mahkota bunga tanaman cabai warnanya bermacam-macam, ada
yang putih, putih kehijauan, dan ungu. Diameter bunga antara 5-20 mm.
Bunga tanaman cabai merupakan bunga sempurna, artinya dalam satu
tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina (Setiadi,2006).
e. Buah dan Biji

Gambar 1.8 Buah dan Biji Cabai


Tanaman cabai memiliki bentuk buah yang bervariasi sesuai dengan
varietasnya. Ada buah yang berbentuk bulat sampai bulat panjang dengan
bagian ujung meruncing, mempunyai 2-3 ruang yang berbiji banyak. Buah
yang masih muda umumnya berwarna hijau, putih kekuningan, dan ungu
bergantung pada varietasnya (Setiadi,2006).
II.9 Klasifikasi Tanaman
Tumbuhan cabai diklasifikasikan sebagai berikut:
(Setiadi,2006)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum frutescens L.

Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan


(Solanaceae). Famili ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan sekitar
2.000 spesies yang terdiri dari tumbuhan herba, semak dan tumbuhan
kerdil yang lain. Tanaman cabai sebagian besar merupakan tumbuhan
negeri tropis (Setiadi,2006).
II.10 Uraian Bahan
1. Aquadest (Dirjen POM Edisi III, 1979)
Nama Resmi : Aqua destilata
Nama Lain : Aquadest
RM/BM : H2O/18,02
Rumus Struktur :H–O–H
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai medium
2. Flouroglusin (Dirjen POM Edisi III, 1979)
Nama resmi : Trihidros
Nama lain : Flouroglusin
RM : C6H3(OH)3
Pemerian : Hablur/serbuk hablur, putih atau kekuningan.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol
(95%)
dan dalam ether.
Kegunaan : Sebagai medium
3. Kloralhidrat (FI Edisi III:142)
Nama Resmi : CHLORALHYDRAS
Nama Lain : Kloralhidrat
Rm/Bm : C 2 H 3 CI 3 O 2 / 165,40
Rumus Struktur : CI 2 −CH ( OH )2
Pemerian : Hamblur trasparan, tidak meleleh basah, tidak
bewarna, bau tajam, melebur pada suhu 55°
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut
dalam etanol (95%) P, dan dalam eter P.
Khasiat : Hipnotikum, sedativum
Kegunaan : Sebagai medium
BAB III
METODE KERJA

III.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 14 Juni 2021, pukul
10.00-12.50 WITA, di Laboratorium Biologi Sekolah Farmasi Tinggi Ilmu
Farmasi Makassar
IIl.2 Alat dan Bahan
IIl.2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
cutter/silet, gelas obyek dan gelas penutup, mikroskop, dan pipet tetes
III.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: aquades,
batang cabai, fluoroglusin, kloralhidrat
IIl.3 Cara Kerja
III.3.1 Pengamatan morfologi
1. Diamati masing-masing bentuk batang, arah tumbuh, permukaan dan
modifikasinya dari sampel yang telah ditentukan
2. Digambar hasil pengamatan dan beri keterangan
III.3.2 Pengamatan anatomi
1. Disiapkan mikroskop
2. Dibuatlah preparat dari irisan tipis masing-masing sampel batang yang
telah ditentukan secara melintang dan membujur
3. Diletakkan irisan/sayatan batang di atas gelas obyek dan tetesi dengan
medium lalu tutup dengan gelas penutup
4. Diamati bagian-bagiannya, dokumentasikan hasil pengamatan dan beri
keterangan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Tabel Hasil Pengamatan

IV.1.1 Tabel Pengamatan Morfologi

Internodus 3
1

Keterangan :
1. Tunas
2. Nodus
3. Internodus

Deskripsi :
Bentuk batang : Bulat memanjang
Permukaan batang : Berusuk (costatus)
Percabangan pada batang : Tidak beraturan
Ara tumbuh batang : Tegak lurus
IV.1.2 Tabel Pengamatan Anatomi
Preparat : Batang cabai
Medium : Aquades
Pembesaran : 4x

Deskripsi :
1. Epidermis
2. Berkas pembuluh

Irisan melintang

Deskripsi :
1. Epidermis
2. Kortex
3. Xylem

Irisan membujur
Preparat : Batang cabai
Medium : Aquades
Pembesaran : 10x

Deskripsi :
1. Epidermis
2. Floem

Irisan melintang
Deskripsi :
1. Epidermis
2. Korteks
3. Xylem

Irisan membujur
Preparat : Batang cabai
Medium : Kloralhidrat
Pembesaran : 4x

Deskripsi :
1. Epidermis
2. Serabut Floem

Irisan melintang

Deskripsi :
1. Epidermis
2. Korteks

Irisan membujur
Preparat : Batang cabai
Medium : Kloralhidrat
Pembesaran : 10x
Deskripsi :
1. Epidermis
2. Xylem
3. Floem

Irisan melintang

Deskripsi :
1. Epidermis
2. Kolenkim
3. Parenkim

Irisan membujur
Preparat : Batang cabai
Medium : Fluoroglosin
Pembesaran : 4x

Deskripsi :
1. Epidermis
2. Xylem

Irisan melintang
Deskripsi :
1. Epidermis
2. Floem

Irisan membujur
Preparat : Batang cabai
Medium : Fluoroglosin
Pembesaran : 10x

Deskripsi :
1. Epidermis
2. Xylem

Irisan melintang

Deskripsi :
1. Epidermis
2. Floem

Irisan membujur
IV.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengmatan morfologi dan anatomi
batang cabai. Pada medium aquades dengan irisan meintang
pembesaran 4 kali terdapat epidermis dan berkas pembuluh namun tidak
terlihat jelas karena terdapat bayangan seperti serabut-serabut halus
bewarna hitam pada sampel dan terdapat beberapa factor kesalahan yaitu
irisan sampel yang terlalu tebal dan keterbatasannya mikroskop. Pada
pembesaran 10x terlihat jelas jaringan epidermis dan floem pada sampel.
Berdasarkan literatur dari jurnal (Mulyani Sri, 2006) Pada organ batang
bentuk sel penyusun epidermis yaitu trikoma, Trikoma berambut sel satu.
Pada organ batang bentuk sel penyusun epidermis yaitu trikoma, stomata
dan lenti sel. Trikoma berkelenjar dengan jenis trikoma dengan berambut
sel satu. Pada sel epidermis, selnya berbentuk memanjang. Setelah itu
dilakukan irisan membujur dengan sampel aquades dan diamati dengan
pembesaran 4x terhadap epidermis, korteks, dan xilem tetapi tidak terlihat
jelas karena terdapat bayangan seperti serabur bewarna hitam pada
sampel dan terdapat factor kesalahan yaitu irisan sampel yang terlalu
tebal dan kurang telitinya praktikan. Pada pembesaran 10 kali terlihat jelas
jaringan epidermis, korteks dan xilem pada sampel. Berdasarkan literatur
dari jurnal (Mulyani Sri, 2006) irisan batang cabai dengan 10x10 dapat
terlihat epidermis korteks floem, kambium, xilem dan floem. Batang cabe
termasuk tipe bikolateral dan mempunyai berkas pembuluh tipe kolateral
terbuka dan berkas pengangkutnya berada teratur di dalam lingkaran.
Yang kedua pada medium kloralhidrat pembesaran 4x dengan irisan
melintang terlihat epidermis pada sampel dan juga terdapat serabut floem
namun tidak jelas karena terdapat faktor kesalahan yaitu irisan sampel
yang tebal dan kurang telitinya paktikan. Pada pembesaran 10 kali
terdapat jaringan epidermis dan pada sampel terlihat jelas xilem dan floem
pada sampel. Kemudian pada irisan membujur pembesaran 4x dan yang
terlihat pada sampel hanya jaringan epidermis dan konteks namun tidak
terlihat jelas dan terdapat faktor kesalahan yaitu irisan sampel yang tebal
sehingga tidak terlihat jelas jaringan pada sampel. Menurut literatur
(Hidayat, 1995) Pada pengamatan sayatan tipis Batang Cabe (Capsium
frustacens) dengan perbesaran 4x10 dan 10x10, dapat terlihat epidermis,
korteks, floem, kambium, xylem dan empulur. Batang cabe (Capsium
frustacens) termasuk tipe bikolateral dan mempunyai berkas pembuluh
tipe kolateral terbuka dan berkas pengangkutnya berada teratur di dalam
lingkaran. Epidermis pada batang adalah sel hidup yang mampu
bermitosis, hal ini penting dalam upaya memperluas permukaan apabila
terjadi tekanan dari dalam akibat pertumbuhan sekunder. Korteks adalah
kawasan diantara epidermis dan sel silinder pembuluh paling luar, korteks
batang terdiri dari parenkim yang berisi kloroplas. Di tepi luar sering
terdapat kolenkim dan sklerenkim. Batas antara korteks dan daerah
pembuluh atau pengangkut tidak jelas karena sering tidak ditemukan
endodermis apalagi pada batang yang masih muda. Dan pada
pembesaran 10x terlihat jelas jaringan epidermis dan tidak terlihat jelas
kolenkim serta parenkim pada sampel karena terdapat beberapa factor
kesalahan yaitu sampel yang di paparasi terlalu tebal sehingga tidah
terlihat jelas strus anatomi pada sampel.
Yang ketiga pada medium fluroglusin. Pada pembesaran 4x dengan
irisan melintang terlihat jelas jaringan epidermis dan xilem pada sampel.
Pada pembesaran 10x terlihat sangat jelas jaringan epidermis dan xilem
pada sampel. Kemudian pada irisan membujur pembesaran 4x terlihat
jaringan epidermis dan floem pada sampel namun tidak terlihat jelas
karena adanya bayangan seperti serabut-serabut halus bewarna hitam
dan terdapat faktor kesalahan yaitu irisan sampel yang tebal dan kurang
telitinya praktikan. Pada pembesaran 10 kali terlihat sangat jelas jaringan
epidermis serta terdapat floem pada sampel. Menurut Jurnal Struktur
Anatomi Batang (Hidayat, 1995) Di dalam jaringan epidermis ini terdapat
korteks. Korteks pada batang meliputi dua macam jaringan, yakni jaringan
korteks luar dan korteks dalam. Sel kolenkim dan sel parenkim adalah
penyusun korteks luar. Korteks dalam hanya disusun dari sel-sel parenkim
saja dan korteks dalam (endodermis) dimiliki oleh semua tumbuhan.
Adapun alasan penggunaan fluoroglusin yaitu untuk mengidentifikasi
fragmen-fragmen yang mengandung lignin seperti sklerenkim dan sklereid
(Yuniarti, 2008). Sedangkan penggunaan aquades agar kita dapat melihat
struktur anatomi batang dengan jelas. Selain itu adapun faktor kesalahan
pada percobaan ini adalah kesalahan saat membuat preparasi sampel,
waktu yang tidak cukup, alat yang sangat terbatas (mikroskop) serta
kurangnya ketelitian praktikan dalam mengamati
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan kali ini adalah :
1. Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan batang tidak
berkayu. Batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian
membentuk banyak percabangan. Batang tanaman cabai berwarna
hijau, hijau tua atau hijau muda. Pada batang yang lebih tua, pada
umumnya yang paling bawah, akan muncul warna coklat seperti kayu
yang diperoleh dari pengerasan jaringan parenkim.
2. Tumbuhan monokotil umumnya batangnya tidak bercabang, tidak
memiliki kambium serta terus tumbuh meninggi. Sedangkan batang
tumbuhan dikotil umumnya bercabang serta memiliki kambium pada
perbatasan antara jaringan xilem dan floem.
3. Pada pengamatan sayatan tipis Batang Cabe (Capsium frustacens)
dengan perbesaran 10x10, dapat terlihat epidermis, korteks, floem,
kambium, xylem dan empulur. Batang cabe (Capsium frustacens)
termasuk tipe bikolateral dan mempunyai berkas pembuluh tipe
kolateral terbuka dan berkas pengangkutnya berada teratur di dalam
lingkaran.
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
Sebaiknya dosen hadir di laboratorium saat praktikum berlangsung
untuk mendampingi asisten dan praktikan
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Sejauh ini asisten sudah baik dalam memberikan materi dan
membimbing saat praktikum sedang perlangsung
V.2.3 Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya alat-alat laboratorium agar lebih dilengkapi lagi dan alat
laboratorium yang sudah rusak agar dapat segera diganti
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz. 2012. Pengertian, Tujuan, Fungsi dan Manfaat Hasil Belajar.
Trans Media : Jakarta
Adiwaldi. 2010. Jaringan Tumbuhan. Bandung : ITB Press
Hidayat E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB Press
Rosanti D. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga
Savitri E.S. 2008. Rahasia Tumbuhan Berkasiat Obat Perspektif Islam.
Malang: UIN-Malang Perss.
Setiadi. 2006. Cabai Rawit Jenis dan Budaya. Jakarta : Penebar Swadaya
Sri Mulyani. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : Kanisius
Kamajaya. 1996. Sains biologi. Ganesa Exact. Bandung.
Tjitrosoepomo Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Tjitrosoepomo Gembong. (2005). Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta:
Gadja Mada University Press.
Yuniarti. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Pertama
Medpress: Yogyakarta
SlKEMA KERJA

Dibuat preparate dan irisan tipis masing-masing


batang (melintang dan membujur)

Ditetesi preparate pada obyek glass dengan


medium kemudian ditutup dengan deglass

Diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran


4x dan 10x

Didokumentasikan dan diberi keterangan

Anda mungkin juga menyukai